Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


WILLEM’S TUMOR

Oleh :
Kelompok I (B12-A)

1. Anak Agung Ayu Desni pratiwi (193223053)


2. I Kadek Caesar Aryantana (193223064)
3. I Made Oka Aristana (193223068)
4. Ni Komang Lestari (193223083)
5. Ni Komang Selvi Tri Andani (193223084)
6. Ni Made Putri Ariastini (193223094)
7. Putu Eka Ari Redani (193223105)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan konsep Asuhan
Keperawatan Anak dengan Willem’s Tumor”.
Laporan ini berisikan tentang tinjauan teori tentang Tumor Wilm’s serta
asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor Wilm’s. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses
pembelajaran terutama dalam lingkup keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalahini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Denpasar, 20 September 2019

Tim Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tumor (Neoplasma) adalah pertumbuhan baru jaringan yang tidak terkontrol dan
progresif. Tumor dan kanker dapat diakibatkan oleh faktor genetika atau diwariskan
kecenderungan genetika untuk karsinogen mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen
regulator, kerentanan terhadap inisiator dan promotor, kesalahan enzim pengoreksi atau
gagalnya sistem imun. Kecenderungan genetik kita dapat positif atau negatif terhadap
tumor dipengaruhi oleh berbagai pengalaman prilaku dan lingkungan (kamus kedokteran
dorland)
Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms, tumor wilms adalah
tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional,
biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun
Tumor wilms menyebabkan neoplasma ginjal sebagian besar anak dan terjadi dengan
frekuensi hampir sama pada kedua jenis kelamin dari semua ras, dengan indikasi tahunan
7,8 per juta anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Gambaran tumor Wilms yang paling
penting adalah kaitannya dengan anomaly congenital, yang paling umum adalah anomaly
urogenotal (4,4%), hemihipertrofi (2,9%), dan aniridia sporadic (91,1%).

1.2 Rumusan Masalah


1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu mempelajari konsep penyakitWillem’s Tumor dan konsep
dasar asuhan keperawatan Willem’s Tumor, sehingga mampu mencapai hasil yang
terbaik dalam mengatasi masalah pada pasiendengan Willem’s Tumor
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian keperawatan pada anak denganWillem’s Tumor
b. Mengetahui rumusan masalah keperawatan pada anak denganWillem’s Tumor
c. Mengetahui perencanaan keperawatan pada anak dengan Willem’s Tumor
d. Mengetahui implementasi keperawatan pada anak dengan Willem’s Tumor
e. Mengetahui evaluasi keperawatan pada anak dengan Willem’s Tumor

1
1.1 Manfaat
Manfaaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep penyakit Leukemia dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Willem’s Tumor.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tumor Wilms

1. Definisi

Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari
sel embrional primitive di ginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak
yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa.Tumor Wilms merupakan tumor ganas intra abdomen
yang tersering pada anak-anak dan tumbuh dengan cepat (progesif).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima
tahun (Kamus Kedokteran Dorland).
Tumor wilms adalah tumor padat intra abdomen yang paling sering
dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal,
biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang.
Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju
anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak
sehat (Basuki,2011).
2. Epidemiologi
Deskripsi patologi mengenai tumor wilms pertama kali ditulis pada tahun
1872 dan dideskripsikan oleh osler pada tahun 1879. Osler menemukan bahwa
tumor ginjal pada anak-anak yang dilaporkan oleh beberapa klinis saat itu
sebenarnya merupakan kelainan yang sama. Pada tahun 1899,wilms melaporkan 7
kasus yang dijumpainya dan melakukan tinjauan literature pada kongres di berlin.
Insidensi wilms tumor adalah 0,8 kasus per 100 orang. Terdapat 500 kasus baru
tiap tahundi amerika serikat dan sebanyak 6% darinya melibatkan kedua ginjal.
Risiko acak untuk terkena wilms tumor adalah 1 diantara10.000 kelahiran. Wilms
tumor terutama terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Insidensi tertinggi
terjadi antara usia 1-3 tahun. Diperkirakan tumor ini terjadi pada 7 diantara sejuta
anak di amerika serikat dan lebih banyak mengenai ras afro-amerika.ratio penderita
laki-laki dan perempuan hamper berimbang.

3
3. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor
wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
a) WAGR syndrome
Kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh diantaranya :
1) Aniridia – bayi lahir tanpa iris mata
2) Genitourinary malformation
3) Retardasi mental
Orang dengan sindrom WAGR memiliki kemungkinan 45 sampai 60 persen untuk
bisa terjadi tumor Wilms, bentuk kanker ginjal yang langka.Jenis kanker ini paling
sering didiagnosis pada anak-anak namun terkadang terlihat pada orang dewasa.

b) Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan sangat
langka.Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan sindrom ini
berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain, selain Tumor Wilms.
3. Beckwith- Wiedemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah yang besar,
pembesaran organ –organ.Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema
metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron
untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik.Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-
34 minggu.

4. Klasifikasi
Beberapa pernyataan mengenai klasifikasi tumor wilms diantaranya :
a) Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :
1) T : Tumor primer
a. T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80cm
b. T2 : Unilateral permukaan > 80cm
c. T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
d. T4 :Bilateral
4
2) N : Metastasis limfa
a. N0 : Tidak ditemukan metastasis
b. N1 : Ada metastasis limfa
3) M : Metastasis jauh
a. M0 : Tidak ditemukan
b. M+ : Ada metastasis jauh
b) The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor Wilms,
yaitu:
1) Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.Tumor ini
dapat direseksi dengan lengkap.
2) Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar
limfe para-aortal.Tumor masih dapat di reseksi dengan lengkap.
3) Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke hepar,
peritoneum, dll.
4) Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,
otak,tulang
.
5. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut
dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus
ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim
pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein
tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
a) Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan
yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan renin.
b) Anemia
c) Penurunan berat badan

5
d) Infeksi saluran kencing
e) Malaise
f) Anoreksia
Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya, seperti
aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.

6. Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal.Tumor tersebut tumbuh dengan
cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan
meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa
glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak
nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di invasi
oleh sel tumor.Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-
abuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut
akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi pada
gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen suppressor
tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi
alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel blastema
ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua ginjal
merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1 meningkat pada saat
lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur.WT1 merupakan onkogen yang
dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2 alel telah dapat
menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak
terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema dan
stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik tumor
Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu tumor risiko rendah
(favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable)
Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
6
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh
vena renal dan menyebar ke organlain.

7. Pemeriksaan Penunjang
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen. Pada
10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan tumor ginjal.
1. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan
bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk
mengetahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis
ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor
Wilms bilateral
3. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran,
lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area
yang echoteksturheterogenus.
4. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor wilms. Ini
meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang biasanya menyingkirkan
neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk
keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada gambar
CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di
abdomen. CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan
metastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi
menunjukkan metastasis hepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena
porta.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi
penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk
perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan
hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high densityintensity)

7
6. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang
untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl
mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan
bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada
pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat
menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

8. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan


komplikasi dan morbiditas serendah mungkin.Biasanya dianjurkan kombinasi
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.Dengan terapi kombinasi ini dapat
diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara klinis tumor masih berada dalam
stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomiradikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing- masing
jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan
memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka
pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi
selesai.Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih
akurat dan aman.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Kemoterapi
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika
yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek
samping yang rendah terhadap sel yang normal. Ada lima macam obat
sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, dengan
mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di
sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi .
 Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan
lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena.
Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama
8
dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
 Vincristine
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan
dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih
dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis,
bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu
pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat
lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila
digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebabrelaps.
 Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari
berturut-turut.Dosis maksimal 250 mg/m2.obat ini tidak dapat melewati
sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi
dosis.Dapat dikombinasi dengan AktinomisinD.
 Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.
 Cyclophospamide
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m2/hari
secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-
300mg/m2/hari.
b. Non Farmakologi
1) Pembedahan
a) Keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat
kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi
dan di izinkan untuk menjalani operasi.Mereka perlu menjalani
pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi
jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan
pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan
sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena.Seluruh abdomen dan dada
dibersihkan.

9
b) Hasil akhir pada pasienpascaoperatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang
sesuai dengan lesi.Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator
penting untuk prognosis, karena gambaran tersebut menentukan derajat
anaplasia.Anak yan histologiknya relative baik.Maka memiliki prognosis
baik.Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii
prognosis buruk.Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing
anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang
lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah
dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah
hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan.Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi.Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.
c. Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi
dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung,
hati dan paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan
tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III
dan IV.Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi.Radioterapi dapat jugadigunakan untuk metastase ke paru, otak,
hepar serta tulang.
10. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dan keluarga
b) Memberikan informasi tentang proses / kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
c) Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien
d) Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien
e) Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu dengan adanya tumor
diperut
f) Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan pasien

10
11. Pathway

Kelainan genetika Proliferasi patologik blastema

Tubuli dan glomerulus tidak berdifusi


tumbuh sel embrional primitif ginjal
dengan baik saat kehamilan

blastema renalis di janin Tumor Wilms

tindakan operasi
tumor belum menembus kapsul ginjal

berdiferensiasi
pre op post op

tumor menembus kapsul ginjal


kurang pengetahuan inkontinuitas
jaringan
penekanan pada ginjal
Ansietas

disfungsi ginjal Nyeri Akut Nyeri laserasi


Akut

gg. keseimbangan asam & basa Resiko


Infeksi

asidosis metabolik

mual& muntah berkurangnya pasokan energi

penurunan nafsu makan


keletihan, kelemahan

Ketidakseimbangan Intoleran
nutrisi kurang dari
Aktivitas
kebutuhan tubuh

11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Penting dilakukan pengkajian terhadap klien secara holistik (Biologis, Psikologis,Social
dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis. Adapun metode
yang dapat dipakai dalam proses pengkajian yaitu :
1. Identitas klien
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
b. Status kesehatan masa lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran
e. Riwayat imunisasi
3. Pola Kebutuhan Dasar
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan. Komponen:
1) Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,
2) Alasan kunjungan dan harapan,
3) Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan:
a) Kepatuhan terhadap pengobatan
b) Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
c) Penggunaan obat resep dan warung,
d) Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan frekuensi
(misal : rokok, alkohol)
e) Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko
timbulnya penyakit
f) Gambaran kesehatan keluarga
b. Nutrisi-Metabolik
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air ,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. adanya mual dan muntah anoreksi

12
menyebabkan intake nutrisi yang tidak ade kuat. adanya peningkatan berat badan
dikarenakan edema. perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
c. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Eliminasi alvi
tidak ada gangguan. Eliminasi urin akan ditemukan gangguan pada glomerulus
yang menyebabkan sisa-sisa metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi
penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria, anuria, proteiuria dan hematuria.
d. Aktivitas-Latihan
Pada klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
otot karena adanya hiperkalemia. Menggambarkan pola aktivitas dan latihan,
fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen:
1) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
2) Aktivitas saat senggang / waktu luang
3) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada,
palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan ADL : Level
Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
e. Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen:
1) Berapa lama tidur dimalam hari
2) Jam berapa tidur-Bangun
3) Apakah terasa efektif
4) Adakah kebiasaan sebelum tidur
5) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
f. Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.
Komponen:
1) Kemampuan menulis dan membaca
2) Kemampuan berbahasa
3) Kemampuan belajar

13
4) kesulitan dalam mendengar
5) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
6) Bagaimana visus
7) Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
8) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri
9) Apakah merasa nyeri (Skala dan karaketeristik)
g. Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,harga
diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Komponen:
1) Bagaimana menggambarkan diri sendiri
2) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
3) Apa hal yang paling menjadi pikiran
4) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana gambarannya
h. Peran Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.
Komponen:
1) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
2) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
3) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterikatan
4) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
5) Bagaimana keadaan keuangan
6) Apakah mempunyai kegiatan sosial?
i. Seksualitas – Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen:
1) Apakah kehidupan seksual aktif
2) Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
3) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
4) Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/ menopause
riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid

14
j. Koping – Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung.
Komponen:
1) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp thn terakhir
2) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan? efektif?
3) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada sampai
sekarang?
4) Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
5) Adakah penggunaan obat/zat tertentu
k. Nilai – Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup.
Komponen:
1) Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
2) Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
3) Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
4) Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? gambarkan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala sampai
kaki.
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba klien :
1) Sklerosis, yaitu terjadi pengencangan dan pengerasan kulit jari-jari
tangan
2) Nyeri tekan pada daerah sendi yang meradang
3) Edema mata dan kaki, mungkin menandakan keterlibatan ginjal dan
hipertensi
c. Perkusi
Pemeriksaan pisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu; untuk
mengetahui Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ tubuh
misalnya : Perkusi organ dada untuk mengetahui keadaan Paru dan
jantung.

15
d. Auskultasi
Pemeriksaan fisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan
alat Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-
paru.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan
atau pada proses kehidupan (PPNI, 2016) .Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi
pada anak dengan leukimia antara lain:
a) Diagnosa sebelum operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injurybiologis
2) Defisit Nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolisme, kehilangan protein dan penurunan intake
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
b) Diagnosa setelah operasi
1) Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

16
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa sebelum operasi

No DX NOC NIC

1 Nyeri akut  Pain level Paint Management


berhubungan dengan  Pain control
efek fisiologis dari  Comfort level 1. Lakukan pengkajian secara komperhensif
neoplasia 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Kriteria Hasil : 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, tentang ketidakefektifan kontrol nyeri dimasa
mampu menggunakan teknik non farmakologi lampau
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 6. Bantu pasien dan keluarga dengan menemukan
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan dukungan
menggunakan manajement nyeri 7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
 Mampu mengendalikan nyeri (skala, intensitas, seperti suhu ruangan, kecahayaan, kebisingan
frekuensi, dan tanda nyeri) 8. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri non farmakologi, dan interpersonal)
berkurang 9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
10. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Monitor penerimaan pasien tentang manajeen nyeri
2 Defisit Nutrisi :  Nutritional Status : Nutrition Management

