Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Dosen Pengampu : Ibu Sansri Diah KD., SPd., SKp., MKes AIFO

Nama : Muhammad Yudha Prasetya

NIM : P17320122070

Tingkat :1B

D3 KEPERAWATAN BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia - Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Patofisiologi
dengan judul " Mengidentifikasi Bentuk Kelainan Reversible, Irreversible, dan Adaptasi ".
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Patofisiologi pada minggu ke 4.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Sansri Diah KD., SPd., SKp., Mkes
AIFO selaku dosen pengampu Mata Kuliah Patofisiologi.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.

Bandung, 23 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................ 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
KAJIAN TEORI ...................................................................................................................... 6
A. SEL ................................................................................................................................. 6
B. STRUKTUR SEL .......................................................................................................... 6
C. JEJAS ............................................................................................................................. 6
D. PENYEBAB JEJAS ...................................................................................................... 7
E. TANDA – TANDA KERUSAKAN JEJAS ................................................................. 7
F. Jejas Reversibel ( Degenerasi sel / Mola Hidatidosa ) ............................................... 9
G. Jejas Irreversible ( Kematian Sel ) ............................................................................ 10
H. PERBEDAAN NEKROSIS KOAGULATIVA DAN LIQUEFACTIVE ............... 10
I. ADAPTASI .................................................................................................................. 11
BAB III.................................................................................................................................... 19
PENUTUP............................................................................................................................... 19
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 19
B. SARAN ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit apapun yang diderita oleh pasien pada dasarnya yang diserang adalah sel dan sel
akan melakukan adapatasi (menyesuaikan diri). Sel normal merupakan mikrokosmos yang
berdenyut tanpa henti, secara tetap mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi
terhadap tantangan dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu
berat, struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.

Tubuh kita terdiri dari satuan dasar yang hidup yakni berupa sel-sel. Kemudian sel-sel
tersebut akan berkelompok membentuk jaringan yang berbeda-beda yang saling
menghubungkan satu sama lainnya. Setiap sel dapat beradaptasi dan berkemampuan untuk
berkembang biak. Bila sel tersebut rusak dan mati, maka sel-sel yang masih hidup akan terus
membelah diri terus menerus sampai jumlahnya mencukupi kembali.

Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan kesehatan sel


meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut melampaui batas
maka akan terjadi jejas sel atau cidera sel bahkan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap
tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cidera sel
yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami
kematian sel.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Sel ?
2. Bagaimana Struktur Sel ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Jejas ?
4. Apakah Tanda – Tanda dan Penyebab Jejas ?
5. Apakah yang dimaksud dengan Jejas Reversibel ?
6. Apakah yang dimaksud dengan Jejas Irreversible ?
7. Bagaimana Perbedaan Nekrosis Koagulativa dan Liquefactive ?
8. Apakah yang dimaksud dengan Adaptasi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami Sel
2. Untuk mengetahui dan memahami Struktur Sel
3. Untuk mengetahui dan memahami Jejas
4. Untuk mengetahui dan memahami Tanda – Tanda dan Penyebab Jejas
5. Untuk mengetahui dan memahami Jejas Reversibel
6. Untuk mengetahui dan memahami Jejas Irreversible
7. Untuk mengetahui dan memahami Perbedaan Nekrosis Koagulativa dan Liquefactive
8. Untuk mengetahui dan memahami Adaptasi
BAB II

KAJIAN TEORI

A. SEL
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan
merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas
kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung
di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme
uniseluler, misalnya bakteri dan amoeba. Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan,
hewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel
terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing.Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas
lebih dari 10 sel. Namun, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan
satu sel.

B. STRUKTUR SEL
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma, sementara
daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam hidupnya,
mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel
tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur yang disebut ribosom yang berfungsi
dalam pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia
dalam sel tersebut.

Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur
berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan
posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran
organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki nukleus.
Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik, sementara protista, tumbuhan,
jamur, dan hewan memiliki sel eukariotik.

C. JEJAS
Jejas Sel terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan. Hal
ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari
cedera atau mati bergantung pada besar sel tersebut dan serta jenis cederanya. Apabila suatu
sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran,
bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

Beberapa penyebab umum Jejas Sel antara lain :


a. Kekurangan Oksigen
b. Kekurangan Nutrisi
c. Infeksi Sel
d. Respon Imun yang Abnormal
e. Faktor Fisik ( Suhu, Temperature, Radiasi, Trauma, dan Gejala Kelistrikan )
f. Kimia ( Bahan - bahan Kimia Beracun )

D. PENYEBAB JEJAS
Penyebab Cedera ( Jejas ) Sel yang paling sering terjadi adalah Hipokisa atau Defisiensi
Oksigen mengganggu Respirasi Oksidatif Aerobic merupakan penyebab jejas sel yang
paling sering dan terpenting serta menyebabkan Kematian.

Selain hipoksia terdapat pula penyebeb yang lain yaitu Iskemia. Iskemia merupakan
penyebab tersering dari Hipoksia. Selain itu, disebabkan oleh Oksigenasi Darah yang tidak
Adekuat ( seperti pada Pneumonia ), berkurangnya kemampuan pengangkutan Oksigen
Darah ( seperti pada Anemia atau Keracunan CO sehingga menghalau pengikatan Oksigen)

E. TANDA – TANDA KERUSAKAN JEJAS


Mekanisme jejas sel adalah respon seluler terhadap stimulus yang berbahaya
bergantung pada tipe cedera, durasi, dan keparahannya. jadi toksin berdosis rendah atau
iskemia berdurasi singkat dapat menimbulkan jejas sel yang reversible. begitu pula
sebaliknya. Jadi jejas tersebut bisa terlihat atau tidak itu tergantung pada durasi iskemia
dan kadar toksin yang terkandung didalam jejas tersebut.

1. Respon imun yang abnormal


Respon imun yang abnormal merupakan respon dari kekebalan tubuh terhadap suatu
keadaan yang dapat menimbulkan jejas sel. sebagai contoh dalam Skleroderma terjadi pada
fase vaskuler. pada fase tersebut dari respon imun yang abnormal mengakibatkan
akumulasi lokal faktor-faktor pertumbuhan yang menggerakkan proliferasi fibroblas dan
menstimulasi sisntesis kolagen.

2. Kekurangan imun dapat menyebabkan jejas

Kekurangan nutrisi yang dimaksud adalah kekuarangan suatu zat yang sanagt
diperlukan untuk sel tersebut. Misalnya terjadi defisiensi protein ini akan menyebabkan
terganggunya pertumbuhan dan pemeliharaan pada jaringan, sehingga akan timbul jejas
yang akan merugikan bagi tubuh.

3. Mola Hidatidosa.

Degenerasi Hidropik adalah Mola Hidatidosa ( Hydatiform Mole ) sering disebut


sebagai ' Kehamilan Buah Anggur '. Sediaan diambil dari hasil curretage Ibu Hamil
Trimester II yang mengalammi Abortus.

Mekanisme yang mendasari terbentuknya Mola adalah Degenerasi. Degenerasi adalah


suatu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang mengakibatkan perubahan
morfologik akibat jejas nonfatal pada sel. Pada telaah biomolekular, terjadi proses
penimbunan (storage) atau akumulasi cairan dalam organel sel yang menyebabkan
perubahan morfologik sel. Selain itu, terjadi kerusakan yang menimbulkan fragmentasi.
Fragmen ini dapat meningkatkan tekanan osmotik cairan intrasel karena mengandung
lemak dan protein. Inilah awal terjadinya degenerasi albumin. Apabila proses berlanjut
disertai peningkatan intensitas jejas sel sampai timbulnya pembengkakan vesikel, tampak
lah vakuola intrasel yang dinamakan degenerasi vakuoler/hidropik. Degenerasi hidropik
yang terjadi pada vili korialis dinamakan mola hidatidosa, karena seluruh stroma vili yang
avaskuler larut menjadi cairan mengisi bentuk vili yang menggembung mirip buah anggur
atau Kista Hidatid ( Kehamilan Buah Anggur = Hydatidiform Mole ). Mekanisme yang
mendasari terjadinya Degenerasi ini yaitu Kekurangan Oksigen ( Hipoksia ), adanya
Toksik, dan karena pengaruh Osmotik.

Janin Ibu Hamil pada gejala Kehamilan Buah Anggur tidak akan mati. Janin dapat
hidup karena pada dasarnya yang mengalami perkembangan dalam rahim tersebut
bukanlah janin, melainkan gelembung - gelembung pembesaran kapiler. Pada Kehamilan
Anggur ( Kehamilan Abnormal berupa Tumor Jinak yang terbentuk akibat kegagalan
pembentukan janin ) ini biasanya tidak ditemukan atau tidak dapat diidentifikasi adanya
janin atau embrio serta tidak terdengar denyut jantung bayi.

