Anda di halaman 1dari 28

MENUNJUKAN PRAKTIK K3 MEMUTUS RANTAI INFEKSI,

PENCEGAHAN BAHAYA FISIK, RADIASI, KIMIA, ERGONOMIK,


DAN PSIKOSOSIAL.

Dosen : Mariaty A. Sangkai, S.Pd., M.Kes

Oleh :

BomBom Prayoga (2018.C.10a.0928)

Rahman (2018.C.10a.0946)

Valentino (2018.C.10a.0948)

Wuci lisan zena (2018.C.10a.0954)

YASASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S-1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah. Tidak dapat dipungkiri lagi, hambatan demi
hambatan selalu kami temui dalam hal penyusunan setiap makalah. Tapi dengan kerja keras
serta tekad yang kuat maka akhirnya kami dapat menyelesaiakan makalah ini. Kekurangan
demi kekurangan selalu ada, karena kami hanyalah manusia biasa. Oleh sebab itu, kritik serta
saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan dimasa yang akan
datang.

Palangka Raya, 8 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)..................................................


2.2 Penyakit Akibat Kerja.................................................................................
2.3 Kesehatan Lingkungan Kerja......................................................................
2.4 Walk Through Survey.............................................................................
2.5 Higiene Industri......................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam setiap aktivitas.
Pada bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, risiko yang paling sering diperhatikan
adalah risiko yang berakibat negatif. Risiko tersebut berupa bahaya yang mengancam
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Untuk menghindari dampak negatif dari
risiko tersebut, perusahaan harus mampu melakukan pengelolaan potensi risiko yang
timbul sehingga peluang terjadi atau akibat yang ditimbulkannya tidak besar.
Dengan kata lain, dengan mengetahui tingkat risiko yang akan terjadi, maka
perusahaan dapat mengetahui bagaimana cara untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkannya sehingga risiko tersebut dapat dikendalikan. Oleh karena itu, yang
menjadi fokus utama dalam manajemen risiko keselamatan kerja adalah tindakan
pencegahan atau pengurangan ancaman keselamatan dan kesehatan kerja. Potensi bahaya
(hazard) menjadi problematika bagi perusahaan sebab merupakan sumber risiko yang
potensial mengakibatkan kerugian material, lingkungan, dan manusia. Salah satu bentuk
risiko bahaya yang dapat muncul adalah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat timbul
baik dari lingkungan fisik kerja, perilaku para pekerja, maupun mesin dan
peralatan industri yang digunakan.
Tujuan identifikasi bahaya yaitu untuk menjamin bahwa proses produksi bisa berjalan
secara terus-menerus dengan melindungi pekerja, peralatan dan lingkungan dari
terjadinya kecelakaan kerja. Dengan dilakukannya identifikasi bahaya dan
pencegahannya diharapkan dapat meminimalkan kecelakaan yang terjadi sehingga dapat
dicapai tingkat kecelakaan dengan mendekati 0 (zero accident).

1.2 Rumusan Masalah


1. Agar mengerti apa itu keselamatan dan kesehatan kerja (k3) ?
2. Mengetahui apa saja penyakit akibat kerja ?
3. Bagaimana kesehatan lingkungan kerja ?
4. Apa pengertian dari walk through survey ?
5. Mengerti tentang higiene industri ?
1.3 Tujuan
Agar mampu memahami pengertian dari kesehatan dan keselamatan kerja,
mengetahui apa saja penyakit akibat kecelakaan kerja, dan mengerti bagaimana
lingkungan kerja serta memahami tentang higiene industri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan. Pada tahun 1950, satu komisi bersama antara ILO dan WHO menyusun
definisi kesehatan kerja yaitu promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya. Sejumlah kaum professional
yang terlibat dalam bidang ini seperti :
 Dokter
 Ahli higiene kerja
 Ahli toksikologi
 Ahli mikrobiologi
 Ahli ergonomi
 Perawat
 Sarjana hukum
 Ahli laboratorium
 Ahli epidemiologi
 Insinyur keselamatan

Kedokteran kerja merupakan spesialisasi klinis yang mendalami masalah diagnosis,


manajemen dan pencegahan penyakit yang disebabkan atau diperburuk oleh berbagai
faktor di tempat kerja. Kedokteran kerja pada hakikatnya adalah bagian dari kedokteran
pencegahan, dengan beberapa kemampuan terapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja

Mekanik dan
Fisika Kimia Biologi Psikososial
Ergonomi
Sikap tubuh Kebimbangan
Kebisingan Cairan Serangga
Pergerakan Tekanan kerja
Getaran Debu Tungau
Gerakan Kebosanan
Radiasi pengion Asap Lumut
berulang Bekerja pada
Radiasi bukan Serat Ragi
Pencahayaan hari
pengion Kabut Jamur
dan libur
2.2 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit umum yang berkaitan dengan pekerjaan atau
akibat terpapar oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang terdiri dari lingkungan
fisik, kimia, biologi, fisiologi dan psikologi dapat menimbulkan penyakit apabila terjadi
secara terus menerus dan melebihi jumlah waktu kontak dan melampaui nilai ambang
batas tertentu.
Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man
madedisease. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja:
1) Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan
2) Penyakit yang salah satunya penyebabnya adalah pekerjaan
3) Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
penyebab lainnya
4) Penyakit di mana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya.

Dalam masa pembangunan jangka panjang (PJP) II, yang disebut juga sebagai era
industririalisasi, salah satu fokus utama pembangunan adalah pengembangan SDM.
Tenaga kerja merupakan segmen populasi yang menjadi sangat penting dalam era ini,
sehubungan dengan produktivitas industri. Sehingga dengan demikian penyelenggaraan
program kesehatan dan keselamatan kerja yang bertujuan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari resiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting.

1. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu
dilakukan pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasikannya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan
sebagai pedoman:
a. Tentukan diagnosa klinis Diagnosa klinis harus dapat ditegakkan terlebih
dahulu, dengan memanfaatkan fasilitasfasilitas penunjang yang ada seperti
umumnya dilakukan untuk mendiagnosa suatu penyakit. Setelah dignosa klinis
ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama berada dalam
pekerjaannya.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghububungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya.
Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara
cermat dan teliti, yang mencakup:
 Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis
 Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
 Bahan yang diproduksi
 Materi (bahan baku) yang digunakan
 Jumlah pajanannya
 Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
 Pola waktu terjadinya gejala
 Informasi mengenai tenaga kerja yang lainnya (apakah ada yang
mengalami gejala serupa)
 Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan

Pajanan yang dialami digolongkan berdasarkan:

a) Bentuk:
 Fisik : Bising, sinar, iklim, tekanan, getaran, radiasi
 Kimia: Cair, padat, gas, uap, asap
 Biologi: Bakteri, virus, jamur, parasit
 Ergonomi: Sikap kerja, cara kerja, penataan tempat kerja, kelelahan
 Psikososial: Jadwal kerja, beban kerja
b) Cara Masuk:
 Pernapasan
 Pencernaan
 Kulit

c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit


tersebut.
Apakah terdapat bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita.
Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang
menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu
dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang diderita.
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar unuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajananyang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting
untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang
ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
e. Tentukan apakah ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya APD,
riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya meningkat.
Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang
mengakibatkan penderita lebih rentan terhadap pajanan yang dialami.
f. Cari kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu
dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke tujuh langkah di atas maka perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapatkan yang memiliki dasar
ilmiah. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit
apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien
tidak akan menderita penyakit tersebut saat ini. Pekerjaan dinyatakan
memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu
yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat timbulnya penyakit.
Adapun cara untuk memperoleh informasi tentang hubungan pekerjaan
dengan penyakit yang diderita yaitu melalui:
1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiology
5. Pemeriksaan tempat kerja
- Faktor penyebab
- Hasil pengukuran
6. Diagnosa kerja dan diagnosa banding
7. Diagnosa okupasi: ada hubungan diagnosa kerja dengan pekerjaan,
proses kerja, lingkungan kerja.

