Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTEK ONLEN

DI INDUSTRI BARCORE PT
ALBASIA BATANG SEJAHTERA

FAKTOR BAHAYA ERGONOMI DAN


PSIKOLOGI KERJA
KELOMPOK 2
I KETUT WISMA JATENDRA A.B, S.Kep

ISNAINI MAHMUDAH, A.Md.Kep

JAMAL HUDA, S.Kep


Ns. JHON RONI RITONGA, S.Kep
LINA NADIRA, AMd.Kep
Ns. M. HIDAYATULLAH, S.Kep

M. NOVAN WAHYU KURNIAWAN, A.Md.Kep


MONICA JEQUALINE MANUNAY, A.Md.Kep

MUHAMMAD BAYU AJI SADEWO, A.Md.Kep

Ns. NENENG HANDAYANI, S.Kep


NGAINAL ZAFIN, A.Md.Kep
NURJAYA, A.Md.Kep
PUTRI MELANIA PURBA, S.Kep., Ns

Ns. RANDI FAISAL, S.Kep


REINALDY OCTAVIANUS YAN DIMPUDUS, S.Tr.Kep

RIDWAN, A.Md.Kep
BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai permasalahan yang dihadapi pada bidang ergonomi dan K3 (Kesehatan


dan Keselamatan Kerja) dalam sebuah industri adalah sebuah hal yang penting untuk
dikaji, salah satunya dengan menggunakan pendekatan ergonomi. Pendekatan
ergonomi sendiri merupakan suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi, dan seni
yang dapat menyelaraskan peralatan, mesin, pekerjaan, dengan kemampuan dan
keterbatasan yang dimiiki oleh manusia.
Pencapaian manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat
tergantung pada faktor ergonomi yang diperhatikan oleh perusahaan. Para pekerja
harus mengetahui dan memahami berapa banyak takaran energi yang meliputi
jumlah, kualitas, frekuensi, selera, kebiasaan, dan kemampuan yang diperlukan oleh
tubuh untuk melakukan aktivitas tersebut.
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan
gabungan dan kata psyche dan logos. Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja
adalah stress kerja sebagai faktor psikologis, menurut penelitian Baker (Rini 2002)
stres kerja dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit,
akibatnya pekerja cenderung sering dan mudah terserang penyakit sehingga kurang
berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Tujuan
1.Mengetahui sitem kerja ergonomi pada
industri barecore
2.Mengetahui factor factor yang
mempengaruhi stress kerja
3.Mengetahui identifikasi bahaya ergonomi
4.Mengetahui identifikasi bahaya psikologi
kerja

Faktor yang mempengaruhi aktivitas


tenaga kerja, disebabkan oleh
ketidaksesuaian antara fasilitas kerja
Dasar Hukum yang meliputi cara kerja, posisi kerja,
alat kerja dan beban angkat terhadap
tenaga kerja. ( Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun
2018). Dan UU 1 tahun 1970 
BAB II
HASIL

Industri barecore adalah barang setengah jadi yang digunakan untuk


menjadi bagian tengah dari triplek. Barecore terdiri dari potongan-
potongan kayu kecil yang disusun dan direkatkan hingga menjadi susunan
berbentuk papan (Raymond, 2014). Pemanfaatan limbah kayu berupa
potongan-potongan kayu daripabrik induk atau pabrik kayu olahan
ditambahkan bahan perekat merupakan bahan baku utama dalam proses
pembuatan barecore. Kayu yang digunakan umumnya adalah kayu lunak
seperti sengon dan albasia (Sudibyo et al., 2016)
1.Bahan baku
2.Pengankutan
3.Pengeringan
4.Pembelahan
5.Penghalusan
6.Pemotongan
Proses Produksi Barecore 7.Penyusunan
pada umumnya ada 13 8.Pengeleman
tahapan 9.Persiapan press
10.Pengepresan
11.Pendempulan
12.Pengeringan lem
13.Pengepakan
Identifikasi Faktor Bahaya
Perusahaan

Pengukuran dan pengendalian factor ergonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat
2 harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensi bahaya factor ergonomi

Potensi Bahaya Faktor Ergonomi meliputi sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Tanda sistem kerja yang tidak ergonomic harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
potensi bahaya factor ergonomi

Pencegahan dan Penanggulangan Potensi bahaya bisa dikendalikan dengan beberapa cara,
sesuai dengan Pasal 23 Permenaker no. 05 tahun 2018
No. Bagian / pekerjaan Potensi bahaya Risiko bahaya Pengendalian yang dilakukan

1. Cutting / Pemotongan Gerakan terus menerus Pegal dan kesemutan Mengoptimalkan cara dan
dengan gaya yang sama pada tangan dan kaki posisi kerja

2. Pembelahan kayu Posisi tubuh miring teru Cedera otot pinggang Bergantian pegawai secara
menerus berkala

3. Assembling / perakitan Bekerja dengan Cedera otot punggung Melakukan pekerjaan dengan
membungkuk serta posisi baik
mengangkat beban Penggunaan alat bantu
berat

4. Pengeleman/ perekatan Membungku dengan LBP dan pegal pegal Peregangan otot
waktu yang lama

5. Pengpresan barecore Objek terlalu rendah Kaku leher dan kaki 8 jam kerja 1 jam istirahat
sehingga leher kaku dan menjadi kesemutan
berdiri terlalu lama

6. Pendempulan Peroses angkat angkut Cidera pinggul dan Istirahat secara berkala dan
secara manual nyeri pergantian pekerja
Pencegahan dan Penanggulangan

Potensi bahaya bisa dikendalikan dengan beberapa cara, sesuai


dengan Pasal 23 Permenaker no. 05 tahun 2018, yaitu:
 Menghindari posisi yang janggal
 Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja
 Mendesain kembali atau mengganti tempat kerja,
objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan peralatan
kerja
 Memodifikasi tempat kerja, objek kerja, bahan, desain
tempat kerja, dan peralatan kerja
 Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat
 Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam
posisi netral atau baik
 Menggunakan alat bantu
BAHAYA PSIKOLOGIS KERJA

• Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang


berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian

• Pengukuran dan pengendalian factor psikologi


sebagaimana di maksud dalam pasal 5 ayat 2:
harus dilakukan pada tempat kerja yang
memilki bahaya factor psikologis
Hasil observasi psikologi kerja ( Kuesioner SDS)

No. Sumber Stres Tingkat Risiko Pertanyaan

1. Ambiguity / ketidakjelasan 8,1 ( ringan ) 1,7,13,19,25

2. Conflict/ konflik peran 13,7 ( sedang) 2,8,14,20,26

3. Overload quantity/ beban kerja berlebih secara kualitatif 19,8 ( sedang ) 3,9,15,21,27

4. Overload quality / beban kerja berlebih secara kuantitatif 10,2 ( sedang ) 4,10,16,22,28

5. Career/ pengembangan karir 8,9 ( ringan ) 5,11,17,23,29

6. Responsibility/ tanggung jawab 14,3 ( sedang ) 6,12,18,24,30


penjelasan :

1.Ambigu : hampir tidak ada, karena sistem pembagian kerja sudah jelas per
masing-masing bagiannya.
2. Conflict : terkadang terjadi konflik antara rekan kerja maupun manajemen.
Kualitas pekerjaan belum sesuai keinginan. Menerima
perintah/permintaan daripada satu atau beberapa orang yang saling
bertentangan.
3. Overload kuantiti : selain bekerja diperusahaan, pekerja mengambil pekerjaan
sampingan ditempat lain. Tidak punya waktu lebih untuk istirahat secara
berkala. Pekerjaan lebih banyaj dari biasanya.
4. Overload kualitatif : kurang terampil dalam melaksanakan tugas. Tuntutan
mutu pekerjaan yang terlalu tinggi.
5. Career : karir tidak berkembang. Mencari pekerjaan lain untuk lebih maju.
Kurangnya pelatihan-pelatihan sehingga kemampuan tidak berkembang.
6. Responsibility : tanggung jawab memimpin/membina bawahan. Bertindak
yang mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan orang lain.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.Setelah dilakukan kunjungan online didapatkan hasil bahwa system ergonomic di
indutri barecore masih belum optimal

2.Setelah dilakukan identifikasi pada system ergonomic di industry barecore


didapatkan masih ada potensi bahaya yang dapat menimbulkan resiko penyakit akibat
kerja

3.Factor yang mempengaruhi psikologis diindustri barcore yang paling tinggi adalah
overload kuantiti.

4.Bahaya psikologi kerja yang berhubungan dengan ambiguiti / ketaksaan peran


hampir tidak ada karena system pembagian kerja sudah teratur
SARAN
1. Sistem Ergonomi
Untuk faktor bahaya ergonomi yang belum optimal, dari kami
memberikan saran agar dilakukan edukasi secara berkala agar para
pekerja terhindar dari faktor & resiko bahaya Edukasi yang diberikan
mungkin berupa penjelasan tentang Pencegahan dan
penanggulangan potensi bahaya seperti yang sudsh tertera di
makalah kami
2. Faktor psikologi
Untuk faktor bahay psikologi, saran dari kami hampir sama dengan
sistem ergonomi yaitu melakukan observasi secara berkala, dengan
menggunakan media kuesioner yang sudah valid seperti Survey
Diagnosis Stres (SDS), karena faktor psikologi bisa terjadi dan bisa
berubah tergantung kondisi maupun situasi dari psikis, psikologi dll

Anda mungkin juga menyukai