Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2

“WILMS TUMOR”

Oleh kelompok 2:
Ni Kadek Indah Sunar A 175070200111018
Ni Kadek Widhiyani Putri 175070201111018
Yulia Wati 175070201111020
Lailatul Rahmawati 175070201111022
Rizza Nur Istiqomah 175070201111024
Aisyah Yuniar 175070201111026
Tuhfah Sa’diyah 175070207111004
Putri Rahmawati 175070207111006
Rahma Sarita Pratama Lakoro 175070207111008
Niluh Gita Dharmahita K 175070207111010
Gerry Rinaldi 175070207111012

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Tahun Ajaran 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat selesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak 2”.

Dalam pembuatan makalah, kami berharap setelah mendengarkan


presentasi kami, teman-teman dapat memahami dan menambah pengetahuan yang
lebih baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadarai bahwa kami masih banyak kekurangan dan juga


kesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritik
dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Demikian makalah kami, kami mengucapkan terimakasih.

Malang, 12 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………...i

Kata Pengantar ………………………………………………………….………ii

Daftar Isi ..………………………………………………………………………iii

Pemfigus

A. Definisi ….….……………………………………………………...….…1
B. Etiologi …….............................................................................................1
C. Faktor Resiko ............................................................................................2
D. Patofisiologi...............................................................................................2
E. Manifestasi Klinis…………………………………….….........................4
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………..………………………..6
G. Komplikasi………………………………………………………….…...7
H. Tata Laksana Medis ….
……………………………………….................9
I. Asuhan keperawatan.....…………………...…………………………….16

Daftar
Pustaka .....................................................................................................26

iii
A. Definisi

Tumor Wilms (Nefoblastoma) adalah tumor ganas yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Makroskopis ginjal akan tampak membesar dank
eras sedangkan gambaran histopatologinya menunjukkan gambaran dari
pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos. Tumor Wilms biasanya
ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang
ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms
merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh
dengan cepat (progresif). Tumor Wilms dapat bermetastase terutama ke paru,
ginjal, dan jarang sekali ke tulang.

Tumor Wilms adalah tumor ginjal padat yang dapat dijumpai pada anak
berusia di bawah 10 tahun (10%) dengan kemungkinan risiko terkena yang
hampir sama pada laki-laki maupun perempuan. Tumor Wilms paling sering
dijumpai pada anak berusia 3 tahun dan sekitar 10% merupakan lesi bilateral.
Tumor Wilms mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan anridia (tidak
memiliki iris), dan sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosia, omfalokel,
viseromegali, dan hipoglikemia neonatal)

B. Etiologi
Penyebab pasti tumor Wilms tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit
ini merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada satu atau beberapa gen. Pada
sel-sel dari sekitar 30% kasus tumor Wilms didapatkan delesi yang melibatkan
setidaknya dua lokus pada kromosom 11. Delesi-delesi konstitusional hemozigous
pada satu dari lokus ini, yaitu 11P13, juga berhubungan dengan dua jenis kelainan
yang jarang terjadi yang berkaitan dengan tumor Wilms, yaitu sindroma WAGR
(tumor Wilms, aniridia, malformasi genitourinarius, dan retardasi mental) dan
sindroma Denys-Drash (tumor Wilms, nefropati, dan kelainan genital).
Keberadaan lokus kedua, 11p15 dapat menjelaskan hubungan antara tumor Wilms
dengan sindroma Beckwith-Wiedemann, suatu sindroma kongenital yang ditandai
dengan beberapa tipe neoplasma embrional, hemihipertrofi, makroglosia, dan
viseromegali. Terdapat kemungkinan adanya keterlibatan lokus ketiga pada tumor
Wilms yang bersifat familial. Lebih dari 85% tumor Wilms dengan anaplasia
didapatkan adanya mutasi pada gen supresor p53, yang hampir tidak pernah
ditemukan pada tumor Wilms tanpa anaplasia (dengan gambaran histologi yang
lebih baik)

C. Faktor Risiko
1. Umur
Tumor Wilms umumnya diderita anak-anak, dengan usia rata-rata 3-4
tahun
2. Ras
Di Amerika, lebih banyak diderita ras afrika-amerikathan
3. Jenis kelamin
Wanita memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria
4. Riwayat keluarga dengan tumor
Anak dengan riwayat keluarga tumor Wilms memiliki resiko lebih tinggi
menderita penyakit ini
5. Sindrom genetic tertentu
 Sindrom WAGR. Sindrom ini termasuk tumor Wilms, aniridia,
kelainan alat kelamin dan sistem kemih, dan keterbelakangan mental.
 Sindrom Denys-Drash. Sindrom ini termasuk tumor Wilms, penyakit
ginjal dan pseudohermafroditisme laki-laki, di mana anak laki-laki
lahir dengan testis tetapi mungkin menunjukkan karakteristik
perempuan.
 Sindrom Beckwith-Wiedemann. Tanda-tanda sindrom ini termasuk
organ perut yang menonjol ke dalam dasar tali pusar, lidah besar
(macroglossia) dan organ membesar.

D. Patofisiologi

Dalam perkembangannya, ginjal janin definitif berkembang dari kuncup


ureter/ divertikulum metanefrogenik dan blastema (membentuk stroma dan
melalui mesenchymal ke transisi epitel struktur tubulus proksimal; glomeruli,
tubulus proksimal dan distal dan loop Henle). Blastema biasanya menghilang
pada usia kehamilan 36 minggu, namun saat lahir sekitar 1% bayi
mempertahankan blastema residual di dalam ginjalnya. Sel-sel ini digambarkan

2
sebagai istirahat nefrogenik, yang didefinisikan sebagai 'fokus sel-sel nefrogenik
persisten yang abnormal, yang kemudian sel-sel ini akan membentuk' tumor
'Wilms. Istirahat nefrogenik dianggap sebagai lesi prekursor tumor Wilms.

Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma


mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama
dari gen suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi
kedua adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik. Beberapa
kasus disebabkan karena defek genetik yang diwariskan dari orang tua. Ada dua
gen yang ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1 (WT1) atau Wilms
Tumor 2 (WT2). Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan menurun ketika
ginjal telah makin matur. WT1 merupakan onkogen yang dominan sehingga bila
ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan Wilms
Tumor

Beberapa sindrom dihasilkan dari gangguan gen WT1 , yang mengkode


faktor transkripsi WT1, yang penting untuk embriogenesis ginjal dan
gonad. Gangguan gen WT1 biasanya menghasilkan kelainan genitourinari dan
kecenderungan untuk tumor Wilms awal (hampir selalu di bawah lima tahun.
Mikrodelesi WT1 bersama dengan PAX6 menyebabkan sindrom WAGR (> 50%
risiko tumor Wilms, Aniridia, kelainan Genitourinari, dan Retardasi mental).
Mutasi missense WT1 , biasanya dalam domain zinc finger, menghasilkan
sindrom Denys-Drash yang ditandai dengan risiko lebih besar dari 50% terkena
tumor Wilms. Dan pada sindrom Beckwith-Wiedemann terjadi akibat
hipometilasi atau disomi uniparental.

3
E. Manifestasi klinis

Gejala yang paling sering didapatkan pada tumor Wilms adalah massa
abdominal yang asimtomatik, yang dilaporkan oleh orang tua pasien atau
ditemukan oleh dokter saat pemeriksaan fisik untuk penyakit lain. Massa biasanya
lunak dan terfiksir, serta jarang melewati garis tengah. Sekitar 50% pasien
mengeluh nyeri abdomen dan muntah. Pada 5 - 30% pasien, dapat ditemukan
adanya hipertensi, gross hematuria, dan demam. Gejala hipotensi, anemia, dan
febris dapat ditemukan pada sebagian kecil pasien yang mengalami perdarahan.
Pasien dengan penyakit stadium lanjut dapat datang dengan gejala gangguan
saluran pernapasan, yang berhubungan dengan adanya metastasis ke paru. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan massa abdomen yang dapat dipalpasi. Pemeriksaan
terhadap massa abdomen harus dilakukan dengan hati-hati, karena palpasi yang
terlalu berlebihan dapat berakibat rupturnya tumor yang besar ke kavum abdomen.

4
Temuan kelainan-kelainan yang terdapat pada sindroma WAGR dan sindroma
Denys-Drash yang dapat terjadi bersamaan dengan tumor Wilms, seperti aniridia,
malformasi genitourinarius, dan tanda-tanda pertumbuhan yang berlebihan harus
dicatat.

Tumor Wilms biasanya hadir sebagai massa abdominal tanpa gejala pada
sebagian besar anak-anak. Tumor Wilms paling sering terjadi pada anak kecil.
Tumor ini sering tumbuh cukup besar sebelum menyebabkan gejala apa pun.
Anak-anak mungkin terlihat sehat dan bertindak dan bermain secara normal.
Pembengkakan atau benjolan besar di perut (perut), Ini sering merupakan tanda
pertama dari tumor Wilms. Orang tua mungkin melihat pembengkakan atau
kekerasan di perut saat mandi atau berpakaian anak. Benjolan itu terkadang cukup
besar untuk dirasakan di kedua sisi perut. Biasanya tidak menyakitkan, tetapi
mungkin pada beberapa anak. Nyeri perut adalah gejala awal yang paling umum
(30% hingga 40%) diikuti oleh hipertensi (25%), dan hematuria (12% hingga
25%).