Berdasarkan hal tersebut maka terdapat dua jenis mola, yaitu Hidatidosa Klasik /
Komplet ( tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin ) dan Mola Hidatidosa Parsial /
Inkomplet ( terdapat janin atau bagian tubuh janin ). Perkembangan janin pada kondisi ini
terhambat akibat kelainan Kromosom dan umumnya mati pada Trimester pertama. Selain
itu,Mola Hidatidosa ini bersifat Irreversibel dimana seluruh Stroma Vili yang Avaskuler
telah larut menjadi cairan yang mengisi bentuk vili yang menggembung. Pada Mola
Hidatidosa janin gagal dibentuk, di sisi lain justru gelembung-gelembung mirip anggur
terus berkembang dan pada akhirnya janin tidak mampu bertahan hidup.

Beberapa faktor yang sering dikaitkan sebagai penyebab Hamil Anggur ini yaitu Mutasi
Genetik ( buruknya kualitas sperma atau ovum ), kehamilan di mana janin akan mati dan
tak berkembang, kekurangan vitamin A, darah tinggi, serta faktor gizi yang kurang baik.
Diperkirakan bahwa factor - faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu
hamil, dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Wanita
dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi.
Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten juga meningkatkan risiko
terjadinya mola.

Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori
utama yaitu :

F. Jejas Reversibel ( Degenerasi sel / Mola Hidatidosa )


Jejas Reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi
semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Contoh umum yang sering terjadi pada kategori
ini yaitu Degenerasi Hidropik. Degenerasi ini menunjukkan adanya Edema Intraseluler,
yaitu adanya peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan
kandungan air pada mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada Mola Hedatidosa telihat
banyak sekali Gross ( Gerombolan ) Mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari
terjadinya generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena
pengaruh osmotic. Pada kondisi Mola Hidatidosa, janin biasanya meninggal. Akan tetapi,
villus-villus ( gerombolan mola ) yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.

G. Jejas Irreversible ( Kematian Sel )


Jejas Irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-
menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati.
Terdapat dua jenis Jejas Irreversible ( Kematian Sel ) yaitu Apotosis dan Nekrosis.
Apoptosis merupakan pengendalian terhadap eliminasi - eliminasi sel yang mati,
sedangkan Nekrosis merupakan kematian sel / jaringan pada tubuh yang hidup di luar dari
kendali. Sel yang mati pada Nekrosis akan membesar dan kemudian hancur dan Lisis pada
suatu daerah yang merupakan respon terhadap inflamasi ( Lumongga, 2008 ). Jadi
perbedaanya terletak pada terkendali atau tidaknya kematian sel tersebut.

Apoptosis adalah kematian sel periodik yang telah dipersiapkan penggantinya, atau
terprogram, sedangkan Nekrosis merupakan kematian sel jaringan akibat jejas saat individu
masih hidup, juga merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma. Nekrosis termasuk jejas Sel Irreversible akibat proses Enzimatik dari kematian
elemen - elemen sel, denaturasi protein, dan autolisis.

Nekrosis terbagi menjadi dua, yaitu Nekrosis Koagulatif dan Nekrosis Liquefactive.
Pada Nekrosis Koagulatif, protoplasmanya tampak seperti membeku akibat koagulasi
protein. Terjadi pada Nekrosis Ishemik akibat putusnya perbekalan darah. Daerah yang
terkena menjadi padat, pucat dikelilingi oleg daerah yang hemoragik. Nekrosis Koagulatif
dapat terjadi juga karena toksin bakteri, misalnya pada thypus abdominalis, pada dhypteria,
pneumonia, dan infeksi keras lainnya.

Nekrosis Liquefactive terjadi dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan
Nekrosis Koagulatif, akibat pengaruh enzim - enzim yang bersifat Litik sering terjadi pada
jaringan otak. Nekrosis mencair ini juga dapat terjadi pada jaringan yang mengalami infeksi
bakteriologik yang membentuk nanah.

