Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN TUMOR WILMS

Disusun oleh:

Nama : M. Khabib Ainur Rofik

NIM : G2A021341

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Tumor Wilms ini tepat pada
waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari keperawatan
anak.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu penulis sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi bantuan dukungan juga semangat,
buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh
karena itu, melalui media ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan


jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memotivasi agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Semarang, 28 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................5
A. Latar Belakang.......................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
A. KONSEP PENYAKIT............................................................................................7
1. Pengertian...........................................................................................................7
2. Etiologi...............................................................................................................7
3. Patofisiologi.......................................................................................................8
4. Manifestasi Klinis..............................................................................................9
5. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................10
6. Penatalaksanaan...............................................................................................12
7. Pathway............................................................................................................14
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................................15
1. Pengkajian Fokus.............................................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................16
3. Intervensi Keperawatan....................................................................................17
BAB III PENUTUP.........................................................................................................21
A. Kesimpulan..........................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................22

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor (Neoplasma) adalah pertumbuhan baru jaringan yang tidak
terkontrol dan progresif. Tumor dan kanker dapat diakibatkan oleh faktor
genetika atau diwariskan kecenderungan genetika untuk karsinogen
mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan
terhadap inisiator dan promotor, kesalahan enzim pengoreksi atau
gagalnya sistem imun. Kecenderungan genetik kita dapat positif atau
negatif terhadap tumor dipengaruhi oleh berbagai pengalaman prilaku dan
lingkungan (Hartanto, 2002)
Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms,
Tumor Wilms (WT) adalah keganasan paling umum kelima dan
merupakan tumor ginjal paling umum di masa kecil. Sebagian besar tumor
ini muncul sebelum usia tiga tahun dan jarang setelah usia 8 tahun. Tumor
Wilms juga dikenal sebagai nephroblastoma, dinamai ahli bedah Jerman
Max Wilms, yang pertama kali menggambarkan tumor ini pada abad ke-
19.
Perkembangan dalam pencitraan diagnostik juga memainkan
peran penting dalam meningkatkan keberhasilan dan akurasi diagnosis
tumor Wilms, dan hal ini sangat penting dalam perencanaan terapi
kombinasi pada anak. (Amalia, 2014)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa definisi dari penyakit tumor wilms?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tumor wilms?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tumor wilms?
4. Apa saja klasifikasi dari penyakit tumor wilms?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit
tumor wilms?

5
6. Bagaimana penatalaksanaan tumor wilms?
7. Bagaimana pathway penyakit tumor wilms?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
tumor wilms?

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui defisini dari tumor wilms
2. Untuk mengetahui etiologi dari tumor wilms
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari tumor wilms
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit tumor wilms
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
penyakit tumor wilms
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit tumor wilms
7. Untuk mengetahui pathway penyakit tumor wilms
8. Untuk mengetaui konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit tumor wilms

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian
Tumor Wilms (nefroblastoma) adalah tumor ginjal ganas yang
tumbuh dari sel kuman primitif ginjal. Tumor Wilms adalah tumor ginjal
ganas yang paling umum pada bayi dan anak-anak. Tumor Wilms terjadi
pada 1 dari 200.000 hingga 250.000 anak. Sekitar 80% dari tumor ini
terjadi pada anak di bawah usia 6 tahun, dengan kejadian tertinggi pada
usia 2-4 tahun. Tumor Wilms juga bisa terlihat pada bayi baru lahir.
Tumor Wilms menyumbang 6% dari seluruh tumor ganas pada anak-anak
(Amalia, 2014)
Tumor Wilms adalah tumor padat intra-abdomen yang paling
umum pada anak-anak. Tumor ini adalah tumor ginjal embrio yang
biasanya muncul sebagai massa tanpa gejala di perut bagian atas atau
panggul. Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau
mendandani anak, atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik pada anak
yang tampak sehat. (Hartanto, 2002)

2. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, namun diduga berkaitan dengan
faktor genetik. Tumor Wilms dikaitkan dengan penyakit keturunan
tertentu, seperti:
a. Sindrom WAGR:
1) Gangguan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh
termasuk:
2) Aniridia - anak yang lahir tanpa iris
3) Deformasi alat kelamin
4) keterbelakangan mental

7
Orang dengan sindrom WAGR memiliki peluang 45 hingga
60 persen untuk terkena tumor Wilms, suatu bentuk kanker
ginjal yang langka. Jenis kanker ini paling sering
didiagnosis pada anak-anak, tetapi kadang-kadang juga
terlihat pada orang dewasa.
b. Sindrom Deny-Drash
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum usia 3
tahun dan sangat jarang terjadi. Terdapat perkembangan alat
kelamin yang tidak normal. Anak-anak dengan sindrom ini
memiliki risiko tinggi terkena kanker lain selain tumor Wilms.
c. Sindrom Beckwith-Wiedemann
Bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari normal, lidah
besar, organ membesar.
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologis metanefron
blastoma karena modulasi normal duktus metanefron tidak menghasilkan
tubulus dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema
renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi antara 8 - 34 minggu
kehamilan. Beberapa kasus disebabkan oleh cacat genetik yang diturunkan
dari orang tua. Dua gen ditemukan rusak, yaitu tumor Wilms 1 atau
tumor Wilms 2. Mutasi juga ditemukan pada kromosom lain. Sekitar 1,5
persen dari mereka yang terkena dampak memiliki kerabat atau anggota
keluarga lain yang juga mengidap tumor Wilms. Hampir semua kasus
unilateral tidak bersifat herediter, berbeda dengan kasus tumor bilateral,
sekitar 7-10% kasus tumor Wilms diwariskan secara autosomal dominan.
(Jaya, 2016)

3. Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut
tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.
Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal.
Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif

8
atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif
dikelilingi stroma sel kumparan.

Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi


kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan
memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan homogen,lunak dan
encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan menyebar
atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa
abdomen. Akanteraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.

Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2


trauma mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi
alel pertama dari gen suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot
dan postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor
supresor
spesifik.

Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik


untuk sel blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel
precursor kedua ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor.
Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah
makin matur. WT1 merupakan onkogen yang dominan sehingga bila ada
mutasi yang terjadihanya pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan
Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak
terganggu.

Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel,


blastema dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran
histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok,
yaitu tumor risiko rendah (favourable), dan tumor risiko tinggi
(unfavourable)

Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkem bangan embrio dan


akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan

9
mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.
(Elizabeth, 2009)

4. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan
adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi
invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena
invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain
yang bisa muncul adalah :
a. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom
pada pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal,
sehingga terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan
renin atau tumor sendiri mengeluarkan renin.
b. Anemia
c. Penurunan berat badan
d. Infeksi saluran kencing
e. Malaise
f. Anoreksia

Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital


lainnya, seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau
genitalia dan retardasi mental. (Amalia, 2014)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. IVP
Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Foto thoraks

10
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor Wilms bilateral
c. USG
USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.
Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat
di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada
biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor
akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan
sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area yang
echoteksturheterogenus.
d. CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor
wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah
besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor
Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di abdomen. CT
scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis
hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi
menunjukkan metastasis hepar multipel dengan thrombus tumor di
dalam vena porta.
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan
perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke
daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan
hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high
densityintensity)
f. Laboratorium

11
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase
(LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal.
Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat,
dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisaserum. (Hardjowijoto et al., 2005)

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Pembedahan
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum
melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain.
Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total tidak perlu
dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta
sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan
ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava,
tumor tersebut harus diangkat.
2) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka
terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah
suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat
sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek
samping yang rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca
bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang
mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8
minggu. Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan

12
resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor
sehingga lebih midah direseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif
dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu Aktinomisin D,
Vinkristin,
Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat
tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya
sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel
kanker tidak terjadi.
3) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif,
tapi radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan
menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu
radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang
termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III
dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase
ke paru, otak, hepar serta tulang. (Hardjowijoto et al., 2005)
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dan keluarga
2) Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
3) Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien
4) Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien
5) Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu
dengan adanya tumor diperut
6) Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan
cairan pasien(Wong, 2008)

13
14
7. Pathway

Kelainan genetik

Proliferasi patologik blastema

Tubuli dan glomerulus tidak bërdifusi dengan baik saat hamil

Tumbuh sel embrional primitif ginjal

Blastema renalis di janin

Tumor wilms

Tumor menembus kapsul ginjal

Berdiferensiasi Gangguan fungsi ginjal

Menembus kapsul ginjal Penurunan eritropoetin

Penekanan pada ginjal Tumor mendesak gaster Supai O2 dan nurisi


menurun

Nyeri akut Merangsang saraf vagus


Metaboisme menurun

Rasa mual
ATP menurun

Anoreksia
Kelemahan
15
Defisit nutrisi Inake kurang
Intoeransi aktivitas
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan
panas hanya 1 hari pertama sakit.
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya,
atau gejala-gejala tumor wilms.
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau
tumor sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan
secara head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen
yang cermat dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat
memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga
mengakibatkan hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1) Pola Nutrisi dan Metabolik.
2) Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi
natrium dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien
mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun.
Adanya mual,muntah,dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi
yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
3) Pola Eliminasi.
4) Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-
sisa metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan

16
kembali air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan
hematuria.
5) Pola Aktivitas dan latihan.
6) Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan,klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di
mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu. Adanya
edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan
otot bantu napas, teraba massa, auskultasi terdengar rales, dispnea,
ortopnea, dan pasien terlihat lemah (kelebihan beban sirkulasi
sehingga menyebabkan pembesaran jantung), anemia, dan
hipertensi yang di sebabkan oleh spasme pembuluh darah.
7) Pola Tidur dan Istirahat.
8) Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremi, keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
9) Pola Kognitif dan Perseptual.
10) Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan
gatal-gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat
terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
11) Persepsi Diri
12) Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine
yang berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019)

17
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056) (Tim Pokja DPP PPNI, 2017a)

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis (D.0077) jam, maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun, dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
hasil: nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non
3. Sikap protektif menurun verbal
4. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
5. Kesulitan tidur menurun memperberat dan
6. Frekuensi nadi membaik memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

18
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan jam, maka status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
metabolisme (D.0019) membaik, dengan kriteria intoleransi makanan
hasil: 3. Identifikasi makanan yang
1. Porsi makan yang disukai
dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
2. Berat badan membaik dan jenis nutrien
3. Indeks massa tubuh 5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
(IMT) membaik nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis: piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi

19
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
(L.05047) Observasi
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi
1. Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 tubuh yang mengakibatkan
jam, maka toleransi aktivitas kelelahan
antara suplai dan
meningkat, dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen hasil: emosional
1. Keluhan Lelah menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
(D.0056)
2. Dispnea saat aktivitas 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
3. Dispnea setelah aktivitas melakukan aktivitas
menurun Terapeutik
4. Frekuensi nadi
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
membaik(Tim Pokja
(mis: cahaya, suara,
DPP PPNI, 2017c) kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat

20
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan (Tim Pokja
DPP PPNI, 2017b)

21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor Wilms adalah tumor ginjal ganas yang paling
umum pada bayi dan anak-anak. Tumor Wilms terjadi pada 1
dari 200.000 hingga 250.000 anak. Sekitar 80% dari tumor ini
terjadi pada anak di bawah usia 6 tahun, dengan kejadian
tertinggi pada usia 2-4 tahun. Tumor Wilms juga dapat terlihat
pada bayi baru lahir. Tumor Wilms menyumbang 6% dari
seluruh tumor ganas pada anak-anak (Amalia, 2014)
Angka kejadian penyakit ini hampir sama di semua
negara, karena tidak ada perbedaan antara ras, iklim dan
lingkungan, yaitu diperkirakan 8 juta per anak di bawah usia 15
tahun. Perbandingan angka kejadian antara laki-laki dan
perempuan hampir sama. Letak tumor kebanyakan unilateral,
lebih sering di sisi kiri, bisa juga bilateral (sekitar 5%). Tumor
bermetastasis ke paru-paru, hati, ginjal dan jarang ke tulang
(Amalia, 2014)

B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan
respon dan kondisi klien, begitu pun pada anak penderita tumor
Wilms. Oleh karena itu, perawat diharapkan memiliki
pemahaman dan peningkatan pengetahuan yang lebih baik
tentang perkembangan penyakit tumor Wilms sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak dan kebutuhan anak yang belum terpenuhi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Z. (2014). Tumor Wilms (Nephroblastoma). Medical Review,
27(1), 38.

Elizabeth, C. (2009). Buku saku patofisiologi; edisi revisi. Buku


Kedokteran EGC.

Hardjowijoto, S., Djuwantoro, D., Rahardjo, E., & Djatisoesanto, W.


(2005). Management of Wilms’ Tumor in Department of Urology
Soetomo Hospital : report of 70 cases. Jurnal Ilmu Bedah
Indonesia, 33(1), 1–5.

Hartanto, H. (2002). Kamus Kedokteran Dorland Edisi.29. In Paper


Knowledge . Toward a Media History of Documents (Vol. 3, Issue
April). Jakarta EGC.

Jaya, G. S. (2016). Tumor Wilms (Vol. 1, Issue December).


https://www.academia.edu/40890350/TUMOR_WILMS_PRINT_
KLP

Tim Pokja DPP PPNI. (2017a). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia : Defisini dan Indikator.

Tim Pokja DPP PPNI. (2017b). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator.

Tim Pokja DPP PPNI. (2017c). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Defisini dan Indikator. In Dpp Ppni (Vol. 3, Issue 7).

23
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Jakarta EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai