Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


KLIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

Dosen pembimbing:

ENDAH SRI WIJAYANTI, SST., M.Kes

Disusun oleh:

PUTRI SELA OKTAVIA 151811913017

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

1. Kasus ( masalah utama )


Risiko bunuh diri
2. Proses Terjadinya Masalah
2.1 Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988). Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri
timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh
diri, agar pasien tidak melakukan tindakan bunuh diri.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian, pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981)
(dikutip oleh Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya menyebutkan bahwa
motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah dengan orang
tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan 16% masalah dengan
saudara.
2.2 Fase Bunuh Diri
Elizabeth Kubler Ross (1969) membagi prilaku dan proses berpikir seseorang yang
sekarat menjadi 5 fase, yaitu sebagai berikut: (Santrock, 2002:268).
a. Penolakan dan isolasi (Denial and Isolation), merupakan fase pertama dimana
orang menolak bahwa kematian benar- benar ada. Penolakan biasanya pertahanan
diri yang bersifat sementara dan kemudian akan digantikan dengan rasa penerimaan
yang meningkat saat seseorang dihadapkan pada beberapa hal seperti pertimbangan
keuangan, urusan atau masalah yang belum selesai atau kekhawatiran mengenai
kehidupan anggota keluarga yang lainnya nanti.
b. Kemarahan (Anger), merupakan fase kedua dimana orang yang menjelang kematian
menyadari bahwa penolakan tidak dapat lagi dipertahankan. Penolakan sering
memunculkan rasa marah, benci dan iri.

2
c. Tawar- menawar (Bergaining), merupakan fase ketiga menjelang kematian dimana
seseorang mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu- waktu dapan ditunda
atau diundur.
d. Depresi (Depression), merupakan fase keempat menjelang kematian dimana orang
yang sekarat akhirnya menerima kematian. Pada titik ini, suatu periode depresi atau
persiapan berduka mungkin muncul.
e. Penerimaan (Acceptance), merupakan fase kelima menjelang kematian, Dimana
seseorang mengembangkan rasa damai, menerima takdir dan dalam beberapa hal
ingin ditinggal sendiri.
2.3 Penyebab
Terdapat banyak faktor yang dapat mengakibatkan seseorang melakukan percobaan
bunuh diri, menurut Hasain (2005:67) diantaranya yaitu:
a. Adanya gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat menimbulkan tindakan-tindakan berbahaya, baik
itu merupakan tindakan bunuh diri yang mematikan, maupun bunuh diri
yang tidak mematikan. Depresi dan skizophrenia merupakan gangguan
psikologis yang sering berkaitan dengan percobaan bunuh diri.
b. Penggunaan alkohol dan narkotik (Substance Abuse)
Penggunaan alkohol dan narkotik merupakan faktor yang sangat penting
dalam percobaan bunuh diri, hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian
yang menunjukkan bahwa penggunaan narkotik dan obat-obatan lainnya
ikut ambil bagian dalam kasus bunuh diri dengan presentase antara 25%
sampai 55% (Murphy, 2000. Dalam Husain, 2005:73).
c. Krisis kepribadian (Personality Disorder)
Meskipun hubungan antara krisis kepribadian dan bunuh diri belum diyakini
secara umum, tapi beberapa penelitian terkini menunjukkan bahwa krisis
kepribadian merupakan faktor penting dalam melakukan percobaan bunuh
diri.
d. Penyaki- penyakit jasmani (Physical Illnesses)
Penyakit- penyakit jasmani termasuk hal- hal yang paling sering
mengakibatkan bunuh diri, khususnya bagi orang- orang tua.
(Harwood&Jacoby, 2000).
e. Faktor- faktor genetis (Genetic Factors)

