Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN ANEMIA DI RUANG RAWAT INAP CENDERAWASIH RSUD SK


LERIK KOTA KUPANG

OLEH:

MARIA PRICILIA GRACE TAOLIN


NIM : 171111023

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau se darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih
rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah
merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat
normal (Adriani & Wijatmadi, 2012).
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb). Dikatakan sebagai
anemia bila Hb < 14g/dl dan Ht < 41% pada pria, Hb < 12g/dl dan Ht < 37% pada
wanita (WHO, 2015).
National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia
terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati,
Syafiq & Veretamala, 2017).
Digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas. Parameter
batasan kadar hemoglobin normal menurut WHO dalam Adriani & Wirjatmadi (2012)
adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Kadar Hemoglobin Normal

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)


Anak 6 bulan-6 tahun 11
6 tahun-14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita Hamil 11

B. ANATOMI & FISIOLOGI


Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga
menyumplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan
melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, protein pernapasan yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan
disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menunju paru0paru untuk
melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Daraj
juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme dan obat-obatan dan bahan kimia asing
ke hati untuk dibuang sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen :
1. Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit, leukosit dan
trombosit.
a. Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 7-8
mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah.
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks terdiri atas protein, globin, dan
pigmen hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan
sebagai ferritin dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang merah,
dari proeritroblas, kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti.
Normoblas kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai eritrosit
dewasa (Bakta, IM, 2015).

Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentrasnfer hemoglobin,


yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah
merupakan cakram bikonkav yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8
mikron, tebalnya 2 mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau
kurang, bentuk sel normal adalah suatu “kantong” yang dapat berubah menjadi
hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai membran, dan akibatnya
tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada sel-sel lainnya. pada laki-laki
normal, jumlah rata-rata sel darah merah permili liter kubik adalah 5.200.000
dan pada wanita normal adalah 4.700.000. jumlah hemoglobin dalam sel dan
transforoksigen, bila hematokrit darah mengandung rata-rata 15gram
hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu mengikat kira-kira 1.39ml oksigen.
Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari 20ml oksigen dapat diangkut
dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100ml darah. Faktor utama
yang merangsang produksi sel-sel darah merah adalah hormon di dalam
sirkulasi yang disebut sebagai eritropritein, yang merupakan suatu glikoprotein.
pada orang normal 90%-95% dari seluruh eritropritein di bentuk di dalam
ginjal. (Bakta, IM, 2015).

b. Leukosit (sel darah putih)


Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000-9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit
penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit
merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru. Leukopenia
berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc. leukositosis
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-
butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.
Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula,
jenisnya adalah limfosit dan monosit.
o Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin)
disebut juga asidofil berfungsi pada reaksi alergi.
o Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa)
berfungsi pada reaksi alergi.
o Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil segmen
disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear)
berfungsi sebagai fagosit.
o Limfosit (ada 2 jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya
berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan tubuh).
Sel T adalah imunita seluler dan sel B adalah imunitas humoral.
o Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
c. Trombosit (Keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang dewasa sekitar
200.000-500.000 sel/cc. didalam trombosit terdapat banyak sekali faktor
pembeku (hemostasis) antara lain adalah faktor VIII (anti hemophilic factor),
jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh permukaan
yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase (tromboplastin).
Pada masa embrio sel-sel darah dibuat di limpa dan hati (extra
medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil
alih oleh sumsumg tulang.
d. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen, cairan
yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam
serum inilah yang berfungsi sebagai antibodi terhadap adanya benda asing
(antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin. Tiap antibodi
bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
o Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut presipitin.
o Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah lisin.
o Antibodi yang dapat menawarkan racun adalah antioksidan.

C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan
dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
PATHWAY ANEMIA
 

Hemolisis
Perdarahan
Defisiensi nutrein
Obat2an
infeksi

Gangguan Hemapoetik

Leukopenia Eritropetik Trombositopenia

Anemia Anemia Anemia


Hipoproliferatif Kurang
Hemolitika
trombosit

Lemah, letih, lesu


Pusing
Depresi sistem Darah sulit
Pucat
imun Takikardi membeku
Dyspnea
Sakit kepala
Hb turun perdarahan
Anemia berat gangguan
Pertahanan GI dan CHF
sekunder
terganggu
Oksihemoglobin turun
Aliran darah perifer
Resiko infeksi menurun
Perfusi jaringan tidak
efektif
Penurunan transport
Hipoksia : Pucat O2 ke jaringan
Ketidakefektifan Perfusi
jaringan perifer
Metabolism aerob
Intoleran Aktivitas
turun, anaerob naik
Kompensasi jantung
Kelemahan
Resiko jatuh
Respirasi meningkat, Ketidakefektifa
nadi meningkat n pola nafas

Gagal Jantung Cardiomegali :

sesak napas, aritmia,


Tidak mampu kelelahan,nyeri dada,
Kegagalan organ
Kematian memompa palpitasi
tubuh lain ,bahkan
henti jantung darah ke
seluruh tubuh
E.     KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radias
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2) Hematokrit turun 20-30%
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). 
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
1) Atropi papilla lidah
2) Lidah pucat, merah, meradang
3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL
F. TANDA DAN GEJALA
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

H. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


2. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
4. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
I. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien : lebih banyak anemia terjadi pada wanita, karena wanita
memiliki kadar hemoglobin dan hematocrit lebih rendah ketimbang pria.
Dan wanita juga membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi akibat
kondisi khusus misalnya menstruasi, kehamilan, menyusui dan
menopause. Usia remaja lebih rentan mengalami anemia karena
mengalami menstruasi awal dalam fase hidupnya sehingga membutuhkan
kebutuhan zat besi yang lebih banyak.
2) Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien anemia biasanya yaitu
pusing, lemas, pucat, sakit kepala
3) Riwayat kesehatan sekarang : terdiri dari kapan mulai megalami gejala-
gejala diatas, dan upaya apa yang telah dilakukan sebelumnya
4) Riwayat kesehatan dahulu : ada riwayat penyakit anemia atau penyakit lain
yang ada kaitannya dengan kekurangan darah, misalnya pernah
perdarahan.
5) Riwayat kesehatan keluarga : dapat dilihat dari genogram keluarga yang
akan menunjukkan salah satu anggota keluarga yang juga mengalami
anemia.
6) Riwayat psikososial : meliputi informasi perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakit serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas dan istirahat, lelah/kelemahan, sesak napas
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
b. Kelemahan otot
c. Mudah lelah
d. Kulit pucat
4. Manifestasi system saraf pusat
a. Sakit kepala
b. Pusing
c. Kunang-kunang
d. Peka rangsang
e. Proses berpikir lamba
f. Penurunan lapang pandang
g. Apatis
h. Depresi
5. Syok (anemia kehilangan darah)
a. Perfusi perifer buruh
b. Kulit lembab dan dingin
c. Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
d. Peningkatan frekwensi jatung
6. Pemeriksaan Labolatorium

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG


MUNGKIN MUNCUL
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8. Keletihan b.d anemia
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIANGOSA
N TUJUAN DAN KRITERIA
KEPERAWATAN INTERVENSI
O HASIL
DAN KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : a) Monitor adanya daerah
berkurang a) Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
b) Konjungtiva tidak anemis terhadap
c) Akral hangat panas/dingin/tajam/tump
d) Tanda-tanda vital dalam u
rentang normal b) Monitor adanya paretese
c) Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
d) Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f) Monitor kemampuan
BAB
g) Kolaborasi pemberian
analgetik
h) Monitor adanya
tromboplebitis
i) Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama ………. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi  klien adekuat a. Kaji adanya alergi
intake yang kurang, dengan kriteria makanan
anoreksia a. Adanya peningkatan berat b. Kolaborasi dengan ahli
badan sesuai dengan gizi untuk menentukan
Definisi : Intake nutrisi tujuan jumlah kalori dan nutrisi
tidak cukup untuk b. Berat badan ideal sesuai yang dibutuhkan pasien.
keperluan metabolisme dengan tinggi badan c. Anjurkan pasien untuk
tubuh. c. Mampumengidentifikasi meningkatkan intake Fe
kebutuhan nutrisi d. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : d. Tidak ada tanda tanda meningkatkan protein
a) Berat badan 20 % malnutrisi dan vitamin C
atau lebih di bawah e. Menunjukkan e. Berikan substansi gula
ideal peningkatan fungsi f. Yakinkan diet yang
b) Dilaporkan adanya pengecapan dari menelan dimakan mengandung
intake makanan f. Tidak terjadi penurunan tinggi serat untuk
yang kurang dari berat badan yang berart mencegah konstipasi
RDA g. Pemasukan yang adekuat g. Berikan makanan yang
(Recomended h. Tanda-tanda malnutrisi terpilih ( sudah
Daily Allowance) i. Membran konjungtiva dikonsultasikan dengan
c) Membran mukosa dan mukos tidk pucat ahli gizi)
dan konjungtiva Nilai Lab.: h. Ajarkan pasien
pucat Protein total: 6-8 gr%\ bagaimana membuat
d) Kelemahan otot Albumin: 3.5-5,3 gr % catatan makanan harian.
yang digunakan Globulin 1,8-3,6 gr % i. Monitor jumlah nutrisi
untuk menelan/ HB tidak kurang dari 10 dan kandungan kalori
mengunyah gr % j. Berikan informasi
e) Luka, inflamasi tentang kebutuhan nutrisi
pada rongga mulut k. Kaji kemampuan pasien
f) Mudah merasa untuk mendapatkan
kenyang, sesaat nutrisi yang dibutuhkan
setelah mengunyah
makanan Nutrition Monitoring
g) Dilaporkan atau a. BB pasien dalam batas
fakta adanya normal
kekurangan b. Monitor adanya
makanan penurunan berat badan
h) Dilaporkan adanya c. Monitor tipe dan jumlah
perubahan sensasi aktivitas yang biasa
rasa dilakukan
i) Perasaan d. Monitor interaksi anak
ketidakmampuan atau orangtua selama
untuk mengunyah makan
makanan e. Monitor lingkungan
j) Miskonsepsi selama makan
k) Kehilangan BB f. Jadwalkan pengobatan 
dengan makanan dan tindakan tidak
cukup selama jam makan
l) Keengganan untuk g. Monitor kulit kering dan
makan perubahan pigmentasi
m) Kram pada h. Monitor turgor kulit
abdomen i. Monitor kekeringan,
n) Tonus otot jelek rambut kusam, dan
o) Nyeri abdominal mudah patah
dengan atau tanpa j. Monitor mual dan
patologi muntah
p) Kurang berminat k. Monitor kadar albumin,
terhadap makanan total protein, Hb, dan
q) Pembuluh darah kadar Ht
kapiler mulai l. Monitor makanan
rapuh kesukaan
r) Diare dan atau m. Monitor pertumbuhan
steatorrhea dan perkembangan
s) Kehilangan rambut n. Monitor pucat,
yang cukup banyak kemerahan, dan
(rontok) kekeringan jaringan
t) Suara usus konjungtiva
hiperaktif o. Monitor kalori dan intake
u) Kurangnya nuntrisi
informasi, p. Catat adanya edema,
misinformasi hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
Faktor-faktor yang oral.
berhubungan : q. Catat jika lidah berwarna
Ketidakmampuan magenta, scarlet
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan NIC :


b/d kelemahan fisik keperawatan selama ………. Self Care assistane : ADLs
jam kebutuhan mandiri klien a) Monitor kemempuan
Definisi : terpenuhi dengan kriteria klien untuk perawatan
Gangguan kemampuan a. Klien terbebas dari bau diri yang mandiri.
untuk melakukan ADL badan b) Monitor kebutuhan klien
pada diri b. Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri,
Batasan karakteristik untuk melakukan ADLs berpakaian, berhias,
a. ketidakmampuan c. Dapat melakukan ADLS toileting dan makan.
untuk mandi, dengan bantuan c) Sediakan bantuan sampai
b. ketidakmampuan klien mampu secara utuh
untuk berpakaian, untuk melakukan self-
c. ketidakmampuan care.
untuk makan, d) Dorong klien untuk
d. ketidakmampuan melakukan aktivitas
untuk toileting sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
Faktor yang dimiliki.
berhubungan : e) Dorong untuk melakukan
kelemahan, kerusakan secara mandiri, tapi beri
kognitif atau bantuan ketika klien
perceptual, kerusakan tidak mampu
neuromuskular/ otot- melakukannya.
otot saraf f) Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
g) Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h) Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari. 

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama ………. Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan jam status imun klien infeksi)
resiko masuknya meningkat dengan kriteria a. Bersihkan lingkungan
organisme patogen a. Klien bebas dari tanda setelah dipakai pasien
dan gejala infeksi lain
Faktor-faktor resiko : b. Menunjukkan b. Pertahankan teknik
a) Prosedur Infasif kemampuan untuk isolasi
b) Ketidakcukupan mencegah timbulnya c. Batasi pengunjung bila
pengetahuan untuk infeksi perlu
menghindari c. Jumlah leukosit dalam d. Instruksikan pada
paparan patogen batas norma pengunjung untuk
c) Trauma d. Menunjukkan perilaku mencuci tangan saat
d) Kerusakan jaringan hidup sehat berkunjung dan setelah
dan peningkatan berkunjung
paparan meninggalkan pasien
lingkungan e. Gunakan sabun
e) Ruptur membran antimikrobia untuk cuci
amnion tangan
f) Agen farmasi f. Cuci tangan setiap
(imunosupresan) sebelum dan sesudah
g) Malnutrisi tindakan kperawtan
h) Peningkatan g. Gunakan baju, sarung
paparan tangan sebagai alat
lingkungan pelindung
patogen h. Pertahankan lingkungan
i) Imonusupresi aseptik selama
j) Ketidakadekuatan pemasangan alat
imum buatan i. Ganti letak IV perifer dan
k) Tidak adekuat line central dan dressing
pertahanan sesuai dengan petunjuk
sekunder umum
(penurunan Hb, j. Gunakan kateter
Leukopenia, intermiten untuk
penekanan respon menurunkan infeksi
inflamasi) kandung kencing
l) Tidak adekuat k. Tingktkan intake nutrisi
pertahanan tubuh l. Berikan terapi antibiotik
primer (kulit tidak bila perlu
utuh, trauma
jaringan, Infection Protection
penurunan kerja (proteksi terhadap infeksi)
silia, cairan tubuh a. Monitor tanda dan gejala
statis, perubahan infeksi sistemik dan
sekresi pH, lokal\
perubahan b. monitor hitung
peristaltik) granulosit, WBC
m) Penyakit kronik c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
f. Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
g. Pertahankan teknik
isolasi k/p
h. Berikan perawatan kuliat
pada area epidek
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
k. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan keperawatan selama …….. a. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan klien dapat beraktivitas intoleransi
oksigen dengan criteria aktivitas&menentukan
a. Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari
aktivitas fisik dgn TD, fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai b. Observasi adanya
b. Menyatakan gejala pembatasan klien dalam
memburuknya efek dari beraktifitas.
OR&menyatakan c. Kaji kesesuaian
onsetnya seger aktivitas&istirahat klien
c. Warna kulit sehari-hari
normal,hangat&keri d. ↑ aktivitas secara
d. Memverbalisa-sikan bertahap, biarkan klien
pentingnya aktivitasseca- berpartisipasi dapat
ra bertahap perubahan posisi,
e. Mengekspresikan berpindah & perawatan
pengertian pentingnya diri
keseimbangan e. Pastikan klien mengubah
latihan&istirahat posisi secara bertahap.
f. Peningkatan toleransi Monitor gejala
aktivitas intoleransi aktivitas
f. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
g. Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
h. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
gas b.d ventilasi- keperawatan selama ……..   Bersihkan mulut, hidung dan
perfusi status respirasi : pertukaran secret trakea
gas membaik    Pertahankan jalan nafas yang
dengan
kriteria : paten
  Mendemonstrasikan   Atur peralatan oksigenasi
peningkatan ventilasi dan   Monitor aliran oksigen
oksigenasi yang adekuat   Pertahankan posisi pasien
  Memelihara kebersihan paru   Onservasi adanya tanda tanda
paru dan bebas dari tanda hipoventilasi
tanda distress pernafasan   Monitor adanya kecemasan
Mendemonstrasikan batuk pasien terhadap oksigenasi
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan Vital sign Monitoring
dyspneu (mampu a) Monitor TD, nadi,
mengeluarkan sputum, suhu, dan RR
mampu bernafas dengan b) Catat adanya fluktuasi
mudah, tidak ada pursed lips) tekanan darah
Tanda tanda vital dalam
rentang normal c) Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri

d) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

e) Monitor TD, nadi,


RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas

f) Monitor kualitas dari


nadi

g) Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

h) Monitor suara paru

i) Monitor pola
pernapasan abnormal

j) Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

k) Monitor sianosis
perifer

l) Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)

m) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen
nafas b.d keperawatan selama …….…
status respirasi klien membaik a. Buka jalan nafas,
dengan kriteria guanakan teknik chin lift
a. Mendemonstrasikan atau jaw thrust bila perlu\
batuk efektif dan suara b. Posisikan pasien untuk
nafas yang bersih, tidak memaksimalkan ventilasi
ada sianosis dan c. Identifikasi pasien
dyspneu (mampu perlunya pemasangan alat
mengeluarkan sputum, jalan nafas buatan
mampu bernafas dengan d. Pasang mayo bila perlu
mudah, tidak ada pursed e. Lakukan fisioterapi dada
lips) jika perluan
b. Menunjukkan jalan nafas f. Keluarkan sekret dengan
yang paten (klien tidak batuk atau suction
merasa tercekik, irama g. Auskultasi suara nafas,
nafas, frekuensi catat adanya suara
pernafasan dalam tambahan
rentang normal, tidak h. Lakukan suction pada
ada suara nafas mayo
abnormal i. Berikan bronkodilator bila
c. Tanda Tanda vital dalam perlu
rentang normal (tekanan j. Berikan pelembab udara
darah, nadi, pernafasan) Kassa basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen
keperawatan selama a. Monitor respon klien
…….. .keletihan klien teratasi terhadap aktivitas
dengan kriteria : takikardi, disritmia,
a. Kemampuan aktivitas dispneu, pucat, dan
adekuat jumlah respirasi
b. Mempertahankan nutrisi b. Monitor dan catat jumlah
adekuat tidur klien
c. Keseimbangan aktivitas c. Monitor
dan istirahat ketidaknyamanan atauu
d. Menggunakan teknik nyeri selama bergerak
energi konservasi dan aktivitas
e. Mempertahankan d. Monitor intake nutrisi
interaksi sosial e. Instruksikan klien untuk
f. Mengidentifikasi faktor- mencatat tanda-tanda dan
faktor fisik dan gejala kelelahan
psikologis yang f. Jelakan kepada klien
menyebabkan kelelahan hubungan kelelahan
g. Mempertahankan dengan proses penyakit
kemampuan untuk g. Catat aktivitas yang
konsentrasi dapat meningkatkan
kelelahan
h. Anjurkan klien
melakukan yang
meningkatkan relaksas
i. Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Ani, LS.2016.Buku Saku Anemia Defisiensi Besi.Jakarta: EGC

Bakta, IM.2015.Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta: EGC


Handayani, W.2014.Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
hematologi.Jakarta: Salemba Medika

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New
Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2014. Diagnosis Keperawatan NANDA Definisi dan Klasifikasi. 2018-2020.
Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai