Anda di halaman 1dari 9

Teori Bunuh Diri Emile Durkheim

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

- ERIK SANDI NIHALI (281420046)


- MEISKE TOMAYAHU (281420027)
- NURAISYAH RAMADANI WUNGGULI (281420040)
- NIRMALA MAKUTA (281420041)
- SALSA AULIA PRATAMA (281420043)

Bab I

PENDAHULUAN

Bunuh diri merupakan suatu tindakan yang sangatlah bebahaya karena bisa merugikan diri kita
sendiri. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan bahwa dirinya mengalami
kegagalan pada dirinya (depresi) seperti munculnya masalah-masalah yang tidak dapat
diselesaikan olehnya sehingga dia mengambil cara alternatif yaitu mengakhiri hidupnya sendirii
(bunuh diri). Bunuh diri seringkali muncul di pemberitaan media cetak maupun media
elektronik.

Tindakan bunuh diri merupakan sebuah masalah yang serius dalam kesehatan masyrakat di
dunia. Angka bunuh diri cenderung menignkat, baik di negara berkembang maupun negara maju.
Hal ini disebabkan oleh seseorang yang tidak dapat mengontrol stress sehingga mengarahkan
seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Fenomena bunuh diri terus meningkat baik di indonesia maupun di berbagai dunia. Jika ditinjau
lebih lagi, khususnya di indonesia WHO mencatat angka kematian bunuh diri pada tahun 2020
secara umum mencapai 2,4 per 100.000 jiwa dan diperkirakan jumlah kematian bunuh diri.
Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan perbandingan angka bunuh diri berdasarkan gender.
Laki-laki memiliki kemungkinan yang lebih besar dari pada perempuan dengan tingkat rata-rata
untuk laki-laki dewasa lima kali lebih besar dibandingkan perempuan.Hal ini dikarenakan ketika
melakukan percobaan bunuh diri perempuan cenderung tidak melakukannya dengan usaha yang
sungguh-sungguh atau dengan menggunakan alat yang mematikan, misalnya melompat dari atap
gedung atau menggunakan alat yang mematikan seperti pistol yang kebanyakan dilakukan oleh
laki-laki, perempuan cenderung menggunakan metode yang dramatis seperti memotong nadi atau
meminum obat-obatan yang tidak mendatangkan kematian secara langsung.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya gangguan psikologis seperti depresi pada pelaku
percobaan bunuh diri. Berdasarkan hasil penelitian sendiri depresi mayor berkontribusi pada
sekitar 20% - 35% dari kematian karena bunuh diri di Amerika Serikat.Akan tetapi depresi
meminjam istilahnya Freud hanya merupakan pencetus terakhir (Precipitating Event),sedangkan
trauma yang diakibatkan oleh penolakan orangtua ikut berperan sebagai Traumatic Event yaitu
permasalahan membekas yang tidak disadari,selain itu tekanan hidup atau masalah-masalah yang
dihadapi seperti misalnya masalah kerja, perceraian, menderita penyakit yang serius dan masih
banyak lagi juga ikut menyumbang seseorang melakukan percobaan bunuh diri.
BAB II

Pembahasan

A. Bunuh Diri

1. Definisi Bunuh Diri

Bunuh diri (bahasa Inggris: suicide, berasal dari kata Latin suicidium, dari sui caedere,
"membunuh diri sendiri") adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri
sendiri. Sekitar 800.000 hingga satu juta orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun,
sehingga bunuh diri menduduki posisi ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar di dunia.

Berikut merupakan beberapa definisi mengenai bunuh diri yang diambil dari beberapa kamus
dan ensiklopedi :a. Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa
identifikasi dengan seseorang yang dibenci, dengan membunuh diri sendiri orang yang
bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya.

b. Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan Pribadi, misalnya
berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa dan lain-lain.c. Bunuh diri adalah
prakasa/intisari perbuatan yang mengarah pada kematian pemrakarsa.

Terdapat juga bunuh diri yang dilakukan dengan adanya bantuan dari seorang dokter atau tenaga
medis, bunuh diri ini disebut Euthanasia, yaitu tindakan menghilangkan rasa sakit pada penderita
penyakit yang sulit diobati atau menderita sakit keras. Ada dua tipe Eutanasia yaitu Eutanasia
aktif dan Eutanasia pasif.
 Eutanasia aktif terjadi apabila kematian disebabkan oleh suatu usaha yang dengan
sengaja dilakukan untuk mengakhiri hidup seseorang, seperti dengan injeksi obat yang
mematikan.
 Eutanasia pasif terjadi ketika seseorang diizinkan mati dengan mencabut perawatan yang
tersedia, seperti perlengkapan terapi penopang hidup misal mencabut alat bantu
pernafasan.
Contoh Kasus-kasus bunuh diri yang terkenal:

 bunuh diri sekte "Jonestown" pada tahun 1978, di mana 918 orang anggota Peoples
Temple, sebuah sekte di Amerika yang dipimpin oleh Jim Jones, mengakhiri hidup
mereka dengan minum anggur Flavor Aid yang dicampur dengan sianida. Lebih dari
10.000 warga sipil Jepang melakukan bunuh diri pada hari-hari terakhir Pertempuran
Saipan pada tahun 1944, sejumlah orang melompat ke dalam "Jurang Bunuh Diri" dan
"Jurang Banzai".
 Aksi mogok makan 1981, yang dipimpin oleh Bobby Sands, menyebabkan 10 orang
meninggal dunia. Penyebab kematian tersebut dicatat oleh petugas forensik sebagai
"kelaparan, pemaksaan diri" alih-alih bunuh diri; penyebabnya telah dimodifikasi
menjadi hanya "kelaparan" pada surat kematian setelah mendapat protes dari keluarga
pengunjuk rasa yang mati.[157] Erwin Rommel selama Perang Dunia II diketahui
menyembunyikan rahasia tentang Plot 20 Juli terkait kehidupan Hitler dan diancam
dengan pengadilan publik, hukuman mati dan balas dendam terhadap keluarganya kecuali
jika ia mengakhiri hidupnya sendiri.

2. Cara atau Bentuk Bunuh Diri

Metode yang digunakan sebagai percobaan bunuh diri umumnya yaitu sebagai berikut:

a) Gantung diri.
b) Melukai diri dengan benda tajam seperti tradisi harakiri di jepang, memotong urat nadi,
atau menembak dirinya dengan senjata api atau pistol.
c) Menelan racun atau obat-obatan sampai over dosis.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan bunuh diri

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri antara lain:

a) Faktor-faktor yang memengaruhi risiko bunuh diri antara lain gangguan jiwa,
penyalahgunaan obat, kondisi psikologis, budaya, kondisi keluarga dan masyarakat, dan
genetik.
b) Faktor sosial ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan, gelandangan, dan diskriminasi
dapat mendorong pemikiran untuk melakukan bunuh diri.

4. Tanda-tanda Awal Bunuh Diri

a) Mengancam akan bunuh diri


b) Kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan, atau pacar akibat kematian,diabaikan,
atau putusnya suatu hubungan.
c) Perubahan pola tingkah laku yang dramatis, misalnya remaja yang senang sekali
berteman dan berkumpul dengan banyak orang berubah menjadi pemalu dan menarik
diri.
d) Perasaan murung, tidak berdaya dan putus asa yang mendalam.
e) Menarik diri dari anggota keluarga dan teman, merasa disingkirkan oleh orang yang
berarti bagi dirinya.

5. Mencegah Tindakan Bunuh Diri

Ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, menurut Edwin Sneidman seorang
pelopor yang mengembangkan strategi umum dalam pencegahan bunuh diri mengungkapkan tiga
hal yaitu sebagai berikut:

a) Mengurangi penderitaan dan rasa sakit psikologis yang mendalam Menurut beberapa ahli
pelaku percobaan bunuh diri biasanya memiliki.
b) Membuka pandangan, yaitu memperluas pandangan yang terbatas dengan membantu
individu melihat berbagai pilihan selain pilihan ekstreem dengan membiarkan
penderitaan dan ketiadaan terus berlangsung.
c) Mendorong orang yang bersangkutan meskipun hanya selangkah dari tindakan yang
menghancurkan diri sendiri.

B. Teori-teori bunuh diri Emile Durkheim

Dalam bukunya “SUICIDE” Emile mengemukakan dengan jelas bahwa yang menjadi penyebab
bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi sosial. Teori ini muncul karena Emile melihat didalam
lingkungannya terdapat orang-orang yang melakukan bunuh diri.Emile Durkheim (dalam
Siahaan, 1986:147) mengemukakan dengan jelas mengenai hubungan integrasi sosial dengan
kecenderungan untuk melakukan bunuh diri, ia menolak anggapan teori psikologi yang
mengatakan bunuh diri disebabkan oleh penyakit jiwa. Dia menolak anggapan seorang sarjana
prancis Gabriel Tarde, yang menyatakan bahwa bunuh diri adalah. akibat imitasi atau peniruan.
Selain itu ia juga menolak teori ras, teori iklim, teori tentang kemiskinan dan teori yang
menghubungkan bunuh diri dengan alkoholisme. Durkheim menolak teori-teori tersebut
berdasarkan data statistic dari hasil penelitian di banyak Negara.Durkheim memusatkan
perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam masyarakat :a) Bunuh diri dalam
kesatuan agama

Dari data yang dikumpulkan Durkheim menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di
negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut agama katolik atau lainnya.
Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama
tersebut kepada para penganutnya.

b) Bunuh diri dalam kesatuan keluarga

Dari penelitian Durkheim pada orang yang menikah dengan tidak menikah ditemukan
bahwasanya bunuh diri lebih banyak terjadi pada orang yang tidak menikah, hal ini karena
semakin kecil jumlah anggota dalam suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan
untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar mengikat orang dalam kegiatan-kegiatan sosial
diantara anggota-anggota kesatuan tersebut.

c) Bunuh diri dalam Kesatuan Politik


Setelah membandingkan data bunuh diri dengan peristiwa politik mulai tahun 1829-1847,
Durkheim menemukan angka bunuh diri yang rendah pada masa revolusi/pergolakan politik,
dibandingkan dengan didalam masa tidak terjadi pergolakan politik, ia berpendapat ketika dalam
masa revolusi/pergolakan politik, anggota-anggota masyarakat justru lebih terintegrasi di dalam
menghadapi musuh-musuhnya, sehingga dengan derajat integrasi sedemikian ini, maka angka
kecenderungan untuk melakukan bunuh diri menjadi lebih kecil. Durkheim membagi tipe bunuh
diri ke dalam 4 macam :

a) Bunuh diri Egoistis Yaitu suatu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang karena
merasa kepentingannya sendiri lebih besar dari pada kepentingan kesatuan sosialnya.

b) Bunuh Diri AltruistisTerjadi ketika intergrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat di
katakan individu terpaksa melakukan bunuh diri.

c) Bunuh Diri AnomicAdalah suatu situasi di mana terjadi suatu keadaan tanpa aturan, di mana
kesadaran kolektif tidak berfungsi.

d) Bunuh Diri FatalistisTipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh
Durkheim.Bunuh diri ini terjadi karena individu merasa putus asa. Tidak ada lagi semangat
untuk melanjutkan kehidupannya.
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Percobaan bunuh diri terjadi karena adanya masalah yang tidak bisa diselesaikan dan akhirnya
memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.Pengambilan keputusan dalam
bunuh diri dipengaruhi oleh Menderita gangguan mental, seperti depresi,Mengalami kekerasan
psikologis,misalnya perundungan (bully),Penyalahgunaan NAPZA,Memiliki tekanan batin,
misalnya karena kehilangan pekerjaan, status/kedudukan, atau uang,Mengalami kekerasan
seksual,Kehilangan kerabat dekat atau anggota keluarga,dan Dipenjara.

teori bunuh diri adalah teori yang dikemukakan oleh seorang sosiolog yang bernama emile
durkheim. beliau mencetuskan teori ini karena melihat banyaknya masyarakat di lingkungannya
melakukan tindakan bunuh diri. dan penyebab utama dari bunuh diri tersebut karena integritas
sosial.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki saran guna mengurangi terjadinya percobaan
bunuh diri. adapun saran-saran tersebut yaitu :

1. Bagi masyarakat umum

Bunuh diri tidak bisa digunakan sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah, melainkan bentuk
pelarian diri yang merugikan bagi diri sendiri. Ketika seseorang memiliki pikiran untuk bunuh
diri maka peran sosial sangat berpengaruh agar pikiran tersebut tidak diwujudkan dalam
tindakan. Hal yang perlu dilakukan ketika terdapat pikiran untuk bunuh diri :

a. Menjauhkan dari benda-benda atau informasi yang dapat memicu tindakan bunuh diri.
b. Tidak membiarkan orang yang depresi menyendiri dan menganjurkan untuk bergaul dengan
orang lain. Selain itu bagi orang disekitarnya juga harus mendukung dengan cara mengawasi,
menemani dan menanamkan pikiran positif pada orang tersebut.

c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif seperti organisasi sosial.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya kriteria subjek yang kurang variatif,
sehingga data yang diperoleh masih kurang dalam dan hasilnya tidak dapat digeneralisir pada
orang secara umum, melainkan hanya pada orang yang memiliki kriteria yang sama dengan
subjek penelitian ini. Untuk itu disarankan pada peneliti selanjutnya, agar mengkaji bunuh diri
dengan subjek yang lebih bervariasi, baik dari segi umur ataupun kultur yang berbeda, sehingga
dapat diperoleh data yang lebih mendalam dan lebih variatif.

Anda mungkin juga menyukai