Anda di halaman 1dari 26

ILMU DASAR KEPERAWATAN

Cedera Sel
Dibuat untuk memenuhi tugas "Ilmu Dasar Keperawatan"

Dosen Pengampu: Dr. Susmiati M.Biomed

DISUSUN OLEH

1. Abdurrauf Quhafa 2111313016


2. Dhea Putri Dahyana 2111312025
3. Frisky Amanda Valeri 2111313001
4. Mufidah Dzahwan 2111313022
5. Nelfi Arlia 2111313037
6. Riska Putri Ayu 2111311019
7. Syalsa Salsabil 2111313034

PROGRAM STUDIILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
Padang

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Cedera Sel” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Cedera Sel” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Susmiati M.Biomed, selaku dosen
Pembimbing yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkaitan dalam
proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 6 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................6

2.1 KONSEP DASAR SEL.......................................................6


2.2 CEDERA SEL.....................................................................11
2.3 KEMATIAN SEL................................................................19

BAB III PENUTUP............................................................................25

A. KESIMPULAN..........................................................................25
B. SARAN.......................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan
sendiri. Penemuan sel yang terjadi pada abad kesembilan belas, mendeskripsikan sel yang
memiliki membran pembatas pada bagian luarnya, nukleus pada bagian dalam, dan suatu
cairan plasma atau sitoplasma yang mengelilingi bagian nukleus. Penelitian yang semakin
berkembang setiap tahunnya, membuat peneliti dapat mengetahui struktur bagian dalam dari
sel tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai metode dan teknik tertentu agar lebih
mudah mengamati hal terkecil dari sel tersebut.

Cedera sel merupakan berbagai perubahan stress yang dialami sel karena perubahan
lingkungan eksternal ataupun internal.Kelangsungan hidup sel tergantung pada beberapa
faktor seperti pasokan energi yang konstan, membran plasma utuh, fungsi biologis generik,
aktifitas seluler spesifik dan genomik yang aman dan efektif. Secara biologis, pembelahan
sel dikendalikan dan mekanisme homeostatis internal. Tubuh dapat mereplikasi 10.000
sel baru setiap detik. Pada akhirnya sel akan hilang ke lingkungan melalui permukaan kulit
dan usus, namun sel baru tetap terbentuk. Dengan demikian, kematian sel adalah proses
normal serta reaksi terhadap cedera.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian cedera sel ?
2. Apa agen agen yang dapat menyebabkan kematian pada sel ?
3. Apa mekanisme adaptasi sel?
4. Apa penyebab cidera sel ?
5. Bagaimana reaksi sel terhadap cidera sel ?
6. Apa saja macam macam adaptasi sel ?
7. Apa perubahan morfologik sel yang cedera ?
8. Apa pengertian definisi kematian sel?
9. Apa patofisiologi kematian sel?
10. Apa jenis kematian sel ?

4
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan mkalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa pengertian cedera sel ?
2. Untuk mengetahui apa agen agen yang dapat menyebabkan kematian pada sel ?
3. Untuk mengetahui apa mekanisme adaptasi sel?
4. Untuk mengetahui apa penyebab cidera sel ?
5. Untuk mengetahui bagaimana reaksi sel terhadap cidera sel ?
6. Untuk mengetahui apa saja macam macam adaptasi sel ?
7. Untuk mengetahui apa perubahan morfologik sel yang cedera ?
8. Untuk mengetahui apa pengertian definisi kematian sel?
9. Untuk mengetahui apa patofisiologi kematian sel?
10. Untuk mengetahui apa jenis kematian sel ?

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Sel
A. Pengertian
Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri.
Penemuan sel yang terjadi pada abad kesembilan belas, mendeskripsikan sel yang memiliki
membran pembatas pada bagian luarnya, nukleus pada bagian dalam, dan suatu cairan plasma
atau sitoplasma yang mengelilingi bagian nukleus. Penelitian yang semakin berkembang setiap
tahunnya, membuat peneliti dapat mengetahui struktur bagian dalam dari sel tersebut. Penelitian
ini dilakukan dengan berbagai metode dan teknik tertentu agar lebih mudah mengamati hal
terkecil dari sel tersebut.
Dengan ditemukannya bagian terdalam dan terhalus dari sel tersebut dan telah berhasil
mempelajari berbagai struktur subseluler dari sel tersebut, jelaslah bahwa fungsi – fungsi sel
dilakukan oleh struktur terspesialisasi yang dapat dibandingkan dengan organ – organ tubuh
kita, oleh sebab itu, struktur tersebut dikenal dengan nama organel. Organel – organel tersebut
merupakan bagian dari sel yang terpisah – pisah dan memiliki fungsinya masing – masing
dengan bentuk seperti suatu ruangan yang ada di dalam rumah, dan memungkinkan terjadinya
spesialisasi dalam berbagai bentuk dan fungsi.

B. Struktur Sel
Pengetahuan tentang organisasi sel ini akan menjadi modal yang sangat berharga agar dapat
memahami fungsi – fungsi khusus dari setiap bagian (organella) sel selanjutnya. Dikutip dari
Rahmadina dkk (2017: 20) bahwa sel ini secara perlahan – lahan berubah baik secara struktural
maupun fungsional agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat
melangsungkan hidupnya dengan baik. Perubahan bentuk ini menghasilkan dua kelompok besar
yang memiliki peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya yaitu sel prokariotik dan sel
eukariotik.
1) Sel Prokariotik

Gambar Sel Prokariotik


http://slideplayer.info/slide/3210271

6
Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki metabolisme paling
bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum nukleus” yaitu suatu organisme bersel satu
tanpa memiliki nukleus. Hal ini berarti bahwa sel prokariotik ini merupakan nenek moyang dari
sel eukariotik, karena dia ada sebelum sel eukariotik ada. Sel prokariotik ini memiliki tiga
komponen dasar diantaranya yaitu: plasmalemma, ribosom, dan nukleoid. Beberapa prokariotik
tidak memiliki kapsul yang menyelubungi dinding sel, kecuali prokariot yang dapat
berfotosintesis. Sel prokariotik ini dapat mengabsorbsi bahan organik untuk pertumbuhannya.
2) Sel Eukariotik

Gambar Sel Eukariotik


https://sains.info/cell-therapy/
Sel eukariotik ialah sel yang memiliki inti atau nukleus (karion) yang dikelilingi oleh membran,
sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu membran sitoplasma dan membran inti (membran
nukleus). Kata eucaryotic ini berasal dari kata yunani, eu (sejati), dan karyon (bagian dalam
biji/nukleus). Oleh sebab itu, sel ini dinamakan sel yang memiliki membran inti (nukleus). Sel
eukariotik memulai kehidupannya dengan sebuah nukleus yang dikelilingi oleh berbagai
macam organel yang memiliki struktur dan fungsi tertentu dan terbungkus dalam sebuah
membran sehingga bentuknya kokoh dan tersusun dengan teratur.
Walaupun demikian, sel ini tidak semuanya ada pada masing-masing sel karena ada bagian
yang berbeda satu dengan yang lainnya dan memiliki bentuk, ukuran, dan fungsi fisiologis yang
berbeda juga. Meskipun demikian, ada bagian sel yang sama diantaranya yaitu membran
plasma, sitoplasma, organel (seperti retikulum endoplasma, kompleks golgi, lisosom,
mitokondria), dan inti sel (nukleus). Sel inilah yang kita temukan pada sel Hewan.
C. Organel Sel dan Fungsinya

7
Sel Hewan
http://www.tandapagar.com/gambar-sel-hewan/
Sel eukariotik yang terdapat pada sel hewan merupakan sel yang tidak memiliki dinding sel
serta kloroplas.Sesuai dengan namanya, sel hewan merupakan sel yang menyusun jaringan–
jaringan pada tubuh hewan atau sel sebagai organisme seluler seperti pada protozoa.
Penggambaran yang terdapat pada sel hewan ini secara umum menampilkan struktur – struktur
hewan yang paling mudah ditemukan. Organel yang sangat berperan dalam sel ini ialah
nukleus, sedangkan aktivitas metabolisme yang paling banyak dilakukan yaitu pada sitoplasma.
A. Membran plasma
Membran plasma atau membran sel atau sering disebut juga dengan nama plasmalemma
merupakan suatu sistem membran yang merupakan lapisan terluar yang membatasi isi
sel dari lingkungannya. Membran ini terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan yang
sangat tipis, hidup, dan bersifat semipermeabel. Rangka membran sel merupakan lapisan
lipid bilayer, dua lapisan fosfolipid dengan ekor membentuk susunan sandwich di antara
kepala. Membran plasma ini memiliki bagian yang tersusun dari lemak (lipid) dan
protein (lipoprotein).
B. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan matriks atau zat seperti gel yang berada di dalam sel.
Sitoplasma tersusun atas partikel berupa material air dan juga protein. Fungsi utama dari
sitoplasma ini yaitu sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme yang terdapat di
dalam sel.
C. Nukleus
Nukleus atau inti sel merupakan salah satu organel yang berada di bagian pusat sel.
Keberadaannya ini berfungsi sebagai pusat kegiatan yang ada di dalam sel. Di dalam
nukleus ditemukan adanya cairan inti (nukleoplasma), anak inti (nukleolus), dan selaput
inti.

D. Vakuola
Bentuk vakuola ini sangat berbeda dengan sel hewan karena pada sel hewan bentuknya
lebih kecil bahkan pada beberapa sel ada yang tidak memiliki vakuola. Bentuk vakuola
ini pada tumbuhan bukan hanya besar tapi terlihat lebih jelas dan lebih tua jika
dibandingkan dengan sel hewan. Pada sel hewan, vakuola ini diselubungi oleh membran
lipoprotein yang berfungsi sebagai penyimpan, pemindah material, dan memelihara sel
dari tekanan dalam.
E. Mitokondria

8
Mitokondria terdapat pada hampir semua sel eukariotik, diantaranya pada tanaman,
hewan, jamur, dan protista. Mitokondria juga sebagai derivat dari endosimbiosis
prokariot.
F. .Ribosom
Ribosom ditemukan pertama kali oleh George Emil Palade, seorang ilmuwan biologi sel
yang berkebangsaan Romania pada pertengahan tahun 1950-an, dengan menggunakan
mikroskop elektron. Kata Ribosom berasal dari bahasa Yunani soma yang artinya
“badan” dan ribonucleic acid (asam ribonukleat).
G. Kompleks Golgi
Kompleks Golgi juga merupakan salah satu organel yang membrannya terbentuk dari
lipoprotein. Organel ini banyak dijumpai pada sel hewan dan sel tumbuhan. Struktur
kompleks golgi ini memiliki bentuk bertumpuk – tumpukan pada kantong – kantong
pipih yang sangat kompleks dan pada bagian dalamnya terdapat ruangan kecil yang
dikenal dengan vakuola. Organel ini merupakan salah satu organel yang secara aktif
berperan dalam sekresi protein. Hasil protein yang telah disintesis oleh RER akan
dipindahkan ke dalam kompleks golgi.
H. Lisosom
Lisosom ialah sebuah kantong yang memiliki membran dan berisi enzim –enzim
hidrolitik yang digunakan oleh sel hewan untuk mencerna makanan dalam bentuk
makromolekul. Lisosom memiliki struktur yang agak bulat yang dibatasi oleh membran
tunggal.
I. Retikulum endoplasma (RE)
Retikulum endoplasma (RE) ialah serangkaian saluran yang membentuk jaringan yang
saling sambung – menyambung dan terbentang dari membran sel hingga ke membran
nukleus. RE ini merupakan membran yang bersifat lipoprotein dan terdapat di dalam
sitoplasma antara membran inti dengan membran sitoplasma. Ribosom merupakan
tempat dimana proses pembentukan protein terjadi di dalam sel. Secara struktural, RE
dibedakan atas dua macam, yaitu RE kasar dan RE halus.

9
D. Daur Sel

Gambar Daur Sel


http://pujoduryatbetta.blogspot.co.id/2014/03/pembelahan-sel.html
Siklus sel merupakan suatu kegiatan yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan sel
lainnya. Siklus sel meliputi pertambahan massa, duplikasi bahan genetis yang disebut interfase
dan pembelahan sel.
1) Interfase
Tahap interfase terbagi 3 tahap yaitu tahap G1. Pada tahap ini sel anakan akan tumbuh menjadi
dewasa. Pada tahapan ini merupakan sintesis protein, karbohidrat, lipid, inisiasi replikasi DNA,
duplikasi organella. Tahap ini merupakan tahapan yang paling lama berlangsung bila
dibandingkan dengan dua tahapan lainnya. Tahapan kedua disebut juga fase S. Tahapan ini
terjadinya replikasi DNA dan sintesis satu set lengkap protein kromosomal histon dan non
histon dan juga terjadi duplikasi kromosom. Fase ini terjadi sekitar 9 jam. Tahapan ketiga
disebut juga fase G2. Tahapan ini sel mulai mempersiapkan diri dalam melakukan pembelahan.
Lamanya proses pembelahan ini hanya 2 jam saja.
2) Mitosis
Fase mitosis berawl dari aktivitas MPF (Mitosis promoting factor) yang menimbulkan
terjadinya proses fosforilasi protein dan berakhir dengan defosforilasi. Disamping adanya
mikrotubula, ada sitoskelet lainnya yang berperan pada tahap sitokinesis yaitu cincin kontraktil
yang tersusun dari filamen aktin dan miosin. Pada fase kariokinesis ini terdapat 5 tahap yaitu
profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase. Tahapan tersebut akan diuraikan dibawah
ini.
● Profase

Tahapan ini diawali dengan perubahan sentrosoma. Sentrosm ini terduplikasi menjadi dua pada
daerah sntrosomer menjadi kromosom. Sentrosom sendiri diikat oleh kinetokor dan kinetokor
diikat oleh mikrotubula kinetokor.

● Metafas

10
Pada tahap ini diawali dengan pengaturan letak dan arah kromosom oleh mikrotubula kinetokor
sehingga setiap kromosom menghadap kutub masing –masing. Selanjutnya mikrotubula
kinetokor menggerakkan kromosom ke bidang ekuator. Kromosom tertata di tengah bidang
ekuator.
● Anafase

Diawali dengan terbelahnya kromosom menjadi dua kromatida, masing-masing dengan sebuah
kinetokor.
● Telofase

Pada tahap ini diawali dengan terakitnya kembali selubung nukleus di sekkeliling tiap
kelompok kromosom baru. Mikrotubula kinetokor menghilang, tetapi mikrotubula kutub masih
tetap ada. Telofase akan mengakhiri serangkaian proses panjang kariokinesis, untuk selanjutnya
masuk ke fase sitokinesis.
● Sitokinesis

Pada tahapan sitokinesis ini proses pembelahan sitoplasma yang ditandai dengan pelekukan
pada sel. pelekukan ini terjadi di tengah bidang pembelahan karena aktivitas cincin kontraktil.