1
Kurang dari  Nutritional status : food and fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan
Kebutuhan  Nutritional status : nutrient intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
berhubungan dengan  Weight control jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
peningkatan Kriteria Hasil : 3. Berikan substansi gula
kebutuhan 4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
metabolime,  Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan makanan harian
kehilangan protein  BB ideal sesuai dengan tinggi badan 5. Onitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
dan penurunan intake  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda – tanda malnutrisi Nutrition Monitoring
 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan 7. BB pasien dalam batas normal
dari menelan 8. Monitor adanya penurunan BB
 Tidak terjadi penurunan BB yang berarti 9. Monitor tie dan jumlah aktivitas
10. Monitor turgor kulit
11. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
12. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
Ht
3 Intoleransi aktivitas  Energy conservation Activity Therapy
berhubungan dengan  Activity tolerance
kelemahan umum  Self Care 1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengindikasikan aktivitas yang
Kriteria Hasil : mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR sosial
 Mampu melakukan aktivitas sehari – hari 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
(ADLs0 secara mandiri sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
2
 Tanda – tanda vital normal diinginkan
 Energy psikomotor 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
 Level kelemahan seperti kursi roda, krek
 Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
alat disukai
 Status kardiopulmanari adekuat 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
 Sirkulasi status baik luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
 Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi
kekurangan dalam beraktivitas
adekuat
9. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
10. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Diagnosa Setelah Operasi

No DX NOC NIC

1 Nyeri berhubungan  Pain level Paint Management


dengan terputusnya  Pain control
kontinuitas jaringan  Comfort level 1.
Lakukan pengkajian secara komperhensif
2.
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Kriteria Hasil : 4.
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5.
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, tentang ketidakefektifan kontrol nyeri dimasa
mampu menggunakan teknik non farmakologi lampau
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 6. Bantu pasien dan keluarga dengan menemukan

3
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan dukungan
menggunakan manajement nyeri 7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
 Mampu mengendalikan nyeri (skala, intensitas, seperti suhu ruangan, kecahayaan, kebisingan
frekuensi, dan tanda nyeri) 8. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri non farmakologi, dan interpersonal)
berkurang 9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
10. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Monitor penerimaan pasien tentang manajeen nyeri
2 Resikoinfeksi  Immune Status Infection Control
berhubungan dengan  Knowledge : infection control
adanya luka operasi  Risk control 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil : 4. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi pasien
 Mendeskripsikan proses penularan penyakit, 5. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
faktor yang mempengaruhi penularan serta 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
pelaksanaannya keperawatan
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah 7. Gunakan baju, sarug tangan sebagai pelindung
timbulnya infeksi 8. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan
 Jumlah leukosit dalam batas normal alat
 Menunjukkan perilaku hidup sehat 9. Berikan terapi antibiotic bila perlu

Infection Protection

4
1. Monitor tanda dan gejala infeksi iskemik dan local
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Berikan perawatan kulit pada area epidema
4. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
5. Inspeksi luka / insisi bedah
6. Dorong masukan nutrisi yang cukup
7. Dorong masukan cairan
8. Dorong istirahat
9. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai
resep

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Jenis
tindakan pada implmentasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi dan tindakan rujukan/ketergantugan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan rencana tindakan keperawatan.

5. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah.(Meirisa, 2013).Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di
ginjal.Tumor Ginjal terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya, sel
yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika proses ini berjalan kacau, sel-sel tua
tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika mereka tidak dibutuhkan, membuat tumor.Faktor
resiko lainnya antara lain : kegemukan, hipertensi, lingkungan kerja, dialisa, faktor
genetik.Penatalaksanaan medis bagi penderita tumor ginjal yaitu : nefrektomi, hormonal,
imunoterapi, radiasi Eksterna, sitostatika.

3.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan
dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga parapembaca pada umumnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Christian Nordgvist. What is a Wilm’s Tumor.Edisi 2013.Diunduh dari URL


http://www.medicalnewstoday.com/articles/188130.php.

Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. Management


of Wilms’ Tumor in Department of Urology Soetomo Hospital : report
of 70 cases. Jurnal Ilmu Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 Januari-Maret
2010.1-5

J.Crowin, elizabeth .2013 . Buku Saku patofisiologi .Jakarta : Penerbit Buku


kedokteran EGC

Nelson, Behrman, Kliegman. 2010. Ilmu Kesehatan Anak (Textbook of


Pediatrics). Edisi 15.Jakarta : EGC

Nurarif, A. H. dan Hardhi, K. (2015) Aplikasi NANDA NIC NOC,Edisi Revisi


Jilid I. Yogyakarta: Media Action Publishing

Pudjiadi, A. H. Dan Hegar, B. (2010) Pedoman Pelayanan Medis Ikatan


Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Smeltzer, S. C. (2010). Handbook for Brunner & Suddarth’s textbook of


medical-surgical nursing. —12th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins

Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja
TB. Wilms’ tumor: An update. Indian Journal of Urology. October
2011.

2
3
4
5
6

Anda mungkin juga menyukai