PEMBIMBING :
Dr. Chadijah Rifai , Sp.KK
Disusun Oleh :
Santi Prima Natasia Pakpahan (112017127)
• Keluhan Tambahan :
Adanya rasa perih
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit RSUD Koja dengan
keluhan kulit yang mengelupas disertai rasa gatal dan perih
sekitar bibir, keluhan dirasa memburuk sejak 1 bulan yang
lalu. Ibu Pasien mengatakan keluhan ini terjadi ketika
pasien mengganti pasta gigi menggunakan Pepsodent.
• Efflorosensi sekunder
Erosi
Pemeriksaan Fisik
• KU : TSR STATUS GENERALIS
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kepala : Normocephali
• TD : 120/80 mmHg • Mata : CA -/-. SI -/-
• Nadi : 88 x/menit • Leher : pembesaran KBG (-)
• Suhu : 37 ° C • THT : Tidak ada kelainan
• Cor : BJ I-II reguler, G(-),M(-)
• Pernapasan : 20 x/menit
• Pulmo : Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-
• Abdomen : BU (+) normal, supel
• Ekstremitas : Akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang tidak dilakukan
Saran :
Dilakukan pemeriksaan penunjang
→ uji tempel
Diagnosa Kerja
Dermatitis Kontak Alergi
Diagnosis Banding :
• Dermatitis Kontak Iritan
Penatalaksanaan
yang didapat Prognosis
• Non-medikamentosa : • Ad vitam : ad bonam
• Ad Functionam : ad bonam
Pencegahan terulangnya kontak • Ad Sanationam : dubia ad malam
dengan alergen penyebab.
• Medikamentosa :
– Cetirizine 1x1
– Salep:
Mometason furoat 30 mg
Acid salicyl 2,5%
Mf ung
S2dd1
Tinjauan Pustaka
Dermatitis Kontak
Alergi
Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi
akibat pajanan dengan bahan alergen di luar
tubuh. Terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab / alergen
Epidemiologi
• Biasanya DKA banyak terjadi pada remaja muda atau pada usia
lebih dari 70 tahun.
• DKA < DKI (karena hanya mengenai orang dengan keadaan kulit
sangat peka (hipersensitif)
Etiologi
• Bahan kimia sederhana (Hapten)
• Faktor yang mempengaruhi :
• Bersifat lipofilik
• Sangat reaktif
▫ Potensi sensitisasi alergen
• Dapat menembus stratum ▫ Dosis per unit area
korneum. ▫ Luas daerah yang terkena
▫ Lama pajanan
▫ Oklusi
• Faktor Individu : ▫ suhu
• Keadaan kulit pada lokasi ▫ Kelembapan lingkungan
kontak ▫ Vehikulum
• Status imun ▫ pH
Patogenesis
• Respon imun yang diperantarai oleh sel (cell-
mediated immune) atau reaksi imunologi tipe
IV.
• Melalui dua fase yaitu :
▫ Fase sensitisasi
▫ Fase elisitasi
Keratinosit
melepaskan TNF-α,
Keratinosit aktifasi sel T
Patogenesis melepaskan IL-1
TNF-α menekan
Hapten E-cadherin yg
Sel Langerhans ikat sel
menstimulasi Langhans,
sel T menginduksi
aktivasi
gelatinolisis
HLA-DR
Di kel Limfe Sel
Langerhanss
mempresentasikan CD4 yg
IL-2 → IL-2R → dapat mengenali HLA-DR
dan kompleks reseptor sel
proliferasi dan T-CD3
diferensiasi sel T
spesifik, menjadi
banyak →Sel T memori
Fase(Sel
Sensitisasi
T teraktivasi) (2-3 mg)
meninggalkan KGB ke
seluruh tubuh
Keratinosit
Patogenesis melepaskan IL-1 Keratinosit
mengekspresikan
ICAM-1 dan HLA-DR
Hapten
Sel Langerhans
menstimulasi Eikosanoid →
sel T → IFN-ɣ Sel Mast ada di
dekat Pemb darah
dermis
HLA-DR →Histamin, PGE2,
PGD2, Faktor
Kemotaktik, LTB4
IL-2 → IL-2R →
Fase Elisitasi (24-48 jam)
proliferasi dan
diferensiasi sel T Eikosanoid →
Fase Sensitisasi (2-3
spesifik, menjadi mg) dilatasi vaskular
banyak →Sel T memori → berdifusi ke
(Sel T teraktivasi) dermis dan
meninggalkan KGB ke epidermis
seluruh tubuh
Manifestasi klinik
• Riwayat terpajan dengan alergen
• Terjadi reaksi berupa dermatitis, setelah pajanan
ulang dengan alergen tersangka yang sama
• Bila pajanan dihentikan, lesi membaik, sedangkan
bila pajanan berulang maka lesi memberat.
• Gejala subyektif berupa gatal
• Terdapat tanda dermatitis ( akut, subakut,kronis)
• Lesi bersifat lokalisata, batas tegas, bentuk sesuai
penyebab
Manifestasi Klinis