Anda di halaman 1dari 39

Farmakologi Umum

Kelompok 3
KELOMPOK 3
• Echia Srikandi P 2031 • Ilda Yunanda 2011
• Popy Wahyu P 2037 • Rosyi Aulia 2043
• Vianny Permata A3009 • Agnesia Chelsea A 2035
• Isra Rizantiva 2033 • Intan Olivia Risca 2039
• Suci Rahmadhani P 2047 • Makhda Nurfatmala L 2017
• Yola Fitria 2029 • Vinny Darma Fajri. 2019
• Sekar Ayu Larasati 2041 • Siti rahma 2023
• Shintya 2025 • Adzkia Pinta Dano 2013
• Yurniati 2045 • Ulfa Putri Rahmi 2021
• Syafrida Wulandari 2027 • Sri dinda Andrifa 2009
A. Penggolongan Obat Secara Umum
dan Luas
• berdasarkan jenisnya
• berdasarkan mekanisme kerja obat
• berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
• berdasarkan cara pemakaian
• berdasarkan efek yang ditimbulkan
• berdasarkan daya kerja atau terapi
• berdasarkan asal obat dan cara pembuatan-
nya
1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya

a. Obat Bebas: adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter
b. Obat Bebas Terbatas: obat keras tetapi masih dapat dijual bebas tanpa re-
sep dokter,

c. Obat Keras: Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotik
dengan resep dokter.
d. Obat psikotropika dan narkotika :dapat menimbulkan katagihan dengan
segala konsekuensi yang sudah kita tahu
e. Psikotropika : obat keras baik alamiah maupun sintesis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif
f. Narkotika
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme
kerja obat

a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit,

b. untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit


c. menghilangkan sistomatik/gejala, meredakan nyeri.

d. menambah atau mengganti fungsi zat yang kurang


e. Pemberian plasebo adalah pemberian obat yang tidak men-
gandung zat aktif khususnya pada pasien normal yang men-
ganggap dirinya dalam keadaan sakit.
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi
pemakaian

1. Obat dalam :Yaitu obat obatan yang dikonsumsi per oral, ma-
suk pada saluran gastrointestinal.
2. Obat luar: Yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh
bagian luar.
4. Penggolongan Obat berdasarkan Cara
Pemakaian

a. Oral
b. Sublingual
c. Parenteral

d. Perektal
e. Langsung ke organ
f. Melalui selapu perut
5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang
ditimbulkan
1). Sistematik: Yaitu obat/zat aktif yang ma-
suk ke dalam peredaran darah
– Oral
– Oromukosal
– Injeksi
– Implantasi
– Rektal
6. Penggolongan obat berdasarkan daya
kerja atau terapi
• Farmakodinamik : Yaitu obat-obatan yang bekerja
mempengaruhi fisiologis tubuh. Contoh: hormon dan
vitamin
• Kemoterapi :Yaitu obat-obatan yang bekerja secara
kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, mem-
punyai daya kerja kombinasi.
7. Penggolongan obat berdasarkan asal
obat dan cara pembuatannya

1. Alamiah :Obat-obat yang berasal dari alam (tum-


buhan, hewan, dan mineral).
a). Tumbuhan
b). Hewan
c). Mineral

2. Sintetik :Cara pembuatan obat dengan melakukan


reaksi-reaksi kimia.
B. Penggolongan Obat tradisional

Yaitu penggolongan obat yang berbasis kimia mod-


ern, padahal juga dikenal obat yang berasal dari alam,
yang biasa dikenal sebagai o at tradiaional.
1. Jamu

2. Obat Herbal Terstandar

3. Fitofarmaka
1. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)
Jamu adalah obat tradisipal yang disediakan secara tradiaional
2. Obat Herbal Terstandar (Scientific Based Herbal Medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan
alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.
3. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)
obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan ibat
modern karena proses pembuatannya yang telah berstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia
C. Penggolongan obat berdasarkan keamanan
jika diberikan selama kehamilan
a. Kategori A
Makanan dan obat dalam kategori ini tidak beresiko terhadap janin pada trimester pertama.

b. Kategori B
Penelitian pada hewan dapat memperlihatkan risiko, dapat juga tidak.

c. Kategori C
Efek merugikan terlihat pada hewan, namun belum tersedia cukup data tentang efeknya pada
wanita hamil.

d. Kategori D
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari penelitian klinis atau survey pascapemasaran, terli-
hat risiko pada janin manusia.
e. Kategori X

Risiko terhadap janin manusia telah didokumentasikan dengan jelas pada penelitian terhadap
manusia, hewan, atau survey pascapemasaran.
2. Farmakodinamika
1.Mekanisme Kerja Obat

• Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fung-


sional yang mencakup 2 konsep penting.
• Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal
tubuh.
• Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru,
tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada walaupun
tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih
berlaku sampai sekarang.
2.Reseptor obat
• Reseptor obat yang paling baik adalah protein regulator ,yang menjembat-
ani kerja dan sinyal-sinyal bahan kimia endogen, seperti
neurotransmiter ,autocoids, dan hormon. Kelompok reseptor ini menjem-
batani efek dari sebagian besar agen terapeutik yang paling bermanfaat.
• Konsep reseptor mempunyai konsekuensi yang penting untuk perkemban-
gan obat dan pengambilan keputusan terapeutik dalam praktek klinik.
3. Transmisi Sinyal Biologis
Pengahantaran sinyal biologis adalah proses yang menye-
babkan suatu substansi ekstraseluler menimbulkan suatu re-
spon selular fisiologis yang spesifik. Sistem hantaran ini dimu-
lai dengan penduduk reseptor yang terdapat di membran sel
atau di dalam sitoplasma oleh transmitor.
4.Interaksi Obat
• adalah kerja atau efek obat yang berubah atau men-
galami modifikasi sebagai akibat interaksi obat den-
gan reseptor ,proses kerja obat, atau obat yang lain.
C. Farmakokinetik

1. Absorpsi
2. Distribusi
3. metabolisme
4. eksresi
D. Indikasi dan Kontraindikasi Obat
Pemberian Obat Secara Parenteral
1) Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan
2) Pemberian Obat Via Jaringan Subkutan
3) Pemberian Obat Via Intra Vena : Intra Vena
Langsung dan tak langsung
4)Pemberian Obat Via Intramuskular
E. Efek / Efek Samping Obat

efek sampling obat merupakan hasil interaksi yang kompleks antara


molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh.
Efek samping obat dapat dikelompokkan/diklasifikasi dengan
1. Efek samping yang dapat diperkirakan:
-aksi farmakologik yang berlebihan.
-respons karena penghentian obat.
-efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama.
2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan:
-reaksi alergi
-reaksi karena faktor genetik
-reaksi idiosinkratik
F. Interaksi Obat
Interaksi obat dapat didefenisikam sebagai kerja atau
efek obat yang berubah, atau mengalami modifikasi atau
sebagai akibat interaksi dengan satu obat atau lebih.
• Interaksi farmakokinetik: perubahan yang terjadi pada
absorbsi, distribusi, metabolisme atau biotransformasi,
atau eksresi dari satu obat atau lebih.
• Interaksi Farmakodinamik: adalah hal hal yang
menimbulkan efek efek obat yang aditif, sinergis (poten-
siasi), atau antagonis
G. Cara Pemberian dan Penghitungan Dosis
H. Parameter Farmakokinetik
• Parameter farmakokinetik adalah besaran yang ditu-
runkan secara sistematis dari hasil pengukuran obat atau
metabolit aktif dalam darah atau urin.
• Parameter farmakokinetik ini dipengaruhi oleh dosis
standar obat yang pada setiap individu berbeda-beda
dalam keadaan klinis khusus.
Jenis paramete-paramete farmakokinetika
a. Time maximum (tmax) :waktu konsentrasi plasma mencapai pun-
cak
b. Maximum plasma of concentration (Cmax): konstentrasi obat
maksimum dalam plasma setelah pemberian secara oral.
c. Volume of distribution (Vd) :adalah hubungan antara jumlah obat
dalam tubuh dengan konsentrasi obat (C) dalam darah atau
plasma.
d. Area Under Curve (AUC) :adal ah permukaan di bawah kurva
(grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma seba-
gai fungsi dari waktu.
e. Mean residence time (MRT) :merupakan waktu keberadaan obat
dalam tubuh.
f. Clearance (CL) : adalah Volume darah (ml) yang dibersihkan dari
obat per satuan waktu (menit).
g. Half life (T1/2) : adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
jumlah obat menjadi setengah dari jumlah semula.
I. Obat-obatan Tradisional