2.2 CEDERA SEL

A. Defenisi Cedera Sel

Cedera sel adalah berbagai perubahan stress yang dialami sel karena perubahan
lingkungan eksternal ataupun internal.
Kelangsungan hidup sel tergantung pada beberapa faktor seperti pasokan energi yang
konstan, membran plasma utuh, fungsi biologis generik, aktifitas seluler spesifik dan genomik
yang aman dan efektif. Secara biologis, pembelahan sel dikendalikan dan mekanisme
homeostatis internal. Tubuh dapat mereplikasi 10.000 sel baru setiap detik. Pada akhirnya sel
akan hilang ke lingkungan melalui permukaan kulit dan usus, namun sel baru tetap terbentuk.
Dengan demikian, kematian sel adalah proses normal serta reaksi terhadap cedera.

B. Agen-Agen Yang Dapat Menyebabkan Cedera Pada Sel

1. Agen Fisik
Berupa robeknya sel atau paling sedikit adanya gangguan hubungan spasial antara
berbagai organela atau gangguan integritas struktural dari salah satu organela atau lebih.
11
2. Agen Kimia dan Biologi
Sel dapat mengalami cedera apabila mengalami kontak dengan obat-obatan dan bahan
kimia lainnya. Hal ini termasuk enzim dan cairan beracun yang dihasilkan oleh
mikroorganisme.

Contoh penyebab cedera pada sel


Contoh Agen Penyebab Reaksi
Trauma ( kecelakaan lalu lintas) Hilangnya sebagian jaringan
Terhirup Karbon monoksida Gangguan transportasi oksigen
Kontak dengan cairan asam kuat Mengentalkan protein
Overdosis paracetamol Terganggunya metabolisme pada hati
Infeksi bakteri Keracunan
Terpapar radiasi (x-ray) Dapat merusak DNA

12
Obat-obatan dan racun

Banyak bahan kimia sintesis alami yang dapat menyebabkan cedera pada sel, hal ini
terkait dengan dosis, tetapi dalam beberapa kasus diperburuk oleh faktor konstitusional.
Beberapa zat beracun tingkat tinggi dapat meracuni metabolisme dan dapat menimbulkan
kerusakan lokal. Begitu juga dengan cairan atau salep yang diaplikasikan pada kulit atau
selaput lendir, atau gas yan melukai paru- paru.
 Infeksi dari organisme lain
Mekanisme kerusakan jaringan yang dihasilkan oleh organisme infeksi bervariasi,
tetapi yang berbahaya adalah produk metabolisme atau sekresi dari organisme tersebut.
Respon sel terhadap cedera yang disebabkan oleh infeksi akan bergantung pada kerusakan
yang ditimbulkan langsung oleh agen dan secara tidak langsung sebagai akibat dari respons
inang terhadap agen tersebut.
 Hambatan Metabolisme
Cedera sel dapat terjadi akibat gangguan spesifik dengan metabolisme intraseluler,
biasanya dipengaruhi oleh penyumbatan sebagian atau total dari satu jalur atau lebih.
Reaksi terhadap cedera sel:

1) Toksisitas beberapa racun (carbon tetraklorida)


2) Keracunan oksigen
3) Kerusakan jaringan pada peradangan
4) Bakteri intraseluler mengalami kematian

3. Kegagalan Keutuhan Membran


Kerusakan membran sel adalah penyebab utama terjadinya cedera pada sel. Sel yang
terinfeksi virus akan mengalami kerusakan membran dengan mediator sitotoksisitas yaitu
perforin menyebabkan sitolitik. Robekan atau perforasi membran dapat menyebabkan
kematian sel. Saluran yang robek memungkinkan masuk dan keluarnya ion tertentu menjadi
tidak terkontrol.
4. Kerusakan DNA
DNA yang mengalami kerusakan tidak akan segera terlihat kecuali pada DNA sel
darah genom yang diturunkan. Kerusakan DNA akan mudah terlihat pada sel yang aktif
membelah diri seperti sel epitel yang terkena radiasi.
5. Reaksi Imun

13
Reaksi imun seringmenjadi penyebab kerusakan sel. Misalnya pada penyakit
alergi yang dialami lansiaberupa gatal-gatal dan penyakit dermatitis kontak yang juga
memiliki gejala gatal-gatal akan menyebabkan kerusakan pada kulit.

C. PENYEBAB CIDERA SEL

Berbagai macam cidera dapat mengenai tubuh seorang manusia seperti luka dan
terbakar. Cidera tersebut pada dasarnya secara mikro mengenai sel karena diketahui bahwa
sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh manusia. Berikut ini akan
dijelaskan berbagai penyebab cidera Sel.

Banyak penyebab yang dapat menciderai sel bukan hanya luka tetapi kekurangan
oksigen dan suplai makanan ke dalam sel pun dapat menciderainya. Beberapa penyebab
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis penyebab yaitu:

1. Penyebab fisik

Trauma karena suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibat
cidera pada sel. Selain itu ledakan dan peluru juga dapat menyebabkan cidera sel
akibat efek dari banyaknya energi panas yang dihamburkan kedalam jaringan
sepanjang lintasan peluru. Contoh lain yaitu trauma radiasi dan trauma listrik. Semua
agen fisik tersebut dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran struktur sel yang
mengakibatkan terganggunya fungsi sel yang akhirnya menyebabkan kematian sel

2. Penyebab kimiawi
Bahan kimia termasuk obat-obatan dapat menyebabkan perubahan terhadap
berbagai fungsi sel dan sel menjadi rusak dan mati. Sebagai contoh ulkus lambung
yang terjadi karena penderita sering mengkonsumsi obat analgetik atau kortikosteroid.
Obatobatan tersebut menyebabkan sel mukosa lambung cidera, rusak dan akhirnya
terjadi ulkus. Perhatikan juga obat-obatan yang disuntikkan melalui vena yang
memiliki kemampuan membakar. Sebagi contoh diazepam yang disuntikkan ke dalam
vena harus hati-hati untuk menghindari ekstravasasi ke dalam jaringan lunak yang
menimbulkan rasa terbakar dan kerusakan jaringan.
Bentuk lain cidera kimia adalah hipoksia, yaitu cidera sel yang terjadi akibat
dari hilangnya suplai darah karena gangguan aliran darah. Hipoksia dapat juga terjadi
karena hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen seperti anemia atau

14
keracunan. Respons adaptasi sel terhadap hipoksia tergantung pada tingkat keparahan
hipoksia. Sebagai contoh: Penyempitan arteri femoralis akan menyebabkan otot
eksterimas bawah hipoksia dan akhirnya otot menjadi mengecil. Berbeda dengan
penyempitan arteri koroner yang akan menyebabkan hipoksia otot jantung yang
akhirnya terjadi infark otot jantung.

3. Penyebab mikrobiologi
Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan jamur yang merupakan organisme
infeksius bila masuk dalam tubuh akan mengeluarkan toksin yang dapat merusak
dinding sel sehingga fungsi sel terganggu dan akhirnya menyebabkan kematian sel
tersebut.
4. Penyebab reaksi Imun
Reaksi imun sering menjadi penyebab kerusakan sel. Sebagai contoh penyakit
alergi yang sering dialami pasien lanjutusia berupa gatal-gatal dan penyakit dermatitis
kontak yang juga memiliki gejala gatal-gatal akan menyebabkan kerusakan pada sel
kulit.
5. Kekuatan mekanis
Kekuatan mekanik yang langsung mengenai sel dapat berakibat fatal seperti
kulit yang terkena iris sehingga membran sel daerah yang teriris robek. Hal ini
berakibat tumpahnya sitoplasma keluar dari sel. Contoh lain yaitu udara yang sangat
dingin menyebabkan pembekuan terhadap sel. Membran sel akan berlubang akibat
kristal es dan akhirnya terjadi kerusakan sel. Contoh lain yaitu jika terjadi perbedaan
tekanan osmotik antara intraseluler dan ekstraseluler maka akan menyebabkan
pecahnya membran sel.
6. Kegagalan keutuhan membran
Perubahan biokimiawi pada sel dapat menyebabkan kerusakan membran. Hal
tersebut dapat diamati seperti pada sel yang terinfeksi virus dengan mediator
sitotoksisitas yaitu perforin menyebabkan sitolitik. Selain ituradikal bebas juga dapat
menyebabkan kerusakan membran sel.
7. Hambatan metabolisme
Cidera sel dapat terjadi akibat adanya hambatan metabolisme sel baik bersifat
relatif maupun total dari alur mekanisme metabolisme yang ada. Salah satunya adalah
halangan respirasi seluler karena terhalangnya pemakaian oksigen sebagai sumber
energi utama. Sebagai contoh adalah sel otot jantung yang sangat peka terhadap
15
kebutuhan oksigen dalam metabolisme selnya. Bila kebutuhan berkurang, maka
terjadi cidera sel yang berakibat infark pada ototjantung.Selain itu hambatan
metabolisme sintesa protein dalam sel juga akan berakibat terjadinya cidera sel.
8. Kerusakan DNA
DNA yang mengalami kerusakan tidak akan segera terlihat kecuali pada DNA
sel daerah genom yang diturunkan. Kerusakan DNA akan mudah terlihat pada sel
yang aktif membelah diri seperti sel epitel yang terkena radiasi.

9. Defisiensi metabolit

Beberapa metabolit esensial seperti glukosa, hormon dan oksigen bila


mengalami defisisensi maka akan terjadi cidera pada sel. Sebagai contoh pada sel
neuron serebral yang sangat tergantung dan sangat membutuhkan oksigen dan
glukosa. Bila terjadi defisiensi oksigen dan glukosa maka sel neuron akan mengalami
cidera

16
D. Mekanisme Adaptasi Sel

Ketika sel mendapatkan cedera dan sel harus menjalankan fungsinya, maka sel akan
melakukan mekanisme adaptasi. Respon sel yang mengalami cedera dapat bersifat
reversibel disebut juga cedera subletal dan jika mengalami cedera ireversibel disebut cedera
letal.
6. Cedera Subletal
Terjadi apabila sel mengalami cederadan menunjukkan perubahan morfolaogis,
tetapi sel tidak mati. Perubahan seperti ini bersifat reversibel. Jika penyebab cedera
dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera ini disebut juga proses
degeneratif. Bentuk perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembengkakkan Sel

Perubahan yang paling sering terjadi adalah penumpukan cairan didalam akibat
gangguan mekanisme pengaturan cairan. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar
(degenerasi bengkak dan keruh) dan akan terjadi gangguan metabolisme pembentukan
energi.
Penimbunan Lipid

Didalam sel terjadi gangguan yang lebih berat yaitu degenerasi lemak, dimana
terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesakke pinggir. Jaringan akan bengkak
dan terlihat kekuning-kuningan. Contoh: proses perlemakan hati (fatty liver) yang terjadi
pada malnutrisi dan alkoholik.
7. Cedera Letal
Cedera pada sel yang cukup berat dan berangsung lamaserta melebihi kemampuan
sel untuk beradaptasi akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (tidak
pulih) yang berlanjut kepada kematian sel. Contoh: sel parenkim paru perokok yang
mengalami cedera letal akibat asap rokok yang terus menerus.
Ditinjau dari beban kerja terhadap sel, maka adaptasi sel dibagi menjadi dua yaitu
adaptasi terhadap peningkatan beban kerja sel dan adaptasi terhadap penurunan beban kerja
sel. Berikut bentuk adaptasi yang dilakukan sel akibat beban kerja yang diterima:
a. Menambah Ukuran Sel (hipertrofi)

Berupa pembesaran organ atau jaringan karena pembesaran selnya yang tidak
disertai dengan peningkatan fungsi organ atau jaringan tersebut. Hipertrofi terbagi dua, yaitu
hipertrofi patologik seperti pada otot jantung pasien yang menderita hipertensi selama

17
bertahun-tahun. Sedangkan hipertrofi fisiologik seperti terjadi pada otot rangka pada
binaragawan yang mendapatkan beban kerja latihan.

b. Mengurangi Ukuran Sel (atrofi)

Adalah proses adaptasi sel dimana organ atau jaringanyang terbentuktumbuh


mencapai batas normal tetapi kemudian mengalami penyusutan. Atrofi dapat bersifat
fisiologik misalnya pada proses penuaan dimana seluruh bagian tubuh tampak mengecil
secara bertahap. Atrofi patologik seperti pada berkurangnya produk hormon yang
dikeluarkan ginjal akibat konsumsi obat golongan kortikosteroid dalam waktu yang lama.
c. Menambah Jumlah Sel (hyperflasia)
Adalah kenaikan absolut jumlah sel pada sebuah jaringan atau organ yang
menyebabkan pembesran jaringan atau organ disertai dengan peningkatan fungsi organ atau
jaringan tersebut. Hiperflasia hanya dapat terjadi pada sel labil seperti sel epidermis dan sel
darah. Contoh: pembesaran uterus. Hiperflasia tidak dapat terjadi pada sel permanen seperti
otot rangka, saraf dan sel jantung.
d. Merubah Sel (metaflasia)

Adalah perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lain. Contoh: sel
epitel thorak padas aluran pernafasan seorang perokok yang dapat bersekresi diganti dengan
sel epitel gepeng berlapis yang tidak dapat bersekresi. Kondisi ini sangat merugikan karena
lendir yang merupakan alat proteksi terhadap bakteri, debu dan benda asing tidak
terbentuk sehingga saluran pernapasan mengalami infeksi

Perbandingan sel normal dan cedera

18
2.3 Kematian Sel
A. Definisi Kematian Sel
Kematian sel adalah peristiwa sel biologis berhenti menjalankan fungsinya yang
disebabkan proses-proses alami sel-sel tua yang sekarat dan digantikan oleh sel yang baru.

B. Patofisiologi Kematian Sel


Setiap sel baik yang cedera ataupun tidak, akan mengalami kematian. Proses
kerusakan sel diawali dengan terjadinya gangguan didalam sel. Empat sistem yang paling
mudah terpengaruh akibat cedera, yaitu:
a. Membran sel
Keutuhan membran sel terganggu akibatnya tugas membran sel untuk
mempertahankan tekanan osmotik seluler menurun.
b. Mitokondria
Pembentukan energi berupa ATP melalui mekanisme respirasi anaerob
terganggu.
c. Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma mensintesa protein mengalami gangguan
d. Nukleus
Sebagai aparatus genetik keutuhan nukleus terganggu akibat cedera
Selanjutnya sel yang mengalami cedera akan mengalami destruksi dan benar- benar
dikatakan mati ditandai oleh dua fenomena berikut:
1. Ketidakmampuan memperbaiki fungsi mitokondria sehingga sel tidak dapat
melakukan pembentukan ATP.
2. Gangguan fungsi membran yang nyata sehingga terjadi penurunan
fungsi membran yang luas.
Sel yang mendapatkan pengaruh berupa cedera hebat dalam waktu yang lama dan
tidak dapat lagi mengkompensasi kelangsungan metabolismenya akan mengalami kematian.
Diawal kematiannya sel akan mengalami pencairan atau koagulasi dengan keluarnya
organel internal.
Cairan sel yang mati antara lain berisi enzim yang ketika berada dalam sel hidup
tidak bersifat litik. Tetapi ketikasel telah mati akan bersifat litiksehingga dapat melarutkan
sel yang mati. Enzim tersebut berasal dari lisosom sel yang hancur dan akan mencerna sel
itu sendiri yang disebut autolisis.

19
Para ahli lebih jauh menjelaskan bahwa kematian sel ditandai dengan
menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktifitas biokimiawi sel dan
mengaktivasi enzim autolisis yang menyebabkan membran sel lisis.
Perubahan yang terjadi pada sel yang mati dapat diamati melalui:
1. Perubahan mikroskopis
Perubahan sel yang mati pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya yaitu:
inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak
teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancurdan meninggalkan
pecahan- pecahan zat kromatin yang tersebar didalam sel.
2. Perubahan makroskopis
Perubahan morfologi sel yang mati tergantung dari aktifitas enzim yang lisis
terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan ciri arsitekturnya
selama bebrapa waktu.
3. Perubahan kimia klinik
Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada
intrasel termasuk enzim tertentu masuk kedalam sirkulasi dan meningkat
kadarnya didalam darah.

C. Jenis Kematian Sel


Kerusakan sel yang berakhir dengan kematian sel dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu nekrotik dan apoptosis.
a. Nekrotik
Adalah kematian sel yang terjadi akibat cedera yang memiliki ciri adanya
pembengkakan dan ruptur organel intrnal. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik),
menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar didalam sel yang disebut
karioeksis, sedangkan inti hilang disebut kariolisis. Selanjutnya sel mati akan diisolir oleh sel
disekitarnya dan akan menimbulkan peradangan. Akibat peradangan yang terjadi leukosit
akan berkumpul didaerah sel mati dan selanjutnya mencerna sel tersebut melalui proses
fagositosis.
Nekrosis yang terjadi pada sel akan menimbulkan efek klinis sebagai berikut:
 Fungsi abnormal
Contohnya sel otot jantung yang mengalami nekrosis meskipun tidak luas akan

20
menyebabkan efek klinis hemodinamika. Berbeda dengan nekrosis yang terjadi pada ginjal,
meskipun seluruh ginjal kanan mengalami nekrosis tetapi tidak akan terjadi gagal ginjal
karena masih dapat dikompresi oleh ginjal kiri.
 Infeksi bakteri
Pertumbuhan bakteri akan mudah terjadi pada daerah sel yang mengalami nekrotik
dan menyebar ke seluruh tibuh melalui aliran limfe dan aliran darah. Oleh karena itu pada
kasus gangren dimana banyak sel mengalmi nekrotik sering memerlukan tindakan
pembedahan agar infeksi bakteri tidak menyebar ke seluruh tubuh.
 Efek sistem
Saat sel mengalami nekrosis, maka sel tersebut akan melepaskan zat pirogen.selain
itu terjadi peningkatan sel darah putih sebagai respon dari radang akut. Akibatnya akan
timbul demam dan leukosis meningkat.
Jenis-jenis nekrosis:
1. Nekrosis koagulatif, sel nekrotik bentuknya tetap, akibat sel litik dihambat kondisi
lokal (pada jantung, ginjal dan limfa).
2. Nekrosis liquefaktif, sel nekrotik mengalami pencairan akibat kerja enzim (pada
otak medula spinalis).
3. Nekrosis kaseosa, sel nekrotik hancur, tetapi pecahannya tetap berada disekitarnya
(pada paru).
4. Gengren, yaitu nekrosis koagulatif akibat kekurangan aliran darah dan disertai
tumbuhnya bakteri safrofit yang berlebihan (gangren kering pada tungkai, gangren
basah pada usus)
5. Nekrosis lemak enzimatis (pankreatik), terjadi akibat enzim pankreas mengalir diluar
duktus (pada pankreas).

D. Indikator Nekrosis
 Hilangnya fungsi organ
 Peradangan disekitar nekrosis
 Demam
 Malaise
 Leukositosis
 Peningkatan enzim serum

21
Apoptosis

A. Definisi
Merupakan suatu jenis mekanisme biologi kematian sel yang terprogram. Apoptosis
digunakan oleh tubuh untuk membuang sel yang tidak diperlukan. Hal ini berlangsung
seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, berbeda dengan nekrosis yang
bersifat akut dan tidak terprogram.
Sebagai contoh keuntungan apoptosis adalah pemisahan jari pada periode embrio.
Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak diantara jari menyebabkan masing-masing
jari terpisah. Bila sel kehilangan kemampuan apoptosis maka banyak sel yang akan
membelah tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.
Apoptosis disebut juga kematian sel terprogram (programmed cell death) yang
terjadi secara terpisah atau sendiri-sendiri. Berbeda dengan nekrosis yang kematian selnya
melibatkan sekelompok sel. Pada apoptosis sel yang matik akan dimakan oleh sel yang
berdekatan atau yang berbatasan langsung dengannya.
Apoptosis terjadi berdasarkan informasi dari gen yang ada didalam sel. Informasi
genenetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu. Awalnya terjadi
perubahan secara morfologis, termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel akan
terfragmentasi menjadi badan apoptosis dan selanjutnya fragmen tersebut diabsorbsi
sehingga sel yang mati menghilang.

