Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tumor Wilms yang merupakan keganasan genitourianaria paling sering


terjadi pada anak-anak neoplasma embrional trifase yang merupakan hasil
proliferasi dari blastema, stroma dan epithelium. Tumor ini merupakan 8%
keganasan pada anak-anak dan menduduki peringkat kelima dari tumor pada
anak-anak , setelah tumor pada sentral nervus sistem, limfoma, neuroblastoma dan
soft tissue sarcoma. Namun, tumor ini adalah salah satu kanker penyebab utama
kematian pada anak.

Insiden tumor ini hampir sama di setiap negara, oleh karena tidak ada
perbedaan ras, yaitu sekitar 2-5 kasus per 1 juta penduduk. Dan sekitar 500 kasus
baru dari tumor Wilms ditemukan tiap tahun di Amerika. Dari keseluruhan kasus
kanker pada anak 6% nya adalah tumor Wilms. Tumor Wilms paling sering
terjadi pada anak-anak dengan usia yang masih sangat muda dan jarang terjadi
pada anak-anak setelah umur 6 tahun. Tumor wilms ditemukan sama banyak pada
kedua jenis kelamin dan tidak ada predileksi bangsa atau ras.
Deskripsi patologi mengenai tumor Wilms pertama kali ditulis pada tahun
1872 dan dideskripsikan oleh Osler pada tahun 1879. Osler menemukan bahwa
tumor ginjal pada anak-anak yang dilaporkan oleh beberapa klinis saat itu
sebenarnya merupakan kelainan yang sama. Pada tahun 1899, Wilms melaporkan
7 kasus yang dijumpainya dan melakukan tinjauan literatur pada kongres di
Berlin. Penjelasannya mengenai gambaran klinis penyakit ini sangat jelas
sehingga istilah tumor yang memakai namanya ini (tumor Wilms) lebih populer
digunakan dari pada nefroblastoma hingga sekarang. Eksisi bedah merupakan
pilihan terapi satu-satunya hingga tahun 1915, ketika Friedlander
memperkenalkan terapi radiasi sebagai altenatif pilihan. Ladd dan White
kemudian secara bertahap menyempurnakan teknik bedah dan meningkatkan
survival hingga 20%. Kemoterapi dengan aktinomisin dimulai tahun 1954 dan
vinkristin ditambahkan pada tahu 1963. Pada tahun 1956, Farber dengan

1
menggunakan kombinasi eksisi bedah, radiasi pascaoperasi, dan kemoterapi
memulai era modern dengan angka survival selama 2 tahun mencapai 81%.
Pasien dengan tumor Wilms dan kandungan DNA yang diploid
(mengindikasikan proliferasi yang rendah) ditemukan mempunyai prognosis yang
baik. Hiperploidi (aktivitas mitotik yang tinggi) merupakan gambaran prognostik
yang buruk untuk tumor Wilms
Tumor Wilms atau disebut juga dengan Nefroblastoma adalah tumor ganas
pada ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan paling
sering di jumpai pada umur 3,5 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah,yaitu :
1) Apakah yang dimaksud dengan tumor Wilms?
2) Apakah etiologi dari tumor Wilms?
3) Bagaimanakah patofisiologi tumor Wilms tersebut ?
4) Apa saja klasifikasi dari tumor wilms?
5) Bagaimanakah manifestasi klinis tumor wilms?
6) Apa saja pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk mendiagnosa
tumor wilms?
7) Apa saja penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada tumor wilms?
8) Bagaimanakah prognosis dari penyakit tersebut ?
9) Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada tumor wilms?
10) Bagaimanakah asuhan keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien
dengan tumor wilms?

1.3 Tujuan

a) Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak II.
b) Tujuan Khusus

2
1. Untuk mengetahui definisi dari tumor wilms.
2. Untuk mengetahui etiologi dari tumor wilms.
3. Untuk mengetahui patofisiologi tumor wilms.
4. Untuk mengetahui klasifikasi tumor wilms
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis tumor wilms
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk
diagnosa tumor wilms
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
pada pasien tumor wilms.
8. Untuk mengetahui prognosis penyakit tersebut.
9. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tumor wilms.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diterapkan pada
pasien tersebut.

