Anda di halaman 1dari 27

KONSEP KEMATIAN, KEHILANGAN

DAN BERDUKA

Oleh:
Ns. Nurulistyawan Tri P., MNS

Prodi Keperawatan (Program Sarjana)


FK Sains dan Kesehatan
Universitas An Nuur
Konsep kematian
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang
dihadapi oleh manusia.

Pemahaman akan kematian mempengaruhi


sikap dan tingkah laku seseorang terhadap
kematian.

Selain pengalaman, pemahaman konsep


kematian juga dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif dan lingkungan sosial
budaya
konsep tentang mati

a. Mati sebagai berhentinya darah mengalir


b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari
tubuh
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara
permanen
a. Mati sebagai berhentinya darah
mengalir
Dalam PP No. 18 tahun 1981 dinyatakan
bahwa mati adalah berhentinya fungsi
jantung dan paru-paru. Namun criteria ini
sudah ketinggalan zaman. Dalam pengalaman
kedokteran, teknologi resusitasi telah
memungkinkan jatung dan paru-paru yang
semula terhenti dapat dipulihkan kembali
b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa
dari tubuh
Konsep ini menimbulkan keraguan karena,
misalnya, pada tindakan resusitasi yang
berhasil, keadaan demikian menimbulkan
kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik
kembali
c.  Hilangnya kemampuan tubuh secara
permanen

Merupakan ketidakmampuan organ tubuh


dalam menjalankan fungsinya. Kematian
organ-organ ini dipengaruhi oleh jantung dan
otak.
Kematian menurut Budaya yang berbeda

 Kastenbaum (2009): setiap budaya memiliki


sistem kematian yang melibatkan komponen
orang, tempat, waktu, objek dan simbol.
 Sebagian besar budaya memandang kematian
bukan akhir dari keberadaan seseorang,
kehidupan spiritual terus berlangsung.
 Sebagian masyarakat memiliki keyakinan
filosofis/religius tentang kematian dan
memiliki ritual menghadapi kematian
Isu-isu dalam mementukan kematian

Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga


fase:
1.Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut
jantung teratur
2.Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi
masih mungkinnya dilakukan penyelamatan
3.Kematian (mortality), atau kematian permanen
lanjutan
 Di negara industri, kematian otak (brain death)
diakui sebagai penentu kematian, tapi tidak
selalu bisa memecahkan dilema kapan
pengobatan harus dihentikan untuk pasien tidak
terobati yang tetap dalam keadaan vegetatif
tetap (presistent vegetative state)
 Mati otak adalah definisi neurologis tentang
kematian, di mana seseorang dikatakan mati
otak ketika semua aktivitas elektris otak telah
berhenti selama beberapa waktu tertentu
Keputusan hidup, mati dan perawatan kesehatan

 Advance directives prosedur yang dapat


mempertahankan hidup boleh dilepas apabila kematian
akan terjadi tidak lama lagi (imminent)
 Euthanasia(“kematian yang mudah” atau “membunuh
karena kasih”) tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa
sakit atas seseorang penderita penyakit yang tidak bisa
disembuhkan atau cacat yang parah.
1.Euthanasia pasif menghentikan penanganan-
penanganan yang dulunya diberikan
2.Euthanasia aktif kematian disebabkan dengan
sengaja, seperti menginjeksi obat dengan dosis
mematikan
lanjutan
 Meninggal dengan indah kenyamanan fisik,
dukungan dari orang dicintai, perawatan
kesehatan yang memadai, menerima datangnya
kematian dan tidak menjadi beban bagi orang lain.
 Hospiceprogram yang berkomitmen untuk
mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit,
cemas, dan depresi yangmenekankan pada
perawatan untuk meredakan (palliative care)
bukan untuk memperpanjang hidup.
 Palliative care  usaha mengurangi rasa sakit dan
penderitaan, serta membantu individu meninggal
secara bermartabat
Penyebab kematian
Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang
kehidupan manusia
 Kanak-kanak kecelakaan,penyakit
 Remaja  kecelakaan, bunuh diri, dibunuh
 Orang-orang muda kecelakaan
 Orang dewasa kanker, disusul penyakit jantung
 Usia 75-85 tahun keatas  penyakit jantung, HT
(Penyakit degeneratif)
Sikap terhadap kematian
pada beberapa fase pada masa hidup
 Bayi belum memiliki konsep mengenai kematian.
 Anak-anak prasekolah  belum memiliki konsep
yang baik mengenai kematian, kadang-kadang
menyalahkan diri sendiri atas kematian seseorang.
 Di awal masa sekolah  mulai mengembangkan
orientasi yang realistis mengenai kematian.
 Remaja  memiliki pandangan yang lebih abstrak
dan filosofis mengenai kematian dibandingkan anak-
anak dan dapat mengabaikan kematian
lanjutan
Sikap kematian dapat bervariasi di antara orang-orang
dewasa di segala usia.
 Dewasa awal belum ada bukti seseorang
mengembangkan orientasi yang khusus mengenai
kematian
 Dewasa menengah  lebih sadar mengenai kematian dan
kecemasan karena kematian
 Lanjut usia  memperlihatkan kecemasan kematian yang
lebih rendah dibandingkan dewasa menengah, lebih
sering mengalami dan bercakap-cakap mengenai
kematian.
 Kematian anak-anak dan orang-orang muda sering
dipandang sebagai suatu peristiwa yang lebih tragis
dibandingkan kematian orang-orang yang sudah sangat
tua, yang telah memiliki kesempatan untuk hidup lama.
Tahap2 menjelang kematian
menurut kubler-roos
PENOLAKAN DAN ISOLASI (DENIAL)
Menyangkal akan meninggal, merupakan mekanisme pertahanan
diri dan bersifat sementara
MARAH (ANGER)
Penyangkalan memunculkan kemarahan, kebencian, kegusaran
dan iri hati. Sasaran kemarahan, yaitu dokter, perawat, anggota
keluarga, Tuhan
MENAWAR (OFERING)
Berharap kematiannya ditunda, berjanji mendedikasikan
hidupnya pada Tuhan atau melayani orang lain
DEPRESI (DEPRESION)
Mulai menerima kepastian atas kematiannya, menjadi pendiam,
menolak dikunjungi, menangis dan berduka

MENERIMA (ACCEPTANCE)
Akhir perjuangan menjelang kematian, mengembangkan rasa
damai, menerima nasibnya, perasaan dan rasa sakit pada fisik
mulai hilang
KEHILANGAN DAN BERDUKA

Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual


maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika terpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi
perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan.
Bentuk – bentuk kehilangan
1. Kehilangan yang nyata (actual loss)
– kehilangan orang atau objek yang tidak lagi
dirasakan, dilihat, diraba
Ex. Kehilangan anggota tubuh, anak, peran,
hubungan.

2. Kehilangan yang dirasakan (Perceived loss)


– kehilangan yang sifatnya unuk menurut
orang yang mengalami kedukaan.
Ex. Kehilangan harga diri, percaya diri
Jenis kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti
4. Kehilangan suatu aspek diri
5. Kehilangan hidup
Dampak kehilangan
1. Anak – anak
kehilangan dapat mengancam untuk berkembang  regresi
 takut ditinggal dan sepi
2. Remaja atau dewasa muda
kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi dalam keluarga
3. Dewasa tua
kehilangan khususnya kematian pasangan hidup  pukulan
berat dan menghilangkan semangat
BERDUKA

 BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang


terpola spesifik pada individu yang mengalami
kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui
proses berduka individu mampu memutus ikatan
dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan
dengan benda/orang baru. Berduka bisa mencakup
aspek fisik/psikologis, kognitif dan perilaku
BERDUKA
 Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional
terhadap kehilangan.
 Berduka diwujudkan dalam berbagai cara yang unik
pada masing-masing orang dan didasarkan
pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan
keyakinan spiritual yang dianutnya.
 Berkabung adalah periode penerimaan terhadap
kehilangan dan berduka.
 Berkabung terjadi dalam masa kehilangan dan
sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan
Jenis berduka
1. Berduka normal
Perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
2. Berduka antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan sesungguhnya terjadi.
3. Berduka yang rumit
Seseorang sulit maju ke tahap berikutnya.
Berkabung tidak kunjung berakhir.
4.Berduka tertutup
Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka
6 (Enam) tingkatan Berduka

1. Syok
2. Tidak yakin
3. Mengembangkan kesadaran diri
4. Restitusi (mencari pengganti / menggantikan)
5. Mengatasi kehilangan
6. Idealisasi dan hasil
 Proses berduka: Fase awal
Dimulai dengan adanya kehilangan spt kematian.
Berlangsung beberapa minggu Reaksi : syok, tidak yakin
atau tidak percaya perasan dingin, perasaan kebal
(mati rasa) dan bingung Berakhir setelah beberapa hari
Kembali berduka berlebihan Menangis dan ketakutan

 Fase Pertengahan
Dimulai : kira-kira 3 minggu sesudah kematian
berakhir : kurang lebih 1 tahun Pola tingkah laku yang
ditunjukan: a. Perilaku obsesi, meliputi : pengulangan
pikiran tentang peristiwa kematian. b. Suatu pencarian
arti dari kematian
lanjutan
Fase Pemulihan Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun.
Individu memutuskan untuk tdk mengenang masa lalu.
Meningkat partisipasi pada kegiatan sosial
LIHATLAH APA YANG ADA DIDEPANMU….
RASAKAN APA YANG DIDEKATMU….
HARGAILAH APA YANG ADA SEKARANG…..

KARNA JIKA SEMUA ITU TELAH HILANG….


KAMU AKAN TERSADAR BERHARGANYA KEHILANGAN

Anda mungkin juga menyukai