2.3 Kesehatan Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal,
mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres lingkungan di tempat
kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan dan
efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat.
Tujuan kesehatan lingkungan kerja adalah:
1) Mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui usaha-usaha
pengenalan (recognizion), penilaian (evaluation), dan pengendalian (control) bahaya
lingkungan kerja atau occupational health hazard.
2) Menciptakan kondisi tenpat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman,
memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun kepada karyawan, guna
meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas kerja karyawan.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan
masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin
timbul. Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan
kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap
pekerja, ditempuh tiga langkah utama yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian
dari berbagai bahaya dan resiko kerja.
Program kesehatan lingkungan kerja:
Program kesehatan lingkungan kerja membicarakan hal-hal yang menyangkut
faktorfaktor yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang merupakan hazard
kesehatan yaitu: faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi.
a) Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan,
getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan
dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat
berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif.
 Noise (kebisingan)
Dapat diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki yaitu dalam
bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat, cair dan gas. Bunyi
dapat didengar oleh telinga karena ada rangsangan pada telinga oleh getaran.
Kualitas suara dapat ditentukan oleh 2 faktor yaitu frekuensi dan intensitas
suara.
Identifikasi kebisingan di tempat kerja. Kebisingan dapat muncul di
tempat kerja karena penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara
(seperti mesin-mesin produksi). Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan
di tempat kerja adalah:
i. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-
mesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara generator.
ii. Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus melainkan
terputus-putus, misalnya mesin gerenda.
iii. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin atau
peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan-hentakan,
misalnya mesin pres dan mesin tumbuk.
Pengaruh kebisingan :
Pengaruh kebisingan terhadap karyawan dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
1) pengaruh terhadap kenyamanan yaitu dapat menimbulkan gangguan
pembicaraan, gangguan konsentrasi berpikir serta dapat
menimbulkan stres.
2) pengaruh terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan tuli pada
telinga.
 Fibrasi (Getaran Mekanik)
Identifikasi Fibrasi
Terdapat beberapa peralatan yang waktu digunakan menimbulkan
getaran, dimana getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada alat-alat
tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya disalurkan melalui
lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang digunakan. Misalnya pada
saat mengendarai mobil, traktor dan forklif.
Pengaruh fibrasi
Pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan adalah :
1. Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa tidak
nyaman karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran
2. Menimbulkan kelelahan
3. Menimbulkan bahaya kesehatan.