Beberapa anak dengan tumor Wilms mungkin juga memiliki:

1. Nyeri perut
2. Demam
3. Mual atau Muntah atau keduanya
4. Kehilangan selera makan
5. Sesak napas (Jika pasien memiliki metastasis paru-paru, dispnea atau
takipnea dapat terjadi)
6. Sembelit
7. Darah dalam urin (Hematuria)
8. Infeksi saluran kemih
9. Varikokel
10. Anemia
11. Tumor Wilms juga terkadang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Ini
biasanya tidak menimbulkan gejala sendiri, tetapi dalam kasus yang jarang
terjadi, tekanan darah bisa menjadi cukup tinggi untuk menyebabkan
masalah seperti sakit kepala, pendarahan di dalam mata, atau bahkan

5
perubahan kesadaran. Hipertensi atau hipotensi (Hingga 1/3 pasien Wilms
akan menunjukkan hipertensi yang menjadi normal setelah nefrektomi).

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa abdomen yang dapat dipalpasi.


Pemeriksaan terhadap massa abdomen harus dilakukan dengan hati-hati,
karena palpasi yang terlalu berlebihan dapat berakibat rupturnya tumor
yang besar ke kavum abdomen. Temuan kelainan-kelainan yang terdapat
pada sindroma WAGR dan sindroma Denys-Drash yang dapat terjadi
bersamaan dengan tumor Wilms, seperti aniridia, malformasi
genitourinarius, dan tanda-tanda pertumbuhan yang berlebihan harus
dicatat
2. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis tumor
Wilms, di antaranya adalah hitung darah lengkap, profil kimia, yang
mencakup pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolisis rutin, urinalisis,
pemeriksaan fungsi koagulasi, dan pemeriksaan sitogenik, yang
mencakup:
 Adanya delesi pada kromosom 11p13 seperti pada sindroma WAGR.
 Duplikasi alel 11p15 seperti pada sindroma Beckwith-Wiedemann.
 Analisis mutasional gen WT1 dalam kasus dicurigai adanya
sindroma Denys-Drash .
b) Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan pencitraan terpilih dalam
mendiagnosis massa pada ginjal atau abdomen, mendeteksi
kemungkinan adanya trombus pada vena renalis atau vena cava
inferior, dan dapat memberikan informasi mengenai kondisi hepar dan
ginjal kontralateral. Pada tumor Wilms, pemeriksaan USG ginjal
menunjukkan adanya massa besar yang tidak homogen dan area-area
multipel dengan echogenisitas yang menurun yang menunjukkan
adanya nekrosis

6
c) CT Scan
Pemeriksaan CT scan abdomen dapat membantu menentukan asal
mula tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, keterlibatan ginjal
bilateral, kondisi ginjal kontralateral, adanya invasi ke
pembuluhpembuluh darah besar (misalnya vena cava inferior), dan
adanya metastasis ke organ-organ lain (misalnya hepar).
d) Foto X-RayToraks
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya metastasis ke
organ paru.
3. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi berguna untuk menentukan klasifikasi tumor
apakah termasuk ke dalam histologi baik atau histologi anaplastik.
Pemeriksaan histologi juga dapat dilakukan terhadap massa atau nodul-
nodul yang didapatkan pada organ paru atau hepar untuk menentukan
adanya metastasis

G. Komplikasi

1. Komplikasi Operasi
 Obstruksi usus
 Perdarahan
 Infeksi, hernia
 Komplikasi-komplikasi vaskuler
 Cedera lien dan intestinal
2. Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada pasien-pasien
dengan tumor Wilms baik sebagai akibat dari tumor itu sendiri maupun
akibat efek samping terapi antara lain
a. Fungsi ginjal
Kejadian gagal ginjal kronis adalah 1% dari seluruh kasus. Dari kasus-
kasus gagal ginjal kronis ini, 70%-nya terjadi pada anak-anak dengan
tumor Wilms bilateral. Pada tumor Wilms unilateral, kejadiannya

7
0,25%. Nefrektomi bilateral merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronis, diikuti oleh penyebab-penyebab yang berhubungan dengan
terapi, seperti radiasi atau komplikasi-komplikasi operasi.
b. Fungsi jantung
Anthracyclines seperti doxorubicin dapat menyebabkan gangguan
jantung pada 5% pasien yang menerima dosis kumulatif 400 mg/m2.
Rata-rata kerusakan jantung adalah is 25% pada mereka yang diterapi
dengan anthracycline. Insidens gagal jantung secara keseluruhan
adalah 1,7%. Jika ditambah dengan iradiasi paru-paru, insidens gagal
jantung adalah 5,4%.
c. Fungsi paru-paru
Pneumonitis radiasi terjadi pada 20% kasus yang mendapatkan radiasi
paru-paru total.
d. Fungsi hepar
Actinomycin D dan radiasi dapat merusak hepar, dengan insidens
keseluruhan sebesar 10%. Penyakit venooklusif hepar merupakan
sindroma klinis hepatotoksisitas dan mempunyai gejala berupa ikterus,
hepatomegali dengan asites, dan peningkatan berat badan. Insidens
rata-rata kerusakan hepar adalah 8%.
e. Fungsi gonad
Kemoterapi dapat mengganggu fungsi gonad pada laki-laki tetapi
jarang mengganggu fungsi ovarium. Iradiasi abdomen dapat memicu
gagal ovarium jika ovarium berada dalam daerah target penyinaran.
f. Fungsi muskuloskeletal
Gangguan-gangguan skeletal, yang mencakup scoliosis atau kyphosis,
dapat merupakan akibat dari ketidakseimbangan pertumbuhan pada
corpus vertebrae yang pernah diradiasi secara unilateral dengan dosis
lebih dari 2000 rad.
g. Neoplasma maligna sekunder
Neoplasma maligna sekunder dapat merupakan akibat dari radioterapi
dan kemoterapi. Oleh karena itu radioterapi dan kemoterapi harus

8
dibatasi untuk kasus-kasus stadium lanjut dan kasus-kasus dengan
histologi anaplastik saja.

H. Tata Laksana Medis

Terdapat 2 modalitas utama yang dapat menjadi pilihan dalam tatalaksana


Wilms’ tumor yakni nefrektomi dan kemoterapi. Pemilihan tatalaksana inisial
sangat bergantung dari pemilihan protokol yang dilakukan. Baik protokol inisial
terapi dengan kemoterapi pre operasi yang diajukan oleh SIOP ataupun
nefrektomi tanpa didahului oleh kemoterapi yang diajukan oleh COG, keduanya
menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara bermakna. Namun demikian,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah subtipe histologi dan
stadium tumor. Kedua hal tersebut mempengaruhi pemberian jenis dan jumlah
kemoterapi, serta rencana tatalaksana ajuvan pasca inisial terapi.

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan tatalaksana terpenting dalam tatalaksana Wilms’
tumor disamping kemoterapi. Prosedur operasi yang dijalankan dengan akurat
dapat menentukan staging dari Wilms’ tumor dengan tepat serta rencana
tatalaksana selanjutnya. Insiden terjadinya Wilms’ tumor bilateral diperkirakan
hanya lima persen dari kasus Wilms’ tumor. Pada bilateral Wilms’ tumor,
pendekatan terbaru mulai bergeser dari radikal nefrektomi menjadi operasi ginjal
dengan preservasi ginjal yang sehat. Pemberian kemoterapi preoperasi dapat
meningkatkan keberhasilan operasi reservasi ginjal.

Menurut protokol NWTSG, langkah pertama dalam terapi tumor Wilms


adalah menentukan stadium penyakitnya, diikuti dengan nefrektomi radikal, jika
memungkinkan.8 Dalam penatalaksanaan tumor Wilms, kunci kesuksesannya
terletak pada terapi secara multimodal, yang terdiri dari operasi, radiasi, dan
kemoterapi. NWTSG merekomendasikan kemoterapi preoperatif dalam kondisi-
kondisi seperti berikut ini:

 Perluasan tumor ke dalam vena cava


 Kondisi ini didapatkan pada 5% kasus tumor Wilms, dan berhubungan
dengan terjadinya komplikasi bedah (40% kasus), meskipun ditangani oleh

9
ahli bedah yang berpengalaman. Dimulainya kemoterapi setelah
menentukan stadium penyakit dan biopsi dapat menurunkan ukuran tumor
dan trombus, sehingga menurunkan pula insidens komplikasi bedah
hingga 25%.
 Tumor-tumor yang tidak dapat dioperasi (inoperable)
 Tumor-tumor yang berukuran besar dan melibatkan struktur-struktur vital
membuat reseksi menjadi sulit, insidens komplikasinya tinggi dan insidens
pecahnya tumor juga tinggi. Walaupun demikian, ukuran tumor dapat
diperkecil dengan kemoterapi sehingga insidens pecahnya tumor dapat
diturunkan hingga 50%.
 Tumor Wilms bilateral
Reseksi tumor dilakukan dengan dibuatnya insisi abdominal transversa
dan eksplorasi abdomen. Eksplorasi harus mencakup organ ginjal kontralateral
dengan memobilisasi kolon ipsilateral dan membuka fascia Gerota. Jika
terdapat tumor bilateral, nefrektomi tidak dilakukan tetapi dilakukan
pengambilan spesimen untuk biopsi. Jika terdapat tumor unilateral, dilakukan
nefrektomi dan diseksi atau pengambilan sampel dari nodul kelenjar getah
bening regional. Biopsi dilakukan jika tumor tidak dapat direseksi dan
nefrektomi ditunda hingga kemoterapi, yang pada sebagian besar kasus dapat
mengecilkan ukuran tumor.

Pada tumor Wilms bilateral (5% kasus), dilakukan eksplorasi bedah,


biopsi dari kedua sisi, dan penentuan stadium tumor yang akurat. Tindakan ini
diikuti dengan kemoterapi selama enam minggu sesuai dengan stadium dan
histologi tumor. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang menggunakan
pemeriksaan penunjang, yang diikuti dengan operasi definitif.

10
Gambar 1 : CT Scan abdomen: Massa ginjal kiri dengan hasil
patologi favorable histology tumor wilms
2. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan suatu modalitas yang berperan penting dalam


tatalaksana Wilms’ tumor. Terdapat beberapa obat-obatan antineoplastik yang
dapat dipilih dalam tatalaksana Wilms’ tumor antara lain dactinomycin,
vincristine, doxorubicin, cyclophosphamide, etoposide dan carboplatin.
Pemberian dosis bergantung pada berat badan anak dan stadium dari pasien.
Penentuan pemberian obat kemoterapi pada kasus Wilms’ tumor bergantung dari
protokol yang digunakan. Ada dua protokol yang digunakan secara luas, yaitu
protokol SIOP dan COG.

Pada Wilms’ tumor rekuren, prognosis dan terapi bergantung pada terapi
sebelumnya, histologi tumor, serta tempat terjadinya rekurensi. Pada beberapa
kondisi seperti histologi favourable, inisial stadium I atau II, terapi inisial hanya
dengan vincristine dan actinomycin, tidak terdapat riwayat terapi radiasi
sebelumnya, memberikan prognosis yang lebih baik. Terapi umum pada kasus
rekurensi adalah operasi jika memungkinkan, dilanjutkan radiasi pada daerah
yang belum mendapatkan radiasi sebelumnya serta kemoterapi dengan regimen
yang berbeda. Pada kasus rekurensi, disarankan penggunaan kemoterapi yang
lebih agresif seperti regimen ICE (ifosfamide, carboplatin, etoposide) atau
kemoterapi jenis lain yang sedang berada dalam clinical trial. Pemberian
kemoterapi dosis tinggi yang diikuti dengan transplantasi stem cell (transplan
sumsum tulang belakang) dapat menjadi pilihan opsi pada kasus rekurensi Wilms’
tumor.

3. Radioterapi

Peran radioterapi untuk Wilms’ tumor mulai meningkat pada era 1940.
Radioterapi dianggap sanggup meningkatkan angka kesembuhan mencapai 50%
dari 15-30% pada penggunaan modalitas nefrektomi saja. Penambahan
kemoterapi regimen tunggal pada era 1950 meningkatkan survival dua tahunan
mencapai 60% - 80%.

11
Pemberian dosis standar radiasi mulai diperkenalkan oleh National Wilms’
Tumor Study Group pada tahun 1969. Dengan standar terapi nefrektomi, radiasi
diberikan pada tumor bed yaitu bagian flank sebanyak 18-40 Gy yang diikuti
dengan kemoterapi ajuvan dactinomycin atau vincristine. Pada studi NWTSG
selanjutnya, difokuskan untuk menekan toksisitas lanjut dari radiasi. NWTSG-1
dan NWTSG-2 meneliti kemungkinan subtitusi peran radiasi dengan
menggunakan kemoterapi pada pasien Wilms’ tumor histologi favourable yang
telah dilakukan reseksi total.16 Dari hasil penelitian NWTSG, didapatkan bahwa
pasien dengan histologi favourable dapat dilakukan subtitusi peran radiasi dengan
kemoterapi dengan hasil yang tidak berbeda secara bermakna.

Beberapa hal penting yang menjadi landasan untuk memutuskan


pemberian radiasi pada Wilms’ tumor antara lain terdapatnya tumor yang pecah,
keterlibatan dari kelenjar getah bening sekitar,histologi unfavourable (anaplasia
difusa, jenis clear cell, dan rhabdoid), batas sayatan operasi yang masih positif
tumor atau terdapat residual gross tumor serta metastasis. Adanya mutasi LOH
pada 1p dan 16 q menjadi pertimbangan pemberian radiasi paru pada metastasis.

Dengan berkembangnya teknik radiasi saat ini, radiasi eksterna yang saat
ini digunakan adalah teknik 3D. Emily Dunn et al menyarankan penggunaan
lapangan radiasi flank menggunakan sinar dari AP-PA. Tabel 5 menjabarkan
batas-batas dari lapangan radiasi yang mereka rekomendasikan Radiasi sendiri
merupakan pilihan terapi yang dihindarkan pada Wilms’ tumor mengingat efek
samping akut dan lanjut radiasi. NWTS sendiri membagi efek samping akut dan
lanjut pada radiasi. Efek samping akut berupa diare, kelelahan serta rasa mual.
Sedangkan efek samping lanjut pada radiasi berupa perlengketan dari usus besar,
infertilitas yang sering terjadi pada wanita terutama pada radiasi whole abdomen
dengan melibatkan ovarium dan uterus, skoliosis atau pemendekkan korpus
vertebra, hipertensi karena terjadinya fibrosis arteri renalis kontralateral, gagal
ginjal, gagal jantung kongesif, gagal hepar,dan malignansi sekunder. Angka
kejadian malignansi sekunder sekitar 1.6 % sedangkan angka terjadinya gagal
jantung kongestif sekitar 4% pada Wilms’ tumor yang mendapat terapi
adriamycin.

12
Gambar 2 : Contoh DRR radiasi eksterna 3D pada Wilms’ tumor
(warna kuning menunjukkan ginjal kiri, sedangkan warna hijau
menggambarkan crux diafragma)

Gambar 3 : Sebaran dosis lapangan radiasi flank Wilms’ tumor


(tumor bed mendapatkan dosis 20.5 Gy dan area paraaorta mendapatkan
dosis 10 Gy).

Angka kejadian gagal ginjal dapat ditekan apabila dilakukan radiasi


dengan lapangan flank. Dosis radiasi yang diberikan sangat bergantung pada

13
stadium, jenis histologi, dan keterlibatan organ sekitarnya. Tabel 6 merupakan
rangkuman dosis yang direkomendasikan pada Wilms’ tumor oleh Viswanath.

Tabel 1 : Kemoterapi dan radiasi adjuvant pada tumor Wilms dengan


histologi anaplastik.

14
Tabel 2 : Kemoterapi dan radiasi adjuvant pada tumor Wilms dengan
histologi baik.

15
ASUHAN KEPERAWATAN WILMS TUMOR

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Pengkajian identitas klien Wilms Tumor harus dilakukan perawat untuk
mengetahui nama, usia, jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit serta
informasi lain baik dari pasien maupun keluarga. Informasi tersebut
digunakan untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan identitas
pasien, dan meminimalisir kesalahan. Penyakit Wilms Tumor merupakan
penyakit yang sering dijumpai pada anak dibawah usia 16 tahun.
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama :
Pada umumnya anak dengan kondisi terkena Wilms Tumor memiliki
keluhan utama nyeri dan terdapat massa (benjolan) pada abdomen.
Selain itu anoreksia dan muntah juga sering dijumpai. Neuroblastoma
dapat bermetastasis ke kelenjar limfe regional maupun ke tempat yang
jauh, misalnya tulang, hati, ataupun kulit.
2. Diagnosa Medis : Wilms Tumor (Nefroblastoma)
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien kemungkinan mengeluh nyeri pada daerah abdomen dan terdapat
massa
D. Riwayat kesehatan Terdahulu
Pengkajian riwayat kesehatan terdahulu penting dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang dialami
sekarang. Pengkajian yang dilakukan dapat berupa riwayat kecelakaan,
operasi, penyakit yang pernah dialami, alergi obat-obatan atau makanan.
Selain itu kebiasaan yang dilakukan pasien juga kemungkinan
berhubungan dengan kondisinya saat ini.
E. Riwayat Keluarga :
Anak yang memiliki riwayat keluarga dengan Wilms Tumor akan berisiko
untuk menderita penyakit ini.
F. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

16
Secara histologis, sel nefroblastoma berbentuk kecil, bulat dan berwarna
biru yang dapat disamakan dengan sel lain, baik yang berasal dari tumor
primer maupun metastase. Pemeriksaan penunjang pada abdomen dapat
ditemukan adanya kalsifikasi yang khas terdapat pada penyakit Wilms
Tumor, meskipun bukan penentu diagnostik. Pemeriksaan Rontgen atau
CT Scan dada dapat menunjukkan metastase kelenjar limfe atau tumor
primer di mediastinum.
2. ANALISA DATA

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Ds : Kelainan genetik Nyeri Akut
- Px mengeluh ↓
Nyeri pada Proliferasi patologik
bagian perut blastoma
- Ibu px ↓
mengatakan Tubuli dan glomerulus
bahwa px tidak berdisfusi dengan
sulit tidur dan baik pada kehamilan
dan terus ↓
menangis Blastema renalis di
- Px Janin
mengatakan ↓
skala nyeri 7 WILMS TUMOR
Do : ↓
- Anak tampak Tumor belum

meringis menembus kapsul

kesakitan ginjal

sambil ↓

memegangi Berdiferensiasi

bagian perut ↓

- Tekanan Tumor menembus

darah 110/90 kapsul ginjal perirenal,

17
mmHg vena renal
- HR : 110 ↓
- RR : 25 Hematoma

Menyebar ke abdomen

Nyeri Abdomen

Nyeri akut
2 Ds : Kelainan genetik Ketidakseimbangan
- Ibu Px ↓ nutrisi: kurang dari
mengeluhkan Proliferasi patologik kebutuhan tubuh
berat badan blastoma
anaknya ↓
menurun dari Tubuli dan glomerulus
semula 40 kg tidak berdisfusi dengan
menjadi 32 baik pakehamilan
kg karena ↓
tidak mau Blastema renalis di
makan Janin
- Px mengeluh ↓
mual WILMS TUMOR
Do : ↓
- Bb semula 40 Tumor belum
kg menjadi menembus kapsul
32 kg ginjal
- Tb 140 cm ↓
Berdiferensiasi

