PENDAHULUAN
Tumor Wilms, sebagai entitas kanker yang paling umum pada ginjal
anak-anak, memerlukan pemahaman mendalam dari para profesional medis
yang terlibat dalam perawatan anak-anak. Meskipun insidensinya relatif rendah
dibandingkan dengan kasus kanker pada populasi dewasa, dampaknya pada
pasien anak sangat besar. Pemahaman yang kuat tentang aspek klinis,
patofisiologi, dan pengelolaan tumor Wilms menjadi kunci dalam memberikan
perawatan yang efektif. Mampu mendeteksi tumor Wilms secara dini,
mengidentifikasi faktor risiko, dan mengevaluasi opsi terapi yang sesuai adalah
langkah-langkah penting dalam memberikan perawatan yang optimal.
Pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli bedah, onkolog anak, radiolog,
dan profesional medis lainnya menjadi esensi dalam manajemen tumor Wilms.
Pemahaman yang lebih mendalam terhadap patofisiologi dan faktor risiko
penyakit ini juga berpotensi mendukung penelitian ilmiah yang berkelanjutan
dan pengembangan terapi yang lebih efektif. Oleh karena itu, pengetahuan yang
solid mengenai latar belakang tumor Wilms memainkan peran krusial dalam
upaya meningkatkan prognosis dan kualitas hidup anak-anak yang terkena
dampak penyakit ini.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
2
Delesi pada lokus bisa juga ada keterkaitannya dengan
sindroma Denys-Drash yaitu:
1) Tumor Wilms
Sindroma Denys-Drash ditandai dengan
kecenderungan yang tinggi untuk mengembangkan
tumor Wilms. Yang merupakan jenis tumor ginjal
yang umumnya terjadi pada anak-anak. Kehadiran
tumor Wilms adalah salah satu ciri utama sindroma
Denys-Drash.
2) Nefropati
Selain tumor Wilms, anak-anak dengan sindroma
Denys-Drash juga dapat mengalami gangguna ginjal
yang disebut nefropati. Nefropati ini sering kali
merupakan nefropati mesengial, yang merupakan
jenis nefropati yang mengenai struktur tertentu dalam
ginjal.
3) Kelainan Genital
Beberapa individu dengan sindroma Denys-
Drash juga mengalami kelainan pada organ genital,
meskipun ini mungkin tidak selalu terjadi. Kelainan
genital meliputi:
a) Hipospadia: ini adalah kelainan di mana
lubang saluran kemih bukan berada pada
ujung penis seperti pada kondisi normal,
tetapi berada di bawahnya. Hipospadia dapat
menyebabkan masalah saat buang air kecil
dan sering memerlukan pembedahan koreksi.
b) Epispadia: Kelainan ini mirip dengan
hipospadia, tetapi dalam epispadia, lubang
saluran kemih berada di atas penis atau
bahkan di pangkal penis. Ini juga
memerlukan pembedahan koreksi.
c) Kelainan Gonad: Sindroma Denys-Drash
dapat memengaruhi perkembangan gonad
3
(organ reproduksi), dan dalam beberapa
kasus, dapat mengakibatkan gonad yang tidak
berkembang dengan baik atau kelainan
lainnya.
d) Kriptorkidisme: ini adalah kondisi di mana
salah satu atau kedua testis tidak turun ke
dalam kantong skrotum seperti yang
seharusnya. Testis yang tertinggal dapat
ditemukan di dalam perut atau area panggul
dan sering memerlukan tindakan
pembedahan untuk memindahkannya ke
posisi yang benar.
b. Delesi lokus 11p15
Lokus kedua pada kromosom 11 ini, berhubungan
dengan sindroma Beckwith-Wiedemann, yang merupakan
sindroma kongenital dengan beberapa tipe seperti:
1) Neoplasma embrional (tumor perkembangan awal)
2) Hemihipertrofi (pertumbuhan berlebihan pada
setengah tubuh)
3) Makroglosia (lidah yang besar)
4) Viseromegali (pembesaran organ dalam)
3. Kemungkinan keterlibatan lokus ketiga
Ini mengacu pada asumsi bahwa selain dua lokus (lokasi
genetik) yang sudah dikenal terkait dengan tumor Wilms pada
kromosom 11 (seperti yang disebutkan sebelumnya), mungkin ada
lokasi ketiga yang juga berperan dalam perkembangan tumor Wilms
familial. Namun, lokasi ketiga ini belum sepenuhnya dipahami atau
diidentifikasi
4. Mutasi Gen Supresor p53
Gen supresor p53 adalah gen yang berfungsi sebagai pengontrol
pertumbuhan sel dan melindungi tubuh dari pertumbuhan sel yang
tidak terkendali, termasuk pertumbuhan sel kanker. Mutasi pada gen
supresor p53 dapat mengganggu kemampuannya untuk mengatur
pertumbuhan sel dengan benar.
4
Lebih dari 85% tumor Wilms dengan anaplasia mengalami
mutasi pada gen supresor p53, yang jarang ditemukan pada tumor
Wilms tanpa anaplasia.
a. Tumor Wilms dengan Anaplasia adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana sel-sel
tumor memiliki perubahan struktural dan tingkat keganasan
yang lebih tinggi.
b. Tumor Wilms tanpa Anaplasia umumnya memiliki tingkat
keganasan yang lebih rendah dan prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki anaplasia.
C. Manifestasi Klinis
5
8. Gejala Akut: Pada beberapa kasus, tumor bisa pecah, menyebabkan
pembengkakan abdomen yang cepat, anemia, hipertensi, nyeri dan
demam.
9. Varikokel: tekanan tumor yang besar pada abdomen dapat
menyebabkan variokel atau masalah genitourinaria.
10. Sindrom Paraneoplastik: Tumor Wilms dapat memproduksi hormon
corticotropin-releasing hormone, yang dapat menyebabkan sindrom
paraneoplastik seperti hiperkalsemia, eritrositosis, dan penyakit von
Willebrand yang didapat.
D. Klasifikasi
6
Stadium tumor Wilms ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
pencitraan, terapi operatif, dan pemeriksaan patologis yang
diperoleh selama nefrektomi. Tumor dengan histologi baik dan
histologi anaplastik memiliki stadium penyakit yang sama, sehingga
dalam mendiagnosis tumor Wilms, perlu menyebutkan kedua
kriteria klasifikasi (misalnya: stadium II dengan histologi baik atau
stadium II dengan histologi anaplastik).
Sistem klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini
dikembangkan oleh National Wilm's Tumor Study Group yang
kelima (NWTSG-V), dengan kriteria sebagai berikut:
a. Stadium I (43% pasien)
Untuk tumor Wilms stadium I, harus memenuhi satu atau
lebih kriteria berikut ini:
1) Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi
seluruhnya.
2) Permukaan kapsula renalis utuh.
3) Tumor tidak pernah ruptur atau telah dibiopsi (baik
dengan biopsi terbuka atau biopsi jarum) sebelum
pengangkatan.
4) Tidak ada keterlibatan pembuluh darah sinus renalis.
5) Tidak ada sisa tumor yang terlihat di luar batas eksisi.
b. Stadium II (23% pasien)
Untuk tumor Wilms stadium II, harus memenuhi satu
atau lebih kriteria berikut ini:
1) Tumor meluas ke luar dari ginjal tetapi telah dieksisi
seluruhnya.
2) Terdapat ekstensi regional tumor (seperti penetrasi ke
kapsula renalis atau invasi yang luas ke sinus renalis).
3) Pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar
parenkim ginjal mengandung tumor.
4) Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan
atau terdapat bagian tumor yang pecah selama
operasi yang mengarah ke pinggang, tetapi tanpa
melibatkan peritoneum.
7
c. Stadium III (23% dari pasien)
Pada stadium ini, terdapat tumor residu yang tidak terkait
dengan penyebaran hematogen, dan keterlibatan abdomen
dapat ditemukan dengan memenuhi satu atau lebih dari
kriteria berikut:
1) Tumor primer tidak dapat diangkat sepenuhnya
karena infiltrasi lokal ke struktur-struktur vital.
2) Terjadi metastasis ke kelenjar getah bening di daerah
abdomen atau pelvis (seperti hilus ginjal, para-aorta,
atau daerah sekitarnya).
3) Tumor telah menembus permukaan peritoneum.
4) Implan-implan tumor dapat terdeteksi di permukaan
peritoneum.
5) Meskipun tumor telah diangkat sepenuhnya, tetap
ada bukti tumor baik secara makroskopis maupun
mikroskopis setelah operasi.
6) Terjadi pecahnya tumor yang melibatkan permukaan
peritoneum, baik sebelum atau selama operasi, atau
trombus tumor yang terputus.
d. Stadium IV (10% dari pasien)
Tumor Wilms stadium IV terjadi ketika terdapat
metastasis hematogen, yang dapat mencakup paru-paru, hati,
tulang, atau otak, atau ketika terjadi metastasis ke kelenjar
getah bening di luar regio abdomen atau pelvis.
e. Stadium V (5% dari pasien)
Tumor Wilms stadium V terjadi ketika terdeteksi
keterlibatan bilateral pada kedua ginjal pada saat diagnosis
pertama. Dalam kasus pasien dengan tumor Wilms bilateral,
stadium untuk masing-masing ginjal harus ditentukan
berdasarkan luas penyakit sebelum dilakukan biopsi, dan
kriteria yang telah disebutkan di atas (stadium I - III)
digunakan untuk menentukan stadiumnya.
8
E. Komplikasi
9
Dalam beberapa kasus, tumor Wilms dapat menyebabkan
penyakit ginjal tahap akhir, memerlukan terapi penggantian ginjal
jangka panjang.
8. Neoplasma ganas sekunder
Ada risiko kecil mengembangkan neoplasma ganas sekunder
pada pasien dengan tumor Wilms, yang mungkin memerlukan
perawatan dan pemantauan lebih lanjut.
9. Gagal jantung kongestif
Dalam kasus langka, tumor Wilms dapat menyebabkan gagal
jantung kongestif, memerlukan manajemen dan perawatan yang
sesuai.
10. Efek pada sistem muskuloskeletal
Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan tumor Wilms
dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jaringan
normal, berpotensi menyebabkan komplikasi muskuloskeletal.
11. Masalah reproduksi
Tumor Wilms dan pengobatannya dapat memengaruhi fungsi
reproduksi, dan pilihan pelestarian kesuburan mungkin perlu
dipertimbangkan.
12. Disfungsi ginjal
Tumor Wilms dapat menyebabkan disfungsi ginjal, yang
mungkin memerlukan pemantauan dan manajemen berkelanjutan.
13. Malignansi sekunder
Ada risiko kecil mengembangkan malignansi sekunder sebagai
hasil dari Wilms tumor, yang mungkin memerlukan perawatan dan
pemantauan tambahan.
F. Patofisiologi
10
peran penting dalam perkembangan ginjal dan sistem genitourinari. Mutasi
dalam gen ini mengganggu perkembangan ginjal yang normal dan
berkontribusi pada pembentukan WT.
Abnormalitas genetik lainnya, seperti perubahan kromosom dan
hiperdiploidi, juga telah diamati dalam beberapa subtipe WT. Perubahan
genetik ini dapat mengakibatkan aktivasi onkogen atau inaktivasi gen
penekan tumor, yang mempromosikan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali dan pembentukan tumor.
Selain faktor genetik, faktor lingkungan dan epigenetik juga dapat
berperan dalam perkembangan WT. Misalnya, paparan kepada bahan kimia
tertentu atau radiasi selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko WT pada anak-anak.
Secara keseluruhan, patofisiologi WT melibatkan interaksi kompleks
antara faktor genetik, molekuler, dan lingkungan yang mengganggu
perkembangan ginjal yang normal dan mendorong pertumbuhan sel-sel
tumor. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang
mendasarinya dan mengembangkan terapi yang ditargetkan untuk penyakit
ini. (Balis et al., 2021)
G. Pathway
11
H. Diagnosis Banding
12
I. Pemeriksaan Penunjang (Tes Diagnostik)
13
klinis. Rekomendasi diatas didasarkan pada panduan NCCN untuk Tumor
Wilms dan harus diinterpretasikan bersama dengan pertimbangan klinis.
J. Penatalaksanaan
14
bergantung pada faktor risiko individu pasien dan respons terhadap
pengobatan.
Penting untuk dicatat bahwa manajemen WT sebaiknya
disesuaikan berdasarkan karakteristik khusus tumor, usia pasien, dan
faktor-faktor klinis lainnya. Rekomendasi di atas didasarkan pada
Panduan NCCN untuk Tumor Wilms dan sebaiknya diinterpretasikan
bersama dengan pertimbangan klinis.
A. Anamnesa
1. Identitas
a) Nama Pasien: [Nama Lengkap Pasien]
b) Tanggal Lahir: [Tanggal Lahir Pasien]
c) Jenis Kelamin: [Laki-laki/Perempuan]
d) Alamat: [Alamat Pasien]
e) Nomor Rekam Medis: [Nomor Rekam Medis Pasien]
f) Tanggal Pemeriksaan: [Tanggal Pemeriksaan Medis]
2. Keluhan Utama: [Pasien mengeluhkan gejala utama yang dirasakan.]
3. Riwayat Penyakit Sekarang: [Pasien menjelaskan riwayat gejala yang
sedang dialami saat ini, termasuk durasi, frekuensi, dan intensitasnya.
Misalnya, jika ada gejala penyakit yang diderita, seperti yang terdapat
pada teori yang sudah dijelaskan diatas, ini harus dicatat dengan rinci.]
4. Riwayat Penyakit Dahulu: [Pasien menjelaskan riwayat penyakit atau
kondisi medis sebelumnya yang pernah diderita, termasuk operasi atau
perawatan medis sebelumnya.]
5. Riwayat Keluarga: [Pasien memberikan informasi tentang riwayat
penyakit dalam keluarga, termasuk apakah ada anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit yang sama atau kondisi medis lainnya.]
6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran: [Jika relevan, informasi tentang
kehamilan ibu pasien, kelahiran, dan kondisi kesehatan bayi saat lahir
dapat dicatat.]
7. Riwayat Lingkungan: [Pasien memberikan informasi tentang paparan
lingkungan yang mungkin berhubungan dengan perkembangan
penyakit.]
15
8. Riwayat Pengobatan: [Pasien menjelaskan riwayat pengobatan
sebelumnya, termasuk apakah telah menerima kemoterapi, radioterapi,
atau tindakan bedah.]
9. Riwayat Alergi: [Jika ada riwayat alergi terhadap obat atau bahan
tertentu, ini harus dicatat.]
10. Riwayat Imunisasi: [Informasi tentang status imunisasi pasien dapat
dicatat.]
11. Kebiasaan Hidup: [Pasien memberikan informasi tentang kebiasaan
hidup, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan lainnya, yang dapat
berpengaruh pada kesehatan.]
12. Catatan Tambahan:
[Catatan tambahan atau informasi klinis penting lainnya yang relevan
dengan kondisi pasien, seperti hasil pemeriksaan fisik atau hasil tes
diagnostik.]
13. Perawat yang mengkaji: [Nama Perawat]
B. Pemeriksaan Fisik
16
b) Mata: [Pemeriksaan mata, termasuk pupil, refleks cahaya, dan
tanda-tanda peradangan.]
c) Telinga: [Pemeriksaan telinga, termasuk pendengaran jika relevan.]
d) Hidung: [Pemeriksaan hidung, termasuk pembengkakan atau
perdarahan jika relevan.]
e) Mulut dan Tenggorokan: [Pemeriksaan mulut dan tenggorokan,
termasuk tanda-tanda peradangan atau kelainan.]
4. Dada
a) Inspeksi: [Deskripsi bentuk dan gerakan dada saat bernapas.]
b) Perkusi: [Hasil perkusi dada, misalnya, resonan atau redup.]
c) Auskultasi: [Hasil auskultasi paru-paru dan jantung, termasuk suara
napas dan bunyi jantung yang abnormal jika ada.]
5. Abdomen
a) Inspeksi: [Deskripsi penampilan abdomen, termasuk adanya
pembengkakan atau bekas luka operasi.]
b) Perkusi: [Hasil perkusi abdomen, misalnya, timpani atau redup.]
c) Palpasi: [Hasil palpasi abdomen, termasuk penilaian terhadap nyeri
tekan atau massa.]
d) Auskultasi: [Hasil auskultasi usus, jika ada.]
6. Ekstremitas
a) Pemeriksaan Extremitas Atas: [Deskripsi kekuatan, gerakan, dan
tanda-tanda khusus pada lengan dan tangan.]
b) Pemeriksaan Extremitas Bawah: [Deskripsi kekuatan, gerakan, dan
tanda-tanda khusus pada kaki dan kaki.]
7. Sistem Genitourinari
a) Pemeriksaan Genital: [Pemeriksaan genital jika relevan, misalnya,
pada kasus tertentu.]
b) Pemeriksaan Saluran Kemih: [Pemeriksaan kelainan atau gejala
yang berkaitan dengan sistem kemih.]
8. Sistem Saraf
a) Kondisi Kesadaran: [Deskripsi tingkat kesadaran dan respons
pasien.]
b) Pemeriksaan Neuromuskular: [Pemeriksaan kekuatan, refleks, dan
koordinasi neuromuskular.]
17
9. Catatan Tambahan:
[Catatan tambahan atau temuan klinis penting lainnya yang
relevan dengan kondisi pasien, termasuk temuan yang berkaitan dengan
penyakit yang sedang diderita.]
10. Perawat yang mengkaji: [Nama Perawat]
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
18
5. Verbalisasi keinginan untuk 1.7 Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi (........) 1.8 Monitor hasil
pemeriksaan
6. Pengetahuan tentang pilihan
laboratorium
makanan yang sehat (........)
19
nasogastrik jika
asupan oral dapat
Skor: Memburuk 1, Cukup
ditoleransi
Memburuk 2, Sedang 3,
Cukup Membaik 4, Membaik
5 Edukasi
20
Skor: Menurun 3, Cukup atau inkontinensia
Menurun 2, Sedang 3, Cukup urine
Meningkat 4, Meningkat 5 2.2 Identifikasi faktor
yang menyebabkan
1. Sensasi berkemih (........)
retensi atau
inkontinensia urin
Skor: Meningkat 1, Cukup 2.3 Monitor eliminasi
Meningkat 2, Sedang 3, Cukup urin (misalnya,
Menurun 4, Menurun 5 frekuensi,
9. Enuresis (........)
Edukasi
10. Dysuria (........)
2.7 Ajarkan tanda dan
11. Anuria (........)
gejala infeksi
saluran kemih
5 keluarnya urine
2.9 Ajarkan cara
12. Frekuensi BAK (........)
mengambil
21
13. Karakteristik urin (........) spesimen urine
midstream
2.10 Ajarkan cara
mengenali tanda
berkemih dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
2.11 Ajarkan
tentang terapi
modalitas,
penguatan otot-otot
panggul, atau cara
berkemih yang benar
2.12 Anjurkan
minum yang cukup,
jika tidak ada
kontraindikasi
2.13 Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
2.14 Kolaborasi
dalam pemberian
obat supositoria
uretra, jika perlu
22
spesifik akibat antisipasi kondisi, waktu,
bahaya yang memungkinkan stressor)
individu melakukan tindakan 3.2 Identifikasi
untuk menghadapi ancaman kemampuan
menurun dengan kriteria hasil: mengambil
keputusan
Skor: Meningkat 1, Cukup
3.3 Monitor tanda-tanda
Meningkat 2, Sedang 3, Cukup
ansietas (verbal dan
Menurun 4, Menurun 5
nonverbal)
1. Verbalisasi kebingungan
(........)
Terapeutik
2. Verbalisasi khawatir akibat
3.4 Ciptakan suasana
kondisi yang dihadapi (........)
terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah (........)
menumbuhkan
4. Perilaku tegang (........) kepercayaan
23
3. Frekuensi pemapaian mengidentifikasi
(........) situasi yang memicu
kecemasan
4. Frekuensi nadi (........)
3.11 Diskusikan
5.Perasaan keberdayaan
perencanaan realistis
(........)
tentang peristiwa
6. Tekanan darah (........) yang akan datang
24
pengelihatan untuk
mengurangi
ketegangan
3.18 Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
3.19 Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
3.20 Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
E. Implementasi
25
serta perkembangan dalam perawatan pasien. Ini penting untuk menjaga
rekam medis yang lengkap dan menginformasikan tim perawatan kesehatan
tentang kemajuan pasien.
Dalam esensinya, implementasi keperawatan adalah langkah kritis
dalam memberikan perawatan yang profesional dan holistik kepada pasien,
dengan tujuan utama untuk mencapai hasil yang optimal dan
mempromosikan kesejahteraan pasien secara menyeluruh.
F. Evaluasi
26
Evaluasi dalam keperawatan bukan hanya merupakan proses
retrospektif untuk memeriksa hasil perawatan yang telah berlangsung, tetapi
juga merupakan alat yang kuat dalam merencanakan dan mengatur
perawatan masa depan pasien. Hal ini memungkinkan perawat untuk
memastikan bahwa perawatan yang diberikan tetap relevan, efektif, dan
sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. Evaluasi yang tepat dan akurat
adalah elemen kunci dalam memberikan perawatan profesional yang
berkualitas dan aman.
G. Dokumentasi
27
5. Catatan Administrasi: Catatan ini berkaitan dengan administrasi
obat, termasuk jenis obat, dosis, frekuensi pemberian, dan respons
pasien terhadap obat tersebut.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari materi ini adalah bahwa tumor Wilms, juga dikenal
sebagai nefroblastoma, merupakan jenis keganasan ginjal yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, beberapa
faktor genetik, molekuler, dan lingkungan telah diidentifikasi dalam
perkembangan tumor ini. Tumor Wilms dapat memiliki berbagai manifestasi
klinis, tetapi seringkali muncul sebagai pembengkakan abdomen pada anak-
anak usia 1-5 tahun. Diagnosis dan penentuan stadium tumor sangat penting
dalam merencanakan penatalaksanaan yang mencakup pembedahan,
kemoterapi, dan terapi radiasi yang disesuaikan dengan karakteristik individu
pasien. Penting juga untuk memahami diagnosis banding dan tes diagnostik
yang relevan. Selain itu, komplikasi yang terkait dengan tumor Wilms harus
dipantau dengan cermat, termasuk efek jangka panjang dari pengobatan.
Terakhir, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami patofisiologi
tumor Wilms dan mengembangkan terapi yang lebih efektif.
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Balis, F., Green, D. M., Anderson, C., Cook, S., Dhillon, J., Gow, K., Hiniker, S.,
Jasty-Rao, R., Lin, C., Lovvorn, H., MacEwan, I., Martinez-Agosto, J., Mullen,
E., Murphy, E. S., Ranalli, M., Rhee, D., Rokitka, D., Tracy, E. L., Vern-Gross,
T., … Hughes, M. (2021). Wilms tumor (nephroblastoma), version 2.2021. In
JNCCN Journal of the National Comprehensive Cancer Network (Vol. 19, Issue
8, pp. 945–977). Harborside Press. https://doi.org/10.6004/jnccn.2021.0037
Sugandi Hartanto, N. S. (2014). Radioterapi & Onkologi Indonesia. Journal of the
Indonesia Radiation Oncology Society, Vol.5 (2)(Tatalaksana Tumor WIlms),
61–69. http://www.pori.or.id/journal/index.php/JORI/article/view/25/22
Sutedja, T., Supriana, N., & Juni, D. (n.d.). Radioterapi pada Wilms’ Tumor.