FASILITATOR :
SYIDDATUL BUDURY,S.Kep.,Ns.,M.Kep
LEMBAR PENGESAHAN
Penyuluham kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit ini dibuat dan disusun sebagai
bukti bahwa mahasiswa melaksanakan penyuluhan pada:
Nama : Arnis Rosita Syntia
NIM : 1120020090
KOMPETENSI : Jiwa
Waktu Pelaksanaan : 14 Desember 2020– 11 Januari 2021
Mahasiswi
Mengetahui
Pembimbing Praktik
Syiddatul Budury,S.Kep.,Ns.,M.Kep
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan (Stuart dan Sundenn, 1995).
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupann (Herdman, 2012). Individu secara sadar berkeinginan untuk mati,
sehingga melaukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mendefininsikan bunuh diri sebagai tindakan membunuh diri sendiri.
Tindakan itu harus dilakukan dengan sengaja dan dilaukan oleh orang yang bersangkutan
dengan pengetahuan penuh, atau harapan, atau akibat fatalnya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri,
kita menganl tiga macam perilaku bunuh diri yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri
dan percobaan bunuh diri.
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (factor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakan yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka
menikah.
Beberapa hal yang harus diketahui oleh perawat seperti faktor risiko, faktor predisposisi,
faktor presipitsi, tanda dan gejala, dan mekanisme koping.
1. Fator risiko
Faktor risiko dari risiko bunuh diri meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Status pernikahan
Tingkat bunuh diri untuk orang yang tidak menika adalah dua kai lipat dari orang yang
menikah. Sementara itu, orang dengan status bercerai, berpisah, atau janda memiliki
tingkat empat sampai lima kali lebih besar daripada orang menikah.
b. Jenis kelamin
Kecenderungan bunuh diri lebih banyak dilaukan oleh wanita, tetapi tindakan bunuh
diri lebih sering sukses dilakukan oleh pria. Jumlah bunuh diri yang sukses dilakukan
oleh pria adalah sekitar 70%, sedangkan wanita 30%. Hal ini berkaitan dengan
semematikan apa sarana yang digunakan untuk bubuh diri tersebut. Wanita cenderung
overdosis, sedangan pria menggunakan sarana yang lebih mematikan, seperti senjata
api. Perbedaan anatara pria dan wanita ini mungkin juga mencerminkan
kecenderungan perempuan untuk mencari dan menerima bantuan dari teman atau
prifesional, sedangkan pria sering melihat bahwa mencari bantuan merupakan tanda
kelemahan.
c. Agama
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh American Journal of Psychiatry, pria dan
wanita depresi yang menganggp dirinya berafiliasi dengan agama cenderung mencoba
bunuh diri dari pada rekan-rekan nonreligius mereka.
d. Status sosial ekonomi
Individu di kelas sosial tertinggi dan terendah memiliki tingkat bunuh diri lebih tinggi
daripada di kelas menengah (Sadock & Sadock, 2007). Sehubungan dengan pekerjaan,
tingkat bunuh diri dikalangan dokter, seniman, dokter gigi, hukum, petugas penegak
hukum, pengacara, agen asuransi, lebih tinggi.
e. Etnis
Berkenaan dengan etnisitas, statistic menunjukkan bahwa orang kulit putih berada di
risiko tertinggi untuk bunuh diri, diikuti oleh penduduk asli Amerika, orang Amerika
Afrika, Hispanik Amerika (Pusat Nasional Statistik Kesehatan dalam Townsend,
2009).
2. Faktor resiko lainya
Townsend (2009) menyaguan perasaan (depresi berat dan gangguan bipolar) jauh lebih
mungkin untuk melakukan bunuh diri. Gangguan kejiwaan lain yang mungkin menyebabkan
perilaku bunuh diri. Gangguan kejiwaan lain yang mungkin menyebabkan peri laku bunuh
diri, meliputi gangguan penyalaguanaan zat psikoaktif, skizofrenia, gangguan kepribadian,
dan gangguan ansientas. Insomnia berat dikaitkan dengan peningkatan resiko bunuh diri,
meskipun dengan tidak adanya depresi.
Penggunaan alkohol, terutama kombinasi alkohol dan barbiturat meningkatkan resiko
bunuh diri, psikosis, terutama dengan halusinasi perintah (commad hallucination),
menibulkan resiko lebih tinggi dari biasanya. Selain itu, faktor yang turut meningkatkan
resiko bunuh diri adalah penderitaan dengan penyakkit kronis yang menyakitkan atau
melumpuhkan
Remafedi, dkk, via townsend (2009) menemukan fakta bahwa tingkat bunuh pada remaja
homoseksual lebih tinggi dari pada rekan remaja heteroseksal mereka. Resiko yang lebih
tinggi juga dikaitkan dengan riwayat bunuh diri keluarga, terutama pada orang tua dengan
jenis kelamin yang sama. Orang- orang yang telah melakukan usaha bunh diri sebelumnya
beesiko lebih tinggi untuk bunuh diri sebelumnya beresiko lebih tinggi untuk bunuh diri,
sekitar setengah dari indivisuyang bunuh diri sebelumnya telah hidup itu tidak mungkin tanpa
peritu, rasa bersalah dan pembenaran diri adalah aspek lain dari keputusan. Komponen efektif
ini di temukan pada veteran dengan gangguan stres pascatrauma yang menunjukkan prilaku
bunuh diri ( carrol-ghosh,dkk, dalam townsend 2009)
3. Faktor predisposisi
a. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tida dapat menghindari stress.
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusan.
e. Tangisan minta tolong.
Lima dominan faktor risiko menujang pada pemahaman perilau destruktif diri sepnjang siklus
kehidupan, yaitu sebagai berikut.
a. Diagnosa psikiatri
b. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyait jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuka
individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.
c. Sifat kepribadian
d. Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besar dengan besarnya risiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan , implusif, dan depresi.
e. Lingkungan psikososial
f. Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosia merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
g. Riwayat keluarga
h. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko penting
untuk perilau destruktif.
i. Faktor biokimia
j. Data menunjukkan bahwa scara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergic menjadi
media proses yang dapat menimbulkan perilau merusa diri.
4 . Faktor Presipitasi
6 . Mekanisme Koping
Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilangan batas realita, menarik
dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem pendukung, melihat diri sebagai orang
yang secara total tidak berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan
perilaku pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran (denial). Sementara itu,
mekanisme koping yang paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
1.2. Etiologi
Pada umumnya, penyebab utama dari bunuh diri adalah ketidakmampuan individu untuk
menyelesaikan masalah. Etiologi dari risiko bunuh diri meliputi :
1. Faktor genetik
Faktor genetic mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri pada keturunannya. Lebih
sering terjadi pada kembar monozygot dari pada kembar dizygot. Disamping itu,
terdapat penurunan serotonin yang dapat menyebabkan depresi. Hal ini turut
berkontribusi pada terjadinya risiko bunuh diri. Prevalensi bunuh diri berkisar antara
1,5-3 kali lebih besar terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari
orang yang mengalami depresi yang pernah melaukan upaya bunuh diri.
2. Faktor biologis
Faktor ini biasanya berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu, seperti adanya
penyakit kronis atau kondisi medis tertentu, seperti stroke, gangguan kerusakan
kognitif (dimensia), diabetes, penyakit arteri koroniaria, kanker, HIV/AIDS, dll.
3. Faktor psikososial
Berdasarkan teori psikoanalitik/psikodinamika, bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu bahwa kehilangan abjek berkaitan
dengan aresi dan kemarahan, perasaan negative terhadap diri sendiri dan terakhir
depresi. Sementara itu, berdasarkan teori perilaku kognitif, Beck mengatakan bahwa
hal ini berkaitan dengan adanya pola kognitif negative yang berkembang, memandang
rendah diri sendiri.
4. Stressor lingkungan
Kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sisitem dukungan sosial.
Durkheim membagi suicide ke dalam 3 kategori, yaitu: egoistic (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok sosial), altruistic (melaukan bunuh diri utuk kebaikan
orang lain), dan anomic (bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
Penyebab terjadinya bunuh diri, dari masing-masing golongan usia :
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu di kritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Di hokum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
3. Pada dewasa
a. Self-ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik
d. Kehilangan penghargaan dan kasih saying orang tua
e. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan fungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi social
e. Kehilangan ganda )seperti pasangan, pekerjaan, dan kesehatan)
f. Sumber hidup berkurang
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan klien yang
menunjukkan keingginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup didukung dengan data hasil
wawancara dan observasi. Data yang digunakan adalah data
a. data subjektif
klien mengungkapkan tentang :
1) mersa hidupnya tak lagi berguna
2) ingin mati
3) pernah mencoba bunuh diri
4) mengancam bunuh diri
5) merasa bersalah, sedihmarah, putus asa, tidak berdaya
b. data objektif
1) ekspresi murung
2) tak bergairah
3) banyak diam
4) ada bekas percobaan bunuh diri
Pada dasarnya , segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat(ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alas an atau
sebab tindakan yang disebut motif. Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Golongan
dalam kategori sebab, misalkan :
1. Dilanda keputusan dana depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
3. Gangguan kejiawaan/ tidak waras (gila)
4. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta/ iman/ ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
Penilaian Risiko Bunuh Diri berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi :
Variabel Resiko Tinggi Resiko Rendah
Sifat demografik &
sosial >45 tahun <45 tahun
a. Usia Laki-laki Wanita
b. Jenis kelamin Cerai atau duda Menikah
c. Status mental Pengangguran Bekerja
d. Pekerjaan Konflik Stabil
e. Hubungan Kacau atau konflik Stabil
interpersonal
f. Latar belakang
keluarga
Kesehatan Kesehatan baik
a. Fisik Penyakit kronis,
b. Mental pemakaian zat yang
berlebih, hipokondriak
Depresi berat, psiskosis Penggunaan zat rendah
Gangguan kepribadian Depresi ringan
berat Neurosis
Penyalahgunaan zat Optimisme
Putus asa
Aktivitas bunuh diri
a. Ide bunuh diri Sering, berkepanjangan, Jarang, rendah
kuat
a. Usaha bunuh diri a. Usaha berulang kali a. Usaha pertama
b. Direncanakan b. Impulsive
c. Penyelamatan tidak c. Penyelamatan tak
mungkin terhindarkan
d. Keinginan yang tidak d. Keinginanan utama untuk
ragu untuk mati berubah
e. Komunikasi di e. Komunikasi di
internalisasikan eksternalisasikan
(menyalahkan diri f. Metode di ekstralisasikan
sendiri) g. Metode dengan letalitas
f. Metode mematikan dan rendah
tersedia
Sarana
a. Pribadi a. Pencapaian buruk a. Pencapaian baik
b. Tilikan buruk b. Penuh tilikan
Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi
untuk bunuh diri dengan berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri,
mengembangkan gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri. Oleh karena itu,
adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus
mendapatkan perhatian serius. Sekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat psien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat yang
salah ) tentang bunuh diri.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
2.1. Pengkajian
Pengkaian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien dan keluarga (pelau
perawat).
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnose medis, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa sikap percobaan bunuh diri, komunikasi dengan keluarga kurang,
tidak mampu berkonsentrasi dan merasa tidka yakin melangsungkan hidup.
c. Factor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinngi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
e. Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
b. Identitas diri
c. Peran diri
d. Harga diri
3. Hubungan sosial
4. Spiritual
f. Status mental
1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motoric
4. Afek dan emosi
5. Interaksi selama wawancara
6. Persepsi sensori
7. Proses piker
8. Tingkat kesadaran
9. Memori
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Mudah beralih
b. Tidak mampu berkonsentrasi
c. Tidak mampu berhitung
11. Kemampuan penialian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan
Berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan maka klien dapat
mengambil keputusan
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna
c. Berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan maka klien tidak dapat
mengambil keputusan
12. Gangguan titik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
g. masalah psikologis dan lingkungan
pasien mendapat perilaku yang tidka wajar dari lingkungannya seperti di bully, di ejek
dll.
h. Pengetahuan
Kurag pengetahuan dalam hal mencari bantuan, factor predisposisi, kooping
mekanisme dan sistem pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit pasien semakin
berat.
2.2. Diagnosis Keperawatan
2.4. Evaluasi
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melaukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan
selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan serta
dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyrat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan hal berikut.
a. Pasien mampu mengungkapkan perasaan
b. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
c. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan melaukan hal-hal berikut.
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b. Keluarga mampu memperagakan kembai cara-cara melindungi anggota keluarga yang
berisiko bunuh diri.
c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat
anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. A
Alamat : Jl. Tupai No. 4 Blok E
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Peran dalam keluarga : Anak Pertama
Pekerjaan : Mahasiswa
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sudah putus asa ingin mengakhiri hidupnya.
Masalah Keperawatan :
Resiko Bunuh Diri
5. STATUS MENTAL
a. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
TD = 110/70 mmHg N = 88 x/menit S = 36o RR = 18 x/menit
2. Antopometri
TB = 162cm BB = 55 kg IMT = 24
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak
Pasien terlihat diam, termenung dan tatapannya kosong
Masalah keperawatan : Harga diri rendah kronis
b. Penampilan
Rapi seperti biasa
Jelaskan :
Sdr. A berpakaian rapi seperti biasa
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Kesadaran
Pasien mengatakan bahwa tidak ada yang aneh dan biasa saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Pembicaraan
Pasien tidak mau berhenti bicara dengan nada kesal dan terisak
7. PROSES BERFIKIR
Pasien saat menjelaskan pembicaraannya selalu fokus dan tidak ada
hambatan
Masalah Keperawatan : Tidak ada
8. PERSEPSI
Pasien mengatakan bahwa jika bercerita ke keluarganya keluarganya akan
mengucilkannya, dan pasien tidak mau bercerita kepada siapapun.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga tidak efektif
TUK 1 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
2. Menunjukkan rasa senang dengan mengungkapkan prinsip merupakan dasar untuk
Klien dapat 3. Ada kontak mata komunikasi terapeutik : kelancaran hubungan interaksi
menjalin dan 4. Mau berjabat tangan a. Sapa klien dengan ramah, baik selanjutnya
membina 5. Mau menyebutkan nama verbal maupun non verbal
hubungan saling 6. Mau menjawab salam, b. Perkenalkan diri dengan sopan
percaya 7. Klien mau duduk c. Tanyakan nama lengkap klien dan
berdampingan dengan nama panggilan yang disukai klien
perawat d. Jelaskan tujuan pertemuan
8. Mau mengutarakan e. Jujur dan Menepati janji
masalah yang dihadapi f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
TUK 2 Klien terlindung dari perilaku2.1. Modifikasi lingkungan klien Diketahuinya penyebab yang
Klien dapat bunuh diri a. Jauhkan klien dari benda-benda akan dapat dihubungkan
melindungi diri yang dapat digunakan untuk dengan resiko bunuh diri yang
dari perilaku bunuh diri dialami oleh pasien
bunuh diri b. Tempatkan klien diruangan
yang nyaman dan mudah
terlihat oleh perawat
2.2. Awasi klien secara ketat setiap
saat
2.3. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan bunuh
diri
TUK 3 1. Klien dapat meningkatkan 3.1. Bantu klien mengeksplorasikan Terbiasa dengan
harga dirinya perasaan mengungkapkan perasaannya
Klien dapat 2. Klien dapat a. Biarkan klien mengungkapkan dengan baik dan benar