B. Faktor-faktor Penyebab Apoptosis


1. Penyebab fisiologik

 Destruksi sel selama embriogenesis. Contoh pembelahan jari pada embrio.


 Involusi jaringan yang bergantung hormon. Contoh kematian sel pada endometrium
dan prostat pada lansia.
 Penghapusan sel dalam populasi yang mengadakan profilasi.
 Kematian sel yang sudah melaksanakan tugasnya. Contoh sel netrofil akan mati
setelah mengalami infeksi akut.
 Penghapusan limfosit reaktif yang berpotensi berbahaya.
2. Penyebab patologik

 Kematian sel yang ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menyebabkan cedera.
Jika mekanisme perbaikan DNA tidak dapat mengatasi kerusakan yang ditimbulkan,

22
maka kematian sel karena radiasi atau obat sitotoksik akan menyebabkan sel
membunuh dirinya sendiri melalui apoptosis.
 Kematian sel karena infeksi virus.
 Atrofi patologik organ tertentu pasca obstruksi saluran.
 Kematian sel pada tumor.
Gambaran morfologik apoptosis diilustrasikan sebagai berikut:
 Pengeriputan sel
 Fragmentasi kromatin
 Pembentukan lepuh pada sel
 Fagositosis benda oleh sel didekatnya atau makrofag
 Tidak adanya inflamasi membuat apoptosis sulit terdeteksi melalui pemeriksaan
histologik

C. Karakteristik Biokimiawi Apoptosis

 Pemecahan protein dilakukan oleh enzim protease yang dinamakan kaspase. Enzim
ini dapat mengaktifkan DNA untuk memecah DNAdalam nukleus.
 Pemecahan DNA internukleosomal menjadi fragmen-fragmen.
 Perubahan DNA pada membran plasma memungkinkan sel yang mengalami
apoptosis dikenali untuk difagositosis.

D. Perbedaan Nekrosis Dan Apoptosis

Nekrosis Apoptosis

Kematian oleh faktor luar sel Kematian diprogram oleh sel

Sel membengkak Sel tetap ukurannya

Pembersihan debris oleh fagosit dan


sistem imun sulit Pembersihan berlangsung cepat

Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit Sel mati akan ditelan oleh fagosit

Lisis sel Non lisis


Inflamasi merusak sel sekitarnya Sel sekitarnya tetap hidup normal

23
B. Mekanisme Apoptosis
1. Signaling
Apoptosis dapat dipicu dengan berbagai sinyal yang terprogram intrinsik. Contoh
pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2. Kontrol dan integrasi
Apoptosis dapat mengontrol dan mengintegrasikan kematian sel melalui protein
spesifik yang menghubungkan sinyal kematian sel dan waktu kematian sel.
3. Eksekusi
Apoptosis ditandai dengan pemecahan protein yang menjadi awal kejadian bunuh
diri sel. Kemudian perubahan protein sitoplasma sehingga lebih mudah larut serta
pemecahan DNA.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera sel adalah berbagai perubahan stress yang dialami sel karena
perubahan lingkungan eksternal maupun internal. Kelangsungan hidup sel tergantung
pada beberapa faktor seperti pasokan energi yang konstan, membran plasma utuh,
fungsi biologi generik, aktifitas seluler spesifik dan genomik yang aman dan efektif.
Agen-agen yang dapat menyebabkan cedera pada sel adalah agen fisik, agen
kimia dan biologi seperti obat-obatan dan racun, infeksi dari organisme lain,
hambatan metabolisme, kegagalan keutuhan membran, kerusakan DNA, serta reaksi
imun.
Ketika sel mendapatkan cedera dan sel harus menjalankan fungsinya, maka sel
akan melakukan adaptasi. Respon sel yang mengalami cedera dapat bersifat reversibel
yang dapat juga disebut dengan cedera subletal dan jika mengalami cedera ireversibel
disebut cedera letal.
Berbeda dengan cedera sel, kematian sel adalah peristiwa sel biologis berhenti
menjalankan fungssinya yang disebabkan proses-proses alami sel-sel tua yaang
sekarat dan digantikan oleh sel baru. Jenis kematian sel dapat dibedakan jadi dua yaitu
nekrotik dan apoptosis.

B. Saran
Kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita konsumsi, menjaga
aktivitas
serta selalu mengutamakan perilaku sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala-
gejala kematian sel apalagi nekrosis yang dapat merusak sel dan berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

25
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Perawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Underwood, J.C.E, Cross,S.S. (2009). General and Systematic Pathology (fifth


edition). Churchill Livingstone: Elsevier (UK): Elsevier Limited

Sriyanti, Cut. 2016. Patologi. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Suparyanto. 2010. Cedera Sel Dan Kematian Sel. Diakses pada 6 Maret 2022 melalui
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/cedera-sel-dan-kematian-sel.html?m=1

Sumber Gambar
http://pujoduryatbetta.blogspot.co.id/2014/03/pembelahan-sel.html
https://sains.info/cell-therapy/
http://slideplayer.info/slide/3210271
http://www.tandapagar.com/gambar-sel-hewan/

26

Anda mungkin juga menyukai