H. PERBEDAAN NEKROSIS KOAGULATIVA DAN LIQUEFACTIVE


• Nekrosis Koagulatif : terjadi koagulasi (penggumpalan) unsur protein intrasel yang
umumnya terjadi pada daerah infark dengan disertai ekstravasi eritrosit. Contoh
Nekrosis Koagulativa terjadi pada organ jantung tetapi bentuk dan warnanya
berubah
• Nekrosis Liquefactive : terjadi pada otak yang disebabkan enzim proteolitik sel
lekosit sehingga nekrosis neuron yang kaya litik ini mudah mencairkan substansi
sekitarnya. Contoh Nekrosis Liquefactive mengakibatkan sel pada organ jantung
menjadi memiliki cairan, sel gosong dan kemudian menghilang.

I. ADAPTASI
Sel mampu mengatur dirinya dengan cara mengubah Struktur dan Fungsinya sebagai
respon terhadap berbagai kondisi Fisiologis maupun Patologis. Kemampuan ini disebut
dengan Adaptasi Selular.

Terdapat 4 tipe Adaptasi Selular, yaitu:

1. Hipertrofi

Hipertrofi adalah Pertambahan besar organ akibat adanya pertambahan ukuran sel pada
organ. Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan
beban kerja suatu sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat, menyebabkan
pertumbuhan sebagian besar struktur dalam sel.

Contoh Hipertrofi yang menguntungkan adalah yang terjadi pada jaringan yang terdiri
atas sel permanen misalnya otot Skelet pada Binaragawan. Hipertrofi yang bersifat
Patologis contohnya adalah jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih kecil dan
kerja jantung jadi lebih berat.

2. Metaplasia

Metaplasia adalah perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya. Metaplasia
biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi kontinu yang menghasilkan
peradangan kronis pada jaringan. Dengan mengalami metaplasia, sel-sel yang lebih mampu
bertahan terhadap iritasi dan peradangan kronik akan menggantikan jaringan semula.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu
dengan mengganti sel mukosa gaster misalnya dengan sek squamosa yang lebih kuat.
Karena sel squamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. pada saat mencerna
makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak
elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan.

Contoh metaplasia yang paling umum adalah perubahan sel saluran pernapasan dari sel
epitel kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat sebagai respons terhadap
merokok jangka panjang.Contoh lain yang dapat kita amati pada kasus kanker serviks. Pada
perubahan sel kolumnar endoserviks menjadi sel skuamosa ektoserviks terjadi secara
fisiologis pada setiap wanita yang disebut sebagai proses metaplasia. Karena adanya faktor-
faktor risiko yang bertindak sebagai ko-karsinogen, proses metaplasia ini dapat berubah
menjadi proses displasia yang bersifat patologis. Displasia merupakan karakteristik
konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi ganas.

Jadi, intinya Metaplasia bisa terjadi dalam bentuk Fisiologis namun hanya sesaat saja
karena pasti akan ada factor yang menyebabkan Metaplasia ini berubah sifat menjadi
Patologis.

3. Atrofi

Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya ukuran sel
atau mengecilnya / berkurangnya ( Atrofi Numerik ) Sel Parenkim dalam organ tubuh
(Syhrin, 2008). Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis Atrofi
tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus diketahui terlebih
dahulu jenis - jenis Atrofi agar pembahsannya lebih spesifik. Secara umum, terdapat dua
jenis Atrofi, yaitu Atrofi Fisiologis dan Atrofi Patologis.

Atrofi Fisiologis merupakan Atrofi yang bersifat normal atau alami. Beberapa organ
tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan atau
pertumbuhan, dan jika alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut tidak menghilang ketika
sudah mencapai usia tertentu, malah akan dianggap sebagai patologik ( Saleh, 1973).
Contoh dari atrofi fisiologis ini yaitu proses penuaan ( Aging Process ) dimana Glandula
Mammae mengecil setelah Laktasi, penurunan fungsi / produktivitas Ovarium dan Uterus,
kulit menjadi tipis dan keriput, tulang - tulang menipis dan ringan akibat Resorpsi.
Penyebab proses Atrofi ini bervariasi, diantaranya yaitu berkurangnya / hilangnya Stimulus
Endokrin, involusi akibat menghilangnya rangsan - rangsang tumbuh ( Growth Stimuli ),
berkurangnya rangsangan saraf, berkurangnya perbekalan darah, dan akibat Sklerosis
Arteri. Penyebab - penyebab tersebut terjadi karena proses normal penuaan ( Saleh, 1973
). Berbeda dengan Atrofi Fisiologis, Atrofi Patologis merupakan Atrofi yang terjadi di luar
proses normal / alami. Secara umum, Atrofi Patologis dan Fisiologis terbagi menjadi lima
jenis yaitu Atrofi Senilis, Atrofi Local, Atrofi Inaktivas, Atrofi Desakan, dan Atrofi
Endokrin.

a. Atrofi Senilis

Atrofi senilis terjadi pada semua alat tubuh secara umum, karena atrofi senilis termasuk
dalam atofi umum (general atrophy). Atropi senilis tidak sepenuhnya merupakan atropi
patologis karena proses aging pun masuk ke dalam kelompok atrofi senilis padahal proses
aging merupakan atropi fisiologis. Contoh atropi senilis yang merupakan proses patologik
yaitu starvation (kelaparan). Starvation atrophy terjadi bila tubuh tidak mendapat
makanan/nutrisi untuk waktu yang lama. Atropi ini dapat terjadi pada orang yang sengaja
berpuasa dalam jangka waktu yang lama (tanpa berbuka puasa), orang yang memang tidak
mendapat makanan sama sekali (karena terdampar di laut atau di padang pasir). Orang yang
menderita gangguan pada saluran pencernaan misalnya karena penyempitan (striktura)
esophagus. Pada penderita stiktura esophagus tersebut mungkin mendapatkan suplai
makanan yang cukup, namun makanan tersebut tidak dapat mencapai lambung dan usus
karena makanan akan di semprotkan keluar kembali. Karena itu, makanan tidak akan
sampai ke jaringan-jaringan tubuh sehingga terjadilah emasiasi, inanisi, dan badan menjadi
kurus kering.

b. Atrofi Lokal

Atrofi local dapat terjadi akibat keadaan-keadaan tertentu.

c. Atropi inaktivitas
Terjadi akibat inaktivitas organ tubuh atau jaringan. Misalnya inaktivitas otot-otot
mengakibatkan otot-otot tersebut mengecil. Atropi otot yang paling nyata yaitu bila terjadi
kelumpuhan otot akibat hilangnya persarafan seperti yang terjadi pada poliomyelitis.

Atrofi inaktivitas disebut juga sebagi atrofi neurotrofik karena disebabkan oleh
hilangnya impuls trofik. Tulang-tulang pada orang yang karena suatu keadaan terpaksa
harus berbaring lamaocclusion) pada saluran keluar pancreas, sel-sel asinus pancreas
(eksokrin) menjadi atrofik. Namun, pulau-pulau Langerhans (endokrin) yang membentuk
hormon dan disalurkan ke dalam darah tidak mengalami atrofi. mengalami atrofi
inaktivitas. Akibatnya, tulang-tulang menjadi berlubang-lubang karena kehilangan
kalsiumnya sehingga tidak dapat menunjang tubuh dengan baik. Sel-sel kelenjar akan rusak
apabila saluran keluarnya tersumbat untuk waktu yang lama.

d. Atrofi Desakan

Atrofi ini terjadi akibat desakan yang terus-menerus atau desakan dalam waktu yang
lama dan yang mengenai suatu alat tubuh atau jaringan. Atrofi desakan fisiologik terjadi
pada gusi akibat desakan gigi yang mau tumbuh dan dan yang mengenai gigi (pada nak-
anak). Atroi desakan patologik misalnya terjadi pada sternum akibat aneurisma aorta.
Pelebaran aorta di daerah substernal biasanya terjadi akibat sifilis. Karena desakan yang
tinggi dan terus menerus mengakibatkan sternum menipis.

Atrofi desakan ini pun dapat terjadi pada ginjal. Parenkim ginjal dapat menipis akibat
desakan terus-menerus. Ginjal seluruhnya berubah menjadi kantung berisi air, yang
biasanya terjadi akibat obstruksi ureter, yang biasanya disebabkan oleh batu. Atrofi dapat
terjadi pada suatu alat tubuh kerena menerima desakan suatu tumor didekatnya yang makin
lama makin membesar ( Saleh, 1973).

e. Atrofi endokrin

Terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya bergantung pada rangsangan hoemon
tertentu. Atrofi akan terjadi jika suplai hormon yang dibutuhkan oleh suatu organ tertentu
berkurang atau terhenti sama sekali. Hal ini misalnya dapat terjadi pada penyakit
Simmonds. Pada penyakit ini, hipofisis tidak aktif sehingga mrngakibatkan atrofi pada
kelenjar gondok, adrenal, dan ovarium.
• Secara umum, atrofi dapat terjadi karena hal – hal / kondisi berikut :

1) Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang


2) Hilangnya stimulus/rangsangan saraf
3) Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin
4) Kekurangan nutrisi
5) Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan mengakibatkan
pengecilan organ tersebut).