meningkatkan mengidentifikasi aspek perasaannya
harga diri positif yang dimiliki b. Ajak klien untuk berbincang-
3. Klien dapat membuat bincang mengenai perasaannya
rencana yang realistis di namun tidak memkasa
masa yang akan datang 3.2. Identifikasi aspek positif yang
dimiliki klien
3.3. Bantu mengidentifikasi sumber
harapan
3.4. Bantu klien merencanakan
masa depan yang realistis
TUK 4 4.1.Klien dapat menyebutkan 4.1. Diskusikan kegiatan fisik yang Pasien dapat mengalihkan
contoh pencegahan biasa dilakukan klien percobaan bunuh diri dengan
bunuh diri secara fisik 4.2. Beri pujian atas kegiatan fisik kegiatan yang lebih
Klien dapat a. Tarik napas dalam klien yang biasa dilakukan bermanfaat
mendemonstrasika 4.2.Klien dapat 4.3. Diskusikan satu cara fisik yang
n cara fisik untuk mendemonstrasikan cara paing mudah dilakukan untuk
mencegah bunuh fisik untuk mencegah mencegah perilaku bunuh diri
diri perilaku bunuh diri yaitu : tarik napas dalam
4.3.Klien mempunyai jadwal 4.4. Diskusikan cara melakukan
untuk melatih cara napas dalam dengan klien
pencegahan fisik yang 4.5. Beri contoh klien tentang cara
telah dipelajari menarik napas dalam
sebelumnya 4.6. Minta klien untuk mengikuti
4.4.Klien mengevaluasi seperti contoh sebanyak 5 kali
kemampuan dalam 4.7. Beri pujian positif atas
melakukan cara fisik kemampuan klien
sesuai jadwal yang telah
disusun
TUK 5 5.1.Klien dapat menyebutkan 5.1. Diskusikan cara bicara yang Pasien dapat berbicara dengan
Klien dapat cara bicara (verbal) yang baik dengan klien baik dan benar
mendemonstrasika baik dalam mencegah 5.2. Beri contoh cara bicara yang
n cara sosial untuk bunuh diri baik
mencegah bunuh a. Meminta dengan baik 5.3. Meminta klien klien mengikuti
diri b. Menolak dengan baik contoh cara bicara yang baik
c. Mengungkapkan a. Meminta maaf yang baik “saya
perasaan dengan baik minta maaf atas kesalahan
5.2.Klien dapat saya”
mendemonstrasikan cara b. Menolak dengan baik “maaf,
verbal yang baik saya tidak bisa melakukan
5.3.Klien mempunyai jadwal karena saya ada kegiatan lain”
untuk melatih berbicara c. Mengungkapkan perasaan
dengan baik “saya kesal, karena permintaan
a. Klien melakukan saya tidak dituruti”
evaluasi terhadap 5.4. Minta kien untuk mengulangi
kemampuan cara 5.5. Beri pujian atas keberhasilan
bicara yang sesuai klien
dengan jadwal yang
telah disusun
TUK 6 6.1.klien dapat menyebutkan 6.1. Diskusikan dengan klien Pasien dapat mengetahui
Klien jenis, dosis, dan waktu tentang jenis obat yang nama, jenis, waktu dan
mendemonstrasika minum obat, serta dikonsumsinya (nama, warna, manfaat dari obat yang
n kepatuhan manfaat dari obat ukuran), waktu minum obat (jika 3 dikonsumsi
minum obat untuk 6.2.klien mendemontrasikan kali berarti pukul 07.00, 13.00, dan
mencegah bunuh kepatuhan minum obat 19.00), cara minum obat
diri sesuai jadwal yang sudah 6.2. Dengan klien tentang manfaat
ditetapkan minum obat secara teratur
6.3.klien mengevaluasi a. Beda perasaan sebelum dan
kemmapuan dalam sesudah minum obat
mematuhi minum obat b. Jelaskan bahwa dosisi obat
hanya boleh diubah oleh dokter
c. Jelaskan mengenai akibat
minum obat yang tidak teratur
misa penyakit kambuh
6.3. Diskusikan tentang proses
minum obat :
a. Klien meminta obat kepada
perawat ( jika di rumah sakit)
b. Klien memeriksa obat sesuai
dosis
c. Klien minum obat pada waktu
yang tepat
6.4. Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat dengan
mengisi jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
6.5. Validasi pelaksanaan minum
obat
6.6. Beri pujian atas keberhasilan
klien
TUK 7 7.1. klien mengikuti tak : 7.1. Anjurkan klien untuk ikut Pasien dapat mengikuti
Klien dapat stimulasi persepsi tak:stimulasi persepsi pencegahan kegiatan dengan harapan dapat
mengikuti tak pencegahan bunuh diri bunuh diri menurunkan resiko bunuh diri
stimulasi persepsi 7.2. klien mengikuti 7.2. Klien mengikuti tak:stimulasi
pencegahan bunuh tak:stimulasi persepsi persepsi pencegahan bunuh diri
diri pencegahan bunuh diri (kegiatan mandiri)
7.3. Klien mempunyai 7.3. Diskusikan dengan klien
jadwal melakukan tentang kegiatan selama tak
evaluasi terhadap 7.4. Fasilitas klien untuk
pelaksanaan tak mempraktikkan hasil kegiatan tak
dan beri pujian atas
keberhasilannya
7.5. Diskusikan dengan klien
tentang jadwal tak
7.6. Masukkan jadwal tak ke dalam
jadwal keiatan harian
7.7. Beri pujian atas kemampuan
klienmengikuti tak
7.8. Tanyakan kepada klien
‘bagaimana perasaan anda setelah
ikut tak”
TUK 8 8.1. Keluarga dapat 8.1. Identifikasi kemampuan Keterlibatan keluarga sangat
Klien mendemonstrasikan cara keluarga dalam merawat klien mendukung terhadap proses
mendapatkan merawat klien sesuai dengan yang telah penurunan resiko bunuh diri
dukungan keluarga dilakukan keluarga selama ini
dalam melakukan 8.2. Jelaskan keuntungan peran
cara pencegahan serta keluarga dalam merawat
bunuh diri klien
8.3. Jelaskan cara-cara merawat
klien
a. Terkait dengan munculnya
bunuh diri
b. Dikap dan bicara
c. Membantu mengenal penyebab
bunuh diri dan pelaksanaan
pencegahan bunuh diri
d. Bantu keluarga untuk
mendemonstrasikan cara
merawat klien
e. Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi
f. Anjurkan keluarga
mempraktikkan pada klien
selama dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang
kerumah
O:
1. Pasien kooperatif
2. Pasien mau menjawab pertanyaan
perawat
3. Pasien menjawab dengan benar
4. Pasien ada kontak mata dengan
perawat
A:
Masalah teratasi
P:
Kontrak waktu dengan pasien untuk
pertemuan selanjutnya
18 Desember 1. Melatih dan mengajarkan cara berbicara dengan S: ARNIS
2020 baik 1. Pasien mengatakan senang saat
10.00 2. Melatih dan mengajarkan cara mencegah dan diberikan penjelasan
mengendalikan dorongan bunuh diri dengan tarik 2. Pasien mengatakan mampu mengikuti
napas cara yang perawat ajarkan
3. Melatih dan mengajarkan kepada pasien bahwa 3. Pasien mengatakan bahwa ada
dirinya sangat berharga rencana kedepannya agar
kehidupannya lebih baik
4. Pasien mengatakan bahwa tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi
O:
1. Pasien terlihat mampu menirukan apa
yang diajarkan perawat
2. Pasien kooperatif
3. Pasien ada kontak mata dengan
perawat
4. Pasien mulai mau menyadari dirinya
sendiri
5. Pasien menyadari bahwa dirinya
berharga
6. Pasien berbicara pelan sekali
A:
Masalah teratasi
P:
Kontrak waktu dengan pasien untuk
melanjutkan intervensi
18 Desember Melatih pasien untuk melakukan kegiatan spiritual S: ARNIS
2020 seperti sholat, dzikir dan berdoa kepada Allah SWT 1. Pasien mengatakan bahwa saat setelah
13.00 kejadian itu pasien enggan
beribahadah
2. Pasien mengatakan mau untuk
melakukan kegiatan spiritual
3. Pasien kooperatif
O:
1. Pasien terlihat bersemangat dan tidak
terlihat murung lagi
2. Pasien kooperatif
3. Pasien mau mengikuti saran dari
perawatn
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
Pasien Keluarga
SP 1 P SP 1 K
a. Mendiskusikan masalah yang
a. Membina hubungan saling percaya
dirasakan keluarga dalam merawat
kepada klien
pasien
b. Mengidentifikasi benda-benda yang
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
dapat membahayakan klien
gejala resiko bunuh diri, dan jenis
c. Mengamankam benda-benda yang
perilaku bunuh diri yang dialami
dapat membahayakan klien
klien beserta proses terjadinya
d. Melakukan kontrak treatment
c. Menjelaskan cara-cara merawat
e. Mengajarkan cara mengendalikan
klien resiko bunuh diri
dorongan bunuh diri
f. Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
SP 2 P SP 2 K
a. Melatih keluarga mempraktikkan
a. Mengidentifikasi aspek positif klien
cara merawat klien dengan resiko
b. Mendorong klien untuk berfikir
bunuh diri
positif terhadap diri sendiri
b. Melatih keluarga melakukan cara
c. Mendorong klien untuk menghargai
merawat langsung kepada klien
diri sebagai individu yang berharga
resiko bunuh diri
SP 3 P SP 3 K
1. Membantu keluarga membuat
a. Mengidentifikasi pola koping yang
jadwal aktivitas di rumah termasuk
bisa diterapkan klien
minum obat
b. Menilai pola koping yang bisa
2. Menjelaskan follow up pasien
dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
d. Mendorong klien memilih pola
koping yang konstruktif
e. Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping yang konstruktif
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta: EGC
( ) ( )
NPP. NIM.
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
Abstrak
Abstract
37
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
Article info: Sending on April 20, 2019; Revision May 06, 2019; Accepted
on May 25, 2019
--------------------------------------------
*) Corresponding author:
Email : wulida.litaqia@gmail.com
1. Pendahuluan Bunuh diri dilakukan oleh
Indonesia merupakan salah mereka yang memiliki usia
satu Negara yang memiliki angka produktif, 15-29 tahun. Umumnya
prevalensi kejadian bunuh diri yang individu yang memiliki keinginan
tinggi. Badan Kesehatan Dunia untuk bunuh diri memiliki
(WHO) mengungkapkan pada tahun permasalahan yang tidak dapat ia
2017 di Asia Tenggara khususnya selesaikan dengan baik. Alasan
di Indonesia angka bunuh diri untuk melakukan usaha bunuh diri
mencapai ini didasari oleh beberapa faktor
7.355 atau 0,44 persen dari total seperti semakin tingginya penduduk
kematian yang ada. Tiga dari yang berusia produktif
seratus ribu kematian dikatakan memungkinkan persaingan hidup
akibat dari kejadian bunuh diri dan yang begitu kekat dan erat
membuat Indonesia berada di hubungannya dengan permasalahan
peringkat 172 di dunia (Harian ekonomi. Terjebak dalam rasa sakit
Nasional, 2018). emosional merupakan salah satu
38
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
39
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
40
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
41
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
42
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
618
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
P tu a i apa n menjauh kan diri dari perilaku mengkonsumsi alkohol yang merupakan faktor risiko
e m r s aga g untuk bunuh diri.
r ek k i ma a
a an a p seca j Price., et al (2016) Kuantitatif 144 samples Kuesioner Tokoh
agama perlu memberikan dorongan Sebagian besar penelitian
n is n a ra a
keagamaan dan merekomendasikan
a m s eksp r
melihat tingkat pendalaman penelitian
g e d i lisit a
rutinitas beribadah tentang melihat seberapa kuat
a ko u d me n
pada pasien yang hubungan antara agama dan
m pi k a ng g
memiliki ide bunuh kesehatan mental, termasuk
a ng u l aja g
diri dan dapat dukungan sosial (SS), locus
m in n a r o
mengimplementasi of control (LOC), dan
e di g m an t
kannya dalam penyalahgunaan zat (SA)
m vi a gg a
pemberian dalam menggagalkan ide
u du n k ota u
perawatan pada bunuh diri (SI), dikarenakan
n da o unt n
pasien bunuh diri penelitian- penelitian
g la s m uk t
dengan melibatkan sebelumnya yang dibatasi
k m o u tid u
peran agama. oleh penggunaan sampel non-
i m c n ak k
klinis.
n en i i bu
k an a t nu m
a ga l a h e Krause Kualitatif 3.010 Wawancara Penting untuk melibatkan Banyaknya penelitian yang
n ni s dir m ., et s pendekatan struktur social mengungkapkan bahwa
u str m a i, b al a pada individu dalam spiritual memiliki peranan
n es e g da a (20 m intervensi menangani penting yang erat
t , l a n t 17) p kesehatan mental. hubungannya dengan
u ag a m be a l Membantu individu dalam kesehatan. Beberapa individu
k a l a ber s e koping stress pada suatu menganggap bahwa masalah
m m u , ap i s permasalahan sangat yang dihadapi merupakan
e a i b a a penting. Peran keagamaan tanda bahwa mereka
m m e ag t bisa berbeda dalam
b en p b am a
a a a e a u Jones., et al (2017) Mixed
n w r r me Methode
t
619
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
620
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
tindakan
A atau
i ide
b i y g ktrin).
melakukan
g bunuh
n u l a a Selain
diri, beberapa
a g n i di m itu
caranyam natara
i ulain k k a dimensi
adalahamemberikan
n h i ar bunuh
akses ke komunitas
a d e ( diri
d n i k
yang mendukung, n a lainnya
memberii r e
seseorang a f seperti
keyakinan s i s
n tentang k i (ide,
buruknya
i e . u
bunuh a l usaha,
diri, l s P l n i dan
menyediakan
a e e i a a penyeles
o n t
sumberi harapan, d s aian)
memberikanr carae a a i
a dapat
agar individu
d l n b ,
menyampaikan
a n i a p
g
permasalahannya.
p t d n a
2. a i a y r
t u a l a t
n n a k i
m t s m n s
e u e y i
l k b p a p
i e e di a
n m l n m s
d e u e e i
u l m l n ,
n a n i si d
g k y t d a
i u a i al n
k m a a
k a e n m d
e n m n a o
621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Pitman., Kualitatif, 429 Wawancara Individu yang memiliki pengalaman orang Risiko bunuh diri yang paling besar
et al cross responden terdekat yang meninggal akibat bunuh diri dialami oleh individu dengan
ts
(2017) sectional memiliki penilaian bahwa upaya bunuh pengalaman mengetahui orang
diri yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya yang melakukan tindakan
tersebut merupakan pilihan minoritas bunuh diri ataupun meninggal dengan
yang realistic. Individu tersebut bunuh diri. Pengalaman bunuh diri
menyatakan untuk tidak memilih tindakan memungkinkan seorang individu
bunuh diri dalam mengatasi permasalahan memiliki perubahan sikap terhadap ide
yang ada. bunuh diri dan hal ini perlu untuk
Mengingat sebelumnya terdapat penelitian diselidiki. Kebutuhan dalam memahami
kuantitatif yang mengungkapkan bahwa sikap pribadi individu terhadap individu
pentingnya intervensi pencegahan bunuh yang memiliki pengalaman mengetahui
diri pada individu yang memiliki kejadian kematian bunuh diri ini dapat
pengalaman orang terdekatnya yang diindetifikasi agar dapat
meninggal akibat bunuh diri sangat dikembangkannya intervensi dalam
penting, maka stategi dan managemen pencegahan tindakan bunuh diri.
tertentu diperlukan bagi kelompok
individu tersebut. Luo., yang
et al 1 Terdapat
1 hubungan harus
(2016)
5 yang dimuncul
Kuantit r signifikan kan pada
atif, a e antara alasan individu
cross
s dan harapan yang
sectional
p hidup mengala
study
o terhadap ide/ mi
n upaya bunuh depresi
d diri pada tersebut
e individu. adalah
n Pada dengan
t pengendalian memuncu
s depresi, hal lkan
selanjutnya alasan
dan
620
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
h y B o s e e a gk r p i pada p asien dengan depresi. m an miliki Terdapat
a a u r r n p u a i g dukungan perawta
r n d d g a d p i (L b l jug keluar. an
Kuanti Kuesioner
a b u r a a u n ab a n eC tatif a i a kesehata
p u h e l p n l u i lo i k bai n mental
a n s a a g h an b particip Duku i k
ux ngan k bagi
n u d i mt k i mu e m et ants k dib
keluar para
h i k b a d h s e al., d e an remaja
h o p e p u d a n 20 ga s din
r pentin e yang
i d i e b k p i d r g 16 n e gk perlunya
d i y n e a ri u ) g h an
untuk g keterliba
u r m a e r n d i r a r a a de tan
p i e n l a a i l a meng t ng
hubun n orangtua
. m g i p b p i . a n a an didalam
u t a a a nP s g gkan n me
i anak k nya
n l t i h t de a i e rek untuk
t e a p w i r n remaj m a
i a l menghu
u k l n e a m vl t u e ya bungkan
k a - n e i u d i denga n ng
i n a mereka
h e a n d a n r t kur pada
m p l l j ud n g perbai a an
b kan g perawat
e e b e i a a i k a l g
keseh an
n b a n t s d dk h a n y me
atan tersebut.
g e n e i a i ae a t y
u y l a n l t r menta (H. Li et
r a fisik
r a i n p aa a b lnya. al., 2016)
a Pada orang pada
a k t d e mh p u Mere
p a 15.957 tua dewasa, anak-
n i y a l u a n ka
a k kesulitan
participants anak,
g d a a n i p i n u yang
a keuangan, masalah
i i n n n es h memil
f n keterbatasan dalam
u b h
. g d re h iki
a fungsional, sosial,
p a a u i b i d dukun
c m depresi, kesepian,
a h Tmr n l e d i gan
t e kekurangan dan
a a u r yang
621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
t i i d b n iliki resiko
e k . B s i a u g yang besar
m a u i b n k dalam
p n n k a t d melakukan
a t u o t t i e tindakan
t e h s k i w bunuh diri
ti r o a n t a (Conwell,
n k d s n d e s Van Orden, &
g a i i a l a Caine, 2011;
g it r a p k a Scocco & De
a d i l i a h y Leo, 2002).
l e k n a
p n m y i m n
e g e a r b e g
r a r n a u n
k n u g n n u l
o p p , u n e
t e a k h j b
a m k o r u i
a i a m e d k h
n k n p n i k
s i l c r a t
e r m e a i n u
c a a k n . a
a n s s a T b
r b a , e a l
a u l y r h e
s n a a u d w b
i u h n p a a i
g h g a p h
n d b y a o
i i i m a t r m
f r o e , a e
p l m
622
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
(Aekwarangkoo Kualitatif 2 Interview Dukungan psikososial membantu Depresi merupakan penyebab utama
n, Noonil, & , a case participan mengurangi gejala depresi pasien dan bunuh diri di kalangan orangtua di
ts
Petsirasan, study kemungkinan risiko bunuh diri, serta komunitas pedesaan Thailand.
n.d.) terbukti meningkatkan kesejahteraan
psikologis. Dukungan tersebut terdiri dari Da tersebut.
4 proses; 1) dukungan dan motivasi untuk Wawancara
d Ku Kurangnya
tetap hidup, 2) dorongan untuk memiliki a alit kepercayaan
kehidupan baru, s atif terhadap
3) pemberdayaan untuk perubahan e orang lain,
hidup, dan 4) mengevaluasi proses v respondent
adanya
perubahan. . s kepercayaan
, bahwa
masalah
e harus
t diselesaikan
secara
a mandiri tanpa
l membaginya
ke orang lain,
( menganggap
2 bahwa
0 membagi
1 permasalahan
6 akan
) menyusahkan
orang lain,
dan berbagi
cerita serta
menceritakan
emosi pada
orang lain
merupakan
tanda
kelemahan
pada individu
621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
L i ng a a a a p . d nuh n uhi ide yang
i l gi m n h a a diri e bunuh diri Terdapat berkontr
t i di a g a m d ( , dari g pada laki- perbedaan ibusi
h k ka n me a Y d a tema a laki ide bunuh terhadap
u i re s d i n a i n n- t maupun diri dari ide
a m na e i g d s M a g tema i perempua gender laki- bunuh
n a ka j ba i i a g g n/ f n. laki dan diri pada
i s n a d a t r e s n o orang perempuan, remaja
a a m r a ga i n a o t terde s serta laki-laki
, l as a e a s n , l s a kat, e memungkin dan
m a ya h r i i y n a i adan c kan factor perempu
e h ra y a mk a . h s k ya a yang an.
r b ka a h a e d e gejal r berbeda
u u t n n nc m . d p l a a
p n ya g y a e a ) a e u kece
a u ng tr a n s l n a masa s
k h ce a . md i K a y r n- i
a d nd u P a e n u m a g depre g
n i er m e s r g a k a si, n
r un a r yu - n i i , tingk i
d i g ti l a n m t n t a at f
a y ra s u r g a i t f d kepu i
e a di d n a a s t e i a asan k
r n ka a y kn i a r s n terha a
a g l n a a n t n i y dap n
h r da j t b g i a k a duku
e n a u u f l / ngan m
y l m n n Ln t k m u socia e
a a e g t i u e 5 e e p l, m
n t m k u t h r 4 l n a serta p
g i ili a k h s 5 u t y kopin e
v ki p ud e a a
participants a g n
m e pe a m a i b r l agam g
e t ng n e nr u g p b a a
m i al j m i i t a a u yang r
621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
laki-laki maupun perempuan (Yasien, n.d.). (SSG) yang dapat diterapkan pada pelayanan
Dalam hal ini dukungan keluarga pun kesehatan (Forrester-Jones, Dietzfelbinger,
penting untuk menghubungkan anak/ Stedman, & Richmond, 2018). Dukungan
seseorang dengan perbaikan kesehatan psikososial juga kerap membantu
mentalnya. Mereka yang memiliki mengurangi gejala depresi pasien dan
dukungan yang baik dengan keluarganya kemungkinan risiko bunuh diri, serta
akan memiliki kesehatan mental yang juga terbukti meningkatkan kesejahteraan
baik dibandingkan dengan mereka yang psikologis. Dukungan tersebut terdiri dari 4
kurang memiliki dukungan keluar (LeCloux proses seperti memberi dukungan dan
et al., 2016). motivasi untuk tetap hidup, mendorong
untuk memiliki kehidupan yang baru,
Dukungan ahli agama memberdayakan untuk perubahan hidup,
Perlunya melibatkan tokoh agama serta mengevaluasi proses perubahan
merupakan suatu hal yang dapat (Aekwarangkoon et al., n.d.).
diimplementasikan dalam pencegahan
4. Kesimpulan
perilaku bunuh diri. Hal ini dapat
Dukungan agama dapat menghambat
memberikan dorongan pada individu untuk
individu yang memiliki ide bunuh diri dan
lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan
meningkatkan harapan hidup mereka
meningkatkan rutinitas ibadahnya (Price et
(Lawrence, Brent, et al., 2016). Perawat
al., 2016). Tingkat Suicide Ideation (SI)
dapat melihat hubungan yang
juga dapat diturunkan dengan Private
Religious Practice (PRP) dan Religious kompleks antara merasa dihukum,
Support (RS), dengan menerapkan PRP dan agama dan depresi merasa bahwa
RS ini dapat meminimalisir gejala-gejala ini. Melibatkan orang lain tidak
depresi sehingga pada agama digunakan peran agama menghormati
sebagai target utama dalam intervensi seperti keyakinan
pencegahan bunuh diri (Cole-Lewis et al., membangun agamanya,
2016). Berdasarkan systematic review pertisipasi seringkali pula
mengungkapkan memberikan akses individu dalam mereka
komunitas agama pada individu yang komunitas agama menghubungkan
memiliki ide untuk bunuh diri merupakan akan menjadi cara suatu masalah
hal yang perlu dilakukan yang dimaksudkan mencegah perilaku dengan peristiwa
untuk mendukung harapan hidup mereka. bunuh diri gaib yang ada
Akan tetapi perlu diperhatikan afiliasi (Lawrence, hubungannya
agama tiap individu yang berbeda-beda Oquendo, et al., dengan setan, serta
(Lawrence, Oquendo, et al., 2016). 2016). tidak mampu
Dukungan menemukan
Intervensi psiko-religius agama dapat makna dalam
Masalah kesehatan mental seperti diberikan dengan hidup (Krause et
halnya depresi yang menyebabkan resiko didasari oleh al., 2017).
tindakan bunuh diri ini dapat diatasi dengan individu yang Mencegah resiko
intervensi berupa psikososial dan religious cenderung perilaku bunuh diri
agar dapat memunculkan koping yang baik menganggap tersebut perlu
dalam menyelesaikan permasalahan bahwa sebuah dilakukan agar
individu (Ahmadi & Husain, 2017). masalah yang gangguan kejiwaan
Beberapa intervensi yang diberikan dalam datang padanya seperti halnya
menangani individu dengan beberapa merupakan tanda depresi juga dapat
permasalahan kesehatan mental yang sangat bahwa mereka diturunkan.
beresiko terhadap perilaku bunuh diri merasa ditinggal Analisis ini
tersebut diantaranya Social Spiritual Group oleh Tuhan, menunjukkan
623
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
BMC
Psychiatry a friend or
relative: a
https://doi. qualitative
org/10.1186/s128 study of
88-016-0960-0 the views
Nursalam. of 429
(2016). young
Metodologi bereaved
Penelitian Ilmu adults in
Keperawat the UK.
an:
Pendekata BMC
n Praktis.
Ed. 4. Psychiatry
Jakarta: 17.
Salemba https://doi.
Medika org/10.1186/s128
Pitman, A., Nesse, 88-017-1560-3
H., Yasien, S., n.d.
Morant, Gender
N., Differences In
Azorina, Factors
V., Associate
Stevenson, d With
F., King, Suicidal
M., Ideation
Osborn, Among
D., 2017. Adolescen
Attitudes ts. Pak. J.
to suicide Psychol.
following 16.
the suicide
of
626
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728