• Obat tradisional adalah obat yang digunakan dengan bahan


tumbuhan asli tanpa ada campuran bahan kimia berbahaya
lainnya yang dapat menimlkan resiko.
• tidak ada efek sampingan yang ditimbulkan seperti yang senng
tcryadi pada pengobatan kimiawi.
1. Tapakdara
kandungan kimia Dari akar, batang, daun hingga bunga
tapakdara mengandung unsur- unsur zat kimiawi yang
bermanfaat untuk pengobatan. Khasiat:
1. Diabetes mellitus(sakit gutalkencing manis)
2. Hipertensi tekanan darah tinggi
3. Radang perut dan disentri
4. Kurang darah
5. Tangan gemetar
6. Gondong, bengkak, bisul dan borok
7. Luka bakar
8. Luka baru
2. Melati
Kandungan kimia yang ada ini antara lain indol,
benzyl, livalylacetaat. Khasiat:
1. Menghentikan ASI yang keluar berlebihan
2. Sakit mata(mata merah atau belek)

3. Bengkak akibat sengatan lebah


4. Demam dan sakit kepala

5. Sesak napas
3. Seledri
Daun seledri mengandung banyak vitamin yakni
vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vita-
min B5, vitamin B6, vitamin C, vitamin E dan vita-
min K
Khasiat:
1. Menurunkan tekanan darah tinggi
2. Untuk meredakan batuk
3. Mengobati mata kering
4. Tanaman Brotowali
Khasiat:
a) Antiseptik pada koreng, kudis, atau luka
b) Kudis pada anak-anak
c) Demam
d) Penambah nafsu makan
e) Penyakit lain
5. Tanaman Buah Cabe
Khasiat untuk pengobatan
a) obat kuat atau membersihkan rahim se-
habis melahirkan
b )Batuk, pencernaan terganggu, bronkitis,
ayan, demam sehabis melahirkan, serta
menguatkan paru-paru, lambung, dan jan-
tung.
d) Sakit gigi
6. Tanaman Belimbing
Tanaman belimbing wuluh mengandung
saponim, tanin, glukosida, kalsium oksalat,
sulfur,asam format, dan oksida. Khasiat
untuk pengobatan:
a) Gusi berdarah
b) Jerawat
c) Darah tinggi
J. Toxicology Obat
• Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat
dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan
kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya.
• Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan
dalam memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya.
• Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi kar-
ena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat
dari gangguan metabolisme atau ekskresi.
Model Masuk Dan Daya Keracunan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam
jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan cederadari tu-
buh dengan adanya rekasi kimia (Brunner & Suddarth, 2001).
Jenis-jenis keracunan menurut (FK-UI, 1995) yaitu :
1. Cara terjadinya
2. Mulai waktu terjadi
3. Menurut alat tubuh yang terkena
4. Menurut jenis bahan kimia
Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat
masuk ke dalam tubuh melewati tiga sa-
luran, yakni:
a. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut
juga per-oral atau ingesti.
b. Melalui kulit.
c.Melalui pernapasan (inhalasi).
d. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
e. Melalui dubur atau vagina (perektal atau
pervaginal) (Idris, 1985).
Diagnosis keracunan
a. Penurunan kesadaran
• Penurunan kesadaran merupakan tanda penting pada keracu-
nan. Makin dalam koma,makin berat keracunan dan persentase
kematian bertambah.
b. Tekanan Darah
• Penurunan tekanan darah sering terjadi pada keracunan dan
dapat pula timbul syok.
c. Jantung
• Beberapa obat dapat menimbulkan gejala kelemahan jantung
atau kelainan irama jantung,seperti pada keracunan dengan
digitalis,antidepresan trisiklik,dan CCl4
Cont..
d. Konvulsi
• Konvulsi merupakan tanda adanya rangsangan pada
SSP, medulla spinalis atau sambungan saraf otot
e. Bising usus
• Perubahan bising usus biasanya menyertai tingkat
penurunan kesadaran.
f. Pupil dan Reflex Ekstremitas
• Pada penyakit lain,pupil dan reflex ekstremitas pent-
ing dalam menentukan diagnosis.
Pencegahan dan pengobatan kera-
cunan
Secara umum,penanggulangan kasus kera-
cunan ialah dengan cara:
• 1) Mencegah absorbsi racun lebih lanjut
• 2) Mempercepat pengeluaran racun
• 3) Terapi simtomatis
Kekeliriuan dalam Pengobatan Kera-
cunan Akut
• Pemberian analeptic pada penderita koma.
• Pemberian infuse.
• Kateterisasi kandung kemih.
• Melakukan dieresis paksa tanpa indikasi yang tepat.
• Memberikan napas dari mulut ke mulut.
• Antibiotika profilaksis jangan diberikan sebagai
penanganan yang rutin.

Anda mungkin juga menyukai