3
Para pakar yang akhir- akhir ini meneliti bunuh diri secara biologis
menyatakan bunuh diri memiliki kesiapan- kesiapan genetis. Meskipun
tindakan bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota keluarga atau kerabat
bukanlah sebab langsung bagi bunuh diri, namun para anggota keluarga ini
lebih rentan terhadap bunuh diri dari pada yang lain. Hal ini mengacu pada
kenyataan bahwa depresi dan penyakit- penyakit lainnya memiliki kesiapan
genetis. Jika tidak mendapatkan penanganan, penyakit- penyakit ini bisa jadi
mengakibatkan tindakan bunuh diri.
f. Perubahan dalam bursa kerja (Labour Market)
Revolusi ekonomi dan teknologi yang terjadi di dunia telah membawa
dampak positif dan negative, disengaja dan tidak sengaja, baik dalam
bidang ekonomi, sosial, kejiwaan, politik dan budaya. Semua ini
mempengaruhi kesehatan penduduk dunia, diantara permasalahan serius
yang dihadapi dunia secara Bersama adalah semakin bertambahnya jumlah
pengangguran. Krisi moneter dan ekonomi didunia mengakibatkan
bertambahnya pengangguran dan menimbulkan bahaya yang serius.
g. Kondisi keluarga
Kebanyakan remaja yang memiliki perilaku bunuh diri menghadapi
berbagai problem keluarga yang membawa mereka kepada kebimbangan
tentang harga diri, serta menumbuhkan perasaan bahwa mereka tidak
disukai, tidak diperlukan, tidak dipahami dan tidak dicintai. Mayoritas
mereka berasal dari keluarga yang menerapkan system Pendidikan yang
tidak layak. Biasanya para orang tua yang berada disekitar anak berlaku
keras terhadapnya, mengabaikannya, atau hanya memperhatikan
pertumbuhan fisiknya saja dan bukan perilakunya. Hilangnya cinta kadang
ikut berperan bagi perkembangan bahaya bunuh diri.
h. Pengaruh media massa
Berita tentang bunuh diri kadang dapat memicu tindakan bunuh diri,
terutama bagi orang- orang yang memang telah mempersiapkan diri untuk
melakukannya. Ketika mereka tahu bahwa orang yang mati bunuh diri
sebelumnya. Hidup dengan posisi dan keadaan yang sama dengan yang
mereka alami, maka itu bisa mendorong mereka untuk meniru dan
melakukan perbuatan yang sama.

4
2.4 Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan kultural.
Durkheim membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri. Ada tiga subkategori bunuh
diri berdasarkan motivasi seseorang, yaitu sebagai berikut.
1. Bunuh diri egoistik Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
2. Bunuh diri altruistik Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3. Bunuh diri anomik Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi
individu.
2.5 Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku pengerusakan diri tak
langsung adalah pengingkaran (denial). Sementara, mekanisme koping yang paling
menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
2.6 Rentang Respon
2.6.1 Rentang Respons Neurobiologi
RENTANG RESPONS PROTEKTIF DIRI

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Diri Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri

Peningkatan Destruktif Diri Diri

Berisiko Tak Langsung

Keterangan :
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin, dan
kesadaran diri meningkat.
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang masih
normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan
fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak, mengebut,
berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan
zat, perilaku yang menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang dilakukan
dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain,
dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan

5
diri termasuk melukai dan membakar kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh,
melukai tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit jari.
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan.
2.7 Klasifikasi
Jenis Bunuh Diri
1. Bunuh diri egoistik Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
2. Bunuh diri altruistik Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
3. Bunuh diri anomik Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi
individu.
2.8 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri

Risiko bunuh diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Diagnosis

1. Risiko bunuh diri.


2.9 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Risiko bunuh diri
Risiko mencederai diri sendiri
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Subjektif:
a. mengungkapkan ingin diakui jati
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
dirinya
b. mengungkapkan tidak ada lagi yang
6
peduli
c. mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d. mengungkapkan dirinya tidak berguna
e. mengkritik diri sendiri
Objektif:
a. merusak diri sendiri
b. merusak orang lain
c. menarik diri dari hubungan sosial
d. tampak mudah tersinggung
e. tidak mau makan dan tidak tidur
subjektif:
a. Kien menyatakan ingin bunuh diri
atau ingin mati
b. Merasa tidak ada gunanya hidup
Objektif:
a. Ada isyarat bunuh diri
b. Ada ide untuk bunuh diri
Risiko bunuh diri c. Pernah mencoba bunuh diri

Subjektif:
klien merasa marah dan jengkel pada
dirinya sendiri dan ingin mengakhiri
hidupnya
objektif:
melakukan tindakan kekerasan pada
dirinya sendiri

Risiko mencederai diri sendiri

7
2.9 Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
2.10 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan untuk klien dengan diagnosis resiko bunuh diri
Tujuan umum: klien tidak mencederai diri sendiri
Tujuan khusus :
1.klien dapat membina hubungan saling percaya
2.klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
3.klien dapat mengekspresikan perasaannya
4.klien dapat meningkatkan harga diri
5.klien dapat menggunakan koping yang adatif
6.klien dapat menggunakan dukungan sosial
7.klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
2.11 implementasi

KLIEN KELUARGA

SP 1 SP 1

1.Mengidentifikasi benda- benda yang 1.Mendiskusikan masalah yang rasakan


dapat membahayakan klien keluarga dalam merawat klien
2.Mengamankan benda-benda yang dapat 2.Menjelaskan pengertian tanda gejala
membahayakan klien risiko bunuh diri dan jenis perilaku bunuh
3. Melakukan kontrak treatment diri yang dialami klien beserta proses
4.Mengajarkan cara mengendalikan terjadinya menjelaskan cara- cara
dorongan bunuh diri merawat klien risiko bunuh diri.

8
5.Melatih cara mengendalikan dorongan 3. Menjelaskan cara- cara merawat klien
bunuh diri. risiko bunuh diri.

SP 2 SP 2
1.Mengidentifikasi aspek positif klien 1.Melatih keluarga mempraktikkan cara
2.Mendorong pasien untuk berfikir merawat klien dengan risiko bunuh diri
positif terhadap diri 2.Melatih keluarga melakukan cara
3.Mendorong klien untuk menghargai merawat langsung kepada klien risiko
diri sebagai individu yang berharga. bunuh diri.

SP 3 SP 3
1.Mengidentifikasi pola koping yang bisa 1.Membantu keluarga membuat jadwal
diterapkan klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
2.Menilai pola koping yang bisa 2.Mendiskusikan sumber rujukan yang
dilakukan bisa dijangkau oleh keluarga
3.Mengidentifikasi pola koping yang
konstruksif
4.Mendorong klien memilih pola koping
yang konstruktif
5.Mengajurkan klien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan
harian.
SP 4
1.Membuat rencana masa depan yang
realistis Bersama klien
2.mengidentifikasi cara mencapai masa
depan yang realistis
3.Memberi dorongan klien melakukan
kegiatan dalam rangka merahi masa
depan yang realistis

9
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ Senin, 27 April 2020

Masalalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
Pasien menyendiri didalam kamar, murung tidak mau berbicara, tidak mau menatap
pandangan pasien menunduk.
2. Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3. Tujuan khusus :
pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
4. Tindakan keperawatan:
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi therapeutik

10
1).Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2). Perkenalkan diri dengan sopan
3). Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4). Jelaskan tujuan pertemuan
5). Jujur dan menepati janji
6). Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7). Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Selamat siang mbk “

“ Nama saya putri sela , dipanggil aja putri, saya berpraktek diruang ini dari
pukul 08.00- 13.00 WIB siang, saya dari pendidikan D3 Keperawatan Unair
Surabaya, mbk bisa panggil saya dengan sebutan mbk/ kakak sesuka mbk aja mau
pangil saya siapa , Kalau boleh saya tau nama mbk siapa, dan senangnya dipanggil
dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/ validasi :
“ Bagaimana perasaan mbk hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik :
“ apakah mbk tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut mbk
sebaiknya kita ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
keadaan mbk saat ini?”
2) Waktu :
“ berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Mbk maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 20 menit? Bisa?”
3) Tempat :
“ dimana kita duduk? Diteras, dikursi panjang itu, atau dimana?”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Tadi mbk sudah menyebutkan nama dan panggilan mbk “H” , usia mbk “H”
sekarang berapa?”
“Bagaimana kalau mbk “H” bercerita sedikit perasaan mbk “H” saat ini ?”

11
“Siapa yang membawa mbk “H” kesini, bagaimana mbk“H” sampai dibawa
kesini?”
“Wah .....bagus sekali mbk “H” bercerita banyak tentang perasaan mbk “H”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif :
“ Bagaimana perasaan mbk dengan obrolan kita tadi? Mbk merasa senang
dan tenang setelah ngobrol tadi?”
2) Evaluasi objektif  :
Pasien tampak senang dan menjabat tangan perawat.
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan):
“Nah ...... ini sudah 20 menit, jadi kita cukupkan disini dulu pembicaraan kita
karena waktunya sudah habis. Sekarang mbk “H” bisa istirahat

c. Kontrak yang akan datang :


1) Topik :
“Bagaimana kalau besok kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan
tentang perasaan mbk yang ingin bunuh diri secara terperinci ?”
2) Waktu :
“kira-kira waktunya kapan ya? Bagaiman kalau besok jam 10.00 WIB, bisa?”
3)Tempat :
”kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini
atau cari tempat yang lain? Sampai jumpa”

12
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ Selasa 28 April 2020

Masalalah : Risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
Pasien menyendiri didalam kamar, murung tidak mau berbicara, tidak mau menatap
pandangan pasien menunduk.
2. Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3. Tujuan khusus :
Klien dapat terlindung dari prilaku bunuh diri
4. Tindakan keperawatan:
1. Mengidentifikasi benda- benda yang dapat membahayakan klien
2. Mengamankan benda- benda yang dapat membahayakan klien
3. Melakukan kontrak tritmen
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

13
5. Melatih cara mengendalikan cara bunuh diri

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi mbk “
“Masih ingatkan sama saya yang kemaren ngobrol diruang istirahat mbk ?
b. Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana perasaan mbk hari ini , jadikan mbk “H” bercerita tentang
perasaan mbk yang ingin bunuh diri secara terperinci ?“
c. Kontrak
1). Topik :
“ Mbk masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini mengenai perasaan
mbk yang ingin bunuh diri sesuai dengan kesepakatan ?”

2). Waktu :
“Untuk membicarakan hal tersebut, mbk “H” mau berapa lama ?, bisa kira-
kira 20 menit ?”

3). Tempat :
“ Enaknya dimana kita bicara mbk ?”disini saja ya mbk (dalam kamar)
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apakah ada sesuatu yang menganggu pikiran mbk akhir- akhir ini?”
“Coba ceritakan kenapa mbk ingin bunuh diri?”
“Jadi perilaku bunuh diri itu tidak akan menyelsaikan masalah, ada acara untuk
mengendalikan emosi mbk. Dengan cara relaksasi.”
“Apakah mbk bisa menghadapinya dengan cara relaksasi …?”
“Apakah mbk sudah mengerti caranya untuk relaksasi?”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“setelah 20 menit berbicara tadi, bagaimana perasaan Mbk “H” ?”
2). Evaluasi objektif:
Pasien tampak senang dan bisa melakukan tehnik relaksasi

14
b.Tindak lanjut klien:

“Nah ...... ini sudah 20 menit, jadi kita cukup disini dulu pembicaraan kita karena
waktunya sudah habis. Sekarang Mbk “H” saya tinggal dulu ?”

c.kontrak yang akan datang:

1). Topik:

“ Bagaimana kalau besok siang kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan


tentang mengenal perasaan ingin bunuh diri”

2). Waktu:

“Mbk “H” mau jam berapa pertemuan besok apa sama seperti tadi jam 10.00 WIB
ya….”

3). Tempat:

“Mbk “H” besok mau ngobrol dimana, disini atau cari tempat lain mungkin mbk
mau ganti suasana tempat baru”

15
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ rabu 29 April 2020

Masalalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-3

A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien:
Pasien duduk sendiri didepan pintu kamarnya.
2.Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3.Tujuan khusus :
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4.Tindakan keperawatan:
1.mengidentifikasi aspek positif klien
2.Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri sediri
3.mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1.Orientasi

a. Salam terapeutik :

16
“ Selamat pagi mbk “

“Masih ingatkan sama saya yang kemaren ngobrol diruang istirahat mbk ?

b.Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana perasaan mbk hari ini ?
c. Kontrak
1). Topik :
“Hari ini, kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan tentang mengenal
perasaan ingin bunuh diri”
2).waktu:
“Untuk membicarakan hal tersebut, mbk “H” mau berapa lama ?, bisa kira-kira 20
menit ?”
3).tempat:
“Mbk bagaimana kalua kita ngobrolnya ditaman saja?”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Mbk apa masih ingat Teknik relaksasi kemarin?”
“Bagaimana perasaan mbk setelah melakukan Teknik relaksasi tersebut?”
“Mbak kalau ada masalah bisa bercerita kepada orang lain jangan dipendam
sendiri”
“Mbak kan masih muda, masa depan mbak juga masih Panjang, bunuh diri itu
bukan jalan yang baik… mbak bisa melakukan hal hal yang positif seperti ikut
terapi, bercerita dengan orang lain atau menulis cerita mbak dibuku harian.”
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“setelah 20 menit berbicara tadi, bagaimana perasaan Mbk “H” ?”
2). Evaluasi objektif:
Pasien tampak senang dan bisa mengulang hal hal positif yang bisa dilakukan
b.Tindak lanjut klien:
“Nah ...... ini sudah 20 menit, jadi kita cukup disini dulu pembicaraan kita karena
waktunya sudah habis. Sekarang Mbk “H” bisa istirahat dulu di kamar ?”

c.kontrak yang akan datang:

17
1). Topik:

“ Bagaimana kalau besok siang kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan


tentang meningkatkan harga diri”

2). Waktu:

“Mbk “H” mau jam berapa pertemuan besok apa sama seperti tadi jam 10.00 WIB
ya….?”

3). Tempat:

“Mbk “H” besok mau ngobrol dimana, disini atau cari tempat lain mungkin mbk
mau ganti suasana tempat baru”

18
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ Kamis 30 April 2020

Masalalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-4

A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien:
Pasien duduk didepan pintu kamar.
2.Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3.Tujuan khusus :
Klien dapat meningkatkan koping yang adaptif
4.Tindakan keperawatan:
1) Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan
2) Menilai koping yang bisa dilakukan
3) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4) Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
5) Menganjurkan menggunakan pola koping yang konstruktif

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1.Orientasi

a. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi mbk “
19
“Masih ingatkan sama saya kan ?”
b.Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana perasaan mbk hari ini ?”
c. Kontrak
1). Topik :
“Hari ini, kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan tentang koping yang
adaptif”
2).waktu:
“Untuk membicarakan hal tersebut, mbk “H” mau berapa lama ?, bisa kira-kira 20
menit?”
3).tempat:
“Mbk bagaimana kalua kita ngobrolnya diruang makan saja?”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Mbk apa masih ingat hal hal positif yang bisa dilakukan kemarin?”
“Apakah sudah dilakukan mbak?”
“Mbak jangan terlalu banyak yang dipikirkan, jangan sampai stress ya…”
“Nah.. kalua ada masalah yang sulit diselesaikan bisa melakukan sholat, berdzikir dan
berdoa agar hati mbak menjadi tenang”
4.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“setelah 20 menit berbicara tadi, bagaimana perasaan Mbk “H” ?”
2). Evaluasi objektif:
Pasien tampak senang dan bisa mengulang hal hal positif yang bisa dilakukan, seperti
berdoa dan sholat.

b.Tindak lanjut klien:

“Nah ...... ini sudah 20 menit, jadi kita cukup disini dulu pembicaraan kita karena
waktunya sudah habis. Sekarang Mbk “H” bisa istirahat dulu di kamar ?

c.kontrak yang akan datang:

1). Topik:

“ Bagaimana kalau besok siang kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan tentang
meningkatkan harga diri”
20
2). Waktu:

“Mbk “H” mau jam berapa pertemuan besok apa sama seperti tadi jam 10.00 WIB ya….?”

3). Tempat:

“Mbk “H” besok mau ngobrol dimana, bagaimana kalua kita ngobrol diruang makan.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ 01, mei 2020

Masalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-5

A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien:
Pasien duduk dikamar, pasien sedang berdandan.
2.Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3.Tujuan khusus :
Klien dapat meningkatkan harga diri
4.Tindakan keperawatan:
1.membuat rencana masa depan yang realistis
2.mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3.memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka merahi masa depan yang
realistis.
B.Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi mbk “
Mbk sudah sarapan?
b. Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana perasaan mbk hari ini ?
c. Kontrak

21
1). Topik :
“Hari ini, kita lanjutkan ngobrolnya dengan membicarakan tentang rencana
masa depan.”
2).waktu:
“Untuk membicarakan hal tersebut, mbk “H” mau berapa lama ?, bisa kira-kira
20 menit ?”
3).tempat:
“Mbk bagaimana kalua kita ngobrolnya diruang makan saja?
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Mbk kalua sudah keluar dari sini mbk mau ngapain? Apa rencana mbk?”
“Mbk masih bisa kuliah yang penting ada niat dan usaha, mbk jangan patah
semanggat, massa depan mbk masih Panjang.”
“Jalun masuk kuliah tidak hanya SNMPTN mbk bisa mengikuti jalur SBMPTN atau
Mandiri.”
“Setelah lulus kuliah mbk bisa kerja, punya penghasilan sendiri dan bisa
membahagiakan orang tua.”
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“setelah 20 menit berbicara tadi, bagaimana perasaan Mbk “H” ?”
2). Evaluasi objektif:
Pasien tampak senang dan bersemanggat untuk melanjutkan kuliah.

b.Tindak lanjut klien:

“Nah ...... ini sudah 20 menit, jadi kita cukup disini dulu pembicaraan kita karena
waktunya sudah habis. Sekarang Mbk “H” bisa ngobrol dengan teman mbk yang
lain.”

c.kontrak yang akan datang:

1). Topik:

“ Bagaimana kalau besok siang kita lanjutkan ngobrolnya Bersama keluarga mbk.

2). Waktu:

22
“Mbk “H” mau jam berapa pertemuan besok apa sama seperti tadi jam 10.00 WIB
ya….?”

3). Tempat:

“Mbk “H” besok mau ngobrol dimana, bagaimana kalau kita ngobrol ditaman.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ 02, mei 2020

Masalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-6

A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien:
Pasien duduk di depan kamar, Bersama pasien yang lain.
2.Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3.Tujuan khusus :
Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
4.Tindakan keperawatan:
1.mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2.menjelaskan pengertian,tanda dan gejala, serta jenis perilaku bunuh diri yang
dialami klien beserta proses terjadinya.
3.menjelaskan cara merawat klien dengan risiko bunuh diri.

B.Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1.Orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi mbk, bapak, ibu“
“Saya putri sela mahasiswa D3 Kperawatan universitas Airlangga yang merawat
anak ibu dan bapak”

23
b.Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana kabarnya ibu dan bapak?
c. Kontrak
1). Topik :
“Hari ini, kita akan ngobrol dengan bapak, ibu dan mbk tentang masalah
yang dialami mbk “H”.
2).waktu:
“Untuk membicarakan hal tersebut, kira- kira selama 20 menit, bagaimana
bapak dan ibu?”
3).tempat:

“ Bagaimana kalua kita ngobrolnya ditaman saja?”

2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


“Bapak, ibu bagaimana awal mula ceritanya mbk “H” bisa sampai masuk rumah
sakit ini?”
“Apakah selama dirumah mbk “H” ada masalah dengan keluarga?”
“Jadi perilaku bunuh diri itu, bisa membahayakan kondisi mbk “H” dan bisa
mengancam nyawa mbk “H”.
“Jadi tanda dan gejalanya risiko bunuh diri biasanya suka mengurung diri dikamar,
tidak mau diajak bicara, suka membawah bendah tajam, dan mengucapkan “saya
merasa tidak berguna dan ingin mati saja” dan Jika emosinya tidak stabil bisa
melukai dirinya sendiri.”
“Jika bapak dan ibu menemukan tanda dan gejala tersebut maka bapak dan ibu
sebaiknya mendengarkan secara serius. Jadi ibu dan bapak harus selalu
mendampingi mbk “H”, sering – sering dijak ngobrol dan menanyakan perasaan
mbk “H”, sehingga mbk “H” memiliki tempat untuk bercerita. Dan pastikan untuk
menjauhkan benda-benda tajam yang bisa digunakan untuk melukai dirinya.”
“Usahakan paling tidak lima kali sehari memberikan pujian dengan tulus.”
“Jika sudah terjdi percobaan bunuh diri sebaiknya langsung mencari bantuan dan
segera dirujuk kerumah sakit atau puskesmas terdekat.”
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“setelah 20 menit berbicara tadi, bagaimana bapak ibu apakah sudah mengerti ?”
24
2). Evaluasi objektif:
Keluarga tampak tenang dan mengerti cara mengatasi risiko bunuh diri.

b.Tindak lanjut klien:

“Bapak ibu ini sudah 20 menit, jadi kita cukup disini dulu pembicaraan kita.

c.kontrak yang akan datang:

1). Topik:

“ Bagaimana kalau besok siang kita lanjutkan ngobrolnya tentang


mempraktikkan merawat pasien dengan risiko bunuh diri”

2). Waktu:

“Waktunya seperti tadi ya bapak ibu pukul 10.00 WIB.”

3). Tempat:

“Bapak ibu besok kita ngobrolnya diruang makan saja ya.”

25
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ 03, mei 2020

Masalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-7

A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien:
Pasien duduk di depan kamar, Bersama pasien yang lain.
2.Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3.Tujuan khusus :
Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
4.Tindakan keperawatan:
1.melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan risiko bunuh diri
2.melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien risiko bunuh diri.

B.Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1.Orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi mbk, bapak, ibu“
Masih ingat sama saya ya yang kemarin ngobrol sama bapak ibu.
b.Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana kabarnya ibu dan bapak?
c. Kontrak
1). Topik :

26
“Hari ini, kita akan mempraktikkan cara merawat pasien dengan risiko
bunuh diri.”
2).waktu:
“Untuk membicarakan hal tersebut, kira- kira selama 20 menit, bagaimana
bapak dan ibu?”
3).tempat:
“Sesuai kesepakatan yang kemarin kita ngobrolnya diruang makan ya…”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Sekarang kita akan latihan merawat pasien dengan risiko bunuh diri ya pak,
buk”
“Sekarang angap saja saya mbk “H” yang mengatakan ingin mati. Coba bapak
ibu praktikan cara yang benar bila dalam keadaan seperti ini.”
“Sekarang coba praktikan cara memberikan pujian pada mbk “H”
“Bagus, bagaimana cara memotivasi agar minum obat dan melakukan kegiatan
yang positif.”
“Baik sekali bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat, bagaimana kalau kita
langsung praktik ke mbk “H” sekarang. (ulangi cara diatas langsung pada
pasien)”
3. Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“Setelah 20 menit praktik tadi, apakah bapak ibu sudah mengerti cara
merawat pasien risiko bunuh diri ?”
2). Evaluasi objektif:
“Keluarga bisa mempraktikkan dan mengerti cara mengatasi risiko bunuh diri.”

b.Tindak lanjut klien:

“Bapak ibu ini sudah 20 menit, jadi kita cukup disini dulu pembicaraan kita.”

c.kontrak yang akan datang:

1). Topik:

“ Bagaimana kalau besok siang kita lanjutkan ngobrolnya tentang persiapan


pulang”

27
2). Waktu:

“Waktunya sama seperti tadi ya bapak ibu pukul 10.00 WIB.”

3). Tempat:

“Bapak ibu besok kita ngobrolnya diruang makan saja ya….”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Waktu / Tanggal : 10.00 WIB/ 04, mei 2020

Masalah : risiko bunuh diri

Pertemuan : Hari ke-8

A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien:
Pasien duduk di depan kamar, Bersama pasien yang lain.
2.Diagnosa keperawatan:
Risiko bunuh diri
3.Tujuan khusus :
Klien dapat menggunakan obat dengan tepat dan benar.
4.Tindakan keperawatan:
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1.Orientasi

a. Salam terapeutik :

“ Selamat pagi mbk, bapak, ibu“

“Apa bapak ibu sudah sarapan?”


b.Evaluasi/ validasi :
“Bagaimana kabarnya ibu dan bapak?

28
c. Kontrak
1). Topik :
“Hari ini, pertemuan kita yang terakhir ya bapak ibu, kita akan mendiskusikan
tentang persiapan pulang.”
2).waktu:
“Untuk membicarakan hal tersebut, kira- kira selama 20 menit, bagaimana
bapak dan ibu?”
3).tempat:
“Sesuai kesepakatan yang kemarin kita ngobrolnya diruang makan ya…”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Bapak ibu ini ada jadwal kegiatan selama dirumah sakit, apakah dapat diterapkan
dirumah, untuk jadwal kegiatan harian dan jadwal kegiatan minum obat.”
“Hal- hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
selama dirumah, misalnya, mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah, menolak
minum obat dan membahayakan diri sendiri, tolong segera menghubungi puskesmas
atau rumah sakit terdekat yang dapat membantu memantau perkembangan mbk”H”
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1). Evaluasi subjektif:
“setelah 20 menit pembicaraan tadi, apakah bapak ibu sudah mengerti?”
2). Evaluasi objektif:
“Keluarga bisa mengerti cara mengatasi risiko bunuh diri dirumah”.

29
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, AH., dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refrika Aditama.

Capermito, LJ. 2008. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC

30

Anda mungkin juga menyukai