 Radiasi
Identifikasi radiasi di tempat kerja.
Radiasi adalah hazard kesehatan di lingkungan tempat kerja dan dibagi
menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi tidak mengion
a) Radiasi mengion. Umumnya dapat ditemui di tempat kerja karena
penggunaan alat yang menggunakan bahan radiasi. Atau mempunyai inti
yang tersusun dari proton dan neutron. Proton mempunyai muatan positif
dan neutron bermuatan negatif. Radiasi mengion dibagi menjadi 5 jenis
yaitu: radiasi sinar alfa, beta, gamma, sinar X dan neutron.
b) Radiasi tidak mengion Sinar adalah murni energi disebut sebagai energi
elektromagnetik dan keran karakternya barbagai jenis sinar mengacu
pada karasteristik gelombang. Energi sinar berkaitan dengan panjang
gelombang. Panjang gelombang yang lebih pendek energinya lebih
tinggi. Yang termasuk radiasi tidak mengion adalah gelombang mikro
(microwave), sinar laser, sinar inframerah dan sinar ultraviolet.
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan tergantung dari jenis radiasi yang
terdapat di lingkungan tempat kerja. Efek radiasi umumnya akan
menimbulkan luka bakar pada jaringan tubuh yang terkena.
i. Pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh terutama adalah
gangguan terhadap faali tubuh
ii. Sinar inframerah dapat menyebabkan katarak pada mata
iii. Sinar ultraviolet dapat meyebabkan konjungtivitis, bagi orang yang
kulitnya kurang pigmen yang terpapar dapat menyebabkan kanker
kulit.
iv. Sinar X dan gamma dapat mnenyebabkan luka bakar, impotensi,
kerusakan pada hipoitik dan leukimia.
v. Sinar alfa dan beta dapat menyebabkan kelainan pada daerah yang
terkena /terpapar danmenimbulkan kelainan kronis yang akhirnya
dapat terjadi pada jaringn-jaringan yang lebihpeka.
 Temperatur Ekstrim
Suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan di tempat kerja yang
disebabkan karena suhu sangat rendah atau suhu sangat tinggi. Keadaan ini
biasa disebabkan karena iklim yang ada, juga dapat ditimbulkan karena
dalam proses produksi memerlukan temperatur ekstrim.
Temperatur rendah
Untuk mengidentifikasi adanya hazard temperatur dingin (rendah) dapat
ditemui pada karyawan yang bekerja pada pabrik freezer, pengepala daging,
fasilitas cold storage, dan pertanian di daerah kutub (northterm areas).
Terdapat kumpulan sinyal dari kulit dan core (kumpulan organ-organ dalam
tubuh) yang terintegrasi dengan porsi otak yaitu hipotalamus. Hipotalamus
berfungsi sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh termasuk temperatur
tubuh dan bekerja seperti termostat yang mengatur dan memelihara
temperatur normal. Tetapi karena terdapat pengaruh temperatur luar tubuh
sangat dingin maka kerja hipotalamus menjadi terganggu dan hal ini akan
mempengaruhi tubuh, diantaranya:
- Hipotermia yaitu perasaan yang sangat dingin sampai menggigil dan
menyebabkan denyut jantung pelan dan kadang-kadang tidak teratur,
tekanan darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa
terjadi kolaps. Hal ini terjadi pada temperatur 2-100C, pengaruh tersebut
juga tergantung dari keadaan individu yaitu: tergantung dari daya tahan
tubuh, keadaan fitness, umur dan budaya.
- Raynound’s phenomenon adalah keadaan pucat pada daerah jari.
Raynound’s phenomenon ini dikaitkan dengan jumlah penyakit termasuk
sistemik skleroderma, pulmonary hipertension, multiple sklerosis yang
juga disebut penyekit Raynound’s.
- Chilblains adalah kelainan pada bagian-bagian tubuh menjadi bengkak,
merah, panas, dan sakit yang diselingi dengan gatal-gatal.
- Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh
kelembaban yang dingin.
- Frostbite adalah akibat terpaapr temperatur yang sangat dingin dan dapat
menimbulkan gangren.
Temperatur tinggi (Heat Stres)
Hazards temperatur tinggi (heat stres) dapat ditemukan pada operasi
perusahaan yang menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi,
misalnya pengecoran biji besi atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler,
atau peralatan-peralatan lainnya yang dalam operasinya memerlukan suhu
tinggi.
Pengaruh heat stres terhadap tubuh adalah:
 Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres yang
direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan gangguan
perasaan tidak nyaman sampai terjadiheat disorder.
 Heat Cramps adalah gangguan yang disebabkan oleh karena terpapar suhu
yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya temperatur
tubuh, kekurangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan kekurangan
garam natrium dalam tubuh.
 Heat Exhaution adalah terjadi oleh karena pengaruh cuaca yang sangat
panas, terutama bagi mereka yang tidak teraklimatisasi. Penderita keluar
keringat banyak, tetapi suhu badan dalam keadaan normal atau subnormal,
tekanan darak menurun, dan nadi lebih cepat, terasa lemah, dan bisa
terjadi pingsan.
 Heat Stroke adalah terjadi karena terpapar panas yang sangat tinggi dan
dengan pekerjaan yang sangat berat dan belum teraklimatisasi. Gejalanya
adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas, vertigo, tremor, dan
konvulsi.
b) Faktor kimia
Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah hazard kimia
mempunyai permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian
khusus. Hal ini karena hazards kimia disamping jumlahnya yang beredar di sektor
industri sangat banyak, maka pengaruhnya terhadap kesehatan pun sangat
bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan, luka, alergi sampai
menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi tertentu bahan kimia yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.
- Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat kerja
terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang digunakan
sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya (by-product).
Informasi penting lainnya yang diperlukan dapat diperoleh dari Material
Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh pabrik atau
importir bahan kimia tersebut.
- Jenis kontaminan udara
Pembagian bahan kimia yang merupakan kontamina (pencemar) udara dapat
digolongkan menjadi:
1) Dust (Debu).
Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan,
penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap material
organik dan anorganik, seperti batu, biji besi, metal, batu bara, kayu, dan
biji-bijian.
Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian atas. Partikel atau debu berukuran 3-5
mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah,
sedangkan debu yang berukuran 1-3 mikrometer akan tertinggal pada
permukaan alveoli paru-paru. Debu yang berukuran kurang dari 0.1
mikrometer akan bergerak keluar masuk alveoli.
2) Fumes (upa cair)
Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari kondensasi tahap gas,
umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan diameter
kurang dari 1.0 mikrometer. Pengelasan (welbing), penyolderan yang
tidak cukup panas dan pekerjaan lainnya akan menghasilkan fumes.
3) Smoke (asap)
Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya
kurang dari 0.1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna
dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara dan minyak. Asap
umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel kering.
4) Mists (Kabut)
Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid droplets) yang terbentuk
dari kondensasi uap kembali menjadi bentuk cair, atau pemecahan dari
bentuk cair menjadi tingkat terdepresi, seperti proses deburan air
(spashing, forming, pemecahan atom cairan/atomizing).
5) Gas
Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri,
melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan
normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan
tekana yang tinggi.
6) Vaspors (uap)
Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam keadaan
normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah proses dari sautu
bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara sekitarnya. Dengan
mengetahui mengetahui bentuk dan ukuran-ukuran bahan
pencemaran udara adalah penting dalam program kesehatan lingkungan
kerja (pengenalan,evaluasi, pengendalian hazards) dan juga dalam
menentukan pemilihan alat pelindung diri yang tepat.
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
Terdapat 2 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia, yaitu
melalui:
1. Saluran Pernapasan
Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung
terhirup melalui alat pernapasan. Bahan kimia yg masuk melalui paru- paru
dapat langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah tersebut terbawa
ke seluruh tubuh. Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam
tubuh, yaitu melalui car absorpsi.
Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut, terserap pada
lemak dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida organopirospate.
Bahan kimia yg tereabsorpsi melalui kulit tersebut dapat menimbulkan
kercunan secara sistemik.
2. Saluran pencernaan
Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan
bahan kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan,
minum, atau merokok ditempat kerja. Sebelum makan dan minum diharuskan
mencuci tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui
cairan alat pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem
saluran pencernaan tersebut.

Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan.


Setelah kita mengetahui jalan masuknya bahan kimia beracun dalam tubuh,
penting untuk mengetahui pengaruh yang berbeda- beda antar`jenisnya. Selain
itu, perlu diketahui bahwa masing- masing jenis bahan kimia beracun mempunyai
target organ yang berbeda pula.
Bahan kimia beracun berdasarkan efeknya terhadap kesehtan secara umum,
digolongkan menjadi:
 Iritan

Bahan kimia bersifat iritan adalah yang menyebabkan iritasi pada


jaringan tubuh yang terkena. Efek utama adalah menimbulkan peradangan
oleh karena kontak langsung. Iritan sekunder bisa mengakibatkan reaksi yang
merugikan, tetapi efek ini kecil dibandingkan efek sistemik pada keseluruhan.

 Systemic poisons
Dalam membedakan bahan yang bersifat iritasi yang bisa
menyebabkan reaksi lokal pada daerah yang terkena, maka keracunan sistemik
adalah terserapnya bahan kimia oleh tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan
pada sistem fisiologis internal tubuh oleh karena aksi langsung/ tak langsung.
 Asphyxiants
Bahan kimi ayang mempunyai sifat asfiksian adalah bahan kima yang
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, sehinggga menimbulkan mati lemas,
misalnya nitrogen. Asfiksian dapat mencegah oksigen dalam darah,
menghalangi transportasi oksigen oleh darah ke jaringan tubuh atau mencegah
oksigenasi jaringan.
 Sensitizers
Merupakan bahan kimia yang mempunyai aksi sensitif terhadap
jaringan tubuh yang dapat menyebabkan individu menjadi laergi. Akibat lain
jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan keracunan.
 Narcotics dan anasthetics
Bahan kimia yang bersifat narkotik dan anastetik dalam dosis rendah
dapar berinteraksi dengan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan perasaan
mengantuk. atau perasaan tidak sensitif (kebal). Dalam dosis tinggi akan
menyebabkan reaksi bawah sadar, lemas, koma, bahkan sampai meningggal.
 Fibrogenic dosis
Debu jenis ini bila terdeposit dalam jaringan dapat menyebabkan
pengerasan pada jaringan tersebut
 Nuisance material
Merupakan bahan- bahan yang dapat menggangu kenyamanan pada
tingkat rendah dan itu menghasilkan efek toksik dan kadang- kadang tidak
dipedulikan sebagai bahan yang menggangu.

c) Faktor Biologi
Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur dan virus. Hazards
biologis yang berupa binatang dapat dikenali/ diidentifikasi dengan adanya
kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang
penyebar penyakit (lalat, nyamuk, dan tikus).
Akan tetapi untuk jenis2 bakteri, jamur dan virus tidak mudah dilakukan
identifiikasi terutama bagi kesehatan. Hal ini dapat dilakukan denga melakukan
observasi terhadap karyawan yang sedang menderita penyakit. Pengaruhnya
terhadap karyawan adalah : Binatang buas bukan merupakan hazards kesehatan,
akan tetapi dapat mengggangu keselamatan jiwa, misalnya karyawan penebang
kayu ditengah hutan mempunyai resiko terhadap ancaman binatnag buas.
Sedangkan binatang seperti nyamuk, lalat, dantikus dapat
menyebabkan penyakit menular. Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabakan
penyakit menular, seperti influenza, tbc, kolera, disentri,dsb.
d) Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stres :
1. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut hidup
mati seseorang. Untuk itu pekerja di lab. Kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan
dan keramah tamahan.
2. Pekerjaan pada unit2 tertentu yg sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di nsektor formal
ataupun informal.

e) Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan tercapai efisiensi yg setinggitingginya. Pendekatan ergonomi
bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja diperkantoran atau pelayanan kesehatan pemerintah,
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tnaga operator peralatan,
hal ini disebakan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang
desainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah
sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stres) dengan keluhan yang paling
sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Work station design adalah
bagaimana kita mendesain atau membuat suatu tempat kerja menjadi nyaman dan
tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah bagaimana mengatur atau
meletakkan peralatan kerja yang digunakan.
Workplace design adalah menyangkut masalah berapa kebutuhan minimal
ruangan yang diperlukan sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya
dengan cukup leluasa.
2.4 Walk Through Survey
Dalam kedokteran okupasi, teknik “Walk through survey” yang paling penting adalah
mengenali “occupational health hazards”. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai
dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang
tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven. Dapat juga
menyediakan terlebih dahulu diagram yang memudahkan alur proses.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan
sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey. Mengenal bahaya,
sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja dalam Walk Through
Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan kimia tambahan yang
digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk samping yang dihasilkan.
Keuntungan dari melakukan survey ini termasuk:
- Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional.
- Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja.
- Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat

Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey


untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk
assessment. Dari banyak literature dapat disimpulkan bahwa Walk Through Survey atau
Survei Jalan Sepintas meliputi hal-hal sebagai berikut :

 Pemeriksaan dilakukan secara sederhana dan umum


 Pemeriksaan dilakukan pada unit kerja secara keseluruhan
 Hasilnya kepentingan perencanaan dan pembuatan program kerja baru
 Hasilnya digunakan untuk menentukan prioritas tindakan
 Jangka waktu pemeriksaan lebih singkat
 Dilaksanakan di suatu unit kerja dimana kegiatan higiene Industri akan mulai
diterapan, dan dapat diulangi sesuai kebutuhan, umumnya lebih dari satu tahun.
Walk Through Survey bertujuan :
1. Memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara
umum.
2. Mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3.
3. Memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja.
4. Mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan
timbul.
5. Menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3,
upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan sebagainya.

