Anda di halaman 1dari 33

KONSEP KEHILANGAN,

KEMATIAN DAN
BERDUKA

VERA CHRISTINA HULU, S.PSI, M.KES, PSIKOLOG


KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi
tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu
sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
(Yosep, 2011)
KEHILANGAN

Potter dan Perry (2005) menyatakan kehilangan


dapat dikelompokkan dalam 5 kategori:
kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan
yang telah dikenal, kehilangan orang terdekat,
kehilangan aspek diri, dan kehilangan hidup.
1. KEHILANGAN OBJEK
EKSTERNAL

 Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah


menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
Bagi seorang anak benda tersebut mungkin berupa boneka atau selimut,
bagi seorang dewasa mungkin berupa perhiasan atau suatu aksesoris
pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang tehadap benda
yang hilang tergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap
benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut
2. KEHILANGAN LINGKUNGAN
YA N G T E L A H D I K E N A L

Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari


lingkungan yang telah di kenal mencakup meninggalkan
lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu
atau kepindahan secara permanen. Contohnya, termasuk
pindah ke kota baru, mendapat pekerjaan baru, atau
perawatan di rumah sakit.
3. KEHILANGAN ORANG
T E R D E K AT
 Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara
sekandung, guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau
atlet yang telah terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi orang
muda. Riset telah menunjukkan bahwa banyak hewan peliharaan
sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan,
pindah, melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian
4. KEHILANGAN ASPEK DIRI
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian
tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Kehilangan
bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata,
rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis
mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus,
mobilitas, kekuatan, atau fungsi sensoris.
4. KEHILANGAN ASPEK DIRI
Kehilangan fungsi psikologis termasuk
kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri,
percaya diri, kekuatan, respek atau cinta.
Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat
penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan
atau situasi.
5. KEHILANGAN HIDUP

Sesorang yang menghadapi kematian


menjalani hidup, merasakan, berpikir, dan
merespon terhadap kejadian dan orang
sekitarnya sampai terjadinya kematian. Perhatian
utama sering bukan pada kematian itu sendiri
tetapi mengenai nyeri dan kehilangan kontrol.
DAMPAK KEHILANGAN
Uliyah dan Hidayat (2011) mengatakan bahwa
kehilangan pada seseorang dapat memiliki berbagai
dampak, diantaranya pada masa anak-anak, kehilangan
dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadangkadang akan timbul regresi serta merasa takut
untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
K E M AT I A N D L M B E B E R A PA
BU DAYA
Kastenbaum (2009) : setiap budaya memiliki sistem
kematian yang melibatkan komponen orang, tempat,
waktu, objek dan simbol.

Sebagian besar budaya memandang kematian bukan


akhir dari keberadaan seseorang, kehidupan spiritual
terus berlangsung
K E M AT I A N D L M B E B E R A PA
BU DAYA
Sebagian masyarakat memiliki keyakinan
filosofis/religius tentang kematian dan
memiliki ritual menghadapi kematian
Budaya Amerika Serikat menolak dan
menghindari kematian.
PERUBAHAN DALAM
HISTORIS
Saat ini, kematian umumnya terjadi pada orang
lanjut usia, dengan usia harapan hidup meningkat
dari 47 tahun (tahun 1900), ke 78 tahun.
Banyak orang lanjut usia meninggal terpisah dari
keluarganya disebabkan menuanya populasi dan
kemudahan berpindah tempat.
I S U - I S U DA L A M M E N E N T U K A N
K E M AT I A N
Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga
fase:
1.Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut
jantung teratur
2.Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi
masih mungkinnya dilakukan penyelamatan
3.Kematian (mortality), atau kematian permanen
I S U - I S U DA L A M M E N E N T U K A N
K E M AT I A N
Di negara industri, kematian otak (brain
death) diakui sebagai penentu kematian, tapi
tidak selalu bisa memecahkan dilema kapan
pengobatan harus dihentikan untuk pasien
tidak terobati yang tetap dalam keadaan
vegetatif tetap (presistent vegetative state)
I S U - I S U DA L A M M E N E N T U K A N
K E M AT I A N
Mati otak adalah definisi neurologis
tentang kematian, di mana seseorang
dikatakan mati otak ketika semua
aktivitas elektris otak telah berhenti
selama beberapa waktu tertentu.
K E P U T U S A N M E N G E N A I H I D U P, M A T I
D A N P E R AWA T A N K E S E H A T A N

Advance directives prosedur yang


dapat mempertahankan hidup boleh
dilepas apabila kematian akan terjadi
tidak lama lagi (imminent)
K E P U T U S A N M E N G E N A I H I D U P, M A T I
D A N P E R AWA T A N K E S E H A T A N

 Euthanasia(“kematian yang mudah” atau “membunuh karena


kasih”) tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas
seseorang penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau
cacat yang parah.

 1.Euthanasia pasif menghentikan penanganan-penanganan


yang dulunya diberikan

 2.Euthanasia aktif kematian disebabkan dengan sengaja,


seperti menginjeksi obat dengan dosis mematikan
K E P U T U S A N M E N G E N A I H I D U P, M A T I
D A N P E R AWA T A N K E S E H A T A N

Meninggal dengan indah kenyamanan


fisik, dukungan dari orang dicintai,
perawatan kesehatan yang memadai,
menerima datangnya kematian dan tidak
menjadi beban bagi orang lain.
K E P U T U S A N M E N G E N A I H I D U P, M A T I
D A N P E R AWA T A N K E S E H A T A N

Hospice program yang berkomitmen


untuk mengusahakan berakhirnya hidup tanpa
rasa sakit, cemas, dan depresi
yangmenekankan pada perawatan untuk
meredakan (palliative care) bukan untuk
memperpanjang hidup.
K E P U T U S A N M E N G E N A I H I D U P, M A T I
D A N P E R AWA T A N K E S E H A T A N

Palliative care usaha mengurangi


rasa sakit dan penderitaan, serta
membantu individu meninggal secara
bermartabat
PENYEBAB KEMATIAN
Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang
kehidupan manusia

Kanak-kanak kecelakaan,penyakit

Remaja kecelakaan, bunuh diri, dibunuh

Orang-orang muda kecelakaan

Orang dewasa kanker, disusul penyakit jantung

Usia 75-85 tahun keatas penyakit jantung


S I K A P T E R H A DA P K E M AT I A N DA L A M
B E B E R A PA FA S E K E H I D U PA N

 Bayi belum memiliki konsep mengenai kematian.


 Anak-anak prasekolah belum memiliki konsep yang baik mengenai
kematian, kadang-kadang menyalahkan diri sendiri atas kematian
seseorang.
 Di awal masa sekolah mulai mengembangkan orientasi yang realistis
mengenai kematian.
 Remaja memiliki pandangan yang lebih abstrak dan filosofis
mengenai kematian dibandingkan anak-anak dan dapat mengabaikan
kematian
 Sikap kematian dapat bervariasi di antara orang-orang dewasa di segala
usia.

 Dewasa awal belum ada bukti seseorang mengembangkan


orientasi yang khusus mengenai kematian

 Dewasa menengah lebih sadar mengenai kematian dan


kecemasan karena kematian

 Lanjut usia memperlihatkan kecemasan kematian yang lebih


rendah dibandingkan dewasa menengah, lebih sering mengalami
dan bercakap-cakap mengenai kematian.
S I K A P T E R H A DA P K E M A T I A N DA L A M
B E B E R A PA FA S E K E H I D U PA N

Kematian anak-anak dan orang-orang muda


sering dipandang sebagai suatu peristiwa yang
lebih tragis dibandingkan kematian orang-
orang yang sudah sangat tua, yang telah
memiliki kesempatan untuk hidup lama.
TAHAP -TAHAP M ENJEL A NG
K E M A T I A N ( K U B L E R - R O S S, 1 9 6 9 )
 PENOLAKAN DAN ISOLASI

 Menyangkal akan meninggal, merupakan mekanisme pertahanan diri dan


bersifat sementara

 MARAH

 Penyangkalan memunculkan kemarahan, kebencian, kegusaran dan iri hati.


Sasaran kemarahan, yaitudokter, perawat, anggota keluarga, Tuhan

 MENAWAR

 Berharap kematiannya ditunda, berjanji mendedikasikan hidupnya pada Tuhan


atau melayani orang lain
TAHAP -TAHAP M ENJEL A NG
K E M A T I A N ( K U B L E R - R O S S, 1 9 6 9 )

 DEPRESI

 Mulai menerima kepastian atas kematiannya, menjadi pendiam,


menolak dikunjungi, menangis dan berduka

 MENERIMA

 Akhir perjuangan menjelang kematian, mengembangkan rasa


damai, menerima nasibnya, perasaan dan rasa sakit pada fisik mulai
hilang
BERDUKA/DUKACITA
 Duka cita adalah ketumpulan emosional, ketidakyakinan,
kecemasan karena keterpisahan (separation anxiety), putus asa,
kesedihan, dan kesepian, yang menyertai kehilangan sesorang yang
kita cintai.
 Dukacita berkepanjangan (prolonged grief) jenis dukacita
dengan keputusasaan berkepanjangan dan tidak terselesaikan
selama beberapa waktu tertentu
 Dukacita disenfranchised dukacita terhadap orang yang
meninggal, yang secara sosial merupakan kehilangan yang tidak
dapat diungkapkan atau didukung secara terbuka
BERDUKA/DUKACITA
 Duka cita bersifat multidimensional dan dapat berlangsung
selama bertahun-tahun

 Proses duka cita itu naik-turun, bukan tahapan yang teratur dan
jelas, melibatkan perubahan emosi yang berlangsung cepat,
menghadapi tantangan untuk mempelajari keterampilan baru,
mendeteksi kelemahan dan keterbatasan pribadi, menciptakan
pola-pola perilaku yang baru, dan membentuk persahabatan dan
relasi-relasi yang baru
C O P I N G DA N J E N I S K E M AT I A N

Kematian yang terjadi secara mendadak


cenderung memberikan dampak yang lebih intens
dan lama terhadap individu yang ditinggalkan,
proses coping juga terasa lebih sulit bagi mereka
dan sering kali disertai dengan gangguan stres
pascatrauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD)
VA R I A S I B U D AYA D A L A M D U K A C I T A
YA N G S E H A T

Setiap individu memiliki cara berdukacita dan


penanggulangan masalah yang berbeda-beda yang
terkait dengan budaya.

Mengatasi pengalaman kematian dari orang yang


kita cintai melibatkan pertumbuhan, fleksibilitas,
dan kepatutan dalam konteks budaya.
K E H I L A N G A N PA S A N G A N H I D U P

Pengalaman kehilangan yang paling berat adalah kematian


pasangan

Dapat menimbulkan risiko menderita masalah-masalah


kesehatan

Individu yang hidup sendiri kecenderungan meningkatkan


kehidupan religius dan keyakinan spiritulnya dan berkaitan
dengan tingkat dukacita yang lebih rendah.
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai