Anda di halaman 1dari 5

Nama: Dinda Dwi Melany

Kelas: A
Prodi: S1 keperawatan
Nim: 841420014
Semester 2
Dosen pengajar: dr. Elvie Febriani Dungga, M. Kes

Adaptasi, Jejas Dan Kematian Sel


Adaptasi sel

Sel mampu mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan fungsinya sebagai respon terhadap
berbagai kondisi fisologis maupun patologis. Kemampuan ini disebut dengan adaptasi selular.
Terdapat 4 adaptasi sel yaitu:
a)Hipertrofi
Hipertrofi adalah Pertambahan besar organ akibat adanya pertambahan ukuran sel pada organ.
Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu
sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat, menyebabkan pertumbuhan sebagian besar
struktur dalam sel.
Contoh hipertrofi yang menguntungkan adalah yang terjadi pada jaringan yang terdiri atas sel
permanen misalnya otot skelet pada binaragawan. Hipertrofi yang bersifat patologis contohnya adalah
jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih kecil dan kerja jantung jadi lebih berat.

b) Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya. Metaplasia biasanya terjadi
sebagai respons terhadap cedera atau iritasi kontinu yang menghasilkan peradangan kronis pada
jaringan. Dengan mengalami metaplasia, sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan
peradangan kronik akan menggantikan jaringan semula.
Contoh metaplasia yang paling umum adalah perubahan sel saluran pernapasan dari sel epitel
kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat sebagai respons terhadap merokok jangka
panjang.Contoh lain yang dapat pada kasus kanker serviks. Pada perubahan sel kolumnar endoserviks
menjadi sel skuamosa ektoserviks terjadi secara fisiologis pada setiap wanita yang disebut sebagai
proses metaplasia. Karena adanya faktor-faktor risiko yang bertindak sebagai ko-karsinogen, proses
metaplasia ini dapat berubah menjadi proses displasia yang bersifat patologis. Displasia merupakan
karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi ganas.
Jadi, intinya metaplasia bisa terjadi dalam bentuk fisiologis namun hanya sesaat saja karena pasti akan
ada factor yang menyebabkan metaplasia ini berubah sifat menjadi patologis.
contoh kasus peradangan kronis pada jaringan
Salah satu contoh peradangan kronis misalnya pada penyakit gastritis. Gastritis adalah suatu
peradanganpada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster. Salah satu etiologi terjadinya
gastritis adalah Helycobacter pylory ( pada gastritis kronis ).
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster,
memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronispada gaster yaitu:
destruksi kelenjar dan metaplasia.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti
sel mukosa gaster misalnya dengan sek squamosa yang lebih kuat. Karena sel squamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang. pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan
peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
akan menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
Gastritis akut
gastritis akut yang bersifat peradangan terjadi di mukosa atau sub mukosa yang bersifat iritasi lokal,
gejala biasanya ringan seperti : rasa tidak enak di daerah epigastrik, kram di perut / tegang juga dapat
menimbulkan terjadinya perdarahan, di samping itu pada gastritis dapat terjadi peningkatan yang
dapat dapat menimbulkan mual dan muntah juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCL dengan mukosa gaster.
c) Atrofi
Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya ukuran sel atau
mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa disebut atrofi numerik) sel parenkim dalam
organ tubuh (Syhrin, 2008).
Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi tersebut. Secara umum,
terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi patologis.

 Atrofi fisiologis merupakan atrofi yang bersifat normal atau alami. Beberapa organ tubuh
dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan atau pertumbuhan,
dan jika alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut tidak menghilang ketika sudah mencapai usia
tertentu, malah akan dianggap sebagai patologik ( Saleh, 1973). Contoh dari atrofi fisiologis
ini yaitu proses penuaan (aging process) dimana glandula mammae mengecil setelah laktasi,
penurunan fungsi/produktivitas ovarium dan uterus, kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-
tulang menipis dan ringan akaibat resorpsi. Penyebab proses atrofi ini bervariasi, diantaranya
yaitu berkurangnya/hilangnya stimulus endokrin, involusi akibat menghilangnya rangsan-
rangsang tumbuh (growth stimuli), berkurangnya rangsangan saraf, berkurangnya perbekalan
darah, dan akibat sklerosis arteri. Penyebab-penyebab tersebut terjadi karena peoses normal
penuaan (Saleh, 1973).
 atrofi patologis merupakan atrofi yang terjadi di luar proses normal/alami.
Secara umum, atrofi patologis dan fisiologis terbagi menjadi lima jenis, yaitu atrofi senilis,
atrofi local, atrofi inaktivas, atrofi desakan, dan atrofi endokrin.
d) Hiperplasia
Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh karena pembentukan atau
tumbuhnya sel-sel baru (Saleh, 1973). Sama halnya dengan atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia,
yaitu hyperplasia fisiologis dan patologis. Contoh yang sering kita temukan pada kasus hyperplasia
fisiologis yaitu bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa pubertas. Sedangkan
hyperplasia patologis sering kita temukan pada serviks uterus yang dapat mengakibatkan kanker
serviks. Sel-sel pada serviks tersebut mengalami penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini
diakibatkan oleh sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu pertumbuhan yang besar.
Jejas sel
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya, sel tidak
memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Terdapat beberapa penyebab cedera (jejas) sel. Lima (5) dari beberapa penyebab umum jejas sel
antara lain:
 kekurangan oksigen
kekurangan nutrisi
 Infeksi sel
 Respon imun yang abnormal
 Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun).
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu p) jejas
reversible (degenerasi sel) dan q) jejas irreversible (kematian sel).
penyebab cedera (jejas) sel yang paling sering terjadi  yaitu:
Hipokisa atau defisiensi oksigen,mengganggu respirasi oksidatif aerobic merupakan penyebab jejas
sel yang paling sering dan terpenting, serta menyebabkan kematian.
selain hipoksia terdapat pula penyebeb yang lain yaitu: iskemia merupakan penyebab tersering dari
hipoksia. Selain itu, disebabkan oleh oksigenasi darah yang tidak adekuat (seperti pada pneumonia),
berkurangnya kemampuan pengangkutan oksigen darah (seperti pada anemia atau keracunan CO
Sehingga menghalau pengikatan oksigen)
tanda-tanda kerusakan jejas
mekanisme jejas sel : respon seluler terhadap stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe cedera,
durasi, dan keparahannya. jadi toksin berdosis rendah atau iskemia berdurasi singkat dapat
menimbulkan jejas sel yang reversible. begitu pula sebaliknya..
jadi jejas tersebut bisa terlihat atau tidak itu tergantung pada durasi iskemia dan kadar toksin yang
terkandung didalam jejas tersebut.
Respon imun yang abnormal
respon imun yang abnormal merupakan respon dari kekebalan tubuh terhadap suatu keadaan yang
dapat menimbulkan jejas sel. sebagai contoh dalam Skleroderma terjadi pada fase vaskuler. pada fase
tersebut dari respon imun yang abnormal mengakibatkan akumulasi lokal faktor-faktor pertumbuhan
yang menggerakkan proliferasi fibroblas dan menstimulasi sisntesis kolagen.
Kekurangan imun dapat menyebabkan jejas
kekurangan nutrisi yang dimaksud adalah kekuarangan suatu zat yang sanagt diperlukan untuk sel
tersebut.
misalnya terjadi defisiensi protein. defisiensi protein ini akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan pemeliharaan pada jaringan, sehingga akan timbul jejas yang akan merugikan bagi
tubuh.
Kematian sel
Kematian sel di sebut juga cellular death
Terdapat 2 jenis kematian sel yaitu apotosis dan nekrosis.
apoptosis : kematian sel periodik yang telah dipersiapkan penggantinya, atau terprogram
Nekrosis : merupakan kematian sel jaringan akibat jejas saat individu masih hidup, juga merupakan
kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma.
Nekrosis merupakan jejas sel irreversible akibat proses enzimatik dari kematian elemen-elemen sel,
denaturasi protein, dan autolisis. Terdapat 2 jenis nekrosis yaitu:

 Nekrosis koagulatif : terjadi koagulasi (penggumpalan) unsur protein intrasel yang umumnya
terjadi pada daerah infark dengan disertai ekstravasi eritrosit.

 Nekrosis liquefactive : terjadi pada otak yang disebabkan enzim proteolitik sel lekosit
sehingga nekrosis neuron yang kaya litik ini mudah mencairkan substansi sekitarnya.
Contoh nekrosis koagulativa dan nekrosis liquefactive
Nekrosis koagulativa terjadi pada organ jantung tetapi bentuk dan warnanya berubah sedangkan
nekrosis liquefactive mengakibatkan sel pada organ jantung menjadi meimilki cairan, sel gosong dan
kemudian menghilang.

Kelainan kongenital
Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju
maupun negara berkembang. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat
berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan
kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-
kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada
waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi.

Faktor genetik

Setiap sifat genetik yang menentukan bentuk dan fungsi organ tubuh dibawa oleh kromosom.
Kromosom adalah komponen pembawa materi genetik yang diwariskan dari orang tua kepada anak.
Jumlah kromosom normal manusia ada 23 pasang. Setiap pasang kromosom berasal dari sel telur ibu
dan sperma ayah yang bertemu saat proses pembuahan.

Faktor lingkungan

Paparan radiasi atau zat kimia tertentu pada ibu hamil, seperti pada pestisida, obat, alkohol, asap
rokok, dan merkuri, dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kelainan bawaan. Hal ini karena efek
racun dari zat-zat tersebut bisa mengganggu proses tumbuh kembang janin.

Kelainan Kongenital yang Banyak Terjadi pada Bayi

Kelainan kongenital atau kelainan bawaan pada bayi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Kelainan fisik

Kelainan atau cacat fisik pada tubuh bayi yang sering ditemui adalah:

 Bibir sumbing (celah bibir dan langit-langit).


 Penyakit jantung bawaan.
 Cacat tabung saraf, seperti spina bifida dan anensefali.
 Kelainan pada kulit, seperti Harlequin ichtyosis
 Bagian tubuh tidak normal, seperti kaki pengkor atau bengkok.
 Kelainan bentuk dan letak tulang panggul (dislokasi panggul kongenital).
 Kelainan pada saluran cerna, seperti penyakit Hirschsprung, fistula saluran cerna, serta atresia
anus.
Kelainan fungsional

Kelainan fungsional adalah cacat lahir yang terkait dengan gangguan sistem dan fungsi organ tubuh.
Beberapa jenis kelainan atau cacat fungsional yang sering terjadi adalah:

 Gangguan fungsi otak dan saraf, seperti Sindrom Down.


 Gangguan metabolisme, seperti hipotiroid dan fenilketonuria.
 Gangguan pada indra tubuh, seperti tuli dan buta (misalnya akibat katarak
bawaan atau katarak pada bayi).
 Kelainan pada otot, misalnya distrofi otot dan sindrom cri du chat.
 Kelainan pada darah, misalnya hemofilia, thalasemia, dan anemia sel sabit.
 Penuaan dini, seperti progeria.

Jenis-jenis kelainan kongenital

1. Cerebral palsy

Cerebral palsy atau serebral palsi adalah gangguan yang berpengaruh pada gerakan, otot, dan saraf
tubuh. Kondisi cacat bawaan ini bisa disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak karena belum
berkembang dengan baik saat bayi di dalam kandungan.

2. Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah kondisi cacat lahir bawaan ketika lingkar kepala bayi membesar lebih dari ukuran
normal yang seharusnya.

3. Cystic fibrosis

Cystic fibrosis adalah kondisi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada bayi baru lahir yang
membuat sistem pencernaan, paru-paru, maupun organ tubuh lainnya mengalami kerusakan.

4. Spina bifida

Spina bifida adalah kelainan kongenital ketika tulang belakang dan saraf di dalamnya tidak terbentuk
dengan baik pada bayi baru lahir.

5. Bibir sumbing

Bibir sumbing adalah kelainan kongenital atau cacat bawaan pada bayi baru lahir yang membuat
bagian atas bibir bayi tidak menyatu dengan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai