Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA AN. S.A DENAN TUMOR WILMS

MEGAWATI
519055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2020

1
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tumor Wilms yang merupakan keganasan genitourianaria paling sering terjadi


pada anak-anak neoplasma embrional trifase yang merupakan hasil proliferasi dari
blastema, stroma dan epithelium. Tumor ini merupakan 8% keganasan pada anak-
anak dan menduduki peringkat kelima dari tumor pada anak-anak , setelah tumor
pada sentral nervus sistem, limfoma, neuroblastoma dan soft tissue sarcoma.
Namun, tumor ini adalah salah satu kanker penyebab utama kematian pada anak.
Insidens tumor ini hampir sama di setiap negara, oleh karena tidak ada perbedaan
ras, yaitu sekitar 2-5 kasus per 1 juta penduduk. Dan sekitar 500 kasus baru dari
tumor Wilms ditemukan tiap tahun di Amerika. Dari keseluruhan kasus kanker
pada anak 6% nya adalah tumor Wilms. Tumor Wilms paling sering terjadi pada
anak-anak dengan usia yang masih sangat muda dan jarang terjadi pada anak-anak
setelah umur 6 tahun. Tumor wilms ditemukan sama banyak pada kedua jenis
kelamin dan tidak ada predileksi bangsa atau ras.(Sutaryo,2010)

B. Tujuan Penulisan

1. Pengkajian pada klien anak dengan Tumor wilms.

2. Analisis data pada klien anak dengan Tumor wilms.

3. Perumusan diagnosa keperawatan yang muncul padaklien anak

dengan Tumor wilms

4. Intervensi keperawatan pada klien anak dengan Tumor wilms.

5. Tindakan keperawatan pada anak dengan Tumor wilms.

6. Evaluasi tindakan keperawatan pada anak dengan Tumor wilmsy

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Laporan Pendahuluan

2
1. Definisi

Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai
pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya
muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering
ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat
dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat. Tumor ini
sering timbul pada usia antara 1 dan 3 tahun. Insiden tumor wilms adalah 1 dalam
250.000, dan biasanya unilateral. Walaupun dapat timbul di kedua ginjal
(bilateral).(Mansour,2015)

Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari
metanefros. Nama lain tumor ini adalah nefroblastoma atau embrioma renal.
Tumor ini pertama kali dilaporkan oleh Runce pada tahun 1814, tetapi nama
tumor "Wilms" berasal dari seorang ahli bedah (Max Wilms) yang
mengungkapkan gambaran klasik secara lengkap penyakit tersebut dalam tahun
1899.(Mansour,2015)
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima
tahun (kamus kedokteran dorland).
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak
yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen
yang tersering pada anak-anak.(Mansour,2015)

Klasifikasi Tumor Wilms :


1. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :
T : Tumor primer
 T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm
 T2 : Unilateral permukaan > 80 cm
 T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan

3
 T4 : Bilateral
N : Metastasis limfa
 No : Tidak ditemukan metastasis
 N1 : Ada metastasis limfa
M : Metastasis jauh
 Mo : Tidak ditemukan
 M+ : Ada metastasis jauh
2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor
Wilms, yaitu :
 Stadium I : tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus
kapsul. Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
 Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam
jaringan ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis,
vena renalis dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi
dengan lengkap.
 Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum),
misalnya ke hepar, peritoneum, dll.
 Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen,
paru-paru, otak, tulang.

Cara penyebaran tumor wilms yaitu setelah keluar dari kapsul ginjal, tumor
akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar secara limfogen
melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui vena
renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%)
dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral.

Prognosis Penyakit
Beberapa faktor menentukan prognosis tumor wilms yaitu ukuran tumor,
gambaran histopatologik, umur pasien dan stadium atau tingkat penyebaran tumor.
Penderita yang mempunyai prognosis yang baik adalah pasien yang mempunyai
ukuran tumor masih kecil, tingkat diferensiasi sel tinggi secara histopatologik,
stadium masih dini atau belum ada metastasis dan umur pasien di bawah dua
tahun.(Davenpor,2012)

4
Variabel prognosis yang paling menonjol adalah subtipe dan stadium
histologi. Kekambuhan menyebabkan prognosis buruk, meskipun penambahan
obat baru dan tindakan penyelamatan mungkin memperbaiki hasil akhir pada
sekelompok kecil penderita yang mengalami kambuh. Hasil akhir untuk semua
penderita dioptimalkan dengan terapi pada satu pusat kanker anak.
Prognosis juga bergantung pada kepada umur anak waktu pengobatan
diberikan yaitu makin muda usia anak, maka makin baik prognosisnya. Disamping
itu, prognosisnya tergantung pula dari ada tidaknya metastasis.

3. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor
wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
 Etiologi tumor ini pada dasarnya belum diketahui
 Kelainan saluran kemih
 Aniridia (tidak memiliki iris)
 Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya.
Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms bersifat kongenital. Satu persen dari tumor wilms ditemukan
familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor wilms telah
berlokasi pada kromosom 11 p13. Timbul dalam parenkim ginjal, mungkin dari
sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari fokus tunggal, kadang-kadang lebih
dari 1 area. Tumor Wilms dapat muncul dalam 3 gambaran klinik. Gambaran
klinik tersebut antara lain :
a) Sporadic
b) Berhubungan dengan sindrom genetic
c) Familial.

Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat


tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan
tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis
untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu.
Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke

5
arah pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu
terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.(Davenpor,2012)
Sekitar 1,5% pasien mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga
menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan
yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor Wilms
diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme genetik yang berkaitan dengan
penyakit ini, belum sepenuhnya diketahui. Pada pasien sindrom WAGR (tumor
Wilms, aniridia, malformasi genital dan retardasi mental) memperlihatkan adanya
delesi sitogenetik pada kromosom 11. Pada beberapa pasien, ditemukan gen WT1
pada lengan pendek kromosom 11, daerah pl3. Gen WT1 secara spesifik
berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai faktor transkripsi yang diduga
bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor Wilms.

4. Manifestasi Klinik
 Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)
 Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks
 Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan renin
 Anemia
 Penurunan berat badan
 Infeksi saluran kencing
 Demam
 Malaise
 Anoreksia
 Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam
saluran kencing
 Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya,
seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental(Davenpor,2012)

5. Patofisiologi

6
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitif diginjal, makroskapis ginjal akan tampak membesar dan keras
sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan
abortif glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan
tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor
bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang.
Komponen klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak
pada diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat gambaran
yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya diferensiasi
yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya
gambaran komponen yang monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang
ditemukan pada anak berupa mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal
rhabdoid tumor dapat membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis tumor
Wilms. Gambaran anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat,
hiperkromatisasi, dan gambaran mitosis yang abnormal.

7
MK : Stress
Neoplasma
MK : Kelebihan
volume cairan
Depresi Hemi Hipertrofi Gangguan Ginjal

Kakeksia Menekan Jaringan Perut Membesar


Disfungsi

Kekurangan Nutrisi Gangguan organ abdomen


MK : perubahan Gangguan glomerulus Gangguan Asam basa
Proses Keluarga Gangguan Hati
Lemah BB turun Status Gizi buruk Gangguan lambung
Hematuria Proteinurin
Gangguan Metabolisme
Mual dan Muntah

MK : Intoleransi MK : Nyeri Asidosis dan Alkalosis


MK: Perubahan MK: Resiko
aktivitas Nutrisi Kekurangan
volume cairan

8
6. (Komplikasi
 Tumor Bilateral
 Ekstensi Intracaval dan atrium
 Tumor lokal yang lanjut
 Obstruksi usus halus
 Tumor maligna sekunder
 Perkontinuitatum
Penyebaran langsung melalui jaringan lemak perirenal lalu ke peritoneum
dan organ-organ abdomen (ginjal kontralateral, hepar, dan lain-lain)
 Hematogen
Terjadi setelah pertumbuhan tumor masuk ke dalam vasa renalis,
selanjutnya menyebar melalui aliran darah ke paru-paru (90%), otak, dan
tulang-tulang
 Limfogen
Penyebaran limfogen terjadi pada kelenjar regional sekitar vasa para aortal
atau dalam mediastinum.
7. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi massa di daerah abdomen
 Ballottement
 Palpasi massa intra abdominal : ukuran, letak massa, konsistensi, tepi atau
konfigurasi, permukaan pulsasi, fluktuasi, nyeri tekan, mobilitas serta
hubungannya dengan alat sekitarnya
 Tumor Wilms : tekanan darah, berat badan, tinggi badan, hepar, lien,
pembesaran kelenjar getah bening, massa abdomen (tempat dan ukuran).
(Kumar,2014)

8. Pemeriksaan Diagnostik
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen.
Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan
tumor ginjal.

a. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises


(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal.

9
b. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
c. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan
sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami
pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan
menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
d. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor
Wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal
yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4
tahun dengan massa di abdomen.
 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan
metastasis hepar multiple.
 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis
hepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
e. Magnetic resonance imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi
penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior
termasuk perluasan ke daerah  intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan
memperlihatkan hipointensitas (low density intensity)  dan hiperintensitas
(high density intensity)

f. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang


menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga
dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

9. Penatalaksanaan

10
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan
komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat
diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam
stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi
radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing
jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan
memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka
pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi
selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang
lebih akurat dan aman. (Satyanarayana,2014)

a. Farmakologi
1) Kemoterapi

Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat


kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat
sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan
mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.

Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan


penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika
diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi
adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan
massa tumor sehingga lebih midah direseksi total.

Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam


pengobatan tumor Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin,
Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah
menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi
akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga
pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.

2) Aktinomisin D

11
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan
lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena.
Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan
vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.

3) Vinkristin

Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan


dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih
dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis,
bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu
pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain
karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan
sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.

4) Adriamisin

Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,


diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari
berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati
sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi
dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.

5) Cisplatin

Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20


mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.

6) Siklofosfamid

Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m 2/hari
secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300
mg/m2/hari.

b. Non Farmakologi
1) Pembedahan

12
keperawatan perioperatif

Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat


kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi
dan di izinkan untuk menjalani operasi. Mereka perlu menjalani
pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi
jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan
pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan
sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh abdomen dan dada di
bersihkan.

Hasil akhir pada pasien pascaoperatif

Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang


sesuai dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator
penting untuk prognosis, karena gambaran tersebut menentukan derajat
anaplasia. Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki prognosis
baik. Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii
prognosis buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkinuntuk masing-masing
anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang
lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.

Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah


dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah
hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.

2) Radioterapi

13
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi
radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi hanya diberikan
pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga
diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase
ke paru, otak, hepar serta tulang.

B. Konsep Asuhan keperawatan


Pengkajian
a. Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya
sutu hari pertama sakit.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya
c. Pola Aktivitas
 Pola nutrisi dan metabolik :
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
 Pola eliminasi :
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin : gangguan
pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi

14
dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak
mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria
,proteinuri, hematuria.
 Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses perawatan klien perlu
istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah
sudah normal selama 1 minggu.
 Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus.
 Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema, dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
 Hubungan peran :
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit yang kritis
menyebabkan anak banyak diam.
d. Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat adanya :
 Massa tumor pada abdomen
 Kaji manifestasi tumor wilm
 Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
Analisa Data
Data – data Masalah Keperawatan
Data subjektif : Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Anak mengatakan tidak mau makan

Data objektif :

 Terjadi penurunan berat badan

 Makanan tidak di habiskan

15
Data subjektif : Intoleransi aktivitas

Anak mengatakan lemas dan lelah

Data objektif :

 Terbaring lemas di tempat tidur


 Anak kurang bersemangat
dalam beraktivitas

 Malaise

Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan tindakan
berhubungan Pasien tidak 2. Lakukan tehnik selanjutnya
dengan efek mengalami pengurangan nyeri 2. Sebagai analgesik
fisiologis dari nyeri atau non farmakologis tambahan
neoplasia nyeri 3. Berikan analgesik 3. Mengurangi rasa
menurun sesuai ketentuan sakit
sampai 4. Berikan obat 4. Untuk mencegah
tingkat yang dengan jadwal kambuhnya nyeri
dapat diterima preventif 5. Karena aspirin
anak. Dalam 5. Hindari aspirin atau meningkatkan
waktu : .....x senyawanya kecenderungan
24 jam pendarahan

16
Perubahan Tujuan : 1. Catat intake dan 1. Monitoring asupan
Nutrisi : Dalam output makanan nutrisi bagi tubuh
Kurang dari waktu …x 24 secara akurat 2. Gangguan nutrisi
Kebutuhan jam, 2. Kaji adanya tanda- dapat terjadi secara
berhubungan kebutuhan tanda perubahan berlahan.
dengan nutrisi tubuh nutrisi : Anoreksi,
peningkatan dapat Letargi,
3. Diare sebagai reaksi
kebutuhan terpenuhi hipoproteinemia.
oedema intestine
metabolime, 3. Beri diet yang bergizi
dapat memperburuk
kehilangan 4. Beri makanan dalam
status nutrisi
protein dan porsi kecil tapi sering
4. Mencegah status
penurunan
5. Beri suplemen nutrisi menjadi lebih
intake.
vitamin dan besi buruk
sesuai instruksi
5. Membantu dalam
proses metabolisme

Intoleransi Tujuan : 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi


aktivitas Setelah baring bila terjadi pengeluaran energi.
berhubungan dilakukan edema berat 2. Mengurangi
dengan perawatan 2. Seimbangkan kelelahan pada pasien
kelelahan selama …x 24 istrahat dan aktivitas 3. Untuk menghemat
jam, pasien bila ambulasi energy
dapat istirahat 3. Intrusikan pada anak
dengan untuk istrahat bila
adekuat anak merasa lelah

BAB III
TINJAUAN KASUS
Anak S.A. Perempuan, usia 5 tahun, masuk RS pada tanggal 12 April 2016 rencana
prokemoterapi. Sesuai pemeriksaan Patologi Anatomi massa jaringan intraabdomen

17
(Juni 2015), dan pemeriksaan USG Abdomen (Juli 2015) menunjukkan gambaran
tumor wilms, ginjal kanan membesar dengan massa besar terutama pole bawah. Sejak
1 September 2015 klien memulai kemoterapi protokol tumor willms dan kemoterapi
terakhir tanggal 22 Pebruari 2016 (minggu ke 25). hasil CT Abdomen tgl 17 Februari
2016; terdapat perluasan massa ke ruang intraabdomen bawah serta ke region mid
abdomen (ukuran ± 80,7x135x83,3mm) dan ke superior/subhepatik ukuran (60-
70x40x82-83mm). Pengkajian dilakukan residen pada tanggal 13 April 2016 (hari
perawatan ke 2) jam 08.00. Data mode adaptasi fisiologis yang diperoleh; kesadaran
penuh, frekuensi pernapasan 24x/menit, frekuensi nadi 120x/menit, suhu badan
36,7oC, tekanan darah 90/67 mmHg. Pada pemeriksaan fisik tampak ada iga gambang,
wasting, dan baggy pants. Perut tampak membuncit, lingkar perut bagian pusat 55 cm,
bagian perut atas 59 cm. Berat badan 14 kg, tinggi badan 113 cm, lingkar lengan atas
10 cm. Sejak sakit, klien mengalami penurunan berat badan ± 6 kg. Status gizi buruk,
LLA/U 10/16,9 (<-3SD), ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun. Pada kulit
perut tampak kemerahan (eritema) bekas garukan, klien mengeluh ada rasa gatal pada
perut. Hasil pemeriksaan laboratorium (12/04/2016); Hemoglobin 10,6
g/dl,Hematokrit 32,3%, Leukosit 13.900/µL, neutrofil batang 0,0%, neutrofil segmen
82,7%, limfosit 9,6%,Trombosit 510/µL, Albumin 2,7 gr/dl, CRP 13,3 mg/L. Program
kemoterapi saat ini adalah protokol tumor willms (Stad.IV/ relaps) minggu 1:
Ifosfamid 1000 mg/IV/hr (5x), Carboplatine 270 mg/IV/hr (2x),Etoposide 65
mg/IV/hr (5 x).

A. Pengkajian
Anamnesa
1. Keluhan Utama
Anak S.A. Perempuan, usia 5 tahun, masuk RS pada tanggal 12 April 2016
rencana prokemoterapi.
2. Riwayat penyakit sekarang

18
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti
cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan,
mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
Pemeriksaan Fisik
Pengkajian dilakukan residen pada tanggal 13 April 2016 (hari perawatan ke
2) jam 08.00. Data mode adaptasi fisiologis yang diperoleh; kesadaran
penuh, frekuensi pernapasan 24x/menit, frekuensi nadi 120x/menit, suhu
badan 36,7oC, tekanan darah 90/67 mmHg. Pada pemeriksaan fisik tampak
ada iga gambang, wasting, dan baggy pants. Perut tampak membuncit,
lingkar perut bagian pusat 55 cm, bagian perut atas 59 cm. Berat badan 14
kg, tinggi badan 113 cm, lingkar lengan atas 10 cm. Sejak sakit, klien
mengalami penurunan berat badan ± 6 kg. Status gizi buruk, LLA/U 10/16,9
(<-3SD), ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun. Pada kulit perut
tampak kemerahan (eritema) bekas garukan, klien mengeluh ada rasa gatal
pada perut.
Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium (12/04/2016); Hemoglobin 10,6
g/dl,Hematokrit 32,3%, Leukosit 13.900/µL, neutrofil batang 0,0%,
neutrofil segmen 82,7%, limfosit 9,6%,Trombosit 510/µL, Albumin
2,7 gr/dl, CRP 13,3 mg/L.
Terapi
Program kemoterapi saat ini adalah protokol tumor willms (Stad.IV/
relaps) minggu 1: Ifosfamid 1000 mg/IV/hr (5x), Carboplatine 270
mg/IV/hr (2x),Etoposide 65 mg/IV/hr (5 x).

Pengkajian Perpola
Pola nutrisi dan metabolik:
Perut tampak membuncit, lingkar perut bagian pusat 55 cm, bagian
perut atas 59 cm. Berat badan 14 kg, tinggi badan 113 cm, lingkar
lengan atas 10 cm. Sejak sakit, klien mengalami penurunan berat
badan ± 6 kg. Status gizi buruk, LLA/U 10/16,9 (<-3SD), ibu
mengatakan nafsu makan anaknya menurun.

Pola Aktifitas dan latihan :


Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan

19
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila
tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru
maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu
napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien
mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat
menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan
gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur,
pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang
tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.

Pola tidur dan istirahat :


Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus

Pola Kognitif & perseptual :


Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan
rasa gatal.

Pemeriksaan penunjang:
pemeriksaan Patologi Anatomi massa jaringan intraabdomen (Juni 2015), dan
pemeriksaan USG Abdomen (Juli 2015) menunjukkan gambaran tumor wilms, ginjal
kanan membesar dengan massa besar terutama pole bawah. Sejak 1 September 2015
klien memulai kemoterapi protokol tumor willms dan kemoterapi terakhir tanggal 22
Pebruari 2016 (minggu ke 25). hasil CT Abdomen tgl 17 Februari 2016; terdapat
perluasan massa ke ruang intraabdomen bawah serta ke region mid abdomen (ukuran
± 80,7x135x83,3mm) dan ke superior/subhepatik ukuran (60-70x40x82-83mm).

Diagnosa
1. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan
dengan kehilangan protein dan cairan
3. Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi
sel, dan dampak pengobatan.

20
Intervensi
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi
cairan yang ditujukan pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara Evaluasi harian keberhasilan
akurat terapi dan dasar penentuan
2. Kaji perubahan edema dan tindakan
Pembesaran abdomensetiap hari Indikator akumulasi cairan
3. Timbang BB tiap hari dalam dijaringan dan dirung ketiga
skala yang sama BJ Urine dan albuminnuria
4. Uji urin untuk berat jenis, menjadi indikator regimen terapi
albumin Sehingga anak tidak
5. Atur masukan cairan dengan mendapatkan lebih dari jumlah
cermat yang ditentukan
6. Berikan diuretik sesuai order dari Pengurangan cairan
tim medis ekstravaskuler sangat diperlukan
dalam mengurangi oedema
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
makanan secara akurat Gangguan nutrisi dapat terjadi secara
2. Kaji adanya tanda-tanda berlahan. Diare sebagai reaksi oedema
perubahannutrisi : Anoreksi, intestine dapat memperburuk status
Letargi, hipoproteinemia. nutrisi
3. Beri diet yang bergizi Mencegah status nutrisi menjadi lebih
4. Beri makanan dalam porsi buruk
kecil tapi sering Membantu dalam proses metabolisme.
5. Beri suplemen vitamin dan
besi sesuai instruksi
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang
ditujukan pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 Bukti fisik defisit cairan.
jam Sehingga pengobatan segra dilakukan
2. Laporkan adanya Meningkatkan tekanan osmotik koloid
penyimpangan dari normal sehingga mempertahangkan cairan
3. Berikan albumin dalam vaskuler
bergaram rendah sesui
indikasi
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia

21
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai
tingkat yang dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik Sebagai analgesik tambahan
pengurangan nyeri Mengurangi rasa sakit
nonfarmakologis Untuk mencegah kambuhnya nyeri
3. Berikan analgesik sesuai Karena aspirin meningkatkan
ketentuan kecenderungan pendarahan
4. berikan obat dengan
jadwal preventif
5. hindari aspirin atau
senyawanya
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring Mengurangi pengeluaran energi.
bilah terjadi edema berat Mengurangi kelelahan pada pasien
2. seimbangkan istrahat dan Untuk mmenghemat energi
aktivitas bila ambulasi
3. intrusikan pada anak
untuk istrahat bila ia merasa
lelah
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes Memberikan pengertian pada keluarga
dan prosedur Memberikan pengetahuan pada keluarga
2. Jelaskan prosedur operatif Memberikan pengetahuan pada keluarga
dengan jujur Meringangkan beban pada keluarganya
3. Jelaskan tentang proses
penyakit
4. Bantu keluarga
merencanakan masa depan
khususnya dalam membatu
anak menjalani kehidupan
yang normal

22
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan data-data pemeriksaan, anak ini di diagnosis menderita tumor wilms. Hal
tersebut ditunjukan dengan keluhan, adanya massa di daerah abdomen. Serta tanda
gejala lainnya yang mengarah pada tumor wilms. Tumor wilms disebut juga
nefroblastoma.
Tumor Wilms adalah semacam tumor ganas pada ginjal yang menyerang anak-
anak, penyebabnya adalah kelainan genetika artinya penyakit ini adalah penyakit
bawaan. Tumor Wilms sporadik berkaitan dengan 10% kasus dengan hemihipertrofi
yang terisolasi atau malformasi genitourinarius seperti hipospadia, kriptorkismus, dan
fusi ginjal.

23
Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti dalam pengkajian dan
pemeriksaan perawat harus lebih memperhatikan klien dan keluarganya karena
klienya adalah anak-anak. Karena selain Sifat klien anak-anak berbeda dengan klien
yang dewasa klien anak juga melibatkan keluarganya karean kemandirian dari anak-
anak masih rendah

DAFTAR PUSTAKA

Ali, K., Sutaryo, Purwanto, I., Mulatsih, S., Supriyadi, E., Widjajanto, P. H.,
Sumadiono & Nurse, J. 2010. Yogyakarta Pediatric Cancer Registry: An International
Collaborative Project of University Gadjah Mada, University of Saskatchewan, and
the Saskatchewan Cancer Agency. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 11(1),
pp.131–136.

Al-Tonbary, Y., Badr, M., Mansour, A., El Safy, U., Saeed, S., Hassan, T., Elashery,
R., Nofal, R. & Darwish, A. 2015. Clinico-Epidemiology of Neuroblastoma inNorth
East Egypt: A 5-Year Multicenter Study. Oncology Letters, 10(2),
pp.1054–1062.

Davenport, K. P., Blanco, F. C. & Sandler, A. D. 2012. Pediatric Malignancies.


Neuroblastoma, Wilm’s Tumor, Hepatoblastoma, Rhabdomyosarcoma, and
Sacroccygeal Teratoma. Surgical Clinics of North America, 92(3), pp.745–767.

24
Davidoff, A. M. 2010. Wilms Tumor. Current Opinion in Pediatrics, 21(3),pp.357–
364.

Dickson, P. V. M., Sims, T. L. M., Streck, C. J. M., McCarville, B. M., Santana, V.


M.M., McGregor, L. M. M., Furman, W. L. M. & Davidoff, A. M. M. 2018.

Avoiding Misdiagnosing Neuroblastoma as Wilms Tumor. Journal of Pediatric


Surgery, 43(6), pp.1159–1163.Ekenze, S. O., Ekwunife, H., Eze, B. I., Ikefuna, A.,
Amah, C. C. & Emodi, I. J.2019. The Burden of Pediatric Malignant Solid Tumors in
a Developing Country. Journal of Tropical Pediatrics, 56(2), pp.111–114.

Satyanarayana, L., Asthana, S. & Labani S, P. 2014. Childhood Cancer Incidence in


India: A Review of Population-Based Cancer Registries. Indian Pediatrics, 51(3),
pp.218–20.

Smith, H. & Phillips, B. 2012. Childhood Cancer. InnovAiT: Education and


Inspiration for General Practice, 5(10), pp.595–603.

Swaminathan, R. & Sankaranarayanan, R. 2010. Under-Diagnosis and under-


Ascertainment of Cases May Be the Reasons for Low Childhood Cancer
Incidence in Rural India. Cancer Epidemiology, 34(1), pp.107–108.

Japaries W. Nefroblastoma. Dalam: Desen Wan, dkk, editor. Buku Ajar Onkologi
Klinis.Ed.2. Jakarta: Balai Penerbit. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
hal. 638-641.2.Daud D. Tumor Wilms. Dalam: Permono HB, dkk, editor. Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak. Ed. 3. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. hal. 265-
69.3.

Chrestella J. Wilms Tumor. Medan: Departemen Patologi Anatomi Fakultas


KedokteranUniversitas Sumatera Utara; 2009. Diunduh
dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2045/1/10E00542.pdf. Diakses:
21Januari 2013.4.

J.Patrick O’Leary. Wilms Tumor. The Physiologic Basis Of Surgery.


ed. 4th.Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, a Wolter Kluwer; 2018. Hal
668

25

Anda mungkin juga menyukai