Tumor menembus
kapsul ginjal perirenal,
vena renal

18
Disfungsi ginjal

Gangguan
keseimbangan asam
basa

Asidosis metabolik

Peningkatan asam
lambung

Mual dan muntah

Nafsu makan me↓

Ketidakseimbangan
nutrisi: Kurang dari
kebutuuhan tubuh
3. Ds : Kelainan genetik Ansietas
- Px ↓
mengatakan Proliferasi patologik
takut untuk blastoma
oprasi ↓
- Px Tubuli dan glomerulus
mengatakan tidak berdisfusi dengan
sulit tidur baik pada kehamilan
- Orang tua px ↓
banyak Blastema renalis di
bertanya soal Janin
operasi ↓
WILMS TUMOR
Do : ↓
Adanya massa di

19
- Px terlihat abdomen
gelisah dan ↓
meremas Rencana pembedahan
rems tangan ↓
Kurang pengetahuan

Gelisah, cemas, sulit
tidur, menangis

Ansietas
4 DS: Kelainan genetik Post Operasi:
- Pasien ↓ Risiko Infeksi area
mengeluhkan Proliferasi patologik pembedahan
sedikit nyeri blastoma
pada daerah ↓
yang Tubuli dan glomerulus
dioperasi tidak berdisfusi dengan
DO: baik pada kehamilan
- Balutan luka ↓
diganti 1 kali Blastema renalis di
sehari kecuali Janin
ada rembesan ↓
- Nadi : 100 WILMS TUMOR

- TD: 110/80 ↓

- RR: 23 Adanya massa di

- Kulit teraba abdomen



hangat dan
Pembedahan
sedikit

kemerahan
Adanya luka terbuka
- T: 360 C
pasca operasi

Risiko Infeksi area

20
pembedahan

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d Px mengeluh Nyeri pada bagian
perut, Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sulit tidur dan terus menangis,
pasien mengatakan skala nyeri 7, Anak tampak meringis kesakitan sambil
memegangi bagian perut, Tekanan darah 110/90 mmHg, HR : 110, RR :
25
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis yang mengakibatkan asupan diet kurang d.d Ibu Pasien
mengeluhkan berat badan anaknya menurun dari semula 40 kg menjadi 32
kg karena tidak mau makan, Pasien mengeluh mual, Bb semula 40 kg
menjadi 32 kg, Tb 140 cm
c. Ansietas b.d stresor akan dilakukannya pembedahan d.d Pasien
mengatakan takut untuk oprasi, Pasien mengatakan sulit tidur, Orang tua
pasien banyak bertanya soal operasi, Pasien terlihat gelisah dan meremas-
remas tangan
d. Risiko Infeksi area pembedahan b.d tindakan invasif (pembedahan)
4. RENCANA PERAWATAN

Dx
Tujuan Interverensi
Kep
1 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen Nyeri
keperawatan selama 4x24 jam, diharapkan nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri
yang dilaporkan berkurang
komprehensif yang meliputi
Kriteria hasil: sesuai dengan indikator NOC
lokasi ,karakteristik, onset,
NOC : Tingkat Nyeri
frekuensi, kualitas,
intensitas, dan faktor
N Indikator 1 2 3 4 5 pencetus
o 2. Observasi adanya petunjuk
1 Nyeri yang non verbal mengenai ketidak

21
dilaporkan nyaman
2 Pemanjangan 3. Tentukan akibat dari
episode nyeri pengalaman nyeri terhadap

3 Menggosok area kualitas hidup pasien

yang terkena 4. Berikan informasi mengenai

dampak nyeri seperti penyebab nyeri,

4 Mengerang dan berapa lama nyeri akan

menangis dilaksanakan
5. Pilih dan implementasikan
5 Ekspresi nyeri
tindakan yang beragam
wajah
untuk memfasilitasi
6 Frekuensi napas
penuruan nyeri
7 Denyut nadi
6. Gali bersama pasien faktor
radial
yang dapat memperberat dan
8 Tekanan darah
meringankan nyeri
7. Kurangi atau eleminasi
Keterangan penilaian:
faktor yang menjadi
1: Berat
pencetus nyeri
2: Cukup berat
8. Ajarkan penggunaan teknik
3: sedang
non-farmakologi
4: ringan
9. Kolaborasi pemberian
5: Tidak ada
analgesik
10. Dukung istirahat tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri

2 Tujuan: Setalah dilakukan tindakan NIC : manajemen nutrisi


keperawatan selama 6x24 jam diharapkan nafsu 1. Tentukan jumlah kalori
makan pasien bertambah, dan berat badan dan jenis nutrisi yang
pasien bertambah dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
Kriteria Hasil: sesuai dengan indikator NOC
gizi
2. Ciptakan lingkungan

22
NOC : status nutrisi yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
N Indikator 1 2 3 4 5
3. Lakukan atau bantu
o
pasien terkait dengan
1 Asupan gizi
perawatan mulut sebelum
2 Asupan makan
makan
3 Asupan cairan
4. Berikan obat obatan
4 Energi sebelum makan jika
5 Rasio berat diperlukan
badan/tinggi 5. Pastikan makanan yang
badan disajikan dengan cara
6 Hidrasi yang menarik dan pada
Keterangan penilaian: suhu yang paling cocok
1: sangat menyimpang dari rentang normal untuk konsumsi
2: banyak menyimpang dari rentang normal 6. Monitor kalori dan
3: cukup menyimpang dari rentang normal asupan makan
4: sedikit menyimpang dari rentang normal 7. Monitor kecenderungan
5: tidak menyimpang dari rentang normal kenaikan atau penurunan
berat badan
3 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan NIC : pengurangan kecemasan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
1. Gunakan pendekatan yang
kecemasan pasien berkurang
tenag dan meyakinkan
Kriteria hasil: sesuai dengan indikator NOC
2. Jelaskan semua prosedur
NOC : tingkat kecemasan
termasuk sensaki yang
N Indikator 1 2 3 4 5
akan dirasakan klien
o
selama prosedur
1 Meremas-remas 3. Berikan informasi factual
tangan terkait diagnosis,
2 Distress perawatan dan prognosis
3 Perasaan gelisah 4. Dorong kelurga untuk
4 Wajah tegang mendampingi klien denga
5 Rasa takut yang cara yang tepat

23
disampaikan 5. Dengarkan klien
secara lisan 6. Dukung penggunaan
6 Rasa cemas yang mekanisme koping yang
disampaikan sesuai
secara lisan 7. Instruksikan klien untuk

7 Gangguan tidur menggunakan teknik


relaksasi
8. Kaji tanda verbal dan non
Keterangan penilaian:
verbal kesemasan
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
4 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : perawatan luka
selama 5x24 jam diharapkan tidak terjadi
1. Ukur luas luka yang sesuai
infeksi pada area pembedahan
2. Berikan perawatan isnsisi
Kriteria hasil: sesuai dengan indikator NOC
pada luka yang diperlukan
NOC : pemulihan pembedahan : penyembuhan
3. Berikan balutan yang
N Indikator 1 2 3 4 5
sesuai dengan jenis luka
o
4. Periksa luka setiap kali
1 Suhu tubuh mengganti balutan
2 Laju nadi radialis 5. Anjurkan pada pasien atau
3 Integritas jaringan keluarga prosedur
4 Penyembuhan perawatan luka
luka 6. Anjurkan pasien dan
5 Nyeri keluarga untuk mengenal
6 Cairan merembes tanda dan gejala infeksi
balutan 7. Dokumentasikan lokasi

7 Infeksi luka luka, ukuran, dan tampilan

Keterangan penilaian:
1: Deviasi berat dari kisaran normal

24
2: deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3: deviasi sedang dari kisaran normal
4: deviasi ringan dari kisaran normal
5: tidak ada deviasi dari kisaran normal

Daftar pustaka
Agustina, Alfna Arindita, Ansita Ika Fransiska. 2016. Makalah WEB of Caution
Tumor Wilms. Universitas Muhammadadiyah Jakarta
Brunner dan Suddarth. 2002.  Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VIII, EGC.
Bulechek, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi VI.
Singapore: Elsevier
Davidoff A. (2013). Wilms Tumor. HHS Publics Acces. Diakses di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3589819/.
Green DM. The treatment of stages I-IV favorable histology Wilm’s’ tumor. J
Clin

25
Hartanto, Sugandi. Supriana, Nana. Tinjauan Pustaka Tata Laksana Tumor
Wilms. Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.5 (2) Jul. 2014:61-69.
Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,
Hugraheni. 2017. Gejala Dan Faktor Risiko Wilms Tumor.
https://id.scribd.com/document/362910954/Gejala-Dan-Faktor-Risiko-
Wilms-Tumor. Akses pada 10 November 2019
Jiade J. Lu, Luther W. Brady. Decision Making in Radiation Oncology. 2011;
1090-104.
Mayo Clinic. 2018. Diseases and Conditions. Wilms’ Tumor. 
Morgan TM, Danish H, Nanda RH, Esiashvili N, Meacham LR. Whole lung
irradiation in stage IV Wilms’ tumor patients : thyroid dosimetry and
outcome. Pediatr Blood Cancer.2017;e26843.
Nanda Internasional. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. EGC
NIH. 2018. MedlinePlus. Wilms Tumor. 
Oncol. 2004;8:1366– 72Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Edisi V. Singapore: Elsevier
Shalet SM, Gibson B, Swindell R, et al. Effect of spinal irradiation on growth.
Arch Dis Child. 1987;62:461–4
Stephen W. Leslie; Hussain Sajjad; Patrick B. Murphy. 2019.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442004/
Szychot E, Apps J, Jones K P. (2014). Wilms’ tumor: biology, diagnosis and
treatment. Translational Pediatrics Diakses di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4728859/.
Tirawan Sutedja, Nana Supriana. Radioterapi pada Wilms’ Tumor. Departemen
Radioterapi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo - Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Diterima Juni 2017/Disetujui Juli 2017
.

26
27

Anda mungkin juga menyukai