• Mekanisme Atropi

Secara umum, seluruh perubahan dasar seluler ( dalam hal ini merupakan perubahan ke
arah atropi ) memiliki proses yang sama, yaitu menunjukkan proses kemunduran ukuran
sel menjadi lebih kecil. Namun, sel tersebut masih memungkinkan untuk tetap bertahan
hidup. Walupun sel yang atropi mengalami kemunduran fungsi, sel tersebut tidak mati.

Atropi menunjukkan pengurangan komponen-komponen stutural sel. Sel yang


mengalami atropi hanya memiliki mitokondria dengan jumlah yang sedikit, begitu pula
dengan komponen yang lain seperti miofilamen dan reticulum endoplasma. Akan tetapi ada
peningkatan jumlah vakuola autofagi yang dapat memakan/merusak sel itu sendiri.

• Contoh Penyebab Atrofi

Mekanisme kekurangan nutrisi yang sebagian besar ( nutrisi ) berasal dari protein saat
proses sintesis protein pada ribosom. Saat terjadi kekurangan nutrisi maka akan
mengakibatkan terganggunya proses sintesis protein yang terjadi di ribosom dalam sel
tubuh. Terganggunya proses sintesis protein mengakibatkan ribosom tidak berfungsi pula,
saat dirobosom tidak berfungsi maka lama - kelamaan ribosom akan semakin sedikit dan
jumlah volume sel semakin sedikit atau bahkan hilang.

Ketika seseorang mengalami kekurangan nutrisi dalam tubuhnya maka berisiko


mengalami komplikasi dari penyakit seperti campak, pneumonia, dan diare lebih tinggi.
Lalu dapat terjadi depresi, berisiko hipotermia, imunitas menurun sehingga meningkatkan
risiko terjadi infeksi, penyembuhan penyakit dan luka lebih lama serta masalah terhadap
kesuburan. Untuk mengetahui seseorang kekurangan gizi dapat diperiksa dengan
menghitung indeks massa tubuh, yaitu dengan menghitung berat badan (dalam kilogram)
dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter persegi). Nilai normal pada wanita adalah 19-24,
dan pria adalah 20-25. Di bawah nilai tersebut dikatakan kekurangan gizi dan diatas nilai
tersebut dikatakan kelebihan gizi.

1) Atrofi pada Testis

Testis mengalami atrofi karena berbagai hal. Kebanyakan, atrofi testis diawali dengan
orkitis yaitu peradangan pada testis yang disebabkan oleh infeksi. Biasanya, infeksi tersebut
ditandai dengan gejala pembengkakan testis. Pada orkitis dapat terjadi kerusakan pembuluh
darah pada korda spermatic (saluran yang berisi pembuluh darah, persarafan, kelenjar getah
bening, dan saluran sperma) yang dapat menyebabkan atrofi testis. Akibatnya, testis
tersebut mengalami kegagalan fungsi untuk memproduksi sperma. Sehingga akan terjadi
gangguan dalam menghasilkan keturunan.

2) Atrofi pada Otak, Penderita Alzheimer

Alzheimer termasuk salah satu kepikunan berbahaya yang dapat menurunkan daya pikir
dan kecerdasan seseorang. Fenomena alzheimer ditandai dengan adanya kemunduran
fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu
kegiatan sosial sehari-hari (Quartilosia, 2010). Secara anatomi, serebrum mengalami atrofi,
yaitu girus serebrum menjadi lebih kecil/menciut sedangkan sulkusnya melebar.

Penderita Alzheimer biasanya akan sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu
barang. Orang-orang di sekitar penderita, biasanya akan mengalami kekhawatiran terhadap
penderita alzheimer. Ini merupakan akibat atrofi otak yang sangat mematikan, karena sel-
sel saraf pada otaknya mati.

3) Atrofi pada Otot Bisep

Telihat dengan jelas bahwa lengan atasnya mengalami pengecilan. Pada umumnya,
kondisi ini disebabkan oleh inaktivitas/disuse otot lengan tersebut. Lengan tersebut jarang
digunakan untuk mengankat beban, atau jarang digunakan untuk bekerja sehingga
mengalami penyusutan. Atrofi ini disebut atrofi inaktivitas patologik.

Seseorang yang mengalami atrofi otot akan mengalami penurunan kekuatan bahkan
yang lebih fatal yaitu dapat mengakibatkan kelumpuhan. Namun, ada cara-cara
mengatasinya diantaranya yaitu, dilakukannya program olah raga rutin dengan
pengontrolan terapis, perawat, atau dokter; latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja
otot; dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang (obat-penyakit.com, 2010).

• Penyebab Terjadinya Atrofi

Sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahasannya


lebih spesifik. Secara umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi
patologis.

Atrofi fisiologis merupakan atrofi yang bersifat normal atau alami. Beberapa organ
tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan atau
pertumbuhan. Contohnya yaitu proses penuaan yaitu penurunan fungsi/produktivitas
ovarium dan uterus, kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang menipis dan ringan
akaibat resorpsi.

Penyebabnya macam-macam, misal berkurangnya/hilangnya stimulus endokrin,


involusi akibat menghilangnya rangsan-rangsang tumbuh, berkurangnya rangsangan saraf,
berkurangnya perbekalan darah, dan akibat sklerosis arteri. Sedangkan trofi patologis
merupakan atrofi yang terjadi di luar proses normal/alami.

Ada beberapa jenis Atrofi yang bisa di identifikasi menurut jenisnya yaitu Hiperplasia
dan Hipertrofi. Perbedaan Hiperplasi dan Hipertrofi. Hiperplasi adalah jumlah sel
bertambah sehingga organ membesar. Contoh dari Fisiologis adalah membesarnya
payudara pada wanita saat memasuki masa pubertas dan Membesarnya uterus Ibu hamil,
sedangkan Patologis adalah Hipertensi dan Membesarnya kelenjar prostat. Hipertrofi
adalah bertambahnya isi / volume suatu jaringan sehingga organ membesar.

4. Hiperplasia

Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh karena


pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru (Saleh, 1973). Sama halnya dengan atrofi,
terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan patologis. Contoh yang
sering kita temukan pada kasus hyperplasia fisiologis yaitu bertambah besarnya payudara
wanita ketika memasuki masa pubertas. Sedangkan hyperplasia patologis sering kita
temukan pada serviks uterus yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Sel-sel pada
serviks tersebut mengalami penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini diakibatkan oleh
sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu pertumbuhan yang besar.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan
unit penyusun semua makhluk hidup. Jejas Sel terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat
beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu
lama atau terlalu berat.
Jejas Reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan
morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Jejas Irreversible adalah suatu
keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat
kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Adaptasi Seluler adalah kemampuan
sel untuk mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan fungsinya sebagai
respon terhadap berbagai kondisi Fisiologis maupun Patologis.

B. SARAN

Dengan dibuatkannya makalah ini harapannya agar bisa bermanfaat bagi


penulis maupun yang akan membaca serta dapat menambah pengetahuan dan bisa
mengimplementasikan agar kita selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Demikian
Makalah yang telah kami buat mohon maaf maaf apabila ada salah dalam penulisan
maupun dalam penyusunan kalimat.
DAFTAR PUSTAKA

Lalla N.S.N , Setiawan A, dkk. ( 2022 ). Patofisiologi. PT Global Eksekutif. Diakses pada 23
Januari 2023
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=gummEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=
mengidentifikasi+bentuk+kelainan+reversible,+ireversible,+dan+adaptasi.+&ots=_1K6bHO_
g3&sig=RjPoJc6C4NJ93gPPR82FAARISJ4&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Kompasiana.com (2015)."Adaptasi, Jejas dan Kematian Sel". Dibuka pada 23 Januari 2023
https://www.kompasiana.com/evaprasetyamaulinafikui2011/550e976a813311c32cbc6495/ad
aptasi-jejas-dan-kematian-sel

Dokumen Indonesia (2020). Jejas Sel Reversible Irreversible. Dibuka pada 23 Januari 2023
https://dokumen.tips/documents/jejas-sel-reversible-irreversible.html?page=3

Anda mungkin juga menyukai