1.4 Manfaat

a) Bagi Penulis
Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis karena dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit tumor
wilms,sehingga dapat menerapkannya pada lapangan profesi kelaknya.
b) Bagi Pembaca
Makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca,karena terdapat informasi
tentang etiologi, patofisiologi hingga asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan pada pasien tumor wilms,sehingga pembaca dapat
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari ataupun pada situasi yang
diperlukan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tumor Wilms
Beberapa definisi tumor Wilms menurut beberapa sumber :
a) Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering
dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari
ginjal, biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau
pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau
mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik
terhadap anak yang tampak sehat. Tumor ini sering timbul pada usia antara
1 dan 3 tahun. Insiden tumor wilms adalah 1 dalam 250.000, dan biasanya
unilateral. Walaupun dapat timbul di kedua ginjal (bilateral).
b) Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari
metanefros. Nama lain tumor ini adalah nefroblastoma atau embrioma
renal. Tumor ini pertama kali dilaporkan oleh Runce pada tahun 1814,
tetapi nama tumor "Wilms" berasal dari seorang ahli bedah (Max Wilms)
yang mengungkapkan gambaran klasik secara lengkap penyakit tersebut
dalam tahun 1899.
c) Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan
cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak
sebelum usia lima tahun (kamus kedokteran dorland).
d) Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-
anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada
anak yang lebih besar atau orang dewasa.
e) Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan pada
anak-anak. Tumor wilms mreupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel
embrional primitive  di ginjal. Makrokoskopis ginjal akan tampak
membesar dan keras sedangkan gambaran histopatologinya menunjukan
gabungan dari pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot
polos,otot serat lingkang, tulang rawan dan tulang. Tumor dapat
bermetastase terutama ke paru, ginjal dan jarang sekali ke tulang.

4
2.2 Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
a) Kelainan saluran kemih
b) Aniridia (tidak memiliki iris)
c) Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam
kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms bersifat kongenital. 1 % dari tumor wilms ditemukan
familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor wilms telah
berlokasi pada kromosom 11 p13. Timbul dalam parenkim ginjal, mungkin dari
sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari fokus tunggal, kadang-kadang lebih
dari 1 area. Tumor Wilms dapat muncul dalam 3 gambaran klinik. Gambaran
klinik tersebut antara lain :
a) Sporadic
b) Berhubungan dengan sindrom genetic
c) Familial.
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron
akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-
34 minggu. Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk
merintis jalan ke arah pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi
germinal atau somatik, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% pasien mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor Wilms diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme genetik yang
berkaitan dengan penyakit ini, belum sepenuhnya diketahui. Pada pasien sindrom
WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi genital dan retardasi mental)
memperlihatkan adanya delesi sitogenetik pada kromosom 11. Pada beberapa
pasien, ditemukan gen WT1 pada lengan pendek kromosom 11, daerah pl3. Gen

5
WT1 secara spesifik berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai faktor transkripsi
yang diduga bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor Wilms.

2.3 Patofisiologi
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa glomerulus dan tubulus yang primitif dan abortif dengan ruangan bowman
yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sistem memperlihatkan warna yang putih
atau keabu – abuan homogen, lunak dan encepaloid. Tumor tersebut akan
menyebar hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa abdomen. Akan
teraba pada abdominal dengan dilakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh dua trauma
mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama
dari gen supressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi
kedua inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Munculnya tumor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan
tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.

6
WOC Tumor Wilms (Neoplasma)

7
2.4 Klasifikasi
1. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut:

T : Tumor Primer

a. T1 : Unilateral permukaan (termasuk ginjal) < 80 cm

b. T2 : Unilateral permukaan > 80 cm

c. T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan

d. T4 : Bilateral

N : Metastasis Limfa

a. No : Tidak ditemukan metastasis

b. N1 : Ada metastasis limfa

M : Metastasis Jauh

8
a. Mo : Tidak ditemukan

b. M+ : ada metastasis jauh

2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi stadium tumor wilms,

yaitu:

a. Stadium I : tumor terbatas didalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.

Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap

b. Stadium II : tumor menembus kapsul dan meluas masuk kedalam jaringan

ginjal dan sekital ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan

kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.

c. Stadium III : tumor menyebar ke rongga abdomen, misalnya ke hepar,

peritoneum, dll.

d. Stadium IV : tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-

paru, otak , tulang.

2.5 Manifestasi Klinis


Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya

nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang

menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang

menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi karena reaksi anafilaksis

tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah:

1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-

pembuluh darah yang mensuplai darah keginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan

yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan renin.

2. Anemia

9
3. Penurunan berat badan

4. Infeksi saluran kencing

5. Malaise

6. Anoreksia

7. Tumor wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital

lainnya,seperti aniridia, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di
abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi
kesan tumor ginjal.

a. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises


(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
c. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah
ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada
potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak
mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
d. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor
Wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar

10
dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms
pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di abdomen.
 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan
metastasis hepar multiple.
 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan
metastasis hepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena
porta.

e. Magnetic resonance imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan


informasi penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava
inferior termasuk perluasan ke daerah  intarkardial. Pada MRI tumor
Wilms akan memperlihatkan hipointensitas (low density intensity)  dan
hiperintensitas (high density intensity)
f. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis
juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia
dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler.
Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada
analisa serum.

2.7 Penatalaksanaan Medis


Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan
dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya
dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan
terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-


masing jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah
menyingkirkan tumor dan memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang
sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive mungkin harus
di tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai.

1. Farmakologi

11
a. Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat
kemoterapi. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan
reaksi yang lebih akurat dan aman.
Prinsip dasar kemoterapi adalah suatu cara penggunaan obat
sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan
mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah
didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur.
Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan
pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan
mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi total.
Obat kemoterapi dan dosis yang dipilih sagat bersifat
individualistis. Berikut ini adalah obat-obat yang dapat diberikan :
vinkristin, aktinomisin-D, doksorubisin, siklofosfamid, sisplatin, etoposid,
dan ifosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa
DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak
terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-
sel kanker tidak terjadi.

b. Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces,
diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara
intravena. Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D
bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.

c. Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya
diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena
(tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan
neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada
waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan

12
obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila
digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.

d. Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces
pencetius, diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama
tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m 2. obat ini tidak dapat
melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila
melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.

e. Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.

f. Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800
mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-
300 mg/m2/hari.

2. Non Farmakologi
a. Pembedahan
Pembedahan sangat penting dalam pengobatan tumor Wilms. Jika
secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Nefrektomi radikal
dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal
total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan
paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal

13
kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila
ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
Selain untuk mengangkat tumor, pembedahan ini juga berguna
untuk pengambilan jaringan untuk diagnosis dan pentahapan, dan
memungkinkan pelacakan keterlibatan limfonodus dan organ-organ dalam
abdomen.
Pentahapan adalah penetapan yang tepat mengenai luasnya
penyakit saat diagnosis. System pentahapan The National Wilms’ Tumor
Study Group terdiri dari lima tahap yang mencerminkan luasnya penyakit.

b. Terapi Radiasi
Tumor Wilms bersifat radiosensitive. Keputusan untuk menggunakam
terapi radiasi atau tidak didasarkan pada histology dan tahap tumor. Tetapi
radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi hanya diberikan
pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV

2.8 Prognosis Penyakit

Beberapa faktor menentukan prognosis tumor wilms yaitu ukuran


tumor, gambaran histopatologik, umur pasien dan stadium atau tingkat
penyebaran tumor. Penderita yang mempunyai prognosis yang baik adalah
pasien yang mempunyai ukuran tumor masih kecil, tingkat diferensiasi sel
tinggi secara histopatologik, stadium masih dini atau belum ada metastasis
dan umur pasien di bawah dua tahun.

Variabel prognosis yang paling menonjol adalah subtipe dan


stadium histologi. Kekambuhan menyebabkan prognosis buruk, meskipun
penambahan obat baru dan tindakan penyelamatan mungkin memperbaiki
hasil akhir pada sekelompok kecil penderita yang mengalami kambuh.
Hasil akhir untuk semua penderita dioptimalkan dengan terapi pada satu
pusat kanker anak.

14
Prognosis juga bergantung pada kepada umur anak waktu
pengobatan diberikan yaitu makin muda usia anak, maka makin baik
prognosisnya. Disamping itu, prognosisnya tergantung pula dari ada
tidaknya metastasis.

2.9 Komplikasi

1. Sumsum tulang (anemia)

2. Metastasis ke paru

3. Tumor Bilateral

4. Ekstensi Intracaval dan atrium

5. Tumor lokal yang lanjut

6. Obstruksi usus halus

7. Tumor maligna sekunder

8. Perkontinuitatum

Penyebaran langsung melalui jaringan lemak perirenal lalu ke peritoneum


dan organ-organ abdomen (ginjal kontralateral, hepar, dan lain-lain)

9. Hematogen
Terjadi setelah pertumbuhan tumor masuk ke dalam vasa renalis,
selanjutnya menyebar melalui aliran darah ke paru-paru (90%), otak, dan
tulang-tulang
10. Limfogen

Penyebaran limfogen terjadi pada kelenjar regional sekitar vasa para aortal
atau dalam mediastinum.

11. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa
dihubungi

b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

16
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan
panas hanya sutu hari pertama sakit.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya,
atau gejala-gejala tumor wilms
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau
tumor sebelumnya

c. Pola Aktivitas
1) Pola nutrisi dan metabolik :
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah
dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
2) Pola eliminasi :
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin :
gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak
dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium
pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
3) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses
perawatan klien perlu istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.
4) Pola tidur dan istirahat :

17
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
5) Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema, dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
6) Hubungan peran :
Lingkungan perawatan yang baru dan kondisi penyakit yang kritis
menyebabkan anak banyak diam.

d. Pada penderita tumor wilms pengkajian dilakukan dengan melihat adanya :


1) Massa tumor pada abdomen
2) Kaji manifestasi tumor wilms
3) Kaji hasil pemeriksaan laboratorium

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan tumor
wilms, yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnos NOC NIC Evaluasi
a Keperawata
n

Nyeri Kontrol Manajemen Nyeri Pasien tidak


berhubu Nyeri (1605) (1400) mengalami
ngan Aktivitas : nyeri atau
Kriteria
dengan 1. Kaji tingkat nyeri

18
efek Hasil : nyeri menurun
fisiologi 2. Lakukan tehnik sampai
1. Mengenali
s dari pengurangan tingkat yang
kapan nyeri
neoplasi nyeri non dapat
terjadi
a farmakologis diterima anak.
ditingkatkan
3. Berikan
ke skala 4
analgesik sesuai
2. ketentuan
Menggunaka 4. Berikan obat
n tindakan dengan jadwal
pengurangan preventif
(nyeri) tanpa 5. Hindari aspirin
analgesik atau senyawanya
ditingkatkan
ke skala 4 Pemberian
analgesik
3.
(2210)
Menggunaka
Aktivitas :
n analgesik
1. Tentukan
yang
lokasi,karakte
direkomenda
ristik,
sikan
kualitas dan
ditingkatkan
keparahan
ke skala 4
nyeri sebelum
mengobati
pasien.
2. Cek
riwayat alergi
obat
3. Berikan
kebutuhan
kenyamanan

19
dan aktivitas
lain yang
dapat
membantu
relaksasi
untuk
memfasilitasi
penurunan
nyeri.
4. Evaluasi
keefektifan
analgesik
dengan
interval yang
teratur.
Perubah Status Manajemen Nutrisi 1. Peningkatan status
an Nutrisi (1100) nutrisi
Nutrisi : (1004) 1. Catat intake dan 2. Kebutuhan
Kurang output makanan metabolisme
Kriteria
dari secara akurat tercukupi
Hasil :
Kebutuh 2. Kaji adanya tanda- 3. Keseimbangan
an 1. Asupan tanda perubahan intake dan output.
berhubu gizi nutrisi : Anoreksi,
ngan ditingkatkan Letargi,
dengan ke skala 5 hipoproteinemia.
peningk 3. Beri diet yang
2. Asupan
atan bergizi
makanan
kebutuh 4. Beri makanan
ditingkatkan
an dalam porsi kecil
ke skala 5
metabol tapi sering
isme, 3. Energi 5. Beri suplemen
kehilang ditingkatkan vitamin dan besi
an

20
protein ke skala 5 sesuai instruksi
dan Monitor Nutrisi
penurun (1160)
an Status Aktivitas :
intake. Nutrisi : 1. Monitor
Asupan pertumbuhan dan
nutrisi perkembangan
(1009) 2. Monitor
kecenderungan turun
Kriteria
dan naiknya berat
Hasil :
badan
1.Asupan 3. Monitor diet dan
kalori asupan kalori.
ditingkatkan 4. Tentukan pola
ke skala 5 makan.

2. Asupan
protein
ditingkatkan
ke skala 5.

Intolera Toleransi Manajemen Energi Klien toleransi


nsi terhadap (0180) terhadap aktivitas
aktivitas aktivitas Aktivitas : sehari-hari dan
berhubu (0005) 1. Kaji status memiliki cukup
ngan fisiologis pasien yang energi
Kriteria
dengan menyebabkan
Hasil :
kelelaha kelelahan sesuai
n 1. dengan konteks usia
Kemudahan dan perkembangan
dalam 2. Gunakan
melakukan instrumen yang valid
aktivitas untuk mengukur
hidup harian

21
ditingkatkan
kelelahan
ke skala 5
3. Pilih intervensi
untuk mengurangi
kelelahan
Kelelahan :
4. Monitor
efek yang
intake/asupan nutrisi
mengganggu
untuk mengetahui
(0008)
sumber energi yang
Kriteria adekuat.
Hasil : 5. Anjurkan pasien

1. Malaise untuk memilih

ditingkatkan aktivitas-aktivitas

ke skala 4 yang membangun


ketahanan
2. Gangguan 6. Tingkatkan tirah
aktivitas baring/pembatasan
sehari-hari kegiatan
ditingkatkan 7. Anjurkan tidur
ke skala 5 siang bila diperlukan

3. Perubahan
status nutrisi
ditingkatkan
ke skala 4

Tingkat
kelelahan
(0007)

Kriteria
Hasil :

22
1. Kelelahan
ditingkatkan
ke skala 4

2. Tingkat
stres
ditingkatkan
ke skala 5

3. Kegiatan
sehari-hari
ditingkatkan
ke skala 5

3.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap implementasi ini, semua intervensi yang telah direncanakan
akan diterapkan kepada pasien sehingga mencapai outcome yang ingin dicapai
dan status kesehatan pasien akan meningkat ke arah yang lebih baik. Setelah
intervensi dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi untuk mengukur keefektifan
sebuah intervensi. Untuk tindak lanjutnya akan ditentukan melalui keberhasilan
sebuah intervensi, akan dilanjutkan, diganti atau memberhentikan intervensi
tersebut.

3.5 Promosi Kesehatan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Tumor Wilms pada anak

Sasaran : Orang tua

Hari / Tanggal : Rabu, 20 agustus 2019

Jam : 9.30 s.d selesai

23
Waktu Pertemuan : 1 kali

Tempat : Gedung I 1.1

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan, orang tua dapat memahami apa itu tumor wilms
dan bagaimana gejala, penanganan dan cara mencegahnya

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan, orang tua diharapkan mampu;

a. Menjelaskan tentang pengertian tumor wilms


b. Menjelaskan tentang gejala tumor wilms
c. Menjelaskan tentang penanganan dan pencegahan tumor wilms

B. Pokok Bahasan
Tumor wilms

C. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian Tumor Wilms
b. Etiologi Tumor Wilms
c. Patofisiologi Tumor Wilms
d. Pemeriksaan Diagnostik

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi

E. Media dan Alat

24
1. Media : Proyektor
2. Alat : Laptop

F. Materi (terlampir)
G. Pengorganisasian
1. Moderator : Vinny Darma Fajri
Tugas :Mengatur jalannya acara pada saat pemberian
materi maupun pada saat pemberian materi dan diskusi

2. Presenter : Putri Ramadhani


Tugas : Menyampaikan materi

3. Fasilitator : Ovitra Mulyawati


Kristina Wangguay
Mawaddah Turrahmah
Tugas : Memotivasi dan memfasilitasi peserta untuk aktif
selama penyuluhan

4. Observer : Intan Olivia Risca


Tugas :Mengamati proses pelaksanaan kegiatan
penyuluhan dari awal sampai akhir meliputi waktu, jumlah peserta dan
keaktifannya selama kegiatan berlangsung.

H. Pengaturan Tempat

P Keterangan :

P : Pemateri

F : Fasilitator
F F
O : Observer

25
F

I. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan & Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens


Waktu
Pendahuluan  Moderator mengucapkan  Menjawab salam
( 5 menit ) salam  Mendengarkan dan
 Moderator memperkenalkan memperhatikan
semua anggota kelompok
penyuluhan
 Moderator menjelaskan tujuan
penyuluhan yang akan dicapai
pelaksanaan  Moderator memberi  Mengemukakan
kesempatan menjelaskan pendapat
materi  Mendengarkan dan
 Menggali pengetahuan memperhatikan
audiens tentang tumor wilms  Mengajukan
 Memberi reinforcemen positif pertanyaan
pada audiens atas pendapatnya
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang:
o Pengertian tumor
wilms
o Etiologi tumor wilms
o Patofisiologi
o Pemeriksaan
diagnostik
 Memberikan pertanyaan
terkait materi yang sudah

26
dijelaskan
 Memberikan kesempatan
kepada audiens untuk
bertanya
 Menjawab pertanyaan audiens
penutup  Presenter mengajukan  Menjawab pertanyaan
pertanyaan pada audiens  Menjawab salam
mengenai materi yang dibahas  Mendengarkan dan
untuk mengevaluasi memperhatikan
pemahaman audiens  Menjawab salam
 Presenter mengucapkan salam
 Moderator menyimpulkan
hasil ceramah dan tanya jawab
 Moderator memberi salam
penutup

J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan 10-16 orang
b. Pengaturan tempat teratur, berbentuk persegi panjang
c. Suasana tenang dan menyenangkan

2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung diharapkan audiens dapat mengikuti seluruh
kegiatan penyuluhan
b. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif

3. Evaluasi Hasil
a. Audiens dapat menyebutkan definisi tumor wilms
b. Audiens dapat menyebutkan etiologi tumor wilms

27
BAB IV
ANALISIS JURNAL

1) Judul : APLIKASI THEORY OF UNPLEASANT SYMPTOMS (TOUS) PADA


ANAK YANG MENGALAMI NYERI DI RUANG RAWAT NON INFEKSI
RSCM JAKARTA

2) Kata kunci : Theory of Unpleasant Symptoms, TOUS application, pain in


pediatric cancer patients

3) Penulis Jurnal : Andin Sefrina, Nani Nurhaeni, Happy Hayati

4) Latar Belakang : Keganasan atau kanker merupakan jenis penyakit kronik


yang saat ini banyak diderita anak di Indonesia. Yayasan Onkologi Anak
Indonesia mengungkapkan bahwa 2-3% penderita kanker di Indonesia adalah
anak-anak atau sekitar 150 dari 1 juta anak menderita kanker. Hal tersebut berarti
diperkirakan setiap tahunnya ada sekitar 4000 kasus baru kanker pada anak di
Indonesia (Umiati, 2010). Penyakit kanker yang sering ditemui pada anak
diantaranya adalah Leukemia, Rhabdomyosarkoma, Osteosarkoma,serta Kanker
Nasofaring (KNF).
Penyakit keganasan atau gangguan hematologi pada anak tersebut mau
tidak mau menjadikan anak mengalami berbagai macam gejala yang tidak
menyenangkan. Gejala tersebut dapat berasal dari perjalanan penyakit itu sendiri
maupun dari prosedur diagnostik atau pengobatan penyakit tersebut. Beberapa
gejala yang sering dialami pada anak dengan penyakit keganasan adalah nyeri atau
yang biasa disebut nyeri kanker (cancer pain), mual serta berbagai reaksi tubuh
akibat perjalanan penyakit, prosedur diagnostik atau pengobatan. Gejala tak
menyenangkan tersebut pun tak pelak dapat menyebabkan terganggunya rasa
nyaman anak yang pada akhirnya menurunkan kualitas hidup anak selama sakit
(Wilson & Hockenberry, 2009; Hastings, Torkildson, & Agrawal, 2012).

28
Hal tersebut tentunya menjadi perhatian serius bagi perawat, khususnya
perawat anak. The National Institute of Nursing Resarch (NINR) mengidentifikasi
bahwa manajemen gejala (symptoms management) menjadi salah satu area kunci
dalam rencana strategis suatu asuhan keperawatan. NINR (2011) menyatakan
bahwa pemahaman yang lebih baik pada gejala dan kumpulan gejala yang
dirasakan klien akan meningkatkan kualitas penanganan klinik suatu penyakit dan
dapat menjadikan hidup yang lebih produktif bagi klien. Selain itu, melalui
manajemen gejala yang tepat diharapkan kenyamanan klien dapat terpenuhi meski
mungkin gejala masih dirasakan oleh anak selama perjalanan penyakitnya.
Guna melakukan manajemen gejala yang tepat pada asuhan keperawatan,
perawat membutuhkan acuan atau panduan. Salah satu konsep keperawatan yang
berfokus pada manajemen gejala adalah Theory of Unpleasant Symptoms
(TOUS). Konsep TOUS dikembangkan oleh Dr. Elisabeth Lenz, Dr. Milligan, Dr.
Suppe, Linda Pugh dan Audrey Gift pada tahun 1997. TOUS memiliki tiga
komponen utama yaitu gejala tidak menyenangkan yang dialami klien, faktor-
faktor yang berpengaruh pada gejala (fisiologis, psikologis, situasional )dan
penampilan (performance) klien (fisik, kognitif dan sosial) yang terpengaruh oleh
adanya gejala.
Komponen tersebut dikatakan dapat saling mempengaruhi satu sama lain,
sehingga perawat juga harus jeli saat melakukan asuhan keperawatan. Tyler dan
Pugh (2009) menyatakan bahwa TOUS dapat membantu perawat memahami
karakteristik gejala yang dirasakan klien secara lebih gamblang. Selain itu melalui
penerapan TOUS, perawat dapat mengidentifikasi faktor apa saja yang
berhubungan dengan gejala dan faktor mana saja yang saling berinteraksi satu
sama lain. Cooley (2000) menyatakan bahwa TOUS merupakan salah satu konsep
yang mampu membantu perawat dalam mengintegrasikan kompleksitas gejala dan
interaksi antar faktor yang mempengaruhi gejala itu sendiri. Konsep TOUS ini
telah diaplikasikan pada beberapa kasus khususnya pada kasus klien penderita
kanker. Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chen dan
Tseng pada tahun 2005 serta Fox dan Lyon pada tahun 2007.

29
Berdasarkan kelebihan TOUS serta kesesuaiannya dalam praktik klinik
keperawatan, maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan TOUS pada perawatan
anak dengan kanker dan penyakit kronik. Tujuan akhir yang ingin dicapai melalui
aplikasi TOUS ini adalah anak dapat memperoleh kenyamanan semaksimal
mungkin selama dirawat di rumah sakit.
Florence Nightingale pada tahun 1860 telah mengidentifikasi bahwa
kenyamanan merupakan tujuan utama dari sebuah asuhan keperawatan. Siefert
(2002) dalam artikelnya tentang analisis konsep kenyamanan melalui review
berbagai pengertian kenyamanan menyatakan bahwa pengertian dan konsep
kenyamanan telah berkembang dari waktu ke waktu. Pada awal abad ke 20,
kenyamanan dan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan diidentikkan
sebagai fokus utama dalam proses keperawatan pasien dengan penyakit yang
tidak memiliki pengobatan yang cukup efektif atau membutuhkan proses
perawatan yang cukup lama guna meminimalkan efek samping pengobatan. Saat
ini, pengertian tersebut sudah bergeser bahwa intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan tidak hanya sekedar tindakan memberikan rasa nyaman, tapi juga
bertujuan untuk memperkuat pasien dalam rangka mencapai tujuan akhir
perawatan klien serta meningkatkan perilaku sehat klien.
Salah satu keluhan yang menimbulkan ketidaknyamanan pada anak kanker
adalah nyeri akibat perjalanan penyakit. Sel-sel kanker yang menginfiltrasi
seluruh bagian tubuh khususnya yang berdekatan dengan jaras saraf dapat memicu
timbulnya nyeri yang berkepanjangan (nyeri kronis). Selain perjalanan penyakit,
prosedur diagnostik dan proses perawatan juga dapat menimbulkan rasa tak
nyaman pada anak. Prosedur diagnostik yang menimbulkan rasa nyeri seperti
pengambilan sampel darah, endoskopi, bone marrow punction (BMP) dapat
menganggu kenyamanan anak. Proses pengobatan dan perawatan seperti
pemberian obat intravena, kemoterapi, pemasangan kateter urin dan lain
sebagainya dapat pula menimbulkan nyeri dan menginterupsi kenyamanan anak
(Wilson & Hockenberry, 2009).
Salah satu teori keperawatan yang dapat digunakan untuk melakukan
manajemen gejala yang tepat termasuk nyeri yaitu konsep theory of unpleasant
symptoms (TOUS). Tujuan dari TOUS adalah untuk meningkatkan pemahaman

30
tentang pengalaman akan berbagai macam gejala dalam berbagai konteks dan
untuk memberikan informasi yang berguna untuk merancang intervensi yang
efektif guna mencegah terjadinya berbagai gejala tak menyenangkan serta
menyusun manajemen gejala yang sesuai. TOUS lebih banyak menjelaskan suatu
kerangka kerja umum untuk melakukan manajemen gejala dibanding kerangka
kerja spesifik pada suatu situasi klinik. Hal ini menjadikan perawat lebih kreatif
dalam menyusun rencana intervensi guna memanajemen gejala yang dialami oleh
klien. Konsep TOUS juga tidak menjelaskan secara eksplisit tentang penggunaan
konsepnya dalam proses keperawatan, namun perawat dalam mengintegrasikan
konsep TOUS dalam asuhan keperawatan mulai dari proses pengkajian hingga
evaluasi (Peterson & Bredow, 2004; Lenz & Pugh, 2014).

5) Tujuan : Melihat keefektifitasan pengaplikasian Theory of Unpleasant


Symptoms (TOUS) pada anak yang mengalami nyeri khususnya pada anak yang
mengalami kanker.

6) Metode : Aplikasi TOUS yang dilakukan oleh penulis melalui beberapa tahap
yaitu :
a. Analisis teori melalui studi literatur guna memahami dengan baik dan
tepat mengenai TOUS.
b. Menyusun format asuhan keperawatan yang terdiri atas format
pengkajian, diagnosis keperawatan, hingga format evaluasi yang sesuai
dengan konsep TOUS. Format pengkajian disusun berdasarkan tiga
komponen dalam TOUS, diagnosis keperawatan mengacu pada NANDA,
rencana intervensi hingga evaluasi mengacu pada literatur serta evidence
based practice (EBP).
c. Melakukan aplikasi TOUS pada 3 klien anak yang mengalami nyeri
kanker dan akibat prosedur diagnostik yaitu An. R dengan kanker
nasofaring, An. FS dengan leukemia dan An. APM dengan
osteosarkoma. Penulis melakukan aplikasi TOUS dari mulai klien masuk
ke ruang rawat hingga klien pulang. Proses aplikasi dimulai dari
pengkajian hingga evaluasi.

31
d. Melakukan analisis keefektifan aplikasi TOUS.

7) Hasil
Adapun hasil aplikasi atau penerapan TOUS pada tiga orang pasien anak yang
mengalami nyeri adalah sebagai berikut:
a. Format pengkajian telah tersusun berdasarkan tiga komponen utama
TOUS yaitu symptoms (gejala), influencing factors dan performances.
b. Aplikasi dilakukan pada tiga orang pasien anak yaitu An.R, An. APM
dan An.FS.
c. Tiga orang pasien tersebut seluruhnya mengalami masalah nyeri, namun
dengan intensitas dan penyebab yang berbeda satu sama lain.
d. Rencana intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan yang
diterapkan disesuaikan dengan konsep TOUS dengan
memperhatikan kondisi dan respon pasien.
Konsep TOUS berfokus pada manajemen gejala tak menyenangkan
(unpleasant symptoms), maka konsep ini sangat sesuai digunakan sebagai
landasan teori guna mengelola klien dengan gangguan kenyamanan. Melalui
manajemen gejala yang tepat diharapkan rasa tak nyaman yang ditimbulkan oleh
gejala dapat diminimalkan sehingga klien merasa lebih nyaman meski gejala
masih muncul. Hal ini dapat dikatakan sangat menguntungkan dalam konteks
perawatan pada klien dengan penyakit kronik karena kemunculan berbagai gejala
pada penyakit kronik bisa berlangsung cukup lama sehingga klien membutuhkan
manajemen gejala yang tepat (Hockenberry & Wilson, 2009).
Selain itu, konsep TOUS juga mempertimbangkan adanya faktor- faktor
yang mempengaruhi gejala (faktor fisiologis, psikologis dan sosial) sehingga
dapat dijadikan acuan saat menegakkan diagnosis keperawatan atau saat
menyusun intervensi keperawatan. Faktor-faktor tersebut dikatakan saling
berinteraksi satu sama lain atau dengan kata lain dapat saling mempengaruhi
(Peterson & Bredow, 2004; Lenz & Pugh, 2014).
Penilaian penampilan (performance) akhir klien yang diakibatkan oleh
gejala juga dijadikan salah satu acuan dalam menentukan diagnosis dan rencana

32
intervensi keperawatan serta dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam evaluasi
keperawatan (Peterson & Bredow, 2004; Lenz & Pugh, 2014).
Saat melakukan aplikasi TOUS, gejala (symptoms) yang muncul pada
ketiga klien adalah nyeri dengan intensitas dan penyebab yang berbeda- beda.
Pada An.R gejala nyeri disebabkan karena pembesaran tumor pada area
nasofaring, pada An.APM gejala nyeri juga disebabkan karena infiltrasi sel
kanker pada jaringan sekitar. Sedangkan pada An. FS gejala nyeri disebabkan
karena prosedur diagnostik bone marrow punction (BMP).
Gejala ini baik secara subyektif maupun obyektif memang dirasakan
sebagai gejala yang mengganggu selama proses perawatan berlangsung.

33
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan pada
anak-anak. Tumor wilms mreupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel embrional
primitive  di ginjal. Makrokoskopis ginjal akan tampak membesar dan keras
sedangkan gambaran histopatologinya menunjukan gabungan dari pembentukan
abortif glomerulus dan gambaran otot polos,otot serat lingkang, tulang rawan dan
tulang. Tumor dapat bermetastase terutama ke paru, ginjal dan jarang sekali ke
tulang.
Etiologi dari tumor wilms ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga
terdapat pengaruh faktor genetik dan kelainan kongenital lainnya. Keluhan utama
yang sering dilaporkan adalah benjolan pada perut. Penatalaksanaan medis pada
pasien tumor wilms adalah pembedahan, inilah yang sering digunakan oleh tenaga
medis.
5.2 Saran

Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti dalam pengkajian


dan pemeriksaan, perawat harus lebih memperhatikan klien dan
keluarganya, karena kliennya adalah anak-anak. Selain Sifat klien anak-
anak berbeda dengan klien yang dewasa klien anak juga melibatkan
keluarganya karena kemandirian dari anak-anak masih rendah.

32
DAFTAR PUSTAKA

Cecily L, Betz. Buku saku keperawatan pediatri.Jakarta.EGC.2002

Dorland, W A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed 29. Jakarta : EGC. 2000

Sharer Patrics D, Yudith WA. Neoplasma Ginjal dalam Behrman, Klegman dan
Arvin Ilmu Kesehatan Anak Nelson volume 3 edisi 15. Jakarta : EGC. 2000

33

Anda mungkin juga menyukai