Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TENTANG

“RESIKO BUNUH DIRI”

ARNIS ROSITA SYNTIA


NIM. 1120020090

FASILITATOR :
SYIDDATUL BUDURY,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2020

LEMBAR PENGESAHAN
Penyuluham kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit ini dibuat dan disusun sebagai
bukti bahwa mahasiswa melaksanakan penyuluhan pada:
Nama : Arnis Rosita Syntia
NIM : 1120020090
KOMPETENSI : Jiwa
Waktu Pelaksanaan : 14 Desember 2020– 11 Januari 2021

Surabaya, 15 Desember 2020

Mahasiswi

Arnis Rosita Syntia, S.Kep


NIM. 1120020090

Mengetahui

Pembimbing Praktik

Syiddatul Budury,S.Kep.,Ns.,M.Kep
BAB 1
TINJAUAN TEORI

1.1. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan (Stuart dan Sundenn, 1995).
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupann (Herdman, 2012). Individu secara sadar berkeinginan untuk mati,
sehingga melaukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mendefininsikan bunuh diri sebagai tindakan membunuh diri sendiri.
Tindakan itu harus dilakukan dengan sengaja dan dilaukan oleh orang yang bersangkutan
dengan pengetahuan penuh, atau harapan, atau akibat fatalnya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri,
kita menganl tiga macam perilaku bunuh diri yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri
dan percobaan bunuh diri.
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (factor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakan yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka
menikah.

b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)


Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk unuh diri karena
identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (factor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi apabila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa.
Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.

Beberapa hal yang harus diketahui oleh perawat seperti faktor risiko, faktor predisposisi,
faktor presipitsi, tanda dan gejala, dan mekanisme koping.
1. Fator risiko
Faktor risiko dari risiko bunuh diri meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Status pernikahan
Tingkat bunuh diri untuk orang yang tidak menika adalah dua kai lipat dari orang yang
menikah. Sementara itu, orang dengan status bercerai, berpisah, atau janda memiliki
tingkat empat sampai lima kali lebih besar daripada orang menikah.
b. Jenis kelamin
Kecenderungan bunuh diri lebih banyak dilaukan oleh wanita, tetapi tindakan bunuh
diri lebih sering sukses dilakukan oleh pria. Jumlah bunuh diri yang sukses dilakukan
oleh pria adalah sekitar 70%, sedangkan wanita 30%. Hal ini berkaitan dengan
semematikan apa sarana yang digunakan untuk bubuh diri tersebut. Wanita cenderung
overdosis, sedangan pria menggunakan sarana yang lebih mematikan, seperti senjata
api. Perbedaan anatara pria dan wanita ini mungkin juga mencerminkan
kecenderungan perempuan untuk mencari dan menerima bantuan dari teman atau
prifesional, sedangkan pria sering melihat bahwa mencari bantuan merupakan tanda
kelemahan.
c. Agama
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh American Journal of Psychiatry, pria dan
wanita depresi yang menganggp dirinya berafiliasi dengan agama cenderung mencoba
bunuh diri dari pada rekan-rekan nonreligius mereka.
d. Status sosial ekonomi
Individu di kelas sosial tertinggi dan terendah memiliki tingkat bunuh diri lebih tinggi
daripada di kelas menengah (Sadock & Sadock, 2007). Sehubungan dengan pekerjaan,
tingkat bunuh diri dikalangan dokter, seniman, dokter gigi, hukum, petugas penegak
hukum, pengacara, agen asuransi, lebih tinggi.
e. Etnis
Berkenaan dengan etnisitas, statistic menunjukkan bahwa orang kulit putih berada di
risiko tertinggi untuk bunuh diri, diikuti oleh penduduk asli Amerika, orang Amerika
Afrika, Hispanik Amerika (Pusat Nasional Statistik Kesehatan dalam Townsend,
2009).
2. Faktor resiko lainya
Townsend (2009) menyaguan perasaan (depresi berat dan gangguan bipolar) jauh lebih
mungkin untuk melakukan bunuh diri. Gangguan kejiwaan lain yang mungkin menyebabkan
perilaku bunuh diri. Gangguan kejiwaan lain yang mungkin menyebabkan peri laku bunuh
diri, meliputi gangguan penyalaguanaan zat psikoaktif, skizofrenia, gangguan kepribadian,
dan gangguan ansientas. Insomnia berat dikaitkan dengan peningkatan resiko bunuh diri,
meskipun dengan tidak adanya depresi.
Penggunaan alkohol, terutama kombinasi alkohol dan barbiturat meningkatkan resiko
bunuh diri, psikosis, terutama dengan halusinasi perintah (commad hallucination),
menibulkan resiko lebih tinggi dari biasanya. Selain itu, faktor yang turut meningkatkan
resiko bunuh diri adalah penderitaan dengan penyakkit kronis yang menyakitkan atau
melumpuhkan
Remafedi, dkk, via townsend (2009) menemukan fakta bahwa tingkat bunuh pada remaja
homoseksual lebih tinggi dari pada rekan remaja heteroseksal mereka. Resiko yang lebih
tinggi juga dikaitkan dengan riwayat bunuh diri keluarga, terutama pada orang tua dengan
jenis kelamin yang sama. Orang- orang yang telah melakukan usaha bunh diri sebelumnya
beesiko lebih tinggi untuk bunuh diri sebelumnya beresiko lebih tinggi untuk bunuh diri,
sekitar setengah dari indivisuyang bunuh diri sebelumnya telah hidup itu tidak mungkin tanpa
peritu, rasa bersalah dan pembenaran diri adalah aspek lain dari keputusan. Komponen efektif
ini di temukan pada veteran dengan gangguan stres pascatrauma yang menunjukkan prilaku
bunuh diri ( carrol-ghosh,dkk, dalam townsend 2009)
3. Faktor predisposisi
a. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tida dapat menghindari stress.
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusan.
e. Tangisan minta tolong.
Lima dominan faktor risiko menujang pada pemahaman perilau destruktif diri sepnjang siklus
kehidupan, yaitu sebagai berikut.
a. Diagnosa psikiatri
b. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyait jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuka
individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.
c. Sifat kepribadian
d. Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besar dengan besarnya risiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan , implusif, dan depresi.
e. Lingkungan psikososial
f. Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosia merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
g. Riwayat keluarga
h. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko penting
untuk perilau destruktif.
i. Faktor biokimia
j. Data menunjukkan bahwa scara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergic menjadi
media proses yang dapat menimbulkan perilau merusa diri.

4 . Faktor Presipitasi

a. Psikososial dana klinik


1) Keputusasaan
2) Ras kulit putih
3) Jenis kelamin laki-laki
4) Usia lebih tua
5) Hidup sendiri
b. Riwayat
1) Pernah mencoba bunuh diri
2) Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
3) Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat
c. Diagnostis
1) Penyakit medis umum
2) Psikosis
3) Penyalahgunaan zat
5. Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan kultural. Durkhelim
membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri. Bedasarkan motivasi sesorangterdapat tiga
kategori bunuh diri, yaitu:
a. Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
b. Bunuh dirialtruistik
akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
c. Bunuh diri anomik
akibat lingkungan tidak dapat memberikann kenyamanan bagai individu.

6 . Mekanisme Koping
Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilangan batas realita, menarik
dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem pendukung, melihat diri sebagai orang
yang secara total tidak berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan
perilaku pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran (denial). Sementara itu,
mekanisme koping yang paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
1.2. Etiologi

Pada umumnya, penyebab utama dari bunuh diri adalah ketidakmampuan individu untuk
menyelesaikan masalah. Etiologi dari risiko bunuh diri meliputi :
1. Faktor genetik
Faktor genetic mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri pada keturunannya. Lebih
sering terjadi pada kembar monozygot dari pada kembar dizygot. Disamping itu,
terdapat penurunan serotonin yang dapat menyebabkan depresi. Hal ini turut
berkontribusi pada terjadinya risiko bunuh diri. Prevalensi bunuh diri berkisar antara
1,5-3 kali lebih besar terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari
orang yang mengalami depresi yang pernah melaukan upaya bunuh diri.
2. Faktor biologis
Faktor ini biasanya berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu, seperti adanya
penyakit kronis atau kondisi medis tertentu, seperti stroke, gangguan kerusakan
kognitif (dimensia), diabetes, penyakit arteri koroniaria, kanker, HIV/AIDS, dll.
3. Faktor psikososial
Berdasarkan teori psikoanalitik/psikodinamika, bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu bahwa kehilangan abjek berkaitan
dengan aresi dan kemarahan, perasaan negative terhadap diri sendiri dan terakhir
depresi. Sementara itu, berdasarkan teori perilaku kognitif, Beck mengatakan bahwa
hal ini berkaitan dengan adanya pola kognitif negative yang berkembang, memandang
rendah diri sendiri.
4. Stressor lingkungan
Kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sisitem dukungan sosial.
Durkheim membagi suicide ke dalam 3 kategori, yaitu: egoistic (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok sosial), altruistic (melaukan bunuh diri utuk kebaikan
orang lain), dan anomic (bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
Penyebab terjadinya bunuh diri, dari masing-masing golongan usia :
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu di kritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Di hokum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
3. Pada dewasa
a. Self-ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik
d. Kehilangan penghargaan dan kasih saying orang tua
e. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan fungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi social
e. Kehilangan ganda )seperti pasangan, pekerjaan, dan kesehatan)
f. Sumber hidup berkurang
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan klien yang
menunjukkan keingginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup didukung dengan data hasil
wawancara dan observasi. Data yang digunakan adalah data
a. data subjektif
klien mengungkapkan tentang :
1) mersa hidupnya tak lagi berguna
2) ingin mati
3) pernah mencoba bunuh diri
4) mengancam bunuh diri
5) merasa bersalah, sedihmarah, putus asa, tidak berdaya
b. data objektif

data objektif resiko bunuh diri adalah :

1) ekspresi murung
2) tak bergairah
3) banyak diam
4) ada bekas percobaan bunuh diri

1.3. Kategori Risiko Bunuh Diri

Risiko bunuh diri terdiri dari 3 kategori yaitu :


1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri di tunjukkan dengan perilau tida langsung (gelagat) ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan “tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Pada kondisi ini mungkin
klien suda memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tida disertai dengan
ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan,
seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tida berdaya. Klien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan risiko
bunuh diri.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman buuh diri umumnya diungkapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri hidup dan persiapan alat untuk
melaksanakan hal tersebut. Secara aktif, klien telah memikirkan bunuh diri. Walaupun
dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, penggawasan ketat harus
dilaukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan
rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupan. Pada kondisi ini, klien atif mencoba bunuh diri dengan
berbagai cara. Beberapa cara bunuh diri antara lain, gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

Pada dasarnya , segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat(ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alas an atau
sebab tindakan yang disebut motif. Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Golongan
dalam kategori sebab, misalkan :
1. Dilanda keputusan dana depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
3. Gangguan kejiawaan/ tidak waras (gila)
4. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta/ iman/ ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
Penilaian Risiko Bunuh Diri berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi :
Variabel Resiko Tinggi Resiko Rendah
Sifat demografik &
sosial >45 tahun <45 tahun
a. Usia Laki-laki Wanita
b. Jenis kelamin Cerai atau duda Menikah
c. Status mental Pengangguran Bekerja
d. Pekerjaan Konflik Stabil
e. Hubungan Kacau atau konflik Stabil
interpersonal
f. Latar belakang
keluarga
Kesehatan Kesehatan baik
a. Fisik Penyakit kronis,
b. Mental pemakaian zat yang
berlebih, hipokondriak
Depresi berat, psiskosis Penggunaan zat rendah
Gangguan kepribadian Depresi ringan
berat Neurosis
Penyalahgunaan zat Optimisme
Putus asa
Aktivitas bunuh diri
a. Ide bunuh diri Sering, berkepanjangan, Jarang, rendah
kuat
a. Usaha bunuh diri a. Usaha berulang kali a. Usaha pertama
b. Direncanakan b. Impulsive
c. Penyelamatan tidak c. Penyelamatan tak
mungkin terhindarkan
d. Keinginan yang tidak d. Keinginanan utama untuk
ragu untuk mati berubah
e. Komunikasi di e. Komunikasi di
internalisasikan eksternalisasikan
(menyalahkan diri f. Metode di ekstralisasikan
sendiri) g. Metode dengan letalitas
f. Metode mematikan dan rendah
tersedia
Sarana
a. Pribadi a. Pencapaian buruk a. Pencapaian baik
b. Tilikan buruk b. Penuh tilikan

a. Sosial a. Afek tak ada atau a. Afek tersedia dan


terkendali buruk terkendali
b. Repport buruk b. Repport baik
c. Terisolasi social c. Terintegrasi secara social
d. Keluarga tidak d. Keluarga yang
responsif memperhatikan

1.4. Rentang Respons Proteksi Diri


Adaptif Maladaptif
Peningkatan diri pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
destruktif Destriktif diri tak langsung pencederaan diri bunuh diri
Keterangan :
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu mempunyai penghargaan, keyakinan, dan
kesadaran diri meningkat. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
2. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan merupakan posisi pada rentang
yang masih normal dialami oleh seorang individu yang sedang dalam perkembangan
perilaku.
3. Destruktif diri tak langsung merupakan pengambilan sikap yang kurang tepat
(maladaptive) terhadap siuasi pemertahanan diri. Perilaku ini melibatkan setiap
aktivitas yang merusa kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah pada
kematian, seperti perilaku nerusak, mengebut, berjudi, tindakan criminal, terlibat
dalam rekreasi beresiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilau yang menyimpang secara
sosial, dan perilau yang menimbulkan stress.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang dilaukan
dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa banyuan orang
lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
Tahapan Resiko Bunuh Diri
1. Suicide ideation
Pada tahap ini merupakan proses kontemplasi dari suicide, atau sebuah metode yang
digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak di tekan. Walaupun pikiran tentang keinginan
untuk mati.
2. Suicide intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit
untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicide theat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam,
bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicide gesture
5. Pada tahap ini klien menunjukkan prilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan
untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini umumnya tidak
mematikan. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan
hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk
hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap
ini sering dinamakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan
stress yang tidak mampu diselesaikan
1.5. Penatalaksanaan
1. Penatalakaan medis
Penatalaksaan medis yang dapat dilakukan pada klien risiko bunuh dirisalah satunya
dengan terapi farmakologi. Obat-obatan yang bias digunakan pada klien risiko bunuh
diri adalah SSRI(selective serotonine reuptake inhibitor) fluoksetin (20mg/hari per
oral), venlafaksin (75-225mg/hari per oral), nefazodon (300-600mg/hari peroral),
trazodon (200-300mg/hari per oral), bupropion (200-300mg/hariper oral). Obat-obat
tersebut sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis.
Mekanisme kerja obat tersebut bereaksi dengan neurotransmitter monoamine di otak
khususnya noraprenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmitter ini dilepas di seluruh
otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan, perhatian, mood, proses
sensori, dan nafsu makan.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Melindungi
Merupakan intervensi paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya.
Intervensi yang dapat dilakukan ialah tempatkan klien di tempat yang aman,
bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani klien terus menerus
sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman, dan jauhkan dari benda
yang berbahaya.
b. Meningkatkan harga diri
Bantu klien mengekspresikan perasaan positif maupun negatif, berikan pujian
atau penghargaan untukhal yang positif.
c. Menguatkan koping yang konstrukstif
Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif, dan koping yang
destruktif lakukan modifikasi atau ajari koping baru.
d. Menggali perasaan
Bantu klien mengenali perasaannya, mencari faktor predisposisi dan
presipitasi yang mempengaruhi perilaku klien.
e. Menggerakkan dukungan sosial
Keluarga, teman dekat,atau lembaga pelayanan dimasyarakat agar
dapatmengontrol perilaku klien.
1.6. Proses Terjadinya Perilaku Bunuh Diri

Motivasi Niat Penjabaran Krisis bunuh diri Tindakan Bunuh


gagasan Diri

Hidup atau mati


Konsep bunuh 1. Jeritan minta tolong
diri 2. Cacatan bunuh diri

Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi
untuk bunuh diri dengan berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri,
mengembangkan gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri. Oleh karena itu,
adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus
mendapatkan perhatian serius. Sekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat psien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat yang
salah ) tentang bunuh diri.

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

2.1. Pengkajian
Pengkaian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien dan keluarga (pelau
perawat).
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnose medis, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa sikap percobaan bunuh diri, komunikasi dengan keluarga kurang,
tidak mampu berkonsentrasi dan merasa tidka yakin melangsungkan hidup.
c. Factor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinngi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
e. Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
b. Identitas diri
c. Peran diri
d. Harga diri
3. Hubungan sosial
4. Spiritual

f. Status mental
1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motoric
4. Afek dan emosi
5. Interaksi selama wawancara
6. Persepsi sensori
7. Proses piker
8. Tingkat kesadaran
9. Memori
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Mudah beralih
b. Tidak mampu berkonsentrasi
c. Tidak mampu berhitung
11. Kemampuan penialian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan
Berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan maka klien dapat
mengambil keputusan
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna
c. Berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan
atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan maka klien tidak dapat
mengambil keputusan
12. Gangguan titik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
g. masalah psikologis dan lingkungan
pasien mendapat perilaku yang tidka wajar dari lingkungannya seperti di bully, di ejek
dll.
h. Pengetahuan
Kurag pengetahuan dalam hal mencari bantuan, factor predisposisi, kooping
mekanisme dan sistem pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit pasien semakin
berat.
2.2. Diagnosis Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian, perawat dapat merumuskan diagnose keperawatan


berdasarkan tingkat risiko dilakukannya bunuh diri.
Pohon Masalah :

Risiko cedera / kematian.

Risiko bunuh diri

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah kronis
Koping keluarga & individu tidak
efektif

a. Resiko Bunuh Diri


b. HDR
c. Gangguan konsep diri
d. Koping individu tak efektif
e. Koping keluarga tak efektif

2.4. Evaluasi
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melaukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan
selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan serta
dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyrat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan hal berikut.
a. Pasien mampu mengungkapkan perasaan
b. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
c. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan melaukan hal-hal berikut.
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b. Keluarga mampu memperagakan kembai cara-cara melindungi anggota keluarga yang
berisiko bunuh diri.
c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat
anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. A
Alamat : Jl. Tupai No. 4 Blok E
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Peran dalam keluarga : Anak Pertama
Pekerjaan : Mahasiswa

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sudah putus asa ingin mengakhiri hidupnya.

Masalah Keperawatan :
Resiko Bunuh Diri

3. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


Pasien sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit apapun
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (KRONOLOGIS)


Pasien saat diberi pertanyaan oleh perawat hanya terdiam saja dan tidak mau menjawab,
setelah beberapa saat kemudia pasien mulai mau memberikan jawaban bahwa pasien
mengatakan berkali-kali mengikuti loma tidak pernah menang, lalu terakhir kali kemarin usai
mengikuti lomba dan sudah bekerja keras lalu keinginan untuk menang sangat besar, karena
jika menang akan mendapatkan hadiah yang besar dan hadiah tersebut akan digunakan untuk
melunasi hutang keluarga, akan tetapi saat pengumuman pasien tidak menang, kemudian
pasien merasa kesal, marah dan tidak terima dengan hasil lomba tersebut, pasien mengatakan
bahwa tidak mau bercerita ke siapapun bahkan ke orang tuanya sekalipun dikarenakan pasien
pernah bercerita dan keluarganya memarahi dan mengucilkan pasien, sejak saat itulah pasien
tidak mau bercerita ke keluarganya, dan karena tidak memenangkan lomba tersebut pasien
merasa bahwa mengecewakan dan merasa hidupnya tidak berarti dan tidak berguna lagi, dan
ingin mengakhiri hidupnya. Pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat
tangannya dan mau gantung diri tetapi pasien tidak yakin dengan tindakannya tersebut..
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak efektif dan Resiko Bunuh Diri

5. STATUS MENTAL
a. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
TD = 110/70 mmHg N = 88 x/menit S = 36o RR = 18 x/menit
2. Antopometri
TB = 162cm BB = 55 kg IMT = 24
3. Keluhan fisik :  Ya √ Tidak
Pasien terlihat diam, termenung dan tatapannya kosong
Masalah keperawatan : Harga diri rendah kronis

b. Penampilan
Rapi seperti biasa
Jelaskan :
Sdr. A berpakaian rapi seperti biasa
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Kesadaran
Pasien mengatakan bahwa tidak ada yang aneh dan biasa saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Pembicaraan
Pasien tidak mau berhenti bicara dengan nada kesal dan terisak

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronis


6. KEADAAN AFEK
Afek Datar
Sdr. A saat berbicara hanya menunduk saja dan tidak mau menoleh ke arah
siapapun
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

7. PROSES BERFIKIR
Pasien saat menjelaskan pembicaraannya selalu fokus dan tidak ada
hambatan
Masalah Keperawatan : Tidak ada

8. PERSEPSI
Pasien mengatakan bahwa jika bercerita ke keluarganya keluarganya akan
mengucilkannya, dan pasien tidak mau bercerita kepada siapapun.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga tidak efektif

9. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


a. Risiko Bunuh Diri
b. Harga diri rendah kronis
c. Isolasi Sosial
d. Koping keluarga tidak efektif
e. Individu tidak efektif

10. POHON MASALAH


Risiko bunuh diri

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah kronis

Koping keluarga & individu


tidak efektif
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Data
1 Resiko bunuh diri b.d masalah sosial d.d pasien mengatakan ingin
bunuh diri karena sudah mengecewakan diir sendiri dan keluarganya,
serta seringnya mengikuti lomba tetapi tidak pernah menang
sekalipun, pasien pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri
dengan menyayat tangannya. Pasien terlihat murung dan terdiam,
terlihat di tangannya ada bekas sayatan.
12. RENCANA TINDAKAN
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus

Perencanaan Intervensi Rasional


Tujuan Kriteria Hasil

TUK 1 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
2. Menunjukkan rasa senang dengan mengungkapkan prinsip merupakan dasar untuk
Klien dapat 3. Ada kontak mata komunikasi terapeutik : kelancaran hubungan interaksi
menjalin dan 4. Mau berjabat tangan a. Sapa klien dengan ramah, baik selanjutnya
membina 5. Mau menyebutkan nama verbal maupun non verbal
hubungan saling 6. Mau menjawab salam, b. Perkenalkan diri dengan sopan
percaya 7. Klien mau duduk c. Tanyakan nama lengkap klien dan
berdampingan dengan nama panggilan yang disukai klien
perawat d. Jelaskan tujuan pertemuan
8. Mau mengutarakan e. Jujur dan Menepati janji
masalah yang dihadapi f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
TUK 2 Klien terlindung dari perilaku2.1. Modifikasi lingkungan klien Diketahuinya penyebab yang
Klien dapat bunuh diri a. Jauhkan klien dari benda-benda akan dapat dihubungkan
melindungi diri yang dapat digunakan untuk dengan resiko bunuh diri yang
dari perilaku bunuh diri dialami oleh pasien
bunuh diri b. Tempatkan klien diruangan
yang nyaman dan mudah
terlihat oleh perawat
2.2. Awasi klien secara ketat setiap
saat
2.3. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan bunuh
diri
TUK 3 1. Klien dapat meningkatkan 3.1. Bantu klien mengeksplorasikan Terbiasa dengan
harga dirinya perasaan mengungkapkan perasaannya
Klien dapat 2. Klien dapat a. Biarkan klien mengungkapkan dengan baik dan benar
meningkatkan mengidentifikasi aspek perasaannya
harga diri positif yang dimiliki b. Ajak klien untuk berbincang-
3. Klien dapat membuat bincang mengenai perasaannya
rencana yang realistis di namun tidak memkasa
masa yang akan datang 3.2. Identifikasi aspek positif yang
dimiliki klien
3.3. Bantu mengidentifikasi sumber
harapan
3.4. Bantu klien merencanakan
masa depan yang realistis
TUK 4 4.1.Klien dapat menyebutkan 4.1. Diskusikan kegiatan fisik yang Pasien dapat mengalihkan
contoh pencegahan biasa dilakukan klien percobaan bunuh diri dengan
bunuh diri secara fisik 4.2. Beri pujian atas kegiatan fisik kegiatan yang lebih
Klien dapat a. Tarik napas dalam klien yang biasa dilakukan bermanfaat
mendemonstrasika 4.2.Klien dapat 4.3. Diskusikan satu cara fisik yang
n cara fisik untuk mendemonstrasikan cara paing mudah dilakukan untuk
mencegah bunuh fisik untuk mencegah mencegah perilaku bunuh diri
diri perilaku bunuh diri yaitu : tarik napas dalam
4.3.Klien mempunyai jadwal 4.4. Diskusikan cara melakukan
untuk melatih cara napas dalam dengan klien
pencegahan fisik yang 4.5. Beri contoh klien tentang cara
telah dipelajari menarik napas dalam
sebelumnya 4.6. Minta klien untuk mengikuti
4.4.Klien mengevaluasi seperti contoh sebanyak 5 kali
kemampuan dalam 4.7. Beri pujian positif atas
melakukan cara fisik kemampuan klien
sesuai jadwal yang telah
disusun

TUK 5 5.1.Klien dapat menyebutkan 5.1. Diskusikan cara bicara yang Pasien dapat berbicara dengan
Klien dapat cara bicara (verbal) yang baik dengan klien baik dan benar
mendemonstrasika baik dalam mencegah 5.2. Beri contoh cara bicara yang
n cara sosial untuk bunuh diri baik
mencegah bunuh a. Meminta dengan baik 5.3. Meminta klien klien mengikuti
diri b. Menolak dengan baik contoh cara bicara yang baik
c. Mengungkapkan a. Meminta maaf yang baik “saya
perasaan dengan baik minta maaf atas kesalahan
5.2.Klien dapat saya”
mendemonstrasikan cara b. Menolak dengan baik “maaf,
verbal yang baik saya tidak bisa melakukan
5.3.Klien mempunyai jadwal karena saya ada kegiatan lain”
untuk melatih berbicara c. Mengungkapkan perasaan
dengan baik “saya kesal, karena permintaan
a. Klien melakukan saya tidak dituruti”
evaluasi terhadap 5.4. Minta kien untuk mengulangi
kemampuan cara 5.5. Beri pujian atas keberhasilan
bicara yang sesuai klien
dengan jadwal yang
telah disusun
TUK 6 6.1.klien dapat menyebutkan 6.1. Diskusikan dengan klien Pasien dapat mengetahui
Klien jenis, dosis, dan waktu tentang jenis obat yang nama, jenis, waktu dan
mendemonstrasika minum obat, serta dikonsumsinya (nama, warna, manfaat dari obat yang
n kepatuhan manfaat dari obat ukuran), waktu minum obat (jika 3 dikonsumsi
minum obat untuk 6.2.klien mendemontrasikan kali berarti pukul 07.00, 13.00, dan
mencegah bunuh kepatuhan minum obat 19.00), cara minum obat
diri sesuai jadwal yang sudah 6.2. Dengan klien tentang manfaat
ditetapkan minum obat secara teratur
6.3.klien mengevaluasi a. Beda perasaan sebelum dan
kemmapuan dalam sesudah minum obat
mematuhi minum obat b. Jelaskan bahwa dosisi obat
hanya boleh diubah oleh dokter
c. Jelaskan mengenai akibat
minum obat yang tidak teratur
misa penyakit kambuh
6.3. Diskusikan tentang proses
minum obat :
a. Klien meminta obat kepada
perawat ( jika di rumah sakit)
b. Klien memeriksa obat sesuai
dosis
c. Klien minum obat pada waktu
yang tepat
6.4. Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat dengan
mengisi jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
6.5. Validasi pelaksanaan minum
obat
6.6. Beri pujian atas keberhasilan
klien

TUK 7 7.1. klien mengikuti tak : 7.1. Anjurkan klien untuk ikut Pasien dapat mengikuti
Klien dapat stimulasi persepsi tak:stimulasi persepsi pencegahan kegiatan dengan harapan dapat
mengikuti tak pencegahan bunuh diri bunuh diri menurunkan resiko bunuh diri
stimulasi persepsi 7.2. klien mengikuti 7.2. Klien mengikuti tak:stimulasi
pencegahan bunuh tak:stimulasi persepsi persepsi pencegahan bunuh diri
diri pencegahan bunuh diri (kegiatan mandiri)
7.3. Klien mempunyai 7.3. Diskusikan dengan klien
jadwal melakukan tentang kegiatan selama tak
evaluasi terhadap 7.4. Fasilitas klien untuk
pelaksanaan tak mempraktikkan hasil kegiatan tak
dan beri pujian atas
keberhasilannya
7.5. Diskusikan dengan klien
tentang jadwal tak
7.6. Masukkan jadwal tak ke dalam
jadwal keiatan harian
7.7. Beri pujian atas kemampuan
klienmengikuti tak
7.8. Tanyakan kepada klien
‘bagaimana perasaan anda setelah
ikut tak”
TUK 8 8.1. Keluarga dapat 8.1. Identifikasi kemampuan Keterlibatan keluarga sangat
Klien mendemonstrasikan cara keluarga dalam merawat klien mendukung terhadap proses
mendapatkan merawat klien sesuai dengan yang telah penurunan resiko bunuh diri
dukungan keluarga dilakukan keluarga selama ini
dalam melakukan 8.2. Jelaskan keuntungan peran
cara pencegahan serta keluarga dalam merawat
bunuh diri klien
8.3. Jelaskan cara-cara merawat
klien
a. Terkait dengan munculnya
bunuh diri
b. Dikap dan bicara
c. Membantu mengenal penyebab
bunuh diri dan pelaksanaan
pencegahan bunuh diri
d. Bantu keluarga untuk
mendemonstrasikan cara
merawat klien
e. Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi
f. Anjurkan keluarga
mempraktikkan pada klien
selama dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang
kerumah

13. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi Paraf
18 Desember 1. Melakukan BHSP S: ARNIS
2020 2. Menanyakan nama lengkap, umur, dan nama 1. Pasien mengatakan mau untuk di
08.00 panggilan wawancarai
3. Menanyakan maksud pertemuan 2. Pasien mengatakan dengan benar
4. Menanyakan penyebab bunuh diri identitasnya
3. Pasien mengatakan bahwa yang
menjadi penyebab bunuh diri adalah
ketika mengingat masa lalunya

O:
1. Pasien kooperatif
2. Pasien mau menjawab pertanyaan
perawat
3. Pasien menjawab dengan benar
4. Pasien ada kontak mata dengan
perawat

A:
Masalah teratasi

P:
Kontrak waktu dengan pasien untuk
pertemuan selanjutnya
18 Desember 1. Melatih dan mengajarkan cara berbicara dengan S: ARNIS
2020 baik 1. Pasien mengatakan senang saat
10.00 2. Melatih dan mengajarkan cara mencegah dan diberikan penjelasan
mengendalikan dorongan bunuh diri dengan tarik 2. Pasien mengatakan mampu mengikuti
napas cara yang perawat ajarkan
3. Melatih dan mengajarkan kepada pasien bahwa 3. Pasien mengatakan bahwa ada
dirinya sangat berharga rencana kedepannya agar
kehidupannya lebih baik
4. Pasien mengatakan bahwa tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi

O:
1. Pasien terlihat mampu menirukan apa
yang diajarkan perawat
2. Pasien kooperatif
3. Pasien ada kontak mata dengan
perawat
4. Pasien mulai mau menyadari dirinya
sendiri
5. Pasien menyadari bahwa dirinya
berharga
6. Pasien berbicara pelan sekali

A:
Masalah teratasi

P:
Kontrak waktu dengan pasien untuk
melanjutkan intervensi
18 Desember Melatih pasien untuk melakukan kegiatan spiritual S: ARNIS
2020 seperti sholat, dzikir dan berdoa kepada Allah SWT 1. Pasien mengatakan bahwa saat setelah
13.00 kejadian itu pasien enggan
beribahadah
2. Pasien mengatakan mau untuk
melakukan kegiatan spiritual
3. Pasien kooperatif
O:
1. Pasien terlihat bersemangat dan tidak
terlihat murung lagi
2. Pasien kooperatif
3. Pasien mau mengikuti saran dari
perawatn

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Pasien Keluarga
SP 1 P SP 1 K
a. Mendiskusikan masalah yang
a. Membina hubungan saling percaya
dirasakan keluarga dalam merawat
kepada klien
pasien
b. Mengidentifikasi benda-benda yang
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
dapat membahayakan klien
gejala resiko bunuh diri, dan jenis
c. Mengamankam benda-benda yang
perilaku bunuh diri yang dialami
dapat membahayakan klien
klien beserta proses terjadinya
d. Melakukan kontrak treatment
c. Menjelaskan cara-cara merawat
e. Mengajarkan cara mengendalikan
klien resiko bunuh diri
dorongan bunuh diri
f. Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri

SP 2 P SP 2 K
a. Melatih keluarga mempraktikkan
a. Mengidentifikasi aspek positif klien
cara merawat klien dengan resiko
b. Mendorong klien untuk berfikir
bunuh diri
positif terhadap diri sendiri
b. Melatih keluarga melakukan cara
c. Mendorong klien untuk menghargai
merawat langsung kepada klien
diri sebagai individu yang berharga
resiko bunuh diri
SP 3 P SP 3 K
1. Membantu keluarga membuat
a. Mengidentifikasi pola koping yang
jadwal aktivitas di rumah termasuk
bisa diterapkan klien
minum obat
b. Menilai pola koping yang bisa
2. Menjelaskan follow up pasien
dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
d. Mendorong klien memilih pola
koping yang konstruktif
e. Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping yang konstruktif
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta: EGC

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: PT Refika Aditama.

Riyardi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


GRAHA ILMU

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Perss

Yusuf, A H, Dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta


Selatan: Salemba Medika
Kota, Tanggal Mengetahui,
Preceptor, Mahasiswa,

( ) ( )

NPP. NIM.
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

PERAN SPIRITUALITAS DALAM MEMPENGARUHI


RESIKO PERILAKU BUNUH DIRI: A LITERATURE
REVIEW

Wulida Litaqia & Iman Permana


Magister Ilmu Keperawatan Program Pascasarjana, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantiro, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta

Abstrak

Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian yang kerap


terjadi pada individu yang memiliki masalah gangguan mental.
Bunuh diri dapat berawal dari depresi yang terjadi dalam diri
penderita. Aspek spiritual seringkali dihubungkan dengan
pencegahan perilaku bunuh diri. Beberapa penelitian terkait telah
menjelaskan bagaimana dukungan spiritual dapat mengurangi
tingkat depresi pada individu. Literature review ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peran spiritual dalam mempengaruhi resiko
perilaku bunuh diri pada orang dewasa. Penulisan jurnal ini
menggunakan pendekatan studi literatur yang berasal dari
beberapa database, yaitu EBSCO, PROQUEST, PubMed, dan
Google Cendekia (Google Scholar) dengan menggunakan kata
kunci ‘spiritual support’ OR ‘religious support’ AND ‘risk of
suicide’ OR ‘suicide attempt’ AND ‘adults’. Menyaring dari
159.320 jurnal dan berhasil mendapatkan 14 jurnal terkait.
Menggunakan kriteria inklusi yang mencakup sumber literatur
yang diambil mulai tahun 2015 sampai dengan 2018, menggunakan
bahasa inggris, kesesuaian kata kunci penulisan, keterkaitan hasil
penulisan literatur dengan pembahasan yang diangkat Terdapat 4
tema yang ditemukan dalam telaah literatur ini, yaitu faktor- faktor
yang menyebabkan ide bunuh diri, pengalaman bunuh diri dari
orang terdekat, dukungan ahli agama terhadap resiko perilaku
bunuh diri, serta intervensi psiko-religius. Masalah kesehatan
mental seperti depresi dapat dicegah dengan melibatkan peran
agama didalamnya. Peran perawat dalam hal ini sangat penting
dalam mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ide bunuh diri
muncul serta membantu memberikan intervensi pencegahan resiko
perilaku bunuh diri dengan mendorong aspek keagamaannya.

Kata Kunci: dukungan spiritual, dukungan agama, risiko bunuh diri,


upaya bunuh diri, orang dewasa

Abstract

[How Spirituality Might Influence Risk of Suicide and/or Suicide


Attempt: A Literature Review]. Suicide is one of the causes of
death that often occurs in individuals who have mental disorders.
Suicide can start from depression that occurs in the sufferer.

37
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

Spiritual aspects are often associated with prevention of suicidal


behavior. Several related studies have explained how spiritual
support can reduce the level of depression in individuals. This
literature review aims to find out how the spiritual role in
influencing the risk of suicidal behavior in adults. Writing this
journal uses a literature study approach that comes from several
databases, namely EBSCO, PROQUEST, PubMed, and Google
Scholar (Google Scholar) using the keywords' spiritual support
'OR' religious support 'AND' risk of suicide 'OR' suicide attempt
'AND' adults'. Filter out of 159,320 journals and managed to get 14
related journals. Using inclusion criteria that include literary
sources taken from 2015 to 2018, using English, suitability of
writing keywords, the relevance of the results of literature writing
with the discussion raised There are 4 themes found in this
literature review, namely the factors that led to the idea suicide,
suicide experience from the closest person, religious expert support
for the risk of suicidal behavior, and psycho-religious intervention.
Mental health problems such as depression can be prevented by
involving the role of religion in it. The role of nurses in this case is
very important in knowing the factors that cause suicide ideas to
emerge and help provide interventions to prevent the risk of
suicidal behavior by encouraging its religious aspects.

Keywords: spiritual support, religious support, risk of suicide, suicide


attempt, adults

Article info: Sending on April 20, 2019; Revision May 06, 2019; Accepted
on May 25, 2019

--------------------------------------------
*) Corresponding author:
Email : wulida.litaqia@gmail.com
1. Pendahuluan Bunuh diri dilakukan oleh
Indonesia merupakan salah mereka yang memiliki usia
satu Negara yang memiliki angka produktif, 15-29 tahun. Umumnya
prevalensi kejadian bunuh diri yang individu yang memiliki keinginan
tinggi. Badan Kesehatan Dunia untuk bunuh diri memiliki
(WHO) mengungkapkan pada tahun permasalahan yang tidak dapat ia
2017 di Asia Tenggara khususnya selesaikan dengan baik. Alasan
di Indonesia angka bunuh diri untuk melakukan usaha bunuh diri
mencapai ini didasari oleh beberapa faktor
7.355 atau 0,44 persen dari total seperti semakin tingginya penduduk
kematian yang ada. Tiga dari yang berusia produktif
seratus ribu kematian dikatakan memungkinkan persaingan hidup
akibat dari kejadian bunuh diri dan yang begitu kekat dan erat
membuat Indonesia berada di hubungannya dengan permasalahan
peringkat 172 di dunia (Harian ekonomi. Terjebak dalam rasa sakit
Nasional, 2018). emosional merupakan salah satu

38
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

gejala pada individu yang memiliki bertujuan untuk membahas tentang


keinginan bunuh diri, dan ini bagaimana peran spiritual yang
menjadi target utama intervensi dapat menurunkan resiko bunuh diri
yang perlu diperhatikan (S. Li et al., pada individu.
2018).
Penelitian memaparkan 2. Metode
bagaimana peran agama perlu untuk Studi literatur (literature
dilibatkan dalam intervensi review) merupakan cara yang
pencegahan resiko perilaku bunuh digunakan dalam mengumpulkan
diri. Sebuah penelitian data dan sumber-sumber yang
mengungkapkan resiko bunuh diri terkait dengan topik/ tema yang
dapat diturunkan dengan melibatkan akan dibahas dalam suatu penulisan.
peran keyakinan spiritual atau Sumber-sumber yang digunakan
keagamaan pada diri individu dalam penulisan studi literatur ini
sehingga tingkat kesehatan mental berasal dari 14 artikel ilmiah
pun menjadi lebih baik dan dengan menggunakan beberapa
keyakinan spiritual ini seringkali database seperti EBSCO,
dikaitkan dengan resiko perilaku PROQUEST, PubMed, dan Google
bunuh diri yang lebih rendah serta Cendekia. Kata kunci (keywords)
dapat meningkatkan status yang digunakan dalam pencarian
kesehatan mental yang lebih baik literatur yang terkait topik ini ialah
(Loureiro, de Rezende Coelho, “spiritual support” OR “religious
Coutinho, Borges, & Lucchetti, support” AND “risk of suicide” OR
2018). Literature review ini “suicide attempt” AND “adults”.
Metode yang digunakan dalam
penulisan studi literatur adalah
kegiatan dalam mengumpulkan data
pustaka, membaca, mencatat dan
mengelola sumber yang didapat
menjadi sebuah tulisan (Zed, 2008:3
dalam Nursalam 2016). Penggunaan
data dalam penulisan literature
review ini berasal dari konsep-
konsep teori penelitian yang diteliti.
Pengumpulan data dilakukan
dengan menyaring 159.320 sumber
literatur menjadi 14 literatur terkait
yang menjadi pembahasan dalam
penulisan literature review.
Terdapat kriteria inklusi dan
eksklusi yang digunakan dalam
menyaring literatur yang sesuai
dengan topik yang diambil. Adapun
kriteria yang ditentukan adalah
sumber literatur yang diambil mulai
tahun 2015 sampai dengan 2018,
menggunakan bahasa inggris,
kesesuaian kata kunci penulisan,

39
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

dan keterkaitan hasil penulisan diangkat.


literatur dengan pembahasan yang

Table 1. Strategi Pencarian Literatur


EBSCO PROQUEST Pub Med
Google Cendikia
First attempt “spiritual support” OR “religious support” AND “risk of
suicide” OR “suicide attempt”
AND “adults”
7.381 articles 150.653 articles 490 articles
796 articles
Second attempt Filter by Filter by Filter by Filter
years years years by
(2015-2019) (2015- (2015- years
Abstrac 2019) 2019) (2016-
t and Abstract Abstract 2019)
Full and Full and Full Abstract
Text Text Text and Full
Scholar Journal of Text
y Religion
journal and Health
Academ
ic
Journal
1.673 articles 20.416 articles 417 articles 192
articles Third attempt Inclution
189 articles 8 articles 51 articles 192
articles Fourth attempt Include
8 articles 2 articles 1 articles 3 articles

Analisa data dilakukan terhadap masalah penelitian yang


dengan melihat tahun penulisan diangkat. Setiap literatur yang
literatur (2015-2018), membaca didapatkan dan masuk dalam
abstrak dari artikel penelitian yang kriteria literatur yang dapat dibahas
telah dipilih, membaca skimming dibuat sebuah kesimpulan yang
jurnal penelitian tersebut jika menjelaskan hubungan antara peran
abstrak tidak menjelaskan beberapa agama dan resiko bunuh diri.
point pada jurnal, kemudian Penggunaan studi karakteristik
menandai/ mencatat hal-hal penting dimaksudkan agar mempermudah
dan relevansinya dalam
membuat kesimpulan dari jurnal konflik dalam teori.
yang didapatkan. Studi karakteristik
tersebut berisikan nama penulis dan 3. Hasil
tahun penulisan jurnal, desain Dari hasil yang didapat,
penelitian yang digunakan/ penulis akan menganalisis tiap hasil
intervensi yang diberikan, jumlah tersebut agar dapat melihat
sampel, instrument, hasil, dan bagaimana peran agama dapat

40
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

mempengaruhi resiko bunuh diri resiko terkait spiritualitas yang dapat


khususnya pada dewasa. Adapun memunculkan ide bunuh diri pada
kriteria inklusi yang digunakan pada seorang individu. Individu yang
literatur ini adalah jurnal yang melakukan tindakan bunuh diri tidak
menggunakan bahasa inggris, terlepas dari adanya faktor-faktor
merupakan jurnal publikasi dengan penyebab ide bunuh diri tersebut
rentang tahun 2015 sampai dengan muncul. Faktor-faktor yang
2018, dan jurnal dalam bentuk full seringkali menyebabkan seorang
teks. Kriteria eksklusi yang individu memiliki ide bunuh diri
digunakan dalam mengeksekusi sangat bervariasi. Terdapat
jurnal yang tidak digunakan antara hubungan yang signifikan pada
lain adalah jurnal yang tidak factor harapan dan alasan hidup
lengkap, biasanya hanya terdapat terhadap resiko perilaku bunuh diri.
abstrak saja dan buku. Bagaimana Rendahnya harapan dan alasan
peran keluarga berpengaruh dalam hidup seseorang akan
resiko perilaku bunuh diri memungkinkan individu tersebut
merupakan fokus utama dalam mengalami depresi dan melakukan
penulisan literature review ini. tindakan bunuh diri (Luo, Wang,
Sebanyak 159.320 jurnal hasil Wang, & Cai, 2016). Kurang
pencarian yang dilakukan di kepercayaan terhadap orang lain,
beberapa situs pencarian jurnal, menganggap masalah harus
tersaring 14 jurnal, kemudian diselesaikan secara mandiri dan
dilakukan excluded studies dengan takut untuk menyusahkan orang lain,
memasukkan kriteria inklusi serta menanggap dirinya lemah jika
sehingga didapatkan total jurnal menceritakan suatu masalah pada
yang memenuhi syarat dan orang lain juga merupakan beberapa
digunakan dalam literature review faktor penyebab orang dengan resiko
sebanyak 14 jurnal. perilaku bunuh diri (Dadašev,
Berdasarkan hasil review Skruibis, Gailienė, Latakienė, &
beberapa literatur dan jurnal yang Grižas, 2016). Pada
ada, ditemukan beberapa ide yang
terkait dengan perilaku bunuh diri.
Beberapa ide/ tema tersebut
diantaranya adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ide bunuh diri,
pengalaman bunuh diri dari orang
terdekat, dukungan ahli agama
terhadap resiko bunuh diri, serta
intervensi psiko-religius.

Faktor-faktor yang menyebabkan


ide bunuh diri
Dukungan agama dikenal
dapat menghambat individu yang
memiliki ide bunuh diri dan
meningkatkan harapan hidup
mereka (Lawrence, Brent, et al.,
2016). Artinya terdapat faktor

41
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

individu tertentu biasanya juga penting untuk menghubungkan


kerap menganggap bahwa masalah anak/ seseorang dengan perbaikan
yang mereka dapatkan merupakan kesehatan mentalnya. Mereka yang
tanda bahwa mereka merasa memiliki dukungan yang baik
ditinggal oleh Tuhan, merasa dengan keluarganya akan memiliki
dihukum, merasa bahwa orang lain kesehatan mental yang juga baik
tidak menghormati keyakinan dibandingkan dengan mereka yang
agamanya, seringkali kurang memiliki dukungan keluar
menghubungkan suatu masalah (LeCloux, Maramaldi, Thomas, &
dengan peristiwa gaib yang ada Wharff, 2016).
hubungannya dengan setan, serta
seringkali tidak mampu Dukungan ahli agama
menemukan makna dalam Perlunya melibatkan tokoh
hidupnya (Krause, Pargament, & agama merupakan suatu hal yang
Ironson, 2017). Pada orang tua dapat diimplementasikan dalam
dewasa, kesulitan keuangan, pencegahan perilaku bunuh diri. Hal
keterbatasan fungsional, depresi, ini dapat memberikan dorongan
kekurangan fisik pada anak-anak, pada individu untuk lebih
masalah dalam sosial, kesepian, mendekatkan diri pada Tuhan dan
dan tempat tinggal perkotaan meningkatkan rutinitas ibadahnya
secara signifikan terkait dengan (Price et al., 2016). Tingkat Suicide
pemikiran bunuh diri (H. Li, Xu, & Ideation (SI) juga dapat diturunkan
Chi, 2016). dengan Private Religious Practice
(PRP) dan Religious Support (RS),
Pengalaman bunuh diri dari dengan menerapkan PRP dan RS ini
orang terdekat dapat meminimalisir gejala-gejala
Individu yang memiliki depresi sehingga pada agama
pengalaman orang terdekat dengan digunakan sebagai target utama
kematian akibat bunuh diri juga dalam intervensi pencegahan bunuh
memerlukan perhatian dan diri (Cole-Lewis, Gipson,
manajemen khusus dalam Opperman, Arango, & King, 2016).
pencegahan resiko bunuh diri Berdasarkan systematic review
karena mereka menganggap mengungkapkan memberikan akses
perilaku bunuh diri tersebut komunitas agama pada individu
merupakan suatu hal yang realistis yang memiliki ide untuk bunuh diri
(Pitman et al., 2017). Masalah merupakan hal yang perlu
dalam internal keluarga, diagnosis dilakukan yang dimaksudkan untuk
penyakit fisik/ mental pada anggota mendukung harapan hidup mereka.
keluarga, adanya upaya bunuh diri Akan tetapi perlu diperhatikan
dari teman-teman/ orang terdekat, afiliasi agama tiap individu yang
adanya gejala kecemasan-depresi, berbeda-beda (Lawrence, Oquendo,
tingkat kepuasan terhadap & Stanley, 2016).
dukungan sosial, serta koping
agama yang negatif secara
signifikan mempengaruhi ide
bunuh diri pada laki-laki maupun
perempuan (Yasien, n.d.). Dalam
hal ini dukungan keluarga pun

42
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

Tabel 2. Studi Karakteristik Literatur


Study
Autho design
rs Sample Instrument Result Conflict of Theory
interventi Shahla - - - Untuk mengatasi Depresi merupakan suatu
(Year on
) Ahmadi depresi, terapi psikososial dan permasalahan yang sulit
(procedur and religious/ keagamaan dihindari di era modern
e) Akbar merupakan salah satu seperti sekarang. Pada
Husain., cara yang efektif individu yang mengalami
(2017) dalam memunculkan berbagai masalah kehidupan,
harapan pada penderita depresi perlu suatu
depresi agar tidak pengelolaan yang baik
memperburuk keadaan dengan melibatkan intervensi
mentalnya. keagamaan.
Individu akan
memunculkan
koping yang baik
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang
ada.

Lawrenc Kuantitatif 321 samples Kuesioner Terdapat hubungan membantu


e., et yang kompleks dan bervariasi mereka
al antara agama dan mengolah
(2016 depresi pada populasi pikiran
) yang berbeda. Perawat dan ide
dapat melibatkan bunuh diri
pasien dalam
memainkan peran
agama dan melihat
apakah peran gama

618
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
P tu a i apa n menjauh kan diri dari perilaku mengkonsumsi alkohol yang merupakan faktor risiko
e m r s aga g untuk bunuh diri.
r ek k i ma a
a an a p seca j Price., et al (2016) Kuantitatif 144 samples Kuesioner Tokoh
agama perlu memberikan dorongan Sebagian besar penelitian
n is n a ra a
keagamaan dan merekomendasikan
a m s eksp r
melihat tingkat pendalaman penelitian
g e d i lisit a
rutinitas beribadah tentang melihat seberapa kuat
a ko u d me n
pada pasien yang hubungan antara agama dan
m pi k a ng g
memiliki ide bunuh kesehatan mental, termasuk
a ng u l aja g
diri dan dapat dukungan sosial (SS), locus
m in n a r o
mengimplementasi of control (LOC), dan
e di g m an t
kannya dalam penyalahgunaan zat (SA)
m vi a gg a
pemberian dalam menggagalkan ide
u du n k ota u
perawatan pada bunuh diri (SI), dikarenakan
n da o unt n
pasien bunuh diri penelitian- penelitian
g la s m uk t
dengan melibatkan sebelumnya yang dibatasi
k m o u tid u
peran agama. oleh penggunaan sampel non-
i m c n ak k
klinis.
n en i i bu
k an a t nu m
a ga l a h e Krause Kualitatif 3.010 Wawancara Penting untuk melibatkan Banyaknya penelitian yang
n ni s dir m ., et s pendekatan struktur social mengungkapkan bahwa
u str m a i, b al a pada individu dalam spiritual memiliki peranan
n es e g da a (20 m intervensi menangani penting yang erat
t , l a n t 17) p kesehatan mental. hubungannya dengan
u ag a m be a l Membantu individu dalam kesehatan. Beberapa individu
k a l a ber s e koping stress pada suatu menganggap bahwa masalah
m m u , ap i s permasalahan sangat yang dihadapi merupakan
e a i b a a penting. Peran keagamaan tanda bahwa mereka
m m e ag t bisa berbeda dalam
b en p b am a
a a a e a u Jones., et al (2017) Mixed
n w r r me Methode
t

619
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

s a a l p baik. merasa ditinggal seringkali menghubungkan diarahkan untuk melihat


e d y t o ev oleh Tuhan, suatu masalah dengan peristiwa hubungannya terhadap
t a a mg ekt merasa dihukum, gaib yang ada hubungannya kesehatan mental.
i n u is if merasa bahwa dengan setan, serta seringkali Dimensi keagamaan mulai
a a g n i dal orang lain tidak tidak mampu menemukan lebih diperhatikan dalam
p k c n am menghormati makna dalam hidupnya. Factor pelayanan perawatan pada
a m u d me keyakinan lain seperti spiritual dan social pasien dengan gangguan
a n u l i mb agamanya, ekonomi seringkali diabaikan mental khususnya di Inggris.
s n s v ant dan focus utama artikel ini
1 t g e i u Lewis., et al (2016) Kuantitatif 161 samples Kuesioner Private Peningkatan data yang
5 p religious practice (PRP) dan religious
e e k p d ind menunjukkan kematian yang
t i e u ivi support (RS) dapat disebabkan oleh bunuh diri
s k menurunkan gejala
a n r it du yang tinggi dikalangan
a p ti u ya depresi. Private remaja. Peran agama yang
m s religious practice
o i s f s ng juga memungkinkan untuk
p s a a e me (PRP) dan diberikan sebagai intervensi
l c organizational
i e j c n ng yang diberikan pada individu
e j a t d ala religiousness (OR) dengan masalag gangguan
s a juga menurunkan
l u o ir mi mental.
m m r i. ma tingkat
K l e g sal keinginanan bunuh
u i
a m e ah diri (suicidal
e n
h p n ke ideation). Dengan
s d
e e se demikian, peran
i i
n agama merupakan
o v f ti hat
g target utama dalam
n i a c an
a mengatasi depresi
e d c d So me
r dan intervensi
r u t a cia nta
o u n l l dalam pencegahan
d h bunuh diri.
y r p spi me
a i
a l s rit nja
n d
n a i ual di Lawrenc (2015) Kualitatif A sistematic review (89 Wawancara 1. Agama dapat
wawancarai a k gr leb e., et
g articles) menghambat seseorang dari
terbuka semi
n p o ou ih al

620
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624
tindakan
A atau
i ide
b i y g ktrin).
melakukan
g bunuh
n u l a a Selain
diri, beberapa
a g n i di m itu
caranyam natara
i ulain k k a dimensi
adalahamemberikan
n h i ar bunuh
akses ke komunitas
a d e ( diri
d n i k
yang mendukung, n a lainnya
memberii r e
seseorang a f seperti
keyakinan s i s
n tentang k i (ide,
buruknya
i e . u
bunuh a l usaha,
diri, l s P l n i dan
menyediakan
a e e i a a penyeles
o n t
sumberi harapan, d s aian)
memberikanr carae a a i
a dapat
agar individu
d l n b ,
menyampaikan
a n i a p
g
permasalahannya.
p t d n a
2. a i a y r
t u a l a t
n n a k i
m t s m n s
e u e y i
l k b p a p
i e e di a
n m l n m s
d e u e e i
u l m l n ,
n a n i si d
g k y t d a
i u a i al n
k m a a
k a e n m d
e n m n a o

621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Pitman., Kualitatif, 429 Wawancara Individu yang memiliki pengalaman orang Risiko bunuh diri yang paling besar
et al cross responden terdekat yang meninggal akibat bunuh diri dialami oleh individu dengan
ts
(2017) sectional memiliki penilaian bahwa upaya bunuh pengalaman mengetahui orang
diri yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya yang melakukan tindakan
tersebut merupakan pilihan minoritas bunuh diri ataupun meninggal dengan
yang realistic. Individu tersebut bunuh diri. Pengalaman bunuh diri
menyatakan untuk tidak memilih tindakan memungkinkan seorang individu
bunuh diri dalam mengatasi permasalahan memiliki perubahan sikap terhadap ide
yang ada. bunuh diri dan hal ini perlu untuk
Mengingat sebelumnya terdapat penelitian diselidiki. Kebutuhan dalam memahami
kuantitatif yang mengungkapkan bahwa sikap pribadi individu terhadap individu
pentingnya intervensi pencegahan bunuh yang memiliki pengalaman mengetahui
diri pada individu yang memiliki kejadian kematian bunuh diri ini dapat
pengalaman orang terdekatnya yang diindetifikasi agar dapat
meninggal akibat bunuh diri sangat dikembangkannya intervensi dalam
penting, maka stategi dan managemen pencegahan tindakan bunuh diri.
tertentu diperlukan bagi kelompok
individu tersebut. Luo., yang
et al 1 Terdapat
1 hubungan harus
(2016)
5 yang dimuncul
Kuantit r signifikan kan pada
atif, a e antara alasan individu
cross
s dan harapan yang
sectional
p hidup mengala
study
o terhadap ide/ mi
n upaya bunuh depresi
d diri pada tersebut
e individu. adalah
n Pada dengan
t pengendalian memuncu
s depresi, hal lkan
selanjutnya alasan
dan

620
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
h y B o s e e a gk r p i pada p asien dengan depresi. m an miliki Terdapat
a a u r r n p u a i g dukungan perawta
r n d d g a d p i (L b l jug keluar. an
Kuanti Kuesioner
a b u r a a u n ab a n eC tatif a i a kesehata
p u h e l p n l u i lo i k bai n mental
a n s a a g h an b particip Duku i k
ux ngan k bagi
n u d i mt k i mu e m et ants k dib
keluar para
h i k b a d h s e al., d e an remaja
h o p e p u d a n 20 ga s din
r pentin e yang
i d i e b k p i d r g 16 n e gk perlunya
d i y n e a ri u ) g h an
untuk g keterliba
u r m a e r n d i r a r a a de tan
p i e n l a a i l a meng t ng
hubun n orangtua
. m g i p b p i . a n a an didalam
u t a a a nP s g gkan n me
i anak k nya
n l t i h t de a i e rek untuk
t e a p w i r n remaj m a
i a l menghu
u k l n e a m vl t u e ya bungkan
k a - n e i u d i denga n ng
i n a mereka
h e a n d a n r t kur pada
m p l l j ud n g perbai a an
b kan g perawat
e e b e i a a i k a l g
keseh an
n b a n t s d dk h a n y me
atan tersebut.
g e n e i a i ae a t y
u y l a n l t r menta (H. Li et
r a fisik
r a i n p aa a b lnya. al., 2016)
a Pada orang pada
a k t d e mh p u Mere
p a 15.957 tua dewasa, anak-
n i y a l u a n ka
a k kesulitan
participants anak,
g d a a n i p i n u yang
a keuangan, masalah
i i n n n es h memil
f n keterbatasan dalam
u b h
. g d re h iki
a fungsional, sosial,
p a a u i b i d dukun
c m depresi, kesepian,
a h Tmr n l e d i gan
t e kekurangan dan
a a u r yang

621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
t i i d b n iliki resiko
e k . B s i a u g yang besar
m a u i b n k dalam
p n n k a t d melakukan
a t u o t t i e tindakan
t e h s k i w bunuh diri
ti r o a n t a (Conwell,
n k d s n d e s Van Orden, &
g a i i a l a Caine, 2011;
g it r a p k a Scocco & De
a d i l i a h y Leo, 2002).
l e k n a
p n m y i m n
e g e a r b e g
r a r n a u n
k n u g n n u l
o p p , u n e
t e a k h j b
a m k o r u i
a i a m e d k h
n k n p n i k
s i l c r a t
e r m e a i n u
c a a k n . a
a n s s a T b
r b a , e a l
a u l y r h e
s n a a u d w b
i u h n p a a i
g h g a p h
n d b y a o
i i i m a t r m
f r o e , a e
p l m

622
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
(Aekwarangkoo Kualitatif 2 Interview Dukungan psikososial membantu Depresi merupakan penyebab utama
n, Noonil, & , a case participan mengurangi gejala depresi pasien dan bunuh diri di kalangan orangtua di
ts
Petsirasan, study kemungkinan risiko bunuh diri, serta komunitas pedesaan Thailand.
n.d.) terbukti meningkatkan kesejahteraan
psikologis. Dukungan tersebut terdiri dari Da tersebut.
4 proses; 1) dukungan dan motivasi untuk Wawancara
d Ku Kurangnya
tetap hidup, 2) dorongan untuk memiliki a alit kepercayaan
kehidupan baru, s atif terhadap
3) pemberdayaan untuk perubahan e orang lain,
hidup, dan 4) mengevaluasi proses v respondent
adanya
perubahan. . s kepercayaan
, bahwa
masalah
e harus
t diselesaikan
secara
a mandiri tanpa
l membaginya
ke orang lain,
( menganggap
2 bahwa
0 membagi
1 permasalahan
6 akan
) menyusahkan
orang lain,
dan berbagi
cerita serta
menceritakan
emosi pada
orang lain
merupakan
tanda
kelemahan
pada individu
621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
L i ng a a a a p . d nuh n uhi ide yang
i l gi m n h a a diri e bunuh diri Terdapat berkontr
t i di a g a m d ( , dari g pada laki- perbedaan ibusi
h k ka n me a Y d a tema a laki ide bunuh terhadap
u i re s d i n a i n n- t maupun diri dari ide
a m na e i g d s M a g tema i perempua gender laki- bunuh
n a ka j ba i i a g g n/ f n. laki dan diri pada
i s n a d a t r e s n o orang perempuan, remaja
a a m r a ga i n a o t terde s serta laki-laki
, l as a e a s n , l s a kat, e memungkin dan
m a ya h r i i y n a i adan c kan factor perempu
e h ra y a mk a . h s k ya a yang an.
r b ka a h a e d e gejal r berbeda
u u t n n nc m . d p l a a
p n ya g y a e a ) a e u kece
a u ng tr a n s l n a masa s
k h ce a . md i K a y r n- i
a d nd u P a e n u m a g depre g
n i er m e s r g a k a si, n
r un a r yu - n i i , tingk i
d i g ti l a n m t n t a at f
a y ra s u r g a i t f d kepu i
e a di d n a a s t e i a asan k
r n ka a y kn i a r s n terha a
a g l n a a n t n i y dap n
h r da j t b g i a k a duku
e n a u u f l / ngan m
y l m n n Ln t k m u socia e
a a e g t i u e 5 e e p l, m
n t m k u t h r 4 l n a serta p
g i ili a k h s 5 u t y kopin e
v ki p ud e a a
participants a g n
m e pe a m a i b r l agam g
e t ng n e nr u g p b a a
m i al j m i i t a a u yang r
621
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

Berdasarkan hasil review beberapa tua dewasa, kesulitan keuangan, keterbatasan


literatur dan jurnal yang ada, ditemukan fungsional, depresi, kekurangan fisik pada
beberapa ide yang terkait dengan perilaku anak-anak, masalah dalam sosial, kesepian,
bunuh diri. Beberapa ide/ tema tersebut dan tempat tinggal perkotaan secara
diantaranya adalah faktor-faktor yang signifikan terkait dengan pemikiran bunuh
menyebabkan ide bunuh diri, pengalaman diri (H. Li et al., 2016).
bunuh diri dari orang terdekat, dukungan
ahli agama terhadap resiko perilaku bunuh Pengalaman bunuh diri dari orang
terdekat
diri, serta intervensi psiko- religius. Individu yang memiliki pengalaman
orang terdekat dengan kematian akibat bunuh
Faktor-faktor yang menyebabkan ide diri juga memerlukan perhatian dan
bunuh diri manajemen khusus dalam pencegahan resiko
Dukungan agama dikenal dapat bunuh diri karena mereka menganggap
menghambat individu yang memiliki ide perilaku bunuh diri tersebut merupakan suatu
bunuh diri dan meningkatkan harapan hidup hal yang realistis (Pitman et al., 2017).
mereka (Lawrence, Brent, et al., 2016). Masalah dalam internal keluarga, diagnosis
Artinya terdapat faktor resiko terkait penyakit fisik/ mental pada anggota keluarga,
spiritualitas yang dapat memunculkan ide adanya upaya bunuh diri dari teman-teman/
bunuh diri pada seorang individu. Individu orang terdekat, adanya gejala kecemasan-
yang melakukan tindakan bunuh diri tidak depresi, tingkat kepuasan terhadap dukungan
terlepas dari adanya faktor-faktor penyebab sosial, serta koping agama yang negatif
ide bunuh diri tersebut muncul. Faktor- secara signifikan mempengaruhi ide bunuh
faktor yang seringkali menyebabkan seorang diri pada
individu memiliki ide bunuh diri sangat
bervariasi. Terdapat hubungan yang
signifikan pada factor harapan dan alasan
hidup terhadap resiko perilaku bunuh diri.
Rendahnya harapan dan alasan hidup
seseorang akan memungkinkan individu
tersebut mengalami depresi dan melakukan
tindakan bunuh diri (Luo et al., 2016).
Kurang kepercayaan terhadap orang lain,
menganggap masalah harus diselesaikan
secara mandiri dan takut untuk
menyusahkan orang lain, serta menanggap
dirinya lemah jika menceritakan suatu
masalah pada orang lain juga merupakan
beberapa faktor penyebab orang dengan
resiko perilaku bunuh diri (Dadašev et al.,
2016). Pada individu tertentu biasanya juga
kerap menganggap bahwa masalah yang
mereka dapatkan merupakan tanda bahwa
mereka merasa ditinggal oleh Tuhan, merasa
dihukum, merasa bahwa orang lain tidak
menghormati keyakinan agamanya,
seringkali menghubungkan suatu masalah
dengan peristiwa gaib yang ada
hubungannya dengan setan, serta seringkali
tidak mampu menemukan makna dalam
hidupnya (Krause et al., 2017). Pada orang
622
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

laki-laki maupun perempuan (Yasien, n.d.). (SSG) yang dapat diterapkan pada pelayanan
Dalam hal ini dukungan keluarga pun kesehatan (Forrester-Jones, Dietzfelbinger,
penting untuk menghubungkan anak/ Stedman, & Richmond, 2018). Dukungan
seseorang dengan perbaikan kesehatan psikososial juga kerap membantu
mentalnya. Mereka yang memiliki mengurangi gejala depresi pasien dan
dukungan yang baik dengan keluarganya kemungkinan risiko bunuh diri, serta
akan memiliki kesehatan mental yang juga terbukti meningkatkan kesejahteraan
baik dibandingkan dengan mereka yang psikologis. Dukungan tersebut terdiri dari 4
kurang memiliki dukungan keluar (LeCloux proses seperti memberi dukungan dan
et al., 2016). motivasi untuk tetap hidup, mendorong
untuk memiliki kehidupan yang baru,
Dukungan ahli agama memberdayakan untuk perubahan hidup,
Perlunya melibatkan tokoh agama serta mengevaluasi proses perubahan
merupakan suatu hal yang dapat (Aekwarangkoon et al., n.d.).
diimplementasikan dalam pencegahan
4. Kesimpulan
perilaku bunuh diri. Hal ini dapat
Dukungan agama dapat menghambat
memberikan dorongan pada individu untuk
individu yang memiliki ide bunuh diri dan
lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan
meningkatkan harapan hidup mereka
meningkatkan rutinitas ibadahnya (Price et
(Lawrence, Brent, et al., 2016). Perawat
al., 2016). Tingkat Suicide Ideation (SI)
dapat melihat hubungan yang
juga dapat diturunkan dengan Private
Religious Practice (PRP) dan Religious kompleks antara merasa dihukum,
Support (RS), dengan menerapkan PRP dan agama dan depresi merasa bahwa
RS ini dapat meminimalisir gejala-gejala ini. Melibatkan orang lain tidak
depresi sehingga pada agama digunakan peran agama menghormati
sebagai target utama dalam intervensi seperti keyakinan
pencegahan bunuh diri (Cole-Lewis et al., membangun agamanya,
2016). Berdasarkan systematic review pertisipasi seringkali pula
mengungkapkan memberikan akses individu dalam mereka
komunitas agama pada individu yang komunitas agama menghubungkan
memiliki ide untuk bunuh diri merupakan akan menjadi cara suatu masalah
hal yang perlu dilakukan yang dimaksudkan mencegah perilaku dengan peristiwa
untuk mendukung harapan hidup mereka. bunuh diri gaib yang ada
Akan tetapi perlu diperhatikan afiliasi (Lawrence, hubungannya
agama tiap individu yang berbeda-beda Oquendo, et al., dengan setan, serta
(Lawrence, Oquendo, et al., 2016). 2016). tidak mampu
Dukungan menemukan
Intervensi psiko-religius agama dapat makna dalam
Masalah kesehatan mental seperti diberikan dengan hidup (Krause et
halnya depresi yang menyebabkan resiko didasari oleh al., 2017).
tindakan bunuh diri ini dapat diatasi dengan individu yang Mencegah resiko
intervensi berupa psikososial dan religious cenderung perilaku bunuh diri
agar dapat memunculkan koping yang baik menganggap tersebut perlu
dalam menyelesaikan permasalahan bahwa sebuah dilakukan agar
individu (Ahmadi & Husain, 2017). masalah yang gangguan kejiwaan
Beberapa intervensi yang diberikan dalam datang padanya seperti halnya
menangani individu dengan beberapa merupakan tanda depresi juga dapat
permasalahan kesehatan mental yang sangat bahwa mereka diturunkan.
beresiko terhadap perilaku bunuh diri merasa ditinggal Analisis ini
tersebut diantaranya Social Spiritual Group oleh Tuhan, menunjukkan
623
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

bahwa aspek menggunakan 5. https://doi.


keagamaan adalah bahasa inggris Cole-Lewis, Y.C., org/10.108
salah satu aspek sehingga memiliki Gipson, 0/0748118
yang sangat perlu resiko kurang P.Y., 7.2016.118
diperhatikan dan tepat dalam Opperman, 4 725
diperlukan memasukkan data K.J., Forrester-Jones,
implementasi yang relevan. Arango, R.,
khusus terkait hal Upaya yang A., King, Dietzfelbi
ini dalam dilakukan untuk C.A., nger, L.,
mengatasi depresi meminimalisir 2016. Stedman,
yang berakibat resiko ini adalah Protective D.,
resiko perilaku dengan melakukan Role of Richmond,
bunuh diri pada pencarian manual Religious P., 2018.
individu. Aspek tambahan dari Involveme Including
keagamaan ini daftar referensi nt Against the
dimaksudkan juga dari artikel Depression ‘Spiritual’
untuk tersebut. and Within
menanggulagi Suicidal Mental
masalah kesehatan 5. Referensi Ideation Health
mental lain yang Aekwarangkoon, Among Care in the
tidak diinginkan. S., Noonil, Youth with UK, from
Indonesia dengan N., Interperson the
kasus-kasus Petsirasan, al Experienc
bunuh diri yang R., n.d. Problems. es of
ada dibeberapa Psychosoci J. Relig. People
daerah al Support Health with
memerlukan Provided 1172– Mental
perhatian khusus by Health 1188. Health
terkait hal ini. Volunteer https://doi. Problems.
Perawat dalam hal for Older org/10.1007/s1094 J. Relig.
ini perlu mampu Adult with 3-016-0194-y Health 57,
untuk Depression Dadašev, S., 384–407.
mengidentifikasi and Skruibis, P., https://doi.
faktor serta Suicide Gailienė, D., org/10.100
memberikan Attempt: A Latakienė, J., 7/s10943-
intervensi yang Case Study Grižas, A., 017-0502-1
tepat dan efektif 9. 2016. Too Harian Nasional.
guna Ahmadi, S., strong? 2019. Diunduh 20
meningkatkan Husain, A., Barriers Januari 2019,
taraf kesehatan 2017. from pukul 15.15
jiwa yang lebih Effectivene getting WIB.
baik di Indonesia. ss of support http://ww
Hasil tinjauan psychosoci before a w.harnas.c
literature ini al and suicide o/2018/11/
didapatkan spiritual attempt in 11/ganggu
berdasarkan interventio Lithuania. an- jiwa-
jurnal-jurnal ns in the Death rentan-
penelitian dan manageme Stud. 40, picu-
systematic review nt of 507–512. bunuh-diri
yang depression
Krause, N.,
624
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

Pargamen org/10.109 Li, H., Xu, L., Coutinho,


t, K.I., 7/NMD.00 Chi, I., F.B.,
Ironson, 000000000 2016. Borges,
G., 2017. 00484 Factors L.H.,
Spiritual Lawrence, R.E., related to Lucchetti,
Struggles Oquendo, Chinese G., 2018.
and M.A., older The
Health: Stanley, adults’ influence
Assessing B., 2016b. suicidal of
the Religion thoughts spirituality
Influence and and and
of Suicide attempts. religiousne
Socioecon Risk: A Aging ss on
omic Systemati Ment. suicide
Status: c Review. Health 20, risk and
Spiritual Arch. 752–761. mental
Struggles Suicide https://doi. health of
And Res. 20, org/10.10 patients
Health. J. 1–21. 80/136078 undergoin
Sci. Study https://doi. 63.2015.1 g
Relig. org/10.10 037 242 hemodialy
80/138111 Li, S., Yaseen, sis.
https://doi 18.2015.1 Z.S., Kim, Compr.
.org/10.1111/jssr. 004 494 H.-J.,
12364 Lawrence, LeCloux, M., Briggs, J., Psychiatry
R.E., Brent, D., Maramald Duffy, M., 80,
Mann, J.J., i, P., Frechette- 39–45.
Burke, A.K., Thomas, Hagan, A., https://doi.
Grunebau K., Cohen, org/10.101
m, M.F., Wharff, L.J., 6/j.compps
Galfalvy, E., 2016. Galynker, ych.2017.0
H.C., Family I.I., 2018. 8.004
Oquendo, Support Entrapme Luo, X., Wang,
M.A., and nt as a Q., Wang,
2016a. Mental mediator X., Cai, T.,
Religion Health of suicide 2016.
as a Risk Service crises. Reasons
Factor for Use BMC for living
Suicide Among Psychiatry and hope
Attempt Suicidal 18. as the
and Adolescen https://doi. protective
Suicide ts. J. Child org/10.11 factors
Ideation Fam. 86/s12888 against
Among Stud. 25, -018- suicidality
Depressed 2597– 1587-0 in Chinese
Patients: 2606. Loureiro, A.C.T., patients
J. Nerv. https://doi. de with
Ment. org/10.10 depression
Dis. 07/s10826 Rezende : a cross
-016- Coelho, sectional
https://doi. 0417-6 M.C., study.
625
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 615-624

BMC
Psychiatry a friend or
relative: a
https://doi. qualitative
org/10.1186/s128 study of
88-016-0960-0 the views
Nursalam. of 429
(2016). young
Metodologi bereaved
Penelitian Ilmu adults in
Keperawat the UK.
an:
Pendekata BMC
n Praktis.
Ed. 4. Psychiatry
Jakarta: 17.
Salemba https://doi.
Medika org/10.1186/s128
Pitman, A., Nesse, 88-017-1560-3
H., Yasien, S., n.d.
Morant, Gender
N., Differences In
Azorina, Factors
V., Associate
Stevenson, d With
F., King, Suicidal
M., Ideation
Osborn, Among
D., 2017. Adolescen
Attitudes ts. Pak. J.
to suicide Psychol.
following 16.
the suicide
of

626
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728

Anda mungkin juga menyukai