Anda di halaman 1dari 14

ASKEP KRITIS PADA NEUROPSIKIATRIK

TENTAMEN SUICIDE

Dosen pengampu : Farida Aini,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB

OLEH

Desi lusiana putri


Jamal huda
I wayan yoga pradnyana
Maelia unayah

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi
dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social
mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi
kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu
mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat
terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support
system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor
tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor
disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis
perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap
ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau
percobaan bunuh diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tentamen suicide ?
2. Macam-macam bunuh diri ?
3. Bentuk bunuh diri ?
4. Faktor-faktor yang menyebabkan bunuh diri ?
5. Tanda-tanda awal bunuh diri ?
6. Karakteristik bunuh diri ?
7. Pathway tentamen suicide ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentamen suicide
2. Mengetahui macam-macam bunuh diri
3. Mengatahui bentuk bunuh diri
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab bunuh diri
5. Mengetahui tanda-tanda awal bunuh diri
6. Mengetahui karakteristik bunuh diri
7. Mengetahui pathway tentamen suicide
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP TENTAMEN SUICIDE


A. DEFINISI
Dalam encyclopedia Britannica, bunuh diri didefinisikan sebagai usaha
seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau sengaja.
Kata suicide berasal dari kata latin Sui yang berarti diri (self), dan kata
Caedare yang berarti membunuh (to kill). (Husain, 2005:6).
Sedangkan menurut aliran huma behavior, bunuh diri ialah bentuk
pelarian parah daari dunia nyata, atau lari dari situasi yang tidak bisa ditolerir,
atau merupakan bentuk regresi ingin kembali pada keadaan nikmat, nyaman
dan tentram. (Kartono, 2000:143).
Berikut merupakan beberapa definisi mengenai bunuh diri yang
diambil dari beberapa kamus dan ensiklopedi : (Dalam Kartono, 2000:144)
a. Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa
identifikasi dengan seseorang yang dibenci, dengan membunuh orang yang
dibencinya.
b. Bunuh diri adalah suatu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan
pribadi, misalnya berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa
dan lain-lain.
c. Bunuh diri adalah prakasa/intisari perbuatan yang mengarah pada kematian
pemrekarsa.
d. Bunuh diri adalah keinginan yang mendorong suatu perbuatan untuk
melakukan destruksi/ pengrusakan diri sendiri.
e. Bunuh diri adalah inisiasi perbuatan yang mengarah pada motivasi kematian,
membunuh, dan dibunuh.

B. Macam-macam Bunuh Diri


Sosiolog Emile Durkheim (1897, 1951) membedakan bunuh diri
menjadi empat jenis yaitu : (Upe, 2010:99)
1. Bunuh diri egoistik, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang
yang merasa kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan
kesatuan sosialnya.
2. Bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi
antar sesame individu yang satu dengan yang lainnya sehingga
menciptakan masyarakat yang memiliki integritas yang kuat, misalnya
bunuh diri hara-kiri di Jepang.
3. Bunuh diri anomi, yaitu tipe bunuh diri yang lebih terfokus pada keadaan
moral dimana individu yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan dan
norma dalam hidupnya.
4. Bunuh diri fatalistik, tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas
oleh Durkheim. Pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi di mana
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya di mana
diri fatalistic terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
menigkat dan terasa berlebihan.
Menurut Kartono (2000:145) bunuh diri dapat digolongkan dalam dua
tipe, yaitu :
1. Bunuh diri konvensional, adalah produk dari tradisi dan paksaan dari
opini umum untuk mengikuti kriteria kepantasan, kepastian social dan
tuntunan social.
2. Bunuh diri personal, bunuh diri ini banyak terjadi pada masa modern,
karena orang merasa lebih bebas dan tidak mau tunduk pada aturan dan
tahu perilaku tertentu. Bunuh diri ini adalah bentuk kegagalan
seseorang dalam upayanya menyesuaikan diri terhadap tekanan-
tekanan social dan tuntutan hidup.

Selain itu juga terdapat bunuh diri yang dilakukan dengan


adanya bantuan dari seorang dokter atau tenaga medis, bunuh diri ini
disebut Euthanasia, yaitu tindakan menghilangkan rasa sakit pada
penderita penyakit ynag sulit diobati atau menderita sakit keras.
Ada dua tipe Euthanasia yaitu Euthanasia aktif dan Euthanasia
pasif. Euthanasia aktif terjadi apabila kematian disebabkan oleh suatu
usaha yang dengan sengaja dilakukan untuk mengakhiri hidup
seseorang, seperti dengan injeksi obat yang mematikan. Dan
Euthanasia pasif terjadi ketika seseorang diizinkan mati dengan
mencabut perawatan yang tersedia, seperti perlengkapan terapi
penopang hidup missal mencabut alat bantu perbafasan. (Santrock,
2002:264).

C. Cara atau Bentuk Bunuh Diri


Metode yang digunakan sebagai percobaan bunuh diri umunya selain memiliki
fungsi untuk mengakhiri hidup juga memiliki makna tersendiri seperti motif
harapan yang mendasari. Secara umum metode yang digunakan untuk bunuh
diri yaitu sebagai berikut :
1. Gantung diri
2. Melukai diri dengan benda tajam
3. Menelan racun atau obat-obatan sampai over dosis
4. Menjatuhkan diri dari atap gedung
5. Membakar diri
6. Menabrakkan diri

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Bunuh Diri


Terdapat banyak faktor yang dapat mengakibatkan seseorang melakukan
percobaan bunuh diri, menurut Husain (2005:67) diantaranya yaitu:
1. Adanya gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat menimbulkan tindakan-tindakan berbahaya,
baik itu merupakan tindakan bunuh diri yang mematikan, maupun bunuh
diri yang mematikan. Depresi dan skizopherenia merupakan gangguan
psikologis yang sering berkaitan dengan percobaan bunuh diri.
2. Penggunaan alkohol dan narkotik
Penggunaan alkohol dan narkotik merupakan faktor yang sangat penting
dalam percobaan bunuh diri, hal ini dapat dilihat ari berbagai penelitian
yang menunjukkan bahwa penggunaan narkotik dan obat-obatan lainnya
ikut ambil bagian dalam kasus bunuh diri.
3. Krisis kepribadian (Personality Disorder)
Meskipun hubungan antara krisi kepribadian dan bunuh diri belum
diyakini secara umum, tapi beberapa penelitian terkini menunjukkan baha
krisi kepribadian merupakan faktor penting dalam melakukan percobaan
bunuh diri.
4. Penyakit-penyakit jasmani (Physical Illnesses)
Penyakit-penyakit jasmani termasuk hal-hal yang paling sering
mengakibatkan bunuh diri, khuusnya bagi orang-orang tua.
5. Faktor-faktor genetis (Genetic Factor)
Para pakar yang akhir-akhir ini meneliti bunuh diri secara biologis
menyatakan bunuh diri memiliki kesiapan-kesiapan genetis. Meskipun
tindakan bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota keluarga atau
kerabat bukanalh sebab langsung bagi bunuh diri, namun para anggota
keluarga ini lebih rentan terhadap bunuh diri.
6. Perubahan dalam bursa kerja (Labour Market)
Revolusi ekonomi dan teknologi yang terjadi di dunia telah membawa
dampak positif dan negative, disengaja dan tidak disengaja, baik dalam
bidang ekonomi, social, kejiwaan, politik dan budaya. Krisi moneter dan
ekonomi di sunia mengakibatkan bertambahnya pengangguran dan
menimbulkan bahaya yang serius.
7. Kondisi keluarga
Kebanyakan remaja yang memiliki perilaku bunuh diri menghadapi
berbagai problem keluarga yang membawa mereka kepada kebimbingan
tentang harga diri, serta menumbuhkan perasaan bahwa mereka tidak
disukai, tidak diperlukan, tidak dipahami dan tidak dicintai.

8. Pengaruh media massa


Berita tentang bunuh diri kadang dapat memicu tindakan bunuh diri,
terutama bagi orang-orang yang memang telah mempersiapkan diri untuk
melakukannya.

E. Tanda-Tanda Awal Bunuh Diri


Menurut Santrock (2003) terdapat tanda-tanda awal bunuh diri khususnya
pada remaja yaitu sebagai berikut :
a. Mengancam akan bunuh diri
b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelmnya
c. Tersirat unsur-unsur kematian dalam music, seni dan tulisan-tulisan
pribadinya
d. Kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan, atau pacar akibat
kematian, diabaikan, atau putusnya suatu hubungan.
e. Gangguan dalam keluarga
f. Gangguan tidur
g. Menurunnya nilai-nilai disekolah dan hilangnya minat terhadap sekolah
atau kegiatan yang sebelumnya dianggap penting
h. Perubahan pola tingkah laku yang dramatis
i. Perasaan murung, tidak berdaya dan putus asa yang mendalam
j. Menarik diri dari anggota keluarga dan teman
k. Membuang atau memberikan semua hadiah-hadiah miliknya dan
sebaliknya mulai menata kerapihan
l. Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku berisiko yang tidak terencana

F. Karakteristik pada pelaku bunuh diri


Menurut Kartono (2000:147) terdapat beberapa ciri karakteristik dari
orang-orang yang cenderung melakukan dan sudah melakukan perbuatan
bunuh diri, antara lain ialah :
1. Ada ambivalensi yang sadar atau tidak sadar antar keinginan untuk mati
dan unutk hidup
2. Ada perasaan tanpa harapan, tidak berbahaya, sia-sia, sampai pada jalan
buntu, merasa tidak mampu mengatasi segala kesulitan dalam hidupnya.
3. Merasa pada batas ujung kekuatan, merasa sudah mencapaitotal, secara
fisik dan secara mental.
4. Selalu dihantui atau dikejar-kejar rasa cemas, takut, tegang, depresi,
marah, dendam, dosa atau bersalah.
5. Ada kekacauan dalam kepribadiannya, mengalami kondisi disorganisasi
dan disintegrasi personal, tanpa mampu keluar dari jalan buntu dan tanpa
kemampuan memperbaikinya.
6. Terayun-ayun dalam macam-macam suasana hati yang kontroversal,
agitasi lawan apati, ingin lari laawan dari berdiam diri, memiliki
potensialitas kontra kelemahan dan ketidak beranian.
7. Hilangnya kegairahan hidup, hilang minat pada aktivitas sehari-hari, pupus
gaiah seks, tanpa minat terhadap masyarakat sekitar.

G. Pathway

Peningkatan verbal/ nonverbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri


Ambivalensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Pengkajian Lingkungan Upaya Bunuh Diri
Presipitasi kehidupan yang menghina/menyakitkan
Tindakan persiapan metoda yang dibuituhkan, mengatur rencana,
Membicarakn tentang bunuh diri, memberiakn milik berharga
sebagai
Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematika
Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih
Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui

b. Petunjuk Gejala
Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
Alam pearsaan depresi
Agitasi dan gelisah
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial

c. Penyakit Psikiatrik
Upaya bunuh diri sebelumnya
Kelainan afektif
Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat
Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia
Kombinasi dari kondisi diatas

d. Riwayat Psikososial
Baru berpisah, bercerai atau kehilangan
Hidup sendiri
Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru
dialami
Stres kehidupan multipel (pindah, kehilangan, putus hubungan
yang berarti, masalah sekolah)
Penyakit medik kronik
Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat

e. Faktor-Faktor Kepribadian
Impulsif, agresif, rasa bermusuhan
Kekakuan kognitif dan negatif
Keputusasaan
Harga diri rendah
Batasan atau gangguan kepribadian antisosial
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga perilaku bunuh diri
Riwayat kelaurga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya

B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko bunuh diri berhubungan dengan putus asa
b. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera fisik
c. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan
peran social
C. Rencana Keperawatan
1. Harga diri rendah
Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk


mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling


percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.


Perkenalkan diri dengan sopan.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan pertemuan.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.


Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat


digunakan.
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
3. Resiko bunuh diri
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan
kepada seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan


prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah dan sopan.


Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Beri perhatian kepda klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri


Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri
Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.

Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.


Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.

Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri


Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.

Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk
menghadapi masalah.

f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

Bantu klien untuk mengatasi masalah.


Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.

h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

Jelaskan cara minum obat dengan klien.


Diskusikan manfaat minum obat.
i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan diri.

Identifikasi keluarga merawat klien.


Jelaskan cara merawat klien bunuh

j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh


diri.

Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri.

4. Koping yang tak efektif


Tujuan umum:
Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh
diri.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


menerapakan prinsip komunikasi terapetik.
Sapa klien dengan ramah dan sopan.
Perkenalkan diri dengan sopan,
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Beri perhatian kepada klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri


Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.


Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang
dialami.

d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa


dilakukan.
Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.
Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.


Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.
Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.


Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang
sehat untuk menghadapi masalah.

g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh


diri.
Bantuklienuntukmengatasimasalah.
Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dilih.h. Klien dapat
mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual
Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.

h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.


Jelaskan cara minum obat dengan klien.
Diskusikan manfaat minum obat.

i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan diri


Identifikasi keluarga merawat klien.
Jelaskan cara merawat klien.

j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan


tindakan bunuh diri.
Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart , 2009).
BAB III
KESIMPULAN

a. Kesimpulan
Tentamen suicide merupakan tindakan yang dapat melukai diri sendiri maupun
orang lain. Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-
isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian,
atau luka yang menyakiti diri sendiri.

b. Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan
mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca
untuk meningkatkan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nininghaia-6277-2-babii.pdf

http://etheses.uin-malang.ac.id/806/6/10410163%20Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai