Anda di halaman 1dari 6

MODUL PRAKTIKUM

MATA AJAR ILMU DASAR KEPERAWATAN II

DISUSUN OLEH:
Rismadefi Woferst, M.Biomed

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020

1
ADAPTASI, JEJAS DAN KEMATIAN SEL
A. Pendahuluan

Sel mampu mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan fungsinya sebagai respon
terhadap berbagai kondisi fisologis maupun patologis.

B. Standar Kompetensi

Mahasiswa mampu memaparkan tentang adaptasi, jejas dan kematian sel.

C. Kompetensi Dasar

Setelah menyelesaikan praktkum selama 4 jam mahasiswa mampu:


• Memahami tentang adaptasi, jejas dan kematian sel
• Mengetahui karakteristik adaptasi, jejas dan kematian sel
• Memahami hubungan adaptasi, jejas dan kematian sel.
• Mengetahui contoh adaptasi, jejas dan kematian sel.

D. LandasanTeori (berisikan materi)

Adaptasi Sel
Kemampuan sel mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan fungsinya sebagai respon
terhadap berbagai kondisi fisologis maupun patologis disebut dengan adaptasi selular.
Terdapat 4 tipe adaptasi selular, yaitu:
1. Hipertrofi.
Hipertrofi adalah pertambahan besar organ akibat adanya pertambahan ukuran sel pada organ.
Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja
suatu sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat, menyebabkan pertumbuhan
sebagian besar struktur dalam sel.
Contoh hipertrofi yang menguntungkan adalah yang terjadi pada jaringan yang terdiri atas
sel permanen misalnya otot skelet pada binaragawan. Hipertrofi yang bersifat patologis
contohnya adalah jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih kecil dan kerja jantung
jadi lebih berat.

2. Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya. Metaplasia biasanya
terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi kontinu yang menghasilkan peradangan
kronis pada jaringan. Dengan mengalami metaplasia, sel-sel yang lebih mampu bertahan
terhadap iritasi dan peradangan kronik akan menggantikan jaringan semula.
Contoh metaplasia yang paling umum adalah perubahan sel saluran pernapasan dari sel
epitel kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat sebagai respons terhadap
merokok jangka panjang. Contoh lain yang dapat kita amati pada kasus kanker serviks. Pada
perubahan sel kolumnar endoserviks menjadi sel skuamosa ektoserviks terjadi secara fisiologis

2
pada setiap wanita yang disebut sebagai proses metaplasia. Karena adanya faktor-faktor risiko
yang bertindak sebagai ko-karsinogen, proses metaplasia ini dapat berubah menjadi proses
displasia yang bersifat patologis.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan
mengganti sel mukosa gaster misalnya dengan sek squamosa yang lebih kuat. Karena sel
squamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan
hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan mengakibatkan kerusakan pembuluh
darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.

3. Atrofi.
Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya ukuran sel atau
mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa disebut atrofi numerik) sel parenkim
dalam organ tubuh. Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi
tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus diketahui terlebih
dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih spesifik.
Secara umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi patologis. Atrofi
fisiologis merupakan atrofi yang bersifat normal atau alami. Beberapa organ tubuh dapat
mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan atau pertumbuhan, dan jika
alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut tidak menghilang ketika sudah mencapai usia tertentu,
malah akan dianggap sebagai patologik.
Contoh dari atrofi fisiologis ini yaitu proses penuaan (aging process) dimana glandula
mammae mengecil setelah laktasi, penurunan fungsi/produktivitas ovarium dan uterus, kulit
menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang menipis dan ringan akaibat resorpsi. Penyebab proses
atrofi ini bervariasi, diantaranya yaitu berkurangnya/hilangnya stimulus endokrin, involusi akibat
menghilangnya rangsang-rangsang tumbuh (growth stimuli), berkurangnya rangsangan saraf,
berkurangnya perbekalan darah, dan akibat sklerosis arteri. Penyebab-penyebab tersebut terjadi
karena peoses normal penuaan. Berbeda dengan atrofi fisiologis, atrofi patologis merupakan
atrofi yang terjadi di luar proses normal/alami.
Secara umum, atrofi dapat terjadi karena hal-hal/kondisi berikut:
• Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang.
• Hilangnya stimulus/rangsangan saraf.
• Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin.
• Kekurangan nutrisi
• Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan mengakibatkan pengecilan
organ tersebut).
Mekanisme atropi secara singkat adalah sebagai berikut. Secara umum, seluruh perubahan
dasar seluler (dalam hal ini merupakan perubahan ke arah atropi) memiliki proses yang sama,
yaitu menunjukkan proses kemunduran ukuran sel menjadi lebih kecil. Namun, sel tersebut
masih memungkinkan untuk tetap bertahan hidup. Walupun sel yang atropi mengalami

3
kemunduran fungsi, sel tersebut tidak mati. Atropi menunjukkan pengurangan komponen-
komponen struktural sel. Sel yang mengalami atropi hanya memiliki mitokondria dengan jumlah
yang sedikit, begitu pula dengan komponen yang lain seperti miofilamen dan reticulum
endoplasma. Akan tetapi ada peningkatan jumlah vakuola autofagi yang dapat memakan/
merusak sel itu sendiri.

4. Hiperplasia
Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh karena
pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru. Sama halnya dengan atrofi, terdapat dua jenis
hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan patologis. Contoh yang sering kita temukan pada
kasus hyperplasia fisiologis yaitu bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa
pubertas. Sedangkan hyperplasia patologis sering kita temukan pada serviks uterus yang dapat
mengakibatkan kanker serviks. Sel-sel pada serviks tersebut mengalami penambahan jumlah.
Biasanya hyperplasia ini diakibatkan oleh sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu
pertumbuhan yang besar.

Jejas Sel
Terdapat beberapa penyebab cedera (jejas) sel.
Lima (5) dari beberapa penyebab umum jejas sel antara lain:
1. kekurangan oksigen
2. kekurangan nutrisi
3. infeksi sel
4. respon imun yang abnormal
5. faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun).

Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu
1. Jejas reversible (degenerasi sel) dan
2. Jejas irreversible (kematian sel).
Apakah penyebab cedera (jejas) sel yang paling sering terjadi ?
Hipoksia atau defisiensi oksigen,mengganggu respirasi oksidatif aerobic merupakan penyebab
jejas sel yang paling sering dan terpenting, serta menyebabkan kematian.
Selain hipoksia terdapat pula penyebab yang lain yaitu: Iskemia merupakan penyebab tersering
dari hipoksia. Selain itu, disebabkan oleh oksigenasi darah yang tidak adekuat (seperti pada
pneumonia), berkurangnya kemampuan pengangkutan oksigen darah (seperti pada anemia atau
keracunan CO sehingga menghalau pengikatan oksigen)

Mekanisme jejas sel : respon seluler terhadap stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe cedera,
durasi, dan keparahannya. jadi toksin berdosis rendah atau iskemia berdurasi singkat dapat
menimbulkan jejas sel yang reversible. Begitu pula sebaliknya. Jejas tersebut bisa terlihat atau tidak
itu tergantung pada durasi iskemia dan kadar toksin yang terkandung didalam jejas tersebut.

4
Kematian Sel: Nekrosis
Terdapat 2 jenis kematian sel yaitu apotosis dan nekrosis. Ingatlah perbedaan utama antara
apoptosis dan nekrosis!
1. Apoptosis : kematian sel periodik yang telah dipersiapkan penggantinya, atau terprogram
2. Nekrosis : merupakan kematian sel jaringan akibat jejas saat individu masih hidup, juga
merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma

Referensi
Pringgoutomo, S., dkk. (2006). Buku Ajar Patologi 1 (Umum). Jakarta: Sagung Seto.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2003). Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Proccesses. 6th Ed.
(Terj. dr. Brahm U. Pendit, dkk). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pujasari, Hening. “Cellular Adaptation, Injury, and Death”. Applicaton pdf.


https://scele.ui.ac.id/file.php/1457/Pujasari_Adaptation_Injury_Death_of_Cells Week_2.pdf.

Underwood, J. C. E., 1996, Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2, Jakart: Penerbit EGC

Evaluasi
1. Jelaskan perbedaan antara adaptasi, jejas dan kematian sel?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan perbedaan antara nekrosis dan apoptosis?

Nekrosis Apoptosis

5
3. Apa yang anda ketahui tentang jejas sel? Jelaskan penyebabnya?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan macam-macam adaptasi sel beserta contohnya?


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Bagaimana membedakan hipertrofi dan hiperplasia?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Kesimpulan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Dikerjakan oleh

______________________

Anda mungkin juga menyukai