Anda di halaman 1dari 53

CEDERA, ADAPTASI DAN

KEMATIAN SEL

Dr.dr. Susmiati M.Biomed


Organisasi Selluler
 Sel merupakan struktur terkecil organisme
yang dapat mengatur aktivitas kehidupan
sendiri
 Sel terdiri: membran plasma, sitoplasma,

nukleus dan nukleoplasma


 Didalam sitoplasma terdapat organel dengan

fungsi spesifik
Fungsi Organel
 Membran plasma: memberi bentuk sel,
melekatkan sel pada sel lain.
 Fungsi membran plasma sebagai:
 Pintu gerbang transport selektif makanan dan

produk buangan ke dalam dan ke luar sel


 Membangkitkan potensial membran
 Bekerja sebagai saluran komunikasi untuk

kontrol sinyal dari sekitar tubuh


 Nukleus mengandung genom DNA, yang
mengkode (memberi perintah) untuk sintesa
protein
 Retikulum endoplastik dan Aparatus Golgi

bersama sama mensintesa protein dibawah


kontrol RNA didalam ribosom, menurut
perintah DNA
 Mitokondria tempat metabolisme sel,

merubah makanan menjadi ATP


 Lisosom tempat sintesa enzim pencernakan
Cara Cedera Sel
1. Kekurangan oksigen (hipoksia)
 a. iskemia (kehilangan pasokan darah
 b. oksigenisasi tidak mencukupi (misalnya, pneumonia ) atau
 c. hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah (misalnya,

anemia, keracunan karbon monoksida).

2. Kekurangan zat makanan penting


3. Agent fisik (trauma, panas, dingin, radiasi, listrik)
4. Agent kimia dan obat-obatan
5. Agent (biologi) infektius
5. Reaksi imunologik
6. Kelainan genetik
 Apabila suatu sel mengalami cedera, maka
sel tersebut dapat mengalami perubahan
dalam ukuran, bentuk, sintesis protein,
susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Sel yang Cedera
 Efek pertama sel yang cedera adalah: lesi
biokimia → yaitu perubahan reaksi kimia /
metabolik didalam sel
 Kerusakan biokimia dapat menyebabkan

gangguan fungsi sel (fisiologi)


 Kelainan biokimia dan fungsional dapat

menyebabkan perubahan morfologik (anatomi)


Serangan pada sel tidak selalu mengakibatkan


gangguan fungsi, umumnya ada mekanisme
adaptasi seluler terhadap stimulus
 Misal otot yang mendapat tekanan →
adaptasinya hipertropi (misal pada hipertensi
→ pembesaran jantung)
 Perubahan pada sel yang mengalami cedera

awalnya biokimia → fungsional (fisiologi) →


morfologik (lesi)
Respon Sel Terhadap Stress
1. Respon non-adaptive
2. Respon adaptive.

  1. Respon Non-Adaptive :
Stress Sel tak mampu mengatasi  respon sel
non-fungsional degenerasi.
Pola dan Karakteristik Respon non fungsional
 
a. Akumulasi cairan didalam sel (Edema Sel)
SSitoplasma menjadi keruh dan sel membengkak.
TTerjadi o.k kegagalan sel untuk melakukan metabolisme 
pembentukan ATP   aktivitas pompa K – Na  influks natrium
tidak diikuti oleh efluks natrium  Osmolalitas cairan intrasel 
cairan ekstra sel masuk ke intrasel  edema.
b. Akumulasi lemak netral didalam sel
 
Akumulasi globul lemak abnormal di sitoplasma 
mendesak intisel ke tepi.
 
·      Kerusakan sel pada a dan b bersifat reversible

·      jika berlanjut / muncul secara akut  irreversible 


kematian sel.
 
·   Sel mati  siklus kreb terhenti tetapi glikolisis anaerob
masih berlangsung beberapa waktu  pembentukan asam
laktat keasaman CIS & CI  perubahan struktur sel
(nekrosis)
 
2. Respon Adaptive

a.    Perubahan karakteristik struktur sel

b.   Respons inflamasi dan resolusi

c. Respon immun.
 
 
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera/jejas sel
dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu
1. jejas reversible (degenerasi sel) dan

2. jejas irreversible (kematian sel).

Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat


kembali ke fungsi dan morfologi semula jika
rangsangan perusak ditiadakan.

Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat


kerusakan berlangsung secara terus-menerus,
sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula
dan sel itu akan mati. . Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.
Respon sel thd rangsangan patologik
dan fisiologik
 Sel melakukan adaptasi terhadap stressor
dari luar diantaranya dengan melakukan
respon:
 Hypertrophy
 Hyperplasia
 atrophy dan
 Metaplasia
 Jika usaha adaptasi tersebut tidak berhasil

maka dapat menyebabkan kerusakan sel


HIPERTROPI
 peningkatan besar sel yang mengakibatkan
perbesaran organ.
 Tidak terdapat sel baru, hanya mengalami
perbesaransel, perbesaran terjadi karena
peningkatan jumlah struktur protein dan organel
sel.
 Bisa terjadi secara fisiologis ataupun patologis, bisa
juga terjadi karena stimulus dari peningkatan
hormon tertentu.
 Ex: perbesaran uterus karena stimulus dari
estrogen sehingga terjadi hiperplasi dan hipertropi.
Hipertropi pada uterus
HIPERPLASI
 proses adaptasi dengan melakukan replikasi
sel, sehingga penambahan jumlah sel
membuat organ membesar.
 Hiperplasi bisa secara fisiologis dan patologis

(ex: cancer).
 Hipertropi secara fisiologis dibagi menjadi 2:

1) hormonal hyperplasia.
Ex: selama masa kebuntingan dan pubertas
2)compensatory hyperplasia.
Ex: kematian jaringan hati
ATROPI
 pengecilan ukuran dari sel yang disebabkan oleh
karena sel kehilangan substansi sel, sehingga
menyebabkan berkurangnya ukuran organ.
 Atropi memungkinkan terjadinya menurunnya

fungsi sel, namun bukan merupakan kematian sel.


 Atropi terjadi akibat penurunan dari sintesis protein

dan peningkatan degenersi protein di dalam sel.


 Penyebab atropi diantaranya bisa karena kehilangan

inervasi, kekurangan suplai darah, kekurangan


nutrisi, kehilangan stimulasi endokrin, dan aging.
ATROPI OTAK
METAPLASIA
 perubahan reversibel dari fenotip sel yang
digantikan oleh tipe sel yang lain
 Sering terjadi karena iritasi yang terjadi

secara kronis.
 Pada kondisi ini sel yang mengalami adaptasi

digantikan oleh tipe sel lain yang lebih bisa


menghadapi stresor.
 Terjadi akibat genetik "reprogramming"
KERUSAKAN SEL YANG REVERSIBEL
 pada stadium awal terjadinya kerusakan atau
pada kerusakan ringan, kerusakan fungsi dan
morfologi akan dapat kembali normal jika
penyebab dari kerusakan tersebut
dihilangkan.
 Pada stadium ini meskipun terjadi kerusakan

sel secara signifikan, namun tidak terjadi


kerusakan baik pada membran sel maupun
pada pada inti.
KEMATIAN SEL
 pada kerusakan yang terjadi secara terus
menerus, maka kerusakan tersebut menjadi
irreversibel dan akhirnya sel tidak memiliki
kemampuan untuk memperbaiki kerusakan
sehingga menyebabkan sel mati.
 Ada 2 macam kematian sel, yang dibedakan

dari morfologi, mekanisme dan perubahan


fisiologis dan penyakit, yaitu apoptosis dan
nekrosis.
Apoptosis
 kematian sel oleh sel itu sendiri yang disebabkan
oleh growth factor atau DNA sel atau protein
yang dihancurkan dengan maksud perbaikan.
 Memiliki karakteristik sel dimana inti sel

mengalami pemadatan dan tidak terjadi


kerusakan membran sel.
 Apoptosis memerlukan sintesis aktif RNA dan

protein dan merupakan suatu proses yang


memerlukan energi
 Secara morfologis, proses ini ditandai oleh

pemadatan kromatin di sepanjang membran inti


Apoptosis sel hati oleh virus hepatitis

Sel mengalami pengurangan ukuran dan


sitoplasmanya berwarna eosinophilic terang
serta nukleusnya mengalami kondensasi
Nekrosis
 terjadi kerusakan membran, lisososm
mengeluarkan enzim ke sitoplasma dan
menghancurkan sel, isi sel keluar dikarenakan
kerusakan membran plasma dan mengakibatkan
reaksi inflamatori.
 Nekrosis adalah pathway yang secara umum
terjadi pada kematian sel yang diakibatkan oleh:
 Ischemia
 Keracunan
 infeksi dan
 trauma
PERBEDAAN KEMATIAN SEL SECARA
NECROSIS DAN APOPTOSIS
 Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu
apotosis dan nekrosis.

 Apoptosis (dari bahasa yunani apo = “dari”


dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel
terprogram (programmed cell death), yang
normal terjadi dalam perkembangan sel
untuk menjaga keseimbangan pada
organisme multiseluler.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis
diantaranya sebagai berikut :
1. Sel mengkerut
2. Kondesasi kromatin
3. Pembentukan gelembung dan apoptotic
bodies
4. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
Nekrosis adalah kematian sekelompok sel
atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh.
 Nekrosis biasanya disebabkan karena

stimulus yang bersifat patologis. Faktor yang


sering menyebabkan kematian sel nekrotik
adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang
menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan
kerusakan integritas membran sampai pada
pecahnya sel.
 Dua proses penting yg menunjukan perubahan
nekrosis yaitu :
a. Digestif enzimatik sel, baik autolisis (dimana
enzim berasal dari sel mati) atau heterolysis
( enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan
sering meninggalkan cacat jaringan yg diisi oleh
leukosit imigran dan menimbulkan abses.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel
menyebabkan denaturasi protein struktur dan
protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel
dipertahankan.
Kematian Selluler
 Jika pengaruh buruk pada sel hebat dan
berlangsung lama → sel tidak mampu lagi
beradaptasi → proses ireversibel → kematian
sel (nekrosis)
 Nekrosis adalah kematian sel ireversibel yang

terjadi ketika sel cedera berat dalam waktu


lama dimana sel tidak mampu beradaptasi
lagi atau memperbaiki dirinya sendiri
(hemostasis)
Inti sel yang mengalami penghancuran
progresif urutanya adalah:
 Piknosis → inti sel menyusut, batas tidak
teratur, berwarna gelap (inti piknotik)
 Karioreksis → inti hancur, membentuk

fragmen kromatin yang menyebar (inti


kariorektik)
 Kariolisis → inti tidak dapat diwarnai, dan inti

hilang
Gambaran makroskopik Nekrosis
 Nekrosis koagulatif: sel nekrotik bentuknya
tetap, akibat sel litik dihambat kondisi lokal
→ pada jantung, ginjal, limpa
 Nekrosis liquefaktif: sel nekrosik mengalami

pencairan akibat kerja enzim → pada otak


dan medulla spinalis
 Nekrosis kaseosa: sel nekrotik hancur, tetapi

pecahanya tetap berada disekitarnya → pada


paru
 Gangren: nekrosis koagulatif akibat
kekurangan aliran darah dan disertai
tumbuhnya bakteri safrofit yang berlebihan
(gangren kering pada tungkai, gangren basah
pada usus)
 Nekrosis lemak enzimatis (pankreatik) →

nekrosis terjadi akibat enzim pankreas


mengalir diluar duktus → pada pankreas
Nekrosis koagulasi-infrak ginjal
Nekrosis liquefaktif-infark otak
.
NEKROSIS LEMAK-PANKREATITIS
AKUT
NEKROSIS KASEOSA-TUBERCULOSIS
PARU
Perubahan Kimia Klinik

 Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus


yang berfungsi mengatur berbagai aktivitas
biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga
membran sel lisis.
 Misalnya seseorang yang mengalami infark
miokardium akan mengalami peningkatan kadar LDH,
CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik
jantung.
 Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat
mengalami peningkatan kadar SGOT dan SGPT.
 Namun peningkatan enzim tersebut akan kembali
diikuti dengan penurunan apabila terjadi perbaikan.
Indikator Nekrosis
 Hilangnya fungsi organ
 Peradangan disekitar nekrosis
 Demam
 Malaise
 Lekositosis
 Peningkatan enzim serum
Dampak Nekrosis
Perubahan- perubahan pada jaringan nekrotik akan
menyebabkan :
1.  Hilangnya fungsi daerah yang mati.
2.  Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan
media pertumbuhan yang baik untuk bakteri
tertentu, misalnya bakteri saprofit pada
gangren.
3.   Menimbulkan perubahan sistemik seperti
demam dan peningkatan leukosit.
4.   Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam
darah akibat kebocoran sel-sel yang mati.
Gangren
 Gangren berasal dari bahasa Latin kata
"gangraena" dan dari bahasa Yunani
“gangraina” , yang berarti " pembusukan
jaringan”.

 Ganggren adalah kematian jaringan yang luas


dan disertai invasi kuman saprofit.
 Gangrene disebabkan oleh infeksi atau
iskemia , seperti oleh bakteri Clostridium
perfringens atau oleh trombosis (diblokir
pembuluh darah ).
 Gangren kering dimulai pada bagian distal
ekstremitas karena iskemia dan sering terjadi
pada jari kaki dan kaki pasien lansia karena
arteriosklerosis.
Kematian Somatik
 Kriteria kematian somatik adalah:
Terhentinya fungsi sirkulasi secara ireversibel
(denyut jantung),
 Terhentinya fungsi pernafasan dan
 Terhentinya fungsi otak (tidak ada reflek

batang otak)
 Perubahan post mortem: rigor mortis

(kekakuan) → livor mortis (warna ungu


kebiruan) → algor mortis (pendinginan), →
autolisis (pencairan)

Anda mungkin juga menyukai