Anda di halaman 1dari 2

RISIKO BUNUH DIRI

A. Definisi

Risiko bunuh diri merupakan kondisi bahaya yang mengancam nyawa, dimana individu
memiliki risiko untuk menciderai dirinya. Bunuh diri adalah perilaku destruktif dari suatu individu
yang dialami dengan sadar untuk melakukan aktivitas bunuh diri dengan niat kematian [ CITATION
Stu95 \l 1033 ]. Menurut Yosep (2007) terdapat faktor yang mempengaruhi seseorang memiliki
keinginan untuk melakukan bunuh diri, antara lain faktor mood dan biokimiawi otak, faktor riwayat
gangguan mental, faktor meniru, faktor hilangnya perasaan aman, faktor spirituaitas dan faktor
sosialisasi.

Bunuh diri adalah perilaku destruktif dari suatu individu yang dilakukan dengan sadar untuk
menyakiti diri sendiri dan dapat mengakibatkan kematian. Bunuh diri disebut sebagai kedaruratan
psikiatri dikarenakan adanya ketidakmampuan individu dalam mengatasi stres yang tinggi sehingga
mengguanakan koping maladaptive. Adapun banyak faktor yang mengakibatkan individu memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Oleh karena itu pentingnya peran perawat dalam mengatasi risiko bunuh
diri agar seorang pasien tidak melakukan tindakan bunuh diri.

B. Etiologi

Menurut Fitria (2009) terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dari resiko bunuh diri yaitu:

1. Faktor Predisposisi

Terdapat lima faktor yang menunjang pemahaman pada perilaku destruktif diri yaitu sebagai
berikut:

 Diagnosis psikiatri

Hasil diagnosis psikiatri menyatakan sebanyak 90% orang dewasa yang


melakukan bunuh diri mempunyai riwayat mengalami gangguan jiwa. Dari kondisi
tersebut terdapat tiga gangguan jiwa yang dapat menyebabkan individu berisiko untuk
melakukan bunuh diri yaitu skizofrenia, gangguan afektif, dan penyalahgunaan zat.

 Sifat Kepribadian
Adapun tipe-tipe kepribadian yang memiliki hubungan dengan besarnya
risiko seseorang untuk bunuh diri antara lain impulsive, depresi, dan rasa bermusuhan.
 Lingkungan Psikososial
Individu yang melakukan tindakan bunuh diri tidak terlepas dari beberapa
faktor penyebab tersebut muncul seperti, kurangnya dukungan sosial, adanya
perceraian, kejadian negatif dalam hidup, atau bahkan mengalami penyakit kronis.
Lawrence (2016) menyatakan bahwa pentingnya dukungan sosial maupun dukungan
keluarga untuk meningkatkan harapan hidup seseorang.
 Riwayat keluarga
Adanya pengalaman bunuh diri dari orang terdekat atau keluarga merupakan
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
 Faktor Biokimia

Terdapat risiko seseorang melakukan bunuh diri jika terdapat peningkatan


zat-zat kimia didalam otaknya seperti adrenalin, serotonin, dan dopamine.
Peningkatan zat-zat tersebut dapat diperiksa melalui perekaman gelombang pada otak
atau EEG.

2. Faktor Presipitasi

Terdapat beberapa pencetus yang menyebabkan munculnya perilaku destruktif yaitu


ketika individu tidak mampu mengatasi stres yang berlebihan, mengalami tindakan yang
memalukan dalam hidupnya, serta melihat ataupun membaca media terkait tindakan bunuh
diri.. Krause (2017) menyebutkan bahwa beberapa kondisi tersebut dapat mengakibatkan
seseorang memiliki emosi yang labil sehingga tidak mampu menemukan makna dalam
hidupnya dan sangat rentan sekali untuk mengalami risiko bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai