Wanita Muda
Santi Prima Natasia Pakpahan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna No.6 Jakarta 11510
tasyapakpahan.dr@gmail.com
Pendahuluan
Tiap hari kita membuat sekitar 1012 eritrosit (sel darah merah) baru
melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik.
Eritropoiesis berjalan dari sel punca yang merupakan prekursor eritrosit
pertama yang dapat dikenali dalam sumsum tulang, yaitu pronormoblas.
Pronormoblas meningkatkan serangkaian normoblas yang lebih kecil melalui
sejumlah
pembelahan
sel.
Normoblas
makin
banyak
mengandung
16
eritrosit
matang.
Eritropoiesis
diatur
oleh
hormon
maksimum
sumsum
tulang
untuk
meningkatkan
Skenario 5
Seorang wanita, 25 tahun, datang dengan keluhan mudah lelah kurang
lebih 2-3 minggu ini, dan wajahnya terlihat agak pucat. Pasien tidak
merasakan demam, mual, muntah, BAK frekuensi dan warna dalam batas
normal, dan BAB frekuensi, warna, dan konsistensi masih dalam batas
normal.
Anamnesis
Anemia bisa dibilang sebagai penyakit dan hanya sebagai gejala dari
penyakit
yang
anamnesis,
mendasarinya.
pemeriksaan
fisik
Oleh
dan
sebab
itu
kita
pemeriksaan
wajib
melakukan
penunjang
untuk
gejala
obatan terlarang?
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada penderita anemia adalah
pemeriksaan tanda-tanda ital, inspeksi, dan palpasi.
Pemeriksaan fisik khusus diberikan pada berikut :
a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
seperti jerami.
Purpura : petechie dan echymosis
Kuku : koilonychia (kuku sendok).
Mata : ikterus konjungtiva pucat, perubahan fundus
Mulut : ulserasi, hipertofi gusi, atrofi papil lidah
Limfadenopati
Hepatomegali
splenomegali
Pemeriksaan Penunjang
Uji Hematokrit
Nilai Rujukan
Neonatus : 55%-68%
Hitung Retikulosit
Retikulosit membetuk 0,5%-2,5% hitung SDM total. Pada bayi, hitung
retikulosit yang normal berkisar dari 2%-6% pada saat lahir, yang menurun
ke kadar dewasa dalam 1-2 minggu.2
Hemoglobin Total
Nilai Rujukan
Konsentrasi Hb bervariasi bergantung pada jenis sampel yang diambil serta
usia dan jenis kelamin :
Temuan abnormal
Konsentrasi
Hb
yang
rendah
mungkin
menunjukkan
anmeia,
Temuan abnormal
MCV dan MCHC yang rendah menunjukkan adanya anemia mikrositik,
hipokromik yang disebabkan oleh defisiensi besi, anemia responsif terhadap
piridoksin, atau talasemia. MCV yang tinggi memberi kesan adanya anemia
makrositik yang disebabkan oleh anemia megaloblastik, defisiensi asam folat
atau vitamin B12, gangguan sintesis asam deoksiribonukleat turunan, atau
retikulositosis. Karena MCV mencerminkan volume rata-rata dari banyak sel,
nilainya dalam kisaran normal dapat meliputi SDM dalam berbagai ukuran,
dari mikrositik sampai makrositik.
monoclonal
terhadap
berbagai
immunoglobulin
dan
fraksi
komplemen, terutama IgG dan C3d. Bila permukaan sel terdapat salah satu
atau kedua IgG dan C3d maka akan terjadi aglutinasi. 3
Indirect Antiglobulin Test (indirect Coombs test): untuk mendeteksi
auntoantibodi yang terdapat pada serum. Serum pasien direaksikan dengan
sel-sel reagen. Imunoglobolin yang beredar pada serum akan melekat pada
sel-sel reagen, dan dapat dideteksi degan antiglobolin serta dengan
terajadinya aglutinasi. 3
Gejala Klinis
Gambaran klinik anemia hemolitik sangat bervariasi disebabkan oleh
perjalanan penyakit (akut dan kronik) dan tempat kejadian hemolisis
(intravaskuler atau ekstravaskuler) sehingga pada umumnya dilihat dari
gejala kliniknya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu :
a. Anemia hemolitik kronik herediter-familier. : sferositosis herediter,
defisiensi G6PD, anemia sel sabit.
6
hemolisis
sedangkan
pada
ekstrevaskuler
anemia
yang
hemolitik
berlangsung
akut
didapat
perlahan-lahan,
terjadi
hemolisis
Gejala hemolitik
Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter gejala klinik dapat
timbul berupa ikterus, splenomegali, atau hepatomegali, kholelithiasis,
kelainan tulang, ukus pada kaki serta timbulnya krisis.1
Ikterus
Ikterus timbul karena peningkatan bilirubin indirek dalam darah
sehingga ikterus bersifat acholuric jaundice, bahwa dalam urin tidak
dijumpai bilirubin. Ikterus dapat hanya ringan, tetapi dapat juga berat
terutama pada anemia hemolitik.1
Splenomegali dan hepatomegali
Splenomegali hampir selalu dijumpai pada anemia hemolitik
kronik familier-herediter, kcuali pada anemia sl sabit (sickle cell
disease) dimana limpa mengecil karena terjadinya infark. Splenomegali
7
lebih
jarang
dijumpai
dibandingkan
dengan
familier0-herediter
yang
lain.
Pada
anemia
sel
sabit
Differential DIagnosis
Sferositosis Herediter
Sferositosis herediter (SH) adalah anemia hemolitik herediter yang paling
sering ditemukan pada orang Eropa utara. Kelainan ini khas :
1. Diturunkan secara autosomal dominan dengan ekspresi bervariasi.
2. Dijumpai makrosferosit pada hapusan darah tepi.
3. Memberi respons baik terhadap splenektomi.
Patogenesis
Kelainan dasar sferositosis herediter terletak pada protein struktural
membran eritrosit. SH biasanya disebabkan oleh defek protein yang terlibat
dalam interaksi vertikal antara rangka membran dan lipid lapis ganda pada
eritrosit. Hilangnya membran mungkin disebabkan oleh lepasnya bagianbagian lipid ganda yang tidak didukung oleh rangka. Pada SH, sumsum
tulang menghasilkan eritrosit dengan bentuk bikonkaf yang normal tetapi
eritrosit ini kehilangan membran dan menjadi makin sferis (hilangnya luas
permukaan relatif terhadap volume) seiring eritrosit bersirkulasi melalui
limpa dan sistem RE lainnya. Pada akhirnya, sferosit tidak mampu melalui
mikrosirkulasi limpa dimana mereka mati sebelum waktunya.
Gambaran klinik
Sferositosis herediter menimbulkam anemia dari bayi sampai usia tua.
Dijumpai ikterus yang berfluktuasi. Splenomegali hampir selalu dijumpai.
Pada sebagian besar penderita dijumpai batu empedu.1
Gambaran laboraturik
Apusan darah tepi menunjukkan sferosit, eritrosit kelihatan lebih bulat
dengan bagian pucat di tengah (central pallor) menghilang. Dijumpai juga
polikromasia, kadang-kadang terdapat normoblast. Retikulosit meningkat 520%. Sumsum tulang menunjukkan aktivitas eritropoiesis meningkat berupa
hiperplasia normoblastik. Pemeriksaan biokimia darah menunjukkan bilirubin
indirek
pemeriksaan
khusus
yaitu
tes
mengkonfirmasi diagnosis
fragilitas
osmotik.
Tes
diperlukan
coombs
akan
DEFISIENSI G6PD
PENGERTIAN/GAMBARAN UMUM
G6PD adalah sejenis enzim yang diperlukan untuk menstabilkan membran
sel darah merah dengan pengaktifan (inactivation) komponen oksidan. Jika
G6PD berkurang, sel-sel darah merah akan menjadi rusak dan pecah
(hemolisis) apabila orang yang sakit tersebut memakan obat-obatan yang
memiliki ciri pengoksida.
Defisiensi enzim glukosa-6-fosfat merupakan penyakit yang jarang terjadi.
Penyakit
ini
disebabkan
karena
kekurangan
enzim
glukosa-6-fosfat
yang
dihasilkan
glukosa
menjadi
kurang.
Glukosa-6-fosfat
mengenai
laki-laki.
Pada
perempuan
biasanya
carrier
dan
niridazol,
nitrofuranton,
fenazopiridin,
primakuin,
pamakuin,
zat yang telah disebutkan diatas. Pemeriksaan aktivitas enzim mungkin false
negatif jika eritrosit tua defisiensi G6PD telah lisis. Oleh karena itu
pemeriksaan aktivitas enzim perlu diulang dua sampai tiga bulan kemudian
ketika ada sel-sel yang tua.2
Terapi
Pada pasien dengan defisiensi G6PD tipe A-, hemolisis terjadi selflimited sehingga tidak perlu terapi khusus kecuali terapi untuk infeksi yang
mendasari dan menghindari obat-obatan atau zat yang mempresipitasi
hemolisis serta mempertahankan aliran ginjal yang adekuat karena adanya
hemoglobinuria saat hemolisis akut. Pada hemolisis berat, yang biasa terjadi
pada varian Mediteranian, mungkin diperlukan transfusi darah. Yang
terpenting adalah pencegahan episode hemolisis dengan cara mengobati
infeksi dengan segera dan memperhatikan resiko penggunaan obat-obatan,
zat oksidan dan fava beans. Khusus untuk orang Afrika atau Mediteranian
sebaiknya sebelum diberikan zat oksidan harus dilakukan skrining untuk
mengetahui adanya defisiensi G6PD.2
Patogenesis
Secara molekuler HbS timbul karena mutasi satu kodon pada gen beta,
yaitu adenine (A) diganti oleh thymine (T) sehingga setelah translasi
menghasilkan asam amino glutamic acid yang seharusnya valine pada rantai
beta. HbS pada tekanan oksigen yang rendah bersifat tidak larut, mengalami
presipitasi (sickling) sehingga menyebabkan perubahan bentuk eritrosit,
seperti bulan sabit. Sel sabit disekuestrasi oleh limpa sehingga timbul
anemia hemolitik. Karena bentuknya abnormal, sel sabit sulit melalui kapiler
dan menimbulkan penyumbatan pembuluh darah (vasooklusi).
11
Gejala klinik
1. Gejala klinik berupa anemia hemolitik kronik berat diselingi oleh krisis.
2. Gejala klinik mulai tampak setelah umur 6 bulan, timbul dactylitis akut
karena nekrosis tulang jari.
3. Gejala anemia lebih ringan dari derajat penurunan hemoglobin karena
HbS lebih mudah melepaskan oksigen.
4. Ulkus pada kaki (sekitar malleolus) dijumpai pada 75% kasus karena
iskhemia akibat oklusi vaskuler.
5. Splenomeglai dijumpai pada anak kecil, setelah dewasa limfa sering
mengecil karena infark berulang.
6. Infark ginjal dapat menmimbulkan hematuria
7. Komplikasi l;ain berupa batu empedu, osteomielitis, mudah infeksi
pneumokokus, hemofilus, dan samonella.
8. Krisis pada anemia sel sabit dipicu oleh infeksi, asidosis, dehidrasi,
tekanan oksigen rendah (misalnya, di pesawat terbang), latihan berat,
operasi/anestesi. Krisis dapat berupa :
a. Oainfull vaso-occlusive : organ yang kena hanya tulangf (femur,
bahu, vertebra). Infark tulang jari menimbulkan sindrom handfoot.
b. Visceral sequestration crisis : dapat timbul acute sickle chest
syndrome dengan gejala sesak nafas, tekanan oksigen arteri
menurun, nyeri dada, infiltrat paru yang dapat bersifat fatal.
c. Aplastic crisis : sering dipicu oleh infeksi parvovirus, disertai ejala
pansitopenia dan retikulositopenia.
d. Hemolytic crisis : hemoglobin tiba-tiba
menurun
disertai
mengalami
deoksigenasi
dengan
membran
eritrosit
sehingga
membentuk
autoantigen
dari
13
Gejala
yang
menonjol
adalah
anemia,
demam,
ikterus
dan
imunosupresif
dengan
pengawasan
ketat
dapat
dipertimbangkan.2
Terapi
Terapi untuk AHA tipe panas meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Obati/ hilangkan penyakit dasar : jika penyebab diketahui dan dapat
diobati
maka
penyakit
tersebut
seperti
SLE
dan
penyakit
14
Manifestasi klinik
AHA tipe dingin dapat bermanifestasi klinik dalam 2 bentuk :
1. Acute postinfectious cold agglutinin induced hemolysis. Terjadi
setelah infeksi, biasanya infeksi virus, dengan gambaran klinik yang
terdiri atas :
a. Hemolisis transient tapi berat
b. Tampak aglutinasi, polikromasi, makrosit, dan sferosit
c. Titer aglutinin tinggi. Tes Coombs direk positif.
2. Chronic cold agglutinin disease
Merupakan AHA tipe dingin yang berjalan lebih perlahan-lahan, dengan
gambaran sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Kulit jari tangan / kaki mati rasa pada udara dingin (akrosianosis)
Anemia bisa ada bisa tidak
Retikulosit tinggi, tanmpak autoaglutinasi
Tes aglutinin dingin dijumpai titer tinggi dan tes Coombs direk
positif.
e. Terapi untuk tipe ini adalah menghindari udara dingin, mengobati
penyakit dasar, kadang-kadang diperlukan splenektomi. Di sini
kortikosteroid tidak efektif. Khlorambusil dapat memberikan hasil
pada beberapa kasus.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffbrand A.V. Kapita Selekta Hematologi. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Indonesia EGC. 2011
2. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Ed 3. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.
3. Defisiensi G6PD. 20 mei 2009. Diunduh dari http://scrib.com. 20 April
2015.
4. Sudoyo W. Aru, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed 5.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2009.
16