2.5 Higiene Industri


Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri
atau Higiene Perusahaan. Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari
berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja. Menurut Suma’mur (1976) Higiene
Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan
penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan
kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada
lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan
yang setinggi- tingginya.
Higiene industri merupakan ilmu dan seni yang menitikberatkan pada antisipasi,
penentuan, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor atau tekanan-tekanan
(stressor) lingkungan yang timbul didalam tempat kerja, yang mana faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, atau
ketidaknyamanan diantara pekerja atau penduduk sekitarnya. Ada tiga konsep dasar
yang ditemukan pada higiene industri, yaitu:
1. Pengenalan lingkungan dengan maksud untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan
secara kualitatif.
2. Evaluasi dengan maksud untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat bahaya dari
faktor bahaya lingkungan yang timbul.
3. Pengendalian lingkungan dengan maksud sebagai penerapan metode teknis tertentu
untuk menurunkan tingkat faktor bahaya sampai batas yang masih ditolerir oleh
manusia dan lingkungan. Batas yang dapat di tolerir tersebut adalah Nilai Ambang
Batas (NAB). Prinsip dasar dalam pengendalian lingkungan adalah engineering
control, administrasi, alat pelindung diri (APD).

A. Infeksi Nosokomial
Infeksi yang muncul selama seseorang dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama orang tersebut dirawat atau setelah selesai dirawat,
disebut infeksi nosokomial. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur,
dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau yang
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Infeksi
nosokomial juga dapat disebabkan oleh alat kesehatan, misalnya pada penggunaan
kateter dan infus yang lama tidak diganti-ganti.

B. Kewaspadaan Universal
Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal ialah : higene individu, higene
ruangan, sterilisasi alat. Adapun kegiatan pokoknya, yaitu :
- Cuci tangan  cegah infeksi
- Pakai APD  Sarung tangan  cegah kontak darah
- Pengelolaan alkes bekas pakai
- Pengelolaan benda tajam  cegah luka
- Pengelolaan limbah & sanitasi ruangan

C. Kecelakaan Akibat Kerja


Terdapat 3 faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu :
1. Unsafe action, adalah merupakan faktor manusia yang melakukan tidakan tidak
aman dalam bekerja, misalnya : bergurau ketika bekerja.
2. Unsafe condition, adalah apabila tempat kerja yang tidak mengikuti aturan
kesehatan dan keselamatan kerja, misalnya : penerangan yang tidak memadai,
lantai yang licin.
3. Management factors, adalah apabila tidak adanya peraturan yang melindungi
keselamatan pekerja dengan semestinya.
Ada tiga pokok pelayanan kesehatan kerja :
1) Pemeriksaan kesehatan pekerja, meliputi :
 Pemeriksaan Kesehatan Awal
 Pemeriksaan Kesehatan berkala
 Pemeriksaan Kesehatan Khusus
 Pemeriksaan Kesehatan rutin
 Pemeriksaan Kesehatan akhir
Pemeriksaan awal, berkala dan pemeriksaan khusus merupakan
pemeriksaan wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Pemeriksaan kesehatan rutin dan akhir, merupakan pemeriksaan yang
tidak harus dilakukan oleh semua perusahaan industry, melainkan
berdasarkan keputusan masing-masing perusahaan.
2) Higiene atau Kesehatan Lingkungan Kerja.
3) Keselamatan kerja yang mengutamakan penggunaan alat-alat untuk
bekerja, penerapan prinsip dan pemakaian ala-alat pelindung kerja

a. Keselamatan Kerja
1. Definisi :
Adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin , pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan kerja. Merupakan sarana utama untuk pencegahan
kerugian; cacat dan kematian sebagai kecelakaan kerja, kebakaran dan
ledakan.
2. Sasaran
Tempat kerja; darat; udara; dalam tanah, permukaan air, dalam air.
Mencakup: proses produksi dan distribusi (barang dan jasa) Sasaran
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi TK dan orang lain yang
berada di tempat kerja. Terjadinya kecelakaan kerja, peledakan, penyakit
akibat kerja, kebakaran dan polusi yang memberi dampak negatif terhadap
korban, keluarga korban, perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah dan
masyarakat.
3. Tujuan keselamatan kerja :
- melindungi karyawan atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktifitas nasional.
- menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
- sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Peranan keselamatan kerja
- aspek teknis : upaya preventif untuk mencegah timbulnya resiko kerja
- aspek hukum : sebagai perlindungan bagi tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja
- aspek ekonomi : untuk efisiensi
- aspek sosial : menjamin kelangsungan kerja dan penghasilan yang lebih
layak
- aspek kultural : mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang disiplin,
tertib, cermat, kreatif dan bertanggung jawab.
b. Hampir celaka (near meess)
Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dalam kondisi yang
sedikit berbeda dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Contoh : orang yang
hampir terpeleset tapi segera berpegangan pada pagar pengaman.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya.
Kecelakaan dapat dicegah atau dikurangi dengan menghilangkan atau
mengurangi penyebabnya. Kecelekaan kerja (5K) kerusakan, kekacauan
organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian.
1) Penyebab kecelakaan manusia, mesin, ligkungan:
- kondisi yang tidak aman (15%)
- tindakan yang tidak aman (85%)
2) Sebab-sebab kecelakaan :
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja:
- Penyebab langsung
Unsafe condition dan substandard condition yaitu keadaan yang tidak
aman pada hakekatnya dapat diamankan/diperbaiki misalnya, pengaman
yang tidak sempurna, Peralatan atau bahan yang tidak seharusnya,
Penerangan kurang/lebih Ventilasi kurang dan Iklim kerja tidak sesuai
Dan juga Unsafe acts and substandard practice yaitu
tindakan/perbuatan yang menyimpang dari tata cara yang aman, seperti
melakukan pekerjaan tanpa wewenang, Menghilangkan fungsi alat
pengaman (melepas/mengubah), Memindahkan alat-alat keselamatan
Menggunakan alat yang rusak, Menggunakan alat dengan cara yang salah
dan Bekerja dengan posisi tubuh yang tidak aman
Penyebab dasar kecelakaan kerja :
a. Faktor manusia
- Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi
- Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
- Motivasi yang salah
b. Faktor lingkungan
- Kepemimpinan/pengawasan kurang
- Peralatan dan bahan kurang
- Perawatan peralatan yang kurang
- Standar kerja kurang
c. Faktor penyebab kejadian kecelakaan di industri, antara lain :
- Kegagalan komponen, misalnya desain alat yang tidak memadai dan
tidak mampu menahan tekanan, suhu atau bahan korosif
- Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam
pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk
samping
- Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia
tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil dan salah
komunikasi)
- Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam,
sabotase, kerusuhan massa.
d. Pencegahan kecelakaan kerja:
1) Peraturan perundangan, yaitu ketentuan- ketentuan yang
diwajibkan mengenai kondisikondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian, cara kerja peralatan industry, tugas- tugas
pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan
pemeriksaan kesehatan.
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar- standar resmi, setengah
resmi atau tak resmi misalnya mengenai kontruksi yang
memenuhi syarat- syarat keselamatan, jenis- jenis peralatan
indistri tertentu, praktek- praktek keselamatan dan hygiene umum,
atau alat- alat perlindungan diri.
3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang kepatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian teknik, yang meliputi sifat dan ciri- ciri bahan- bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian
alat- alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan
peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan
dan desain paling tepat untuk peralatan pengangkat.
5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek- efek
fisiologis dan patologis faktor- faktor lingkungan dan teknologis,
dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola- pola
kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7) Penelitian secara statistik.
8) Pendidikan.
9) Latihan- latihan.
10) Asuransi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan identifikasi bahaya yaitu untuk menjamin bahwa proses
produksi bisa berjalan secara terus-menerus dengan melindungi pekerja, peralatan dan
lingkungan dari terjadinya kecelakaan kerja. Dengan dilakukannya identifikasi bahaya
dan pencegahannya diharapkan dapat meminimalkan kecelakaan yang terjadi
sehingga dapat dicapai tingkat kecelakaan dengan mendekati nol.
Keselamatan dan kesehatan kerja memang diharuskan untuk dilakukan, untuk
meminimalkan terjadinya risiko terkena bahaya saat bekerja.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai