Anda di halaman 1dari 8

Nama :Cahyo wahyu utomo

NIM :2102046
Prodi :S1 Keperawatan

TUGAS RESUME

anatomi fisiologi hematologic


 Darah
 Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa)
DARAH

 Merupakan medium transport tubuh


 7-10% BB normal
 Pada orang dewasa + 5 liter
 Keadaan & jumlah darah pada setiap orang tidak sama, tergantung : usia, pekerjaan,
kondisi jantung dan pembuluh darah
KOMPONEN UTAMA DARAH

 Plasma darah : bagian cair darah yang terdiri atas air, elektrolit dan protein darah
 Sel-sel darah (butir darah/blood corpuscles)
1. Eritrosit /sel darah merah/RDP
2. Leukosit/Sel darah putih/WBC
3. Trombosit/butir pembeku darah/platelet
SEL DARAH MERAH/ERITROSIT

 Berbentuk bikonkaf
 Diameter 7 mikron
 Bikonkaf memungkinkan Gerakan O2 masuk dan keluar sel secara cepat dengan
jarak yang pendek antara membrane dengan bagian dalam sel
 Warnanya merah kekuningan karena Mengandung hemoglobin
HEMOGLOBIN
Hemoglobin terdiri dari
1. Heme : gabungan protoporfirin dengan besi
2. Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
PENGHANCURAN SEL DARAH MERAH

 Penghancuran sel darah merah dapat terjadi karena proses penuaan dan proses
patologis (hemolisis)
 Proses penghancuran mengakibatkan terurainya komponen HB menjadi :
1. Kompinen protein yaitu globin akan dikembalikan ke penyimpanan (pool)
protein dan dapat digunakan kembali
2. Komponen Heme akan dipecah menjadi 2, yaitu :
- Besi akan disimpan dan digunakan kembali
- Biliribun akan dieksresikan melalui urin dan feses, melalui proses di hati
SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)
Struktur leukosit

 Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia)
 Dibentuk di sum-sum tulang
 Tidak berwarna (bening)
 Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga dapat dibedakan menurut inti selnya.
 Yang bergranula : limfosit T dan B dan monosit
 Tidak bergranula/agranulosit : eosinofil, basophil dan neutrophil
JUMLAH SEL DARAH PUTIH
Pada orang dewasa jumlah leukosit total 4.0-11.0x109 /l yang terbagi sebagai berikut :

 Neutrofil 2.5-7.5x109/l
 Eusinofil 0.04-0.44x109/l
 Basofil 0-0x109/l
 Limfosit 1.5-3.5 x109/l
 Monosit 0.2-0.8 x109/l
TROMBOSIT

 Berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidup sekita 10 hari
 Jumlah trombosit 150-400x109 /l (150.000-400.000/ml)
 30-40% Terkonsentrasi di limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah
FUNGSI TROMBOSIT

 Berperan dalam pembentukan bekuan darah


 Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi keseluruh tubuh melalui aliran darah,
namun dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah, trombosit
akan tertarik ke daerah tersebut.
 Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat
trombosit (platelet plug) yang akan menambal daerah yang luka
PLASMA DARAH

 Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuningan. Hampir 90% dari plasma terdiri atas air
 Plasma diperoleh dengan memutar sel darah, plasme diberikan secara intra vena
intuk :
1. Mengembalikan volume darah
2. Menyediakan substansi yang hilang dari darah klien. Misalnya faktor
pembekuan darah I, VIII dan IX
ZAT-ZAT YANG TERDAPAT DALAM PLASMA

 Fibrinogen
 Garam-garam mineral (kalsium, natrium, kalium,dll)
 Protein darah : albumin, globulin
 Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)
 Hormon
 Antibody
SUMSUM TULANG

 Sumsum tulang sebagai mesin pembentuk sel darah


 Pada orang dewasa normal menghasilkan dan melepaskan kurang lebih 2.5 juta sel
darah merah, 2.5 juta trombosit, dan satu juta granulosit per kg BB.
 Semua sel darah yang beredar di dalam tubuh berasal dari satu sel induk yang
pluripoten (Pluripotent Stem Cell): proliferasi, diferensiasi dan maturasi.
 Sel Induk Hemopoesis akan mampu menjadi sel darah apa saja setelah melalui
diferensiasi menjadi sel progenitor/ bakal sel darah merah, bakal sel lekosit
(granulosit dan non granulosit) serta bakal sel trombosit.
FUNGSI LIMPA

 Pembentukan eritrosit (hanya pada janin)


 Destruksi sel eritrosit tua
 Penyimpanan zat besi dari se-sel yang dihanncurkan
 Produksi bilirubin
 Pembentukan limfosit
 Pembentukan imunoglobulin
 Pembuangan partikel asing dari darah
 Pada orang dewasa, dalam kondisi fisiologis, semua hematopoesis terjadi pada
sumsum tulang
 Dalam keadaan patologis, hematopoesis terjadi di luar sumsum tulang terutama di
limpa yang disebut hematopoesis ekstra medular
PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan dasar yang kokoh dalam tercapainya asuhan
keperawatan yang optimal namun dalam beberapa kasus seperti dalam penelitian yang
melakukan penelitian tentang penelitian tentang penilaian standar proses keperawatan
kepada beberapa perawat hasil yang didapat rata-rata pada tahap pengkajian hanya
23,81%, hal ini disebabkan pada tahap pengkajian tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam standar proses keperawatan Depkes, diantaranya adalah setelah
melakukan pengkajian data tidak dikelompokkan menurut bio, psiko, sosial dan spiritual
secara jelas.
Dalam pengkajian keperawatan seorang perawat harus mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang harus dimiliki diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau sistem
biopsikososial dan spiritual. Karena itu seorang perawat harus dapat mengaplikasikan
ilmunya bukan hanya sekedar teori. Karena pengkajian yang benar akan berdampak pada
proses keperawatan dibawahnya. Karena pengkajian yang baik mengharuskan perawat
untuk menerapkan pengetahuan dan pengalaman dan membuat pengamatan dan
pengukuran yang penting untuk mendapatkan data pada klien.
Asuhan keperawatan dapat berjalan dengan optimal jika pengkajian keperawatan dilakukan
sesuai standar yang konkrit, aktual, dan relevan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu prosedur yang biasa dilakukan dokter untuk
mendiagnosis penyakit. Hasil pemeriksaan ini kemudian digunakan untuk merencanakan
perawatan lanjutan. 
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara sistematis. Mulai dari kepala hingga kaki (head
to toe) yang dilakukan dengan empat cara, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Ruang lingkup pemeriksaan fisik terdiri dari:
 Pemeriksaan tanda vital, seperti suhu, denyut nadi, kecepatan pernapasan, dan
tekanan darah.
 Pemeriksaan fisik head to toe. 
 Pemeriksaan fisik per sistem tubuh, seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan,
muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen, neurologi, reproduksi, dan
perkemihan.
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk memeriksa kondisi tubuh dan membantu dokter
mendiagnosis penyakit. Bahkan jika tidak sakit, pemeriksaan ini perlu dilakukan rutin, agar
risiko penyakit bisa diketahui lebih awal.
Tujuan pemeriksaan fisik juga berbeda-beda berdasarkan caranya dilakukan, yaitu:
 Inspeksi
Tujuan prosedur ini adalah untuk melihat bagian tubuh dan menentukan apakah seseorang
mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Itu sebabnya pemeriksa perlu mengetahui
karakteristik normal dan abnormal tiap usia. Kondisi tubuh abnormal pada orang dewasa
muda adalah kulit keriput dan tidak elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki orang lanjut
usia.
 Palpasi
Ini adalah pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan
dengan inspeksi. Palpasi dilakukan hanya mengandalkan telapak tangan, jari, dan ujung jari.
Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan,
dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
 Auskultasi
Prosedurnya dilakukan dengan mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk
membedakan suara normal dan abnormal. Auskultasi menggunakan alat bantu stetoskop.
Suara yang didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
 Perkusi
Prosedur ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit. Perkusi bisa
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Perkusi secara langsung dilakukan dengan
mengetukkan jari tangan langsung pada permukaan tubuh.
Pemeriksaan fisik selalu dimulai dengan memberi tahu dokter mengenai apa keluhan yang
dirasakan, apa yang mengganggu, dan gejala apa yang dialami. Karena gejala yang dialami
bisa bervariasi, pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter bisa jadi berbeda-beda, tergantung
kondisi.
Hal-hal pertama yang biasa diperiksa selama pemeriksaan fisik adalah:
 Tinggi dan Berat Badan
Pengukuran standar ini memberikan dasar dan cara untuk memantau kesehatan. Misalnya,
perubahan berat badan yang besar dapat mengindikasikan masalah kesehatan.
 Tanda-Tanda Vital
Terutama tekanan darah dan detak jantung. Ini penting untuk dipantau, terutama jika Anda
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
DIAGNOSTIK
Pengertian Diganosa Keperawatan
Diagnosa memiliki dua arti, pertama,diagnosis adalah tahap kedua dari proses keperawatan
yang mencangkup analisi data. Kedua,diagnosis adalah label spesifik atau pernyataan yang
menggambarkan tentang status kesehatan klien dan keluarganya.
Diagnosis keperawatan adalah respon individu terhadap ransangan yang timbul dari diri
sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan adalah
1. berorientasi pada kebutuhan dasar manusia
2. menggambarkan respon individu terhadap proses,kondisi dan situasi
3. berubah bila respon individu juga berubah.Unsur dalam diagnosis keperawatan
meliputi problem/ respons ( P ) ;etiologi ( E) ; dan signs/ symptom ( S ) dengan rumus
diagnosis = P + E + S.
Diagnosis keperawatan adalah diagnosis yang paling logis terjadi ketika terjadi suatu kondisi
medis tertentu. Tentu saja seorang pasien dengan satu kondisi medis tidak akan mempunyai
semua diagnose keperawatan yang ditampilkan. Pilih hanya diagnosa keperawatan yang di
konfirmasikan dengan data pengkajian.
Tujuan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan juga bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif, memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan, meningkatkan
komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya,dan membantu merumuskan hasil
yang di harapkan/tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan sehingga
pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakuakn evaluasi.
Jenis Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan, bagaimanapun lebih sulit dan komplek daripada
menentukan diagnosa medis. Diagnosa keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Actual ( Aktual )
b. Risk (Resiko)
c. Possible ( Kemungkinan )
d. Wellness (Kesejahteraan)
e. Syndrome (Sindrom)
Dalam buku Diagnosis Keperawatan NANDA 2014,status diagnosis keperawatan di bagi
menjadi bagian yaitu :
a. Aktual
b. Promosi kesehatan
c. Resiko
d. Sindrom
e. Kesejahteraan
Tahapan-tahapan dalam Diagnosa Keperawatan
Tahapan dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi:
a. Klasifikasi dan Analisa Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan
tertentu di mana klien mengalami permasalahan kesejahteraan atau keperawatan
berdasarkan kriteria permasalahannya.Pengelompokkan data dapat disusun
berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan atau pola fungsi
kesehatan.
b. Interprestasi Data Klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk
mempertahankan status kesehatannya,
c. Memvalidasi data
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda tanda yang kemudian
merujuk kepada ketepatan data.Untuk kelengkapan dan ketepatan data,kerja sama
dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang
tepat.
d. Merumuskan diagnose keperawatan
Setelah perawat mengelompokkan,mengidentifikasi,dan memvalidasi data-data yang
signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis
keperawatan.Diagnosis keperawatan dapat bersifat actual, resiko, kemungkinan,
kesejahteraan, dan sindrom Dengan diagnosa keperawatan sebagai dasar dari
keperawatan, perawat perlu mengembangkan kompetensi diagnostik dalam rangka
menjadi penegak diagnosis yang baik. Seorang perawat bertanggung jawab secara
langsung dalam pembuatan diagnosa keperawatan.Perawat juga bertanggung jawab
pada pengobatan,dengan mengaplikasikan prinsip enam benar yaitu, benar obat,
benar dosis, benar klien, benar cara, benar waktu, dan benar dokumentasi.

Anda mungkin juga menyukai