Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

DISUSUN OLEH:

RANDI SAISELAR

1490123088

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

PROGRAM PROFESI NERS PPN

XXXI BANDUNG

2023
PENDAHULUAN
1. Defenisi
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat,
volume sel darah merah dan jumlah hemoglobin. Hipoksia terjadi karena tubuh
kekurangan suplai oksigen. Anemia juga mencerminkan kondisi patogenik yang
mengarah pada abnormalitas jumlah, struktur dan fungsi sel darah merah dalam tubuh
(Joyce & Jane, 2014).
Anemia juga dapat dikatakan sebagai keadaan dimana, masa eritrosit dan masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara labolatorium anemia terjadi karena penurunan kadar hemoglobin
serta nilai eritrosit yang tidak normal.
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman
O2 ke jaringan menurun. Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah dan kadar hematokrit dibawah normal. anemia merupakan penyakit kurang darah
yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal (Soebroto, 2010).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal, berdasarkan kelompok jenis kelamin orang dewasa, batas normal dari kadar Hb
dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa anemia merupakan kurangnya suplai sel
darah merah (eritrosit) dan jumlah hemoglobin dalam tubuh menurun sehingga dapat
mengakibatkan hipoksia, karena kurangnya suplai oksigen didalam tubuh.

2. Anatomi Fisiologi

Darah merupakan cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi


transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolik, mengatur keseimbangan asam dan basa,
mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan
hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran. Darah adalah
cairan yang berwarna merah tergantung dengan kadar oksigen dan karbon dioksida yang
ada didalamnya. Darah berada dalam tubuh karena kerja pompa jantung. Darah bersifat
cair apabila berada di dalam pembuluh darah, dan apabila berada diluar pembuluh darah
akan membeku (Syaifuddin. 2010). Karakteristik Darah adalah sejenis jaringan ikat yang
sel-selnya (elemen pembentuknya) tertahan dan berada dalam matriks cairan (plasma).
Darah lebih berat dan lebih kental dari pada air yaitu memiliki berat jenis 1,041-1,067
dengan temperatur 380C dan PH 7,37-7,45. Warna darah bervariasi dari merah terang
sampai merah tua kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang di bawa sel darah merah.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-
sel darah (darah padat). Jumlah darah pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13
dari berat badan atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang berbeda-
beda. Tergantung kepada umur, ukuran tubuh, dan berbanding terbalik dengan jumlah
jaringan adiposa pada tubuh. Di dalam darah terdapat beberapa sel diantaranya adalah:
a. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah eritrosit pada pria
dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Sel
darah merah berbentuk Bikonkaf, dan warna merah disebabkan oleh Hemoglobin
(Hb). Fungsi dari sel darah merah sendiri untuk mengikat Oksigen. Sehingga kadar
Hb yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Usia eritrosit
didalam tubuh manusia sekitar 120 hari. Lalu sel yang telah tua dihancurkan di
Limpa. Sehinnga hemoglobin dirombak, kemudian dijadikan pigmen Bilirubin
(pigmen empedu).

b. Lekosit (Sel Darah Putih)

Leukosit memiliki nukleus akan tetapi tidak memiliki hemoglobin. Rentang


hidup lekosit didalam tubuh hanya beberapa hari hingga beberapa jam saja. Lekosit
ini biasanya bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tepat. Orang yang
memiliki kelebihan lekosit biasanya memiliki riwayat penyakit leukimia, sedangkan
orang dengan kekurangan leukosit memiliki riwayat penyakit leukopenia. Jumlah
lekosit didalam tubuh sekitar 4000-11000

Leukosit digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu granulosit dan agranulosit. ciri


dari glanulosit atau granula, memiliki granula pada sitoplasmanya. Ada 3 macam
granulosit, yaitu netrofil atau polimorf (10-12 m), eosinofil (10-12 m) dan basofil
(8-10 m). Ciri dari agranulosit adalah tidak memiliki granula pada sitoplasma.
Adapun 2 macam dari agranulosit yaitu limfosit (7-15 m) dan monosit (14-19 m).
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Secara rinci, fungsi dari masing-masing jenis lekosit adalah:

1. Netrofil berfungsi untuk melakukan fagositosi (mematikan agen yang dapat


meyerang siistem kekebalan tubuh seperti bakteri)
2. Eosinofil yang berfungsi untuk melindungi diri dari alergen
3. Basofil yang berfungsi untuk melindungi diri dari alergen
4. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan antibiotik untuk melawan antigen
5. Monosit berfungsi untuk melakukan fagositosis
c. Trombosit (Keping Darah)
Trombosit dapat juga disebut sebagai sel darah pembeku. Jumlah sel pada
orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak
sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic
Factor). Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut biasanya mengalami gangguan Hemofili.
3. Etiologi
Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh berbagai macam
penyebab. Berdasarkan penyebabnya anemia dapat dibedakan menjadi 4 yaitu (Black J &
Hawks J, 2014):
A. Akibat Penurunan Produksi Eritrosit
1. Anemia Aplastik terjadi akibat kegagalan produksi, supresi atau destruksi sel induk
di dalam sumsum tulang yang menyebabkan penurunan produksi eritrosit, leukosit
dan trombosit (pansitopenia). Sumsum tulang menunjukkan penurunan yang nyata
pada selularitas.

2. Aplasia Eritrosit terjadi akibat adanya gangguan yang sering mengalami remisi
spontan atau sebagai respon terhadapa terapi kortikosteroid. Aplasia eritrosit yang
di dapat biasanya merupakan komplikasi sementara yang terjadi pada anemi
hemolitik kongental (misalnya anemia sel sabit).
3. Anemia penggantian sumsum (leukoeritroblastik) akibar dari terkenanya rongga
sumsum tulang oleh neoplasma metastatik, limfoma atau leukimia, penyakit
granulomatosa diseminata (misalnya tuberkulosis), ribrosa atau abses multipel
memindahkan dan menggantikan unsur-unsur sumsum normal. Penggantian sel-sel
sumsum yang berproliferse dengan derajat mamadai dapat mengakibatkan anemia,
leukopenia atau trombositopenia.
4. Anemia megaloblastik adalah bagian anemia makrositik yang terjadi karena
kelainan maturasi fase eritropoiesis dalam sumsum tulang. Mengakibatkan
prekursor eritroid membesar dan menunjukkan kegagalan maturasi inti (Black J &
Hawks J, 2014).
5. Anemia pernisiosa adalah bentuk anemia megaloblastik yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12.
6. Anemia defisiensi besi adalah penyebab anemia tersering diseluruh dunia. Anemia
defisiensi besi sering terjadi karena infeksi cacing tambang. Keseimbangan besi
normal diatur terutama oleh perubahan pada absorpsi besi dalam usus untuk
menyesuaikan kehilangan zat besi normal didalam tubuh akibat sekresi, sel-sel
tereksfoliasi dan darah menstruasi. Besi plasma berkompleksi dengan protein
transferin pengikat besi. Plasma normal memiliki transferin yang cukup (kapasitas
pengikat besi) untuk mengikat 250-400 µg besi desiliter darah. Pada orang dewasa
normal, sekitar 30% transfersin mengalami saturasi, besi plasma normal adalah
sebesar 50-150 µ/dl.
7. Anemia penyakit kronik terjadi akibat dari komplikasi penyakit kronik (misal,
infeksi kronik, penyakit kolagen dan neoplasma ganas). Anemia pada kasus ini
disebabkan oleh kegagalan pengankutan cadang besi menuju plasma dan menuju
eritrosit yang sedang berkembang. Han ini menyebabkan kegagalan
hemoglobinisasi dan anemia.
8. Anemia akibat gagal ginjal kronik biasanya terjadi pada pasien gagal ginjal kronik
karena mengalami anemia normokrom normositik yang disebabkan oleh kegagaln
sekresi eritropoietin normal oleh ginjal. Sumsum tulang dapat menunujukkan
hipoplasia ringan pada rangkaian eritroid.
9. Anemia sideroblastik ditandai dengan gambaran eritrosit darah tepi yang
hiprokomik, mikrositik atau dimorfik. Gambaran darah tepi dimorfik adalah
gambaran yang memiliki campuran eritrosit hipokrom mikrositik dan eritrosit
hipokrom makrositik.
B. Anemia Akibat Kehilangan Darah
1. Kehilangan darah akut
Pendarahan akut mengakibatkan hilangnya darah lengkap dari kompartemen
vaskular, menyebabkan hipovolemia dan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan perfusi organ vital. Pada fase pendarahan akut, nilai darah
meliputi jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematorik adalah normal, karena
jumlah yang hilang seimbang. Kompensasi penting hipovolemia adalah retensi air
dan elektrolit oleh ginjal untuk memulihkan volume darah.
2. Kehilangan darah kronik
Pendarahan kronik pada awalnya dikompensasi oleh hiperplasia eritroid sumsum
tulang dan peningkatan produksi eritrosit. Hal ini berlangsung hingga cadangan
besi habis, yang pada saat itu defisiensi besi menjegah kompensasi yang adekuat.
Oleh karena itu, anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah kronik
merupakan anemia defisiensi besi dan dibahas dibawah judul tersebut.

C. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah kondisi dimana hancurnya eritrosit lebih cepat
dibandingkan dengan penbentukannya. Anemia hemolitik disebabkan oleh
peningkatan kecepatan destruksi eritrosit yang diikuti dengan ketidakmampuan
sumsum tulang dalam memproduksi sel eritrosit untuk memenuhi kebutuhan tubuh
terhadap berkurangnya sel eritrosit. Penghancuran sel eritrosit yang berlebih dapat
menyebabkan terjadinya hiperplasi sumsum tulang shingga prosuksi sel eritrosit akan
meningkat dari angka normalnya. Hal ini terjadi apabila umur eritrosit kurang dari
120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemia. Namun bila sumsum tulang
tidak mampu mengatasi kedaan tersebut akan mengakibatkan anemia (Reni & Dwi.
2018).

D. Anemia hemolitik diperantarai imun


1. Anemia hemolitik autoimun adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan
hemolisis yang terjadi akibat adanya autoantibodi, dengan spesififitas terhadap
antigen golongan darah. Terikatnya autoantibodi pada membram eritrosit dapat
terjadi secara maksimal pada suhu tubuh (37℃, antibodi hangat) atau pada 4 ℃
(antibodi dingin).
2. Anemia hemolitik isoimun adalah anemia yang setiap eritrositnya mengalami lisis
akibat aktivitas antibodi individu pada tranfusi darah (eritrosit donor yang tidak
cocok dilisinya oleh antibodi di dalam plasma resipien) maupun pada penyakit
hemolisis bayi baru lahir (eritrisot janinnya dilisis oleh antibodi maternal yang
telah melewati plasenta).

4. Patofisiologi
Transpor oksigen akan terganggu oleh anemia. Kurangnya hemoglobin atau rendahnya
jumlah sel darah merah, menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke jaringan dan
meyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha mengompensasi hipoksia jaringan dengan
meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah, meningkatkan curah jantung dengan
meningkatkan volume atau frekuensi denyut jantung, distribusi ulang darah dari jaringan
yang membutuhkan sedikit oksigen ke daerah yang membutuhkan banyak oksigen, serta
menggeser kurva disosiasi hemoglobin oksigen ke arah kanan untuk mempermudah
pelepaan oksigen ke jaringan pada tekanan parsial oksigen yang sama (Black J & Hawks
J, 2014)
PATHWAYS

- Agen neoplastik
- Radiasi
- 0bat-obatan
- Infeksi

Gangguan Hemapoetik

Leukopenia Eritropetik Trombositopeni


a

Anemia Hb turun
Depresi sistem imun

Mual-muntah Aliran darah hermoglobin turun


Pertahanan sekunder
terganggu perifer menurun

Nafsu Perfusi jaringan tidak


makan efektif
Risiko infeksi Penurunan transportasi
menurun
oksigen kejaringan
Gangguan
Kompensasi jantung pertukaran gas
Asupan makan
menurun
Metabolisme aerob
turun, anaerob naik Reepirasi Pola nafas tidak
Intake nutrisi meningkat, nadi efektif
Hipoksia pucat kurang meningkat
Keletihan

Ketidakseimbangan Cardiomegali
Intoleran
aktivitas nutrisi kurang dari
Devisit
kebuuhan tubuh
perawatan diri
Gagal jantung
RIsiko jatuh/Risiko ceder
5. Tanda dan gejala
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi saat seseorang tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Salah satu alasannya adalah
terjadinya kekurangan zat besi dan vitamin B12 untuk membuat sel darah merah. Hemoglobin
adalah protein yang terkandung dalam sel darah merah yang membantu membawa oksigen ke seluruh
tubuh . Hemoglobin dalam pembentukannya membutuhkan zat besi dan vitamin seperti vitamin
mecobalamin ( B12 ) dan asam folat ( B9 )
Seseorang yang jumlah sel darah merahnya tidak cukup, tubuhnya akan kekurangan oksigen, sehingga
tubuh lemas, lemah dan mengalami nafas pendek.
Tipe anemia akibat kekurangan B12 atau B6 menyebabkan tubuh menghasilkan sel darah merah yang
berukuran lebih besar dari normalnya dan tidak dapat berfungsi secara normal
Sel darah merah yang terlalu besar ukuranya sulit keluar dari sumsum tulang untuk masuk ke
pembuluh darah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Anemia ini sering disebut anemia
makrositik atau anemia megaloblastic atau pernisiosa.

Gejala anemia karena kekurangan asam folat dan mecobalamin secara umum meliputi :
 Kekurangan energi ( Lemah, letih, lesu )
 Kelemahan otot
 Rasa Lelah yang berlebihan
 Kulit menjadi pucat atau kekuningan
 Denyut jantung tidak teratur
 Sesak
 Pusing
 Nyeri dada
 Tangan dan keringat dingin
 Perubahan personalitas
 Kebingungan atau mudah lupa
6. Penatalaksanaan Medis
Dalam penangnanan anemia tujuan utamanya untuk menidentifikasi dan perawatan
yang dikarenakan terjadinya destruksi sel darah atau penurunan produksi sel darah
merah. Sedangkan penanganan pada pasien yang mengalami hipovelemik antara lain:
1) pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
2) resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
3) tranfusi kompenen darah sesuai indikator
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut (Black J & Hawks J, 2014):
1. Terapi Oksigen : diberikan kepada klien dengan anemia berat, karena darah
mengalami penurunan mengikuti oksigen. Oksigen dapat mencegah hipoksia dan
mengurangi beban jantung karena rendahnya kadar HB
2. Eritripoetin : injeksi eritropoetin dari subkutan diberikan kepada pasien anemia
kronik, karena obat ini akan membantu meningkatkan produksi sel darah merah.
supaya terapi ini efektif, pasien diharuskankan memiliki sumsul tulang yang
normal dan asupan nutrisi yang memadai.
3. Penggantian zat besi : zat besi ni diberikan per oral pada kebuthan yang segera atau
pada saat kebutuhan tubuh diatas normal (biasanya pada kehamilan). pemberian
per oral ini dilakukan karena mudah dan harganya yang relatif murah. Biasanya
obat yang digunakan yaitu fero sulfat (feosol) atau fero glukanat (fergon), 200-325
mg dosis dengan melalui oral ¾ kali pemberian/hari setelah makan. konsumsi zat
besi dengan vitamin C akan membantu penyerapan dari zat besi. pasien biasanya
menerima suplementasi zat besi selama 6 bulan agar dapat disimpan dalam tubuh.
efek samping dari hal tersebut biasanya terjadi mual, muntah, konstipasi atau diare
dan feses berwarna hitam.
4. Terapi komponen darah: terapai ini digunakan untuk terapi penyakit hematologi
dan beberapa prosedur bedah yang bergantung pada produksi darah. produksi darah
yang didapatkan dari orang lain disebut homolog, sedangkan prosuksi darah yang
diinfuskan kembali daru tubuh pasien sendiri disebut autolog.
7. Kemungkinan data focus

1. Identitas klien
Nama : Tn. W
Umur : 45
Jenia Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Sumbersari, Jember
No. RM : 008502
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Kawin
Tanggal MRS : 5 November 2019/08.00
Tanggal Pengkajian : 5 November 2019/08.00
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga

2. Riwayat Kesehatan
1. Diagnos Medis
Anemia Aplastis
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan bahwa badanya terasa lemas dan tidak bisa melakukan
aktivitas rutin di ladang. Dan berat badan klien yang semula 60 kg menjadi 57
kg
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Klien mengatakan lemas sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk ke rumah
sakit. Semakin hari terasa lemas sangat berat sampai tidak bisa beraktivitas
atau bekerja.
- Klien mengeluh mata berkunang-kunang, kepala pusing dan nafsu makan
menurun, terkadang merasa mual muntah.
4. Riwayat penyakit dahulu
- Klien mengatakan bahwa pernah masuk rumahsakit sebelumnya dengan
keluhan yang sama dengan sekarang.
- klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi yang pernah dia dapat
- klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok setia harinya dan sering
- Klien juga memiliki riwayat hipertensi, kencing manis dan asma.
5. Riwayat penyakit keluarga
- Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya ada yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi, kecing manis dan asma.
i. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehata
- Klien mengatakan bahwa sebelum sakit, klien kurang memperhatikan
kondisi kesehatannya
- Klien mengatakan bahwa setelah sakit, klien lebih memperhatikan
kesehatnnya dan mengatakan ingin segera sembuh.
2. Pola nutrisi/metabolisme
- Sebelum MRS, klien mengatakan dia makan 3x/hari dan porsi selalu habis
- Setelah MRS, klien mengeluh nafsu makan menurun dan setiap makan
tidak pernah habis.

3. Pola eliminasi
- Sebelum MRS, klien mengatakan dapat BAK dan BAB teratur setiap hari.
Untuk BAK ± 1.500cc dan BAB 1x/hari dipagi hari.
- Setelah MRS, klien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAK dan
BAB, semua masih sama dengan sebelum MRS.
4. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum MRS, klien mengatakan dapat melakukan pekerjaan di ladang
setiap harinya secara mandiri
- Setelah MRS, klien tidak dapat melakukan pekerjaan dan kegiatan sehari-
hari dibantu oleh keluarga.

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan / Minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidut √
Berpindah √
Ambulasi Rom √
Keterangan:
0 : dengan bantuan total
1 : dengan bantuan berat
2 : dengan bantuan sedamg
3 : dengan bantuan ringan
4 : mandiri
5. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum MRS, klien mengatakan dalam 1 hari, tidur ± 5 jam di malam
hari dan jarang tidur siang karena bekerja di kebun
- Setelah MRS. Klien mengatakan dalam 1 hari biasanya tidur lebih dari 8
jam per hari, 6 jam di malam hari dan ± 2-3 jam disiang hari

6. Pola kognitif dan perseptual


- Klien mengatakan bahwa penyakitnya yang dialaminya mungkin
dikarenakan kebiasaan jarang tidur dan sering bekerja diladang.
- Klien pasrah dengan kondisinya yang saat ini dan ingin cepat sembuh
sehingga dapat bekerja lagi
7. Pola persepsi diri
Klien mengatakan bahwa terkadang dia takut akan penyakit yang dideritanya
saat ini, akan tetapi selalu pasrah akan kondisi dan penyakitnya.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien mengatakan bahwa tidak ada keinginan untuk memenuhi pola
seksualitasnya, karena penyakit yang sedang dideritanya saat ini.
9. Pola peran dan hubungan
Klien merupakan kepala keluarga dirumahnya dan sumber penghasilan dari
keluarga. Klien memiliki hubungan yang erta dengan keluarganya.
10. Pola manajemen koping-stres
Klien mengatakan apabila ada masalah, dia lebih banyak diam dan
menyelesaikan masalahnya sendiri selagi dia bisa.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Sehat : Klien taat beribadah
Sakit : Klien merasa terganggu saat beribadah karena merasa lemas

ii. Pengkajian Fisik

Keadaan Umum :

Keadaan umum klien baik, keadaan compos mentis hanya tampak lemah dan
banyak berbaring.

Tanda VItal:

TD : 130/80 mmHg

Suhu : 36℃

Nadi : 80x/menit

RR : 23x/menit

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Askultasi)

1.Kepala
Inspeksi : rambut masih terlihat hitam, persebaran rambut merata dan tidak ada
peradangan.
Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri tekan dan pembengkakan
2. Mata
Inspeksi : sklera normal, mata simetris kanan kiri, tidak menggunakan alat
bantu kaca mata, pandangan kabur, anemis pada konjungtiva
Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri
3. Telinga
Inspeksi : telingan normal, simetris kanan kiri, tidak mengguakan alat bantu
dengar
Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri tekan
4. Hidung
Inspaksi : pernapasan cuping hidung tidak ditemukan, epitaksis negatif
Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : labia berwarna kehitaman, bibir normal, stomatitis negatif, gigi
normal
Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi : tidak ditemukan adanya penonjolan vena jugularis
Palpasi : pembesaran tiroid negatif, pembesaran vena jugularis negatif
7. Dada
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada lesi, pergerakan nafas simetris kanan kiri, meggunakan
pernafasan dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris kanan kiri
Perkusi : resonana seluruh lapang paru
Auskultasi : bronchovesicular, tidak ada ronchi
Pernafasan atau paru-paru
Inspeksi : denyut tidak nampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC 5, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : dullness sepanjang SIC 2-5
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal reguler
8. Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi, tidak ada retraksi, tidak ada edema
Palpasi : timpani pada abdomen sinistra dan dullness pada abdomen dextra
Perkusi : tidak ada nyeri tekan, adanya pembesaran hepar
9. Ekstermitas
Inspeksi: pasien tampak lemah dan beraktivitas minimal
Palpasi: kekuatan otot
Tidak terdapat fraktur bibagian tubuh manapun

55

5 5
10. Kulit dan Kuku
Inspeksi: warna merata, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi, kuku bersih
dan pendek
palpasi : akral hangat, suhu 36℃
11. Keadaan Lokal
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik pada klien, klien tampak sedikit
khawatir jika dibicarakan indikasi yang akan dijalankan.
iii. Terapi
- infus NaCl 0,9% 20ipm
- obat-obatan:
1. Methylprednisolone 3x16 mg
2. Cellcept 2x1000 mg
- Transfusi PRC + serum
3. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
Tes Nilai Normal Hasil (6/7’11)
WBC 4,1-11,0 0,87
PLT 150-440 15
Bilirubin 0,3-1,3 0,78
Bilirubin indirect <0,8 0,64
Bilirubin direct 0,0-0,3 0,14

8. Analasisi Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DO: Mual-muntah Ketidakseimbangan
- BB klien sebelum sakit 60 kg nutrisi kurang dari
- BB klien setelah sakit 57 kg Nafsu makan menurun kebutuhan tubuh
DS:
- Klien mengeluh mata Asupan makan
berkunang-kunang, kepala menurun
pusing dan nafsu makan
menurun, terkadang merasa Intake nutrisis kurang
mual dan muntah
- Klien mengeluh nafsu makan Ketidakseimbangan
menurun dan setiap makan nutrisi kurang dari
tidak pernah habis dan berat kebutuhan tubuh
badan kilen menurun.

2. DO: Anemia aplastik Keletihan


- Tampak lemah dan banyak
berbaring di tempat tidur
- Setelah MRS, klien dapat Kadar eritrosit rendah
melakukan kegiatan sehari-
hari tetapi dengan bantuan dari Suplai oksigen tidak
keluarga adekuat
DS:
- klien mengatakan lemas sejak Metabolisme tubuh
3 hari sebelum masuk rumah menurun
sakit dan semakin hari
semakin bertambah berat
sampai tidak bisa beraktivitas. Energi yang dihasilakan
rendah

Keletihan
3. DO: Produksi sel darah putih Risiko Infeksi
Klien mendapat terapi obat :\ menurun (leukopenia)
1. Methylprednisolone 3x16 mg dan terapi medis yang
2.Cellcept 2x1000 mg diberikan

Hasil tes WBC 0,87 (normal=4,1-


sistem kekebalan tubuh
11,0 103/mm3)
menurun disertai
Infus NaCl 0,9 % 20 ipm
prosedur invasif
DS:-

Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan (Sesuai dengan prioritas)

Berdasarkan SDKI

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makan
dan ketidakmampuan makan d.d kurang minat pada makanan
2. Keletihan b.d kelesuan fisiologis dan kelesuan fisik d.d kurang energi
3. Risiko infeksi b.d imunosupresi dan prosedur invasif
Intervensi

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasioanl TDD


1. Ketidakseimbanagn Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan Manajemen Gangguan HS
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 2x24 jam Makan (1030) Makan (1030)
kebutuhan tubuh diharapkan: 1. Kolaborasi dengan tim 1. untuk memudahkan
Kriteria Hasil kesehatan untuk tindakan
Nafsu Makan (1014): mengembangkan rencana keperawatan yang
1. Hasrat/keinginan untuk perawatan dengan selanjutnya
makan ditingkatkan dari melibatkan klien dan orang 2. untuk meningkatkan
skala 2 (bayak terganggu) ke terdekat dengan tepat nafsu makan klien
skala 5 (tidak terganggu) 2. Dorong klien untuk 3. supaya klien merasa
2. Menyenangi makanan mendiskusikan makanan nyaman dan dihargai
ditingkatkan dari skala 2 yang disukai bersama dalam kondisi yang
(bayak terganggu) ke skala 5 dengan ahli gizi sakit
(tidak terganggu) 3. Kembangkan hubungan 4. untuk memudahkan
3. Intake makanan ditingkatkan yang mendukung dengan klien dalam
dari skala 2 (bayak klien mengungkapkan
terganggu) ke skala 5 (tidak 4. Berikan dukungan (misal, perasaan yang
terganggu) terapi relaksasi, latihan dialami sehingga
4. Rangsangan untuk makan desentisasi, kesempatan nafsu makan dapat
ditingkatkan dari skala 2 untuk membicaraka
(bayak terganggu) ke skala 5 perasaan) sembari klien meningakat
(tidak terganggu) juga berusaha
Bantuan Perawatan
Kelelahan: Efek yang mengintregasikan perilaku
Diri: Pemberian
Menggangu (0008) makan yang baru,
Makan (1803)
1. Gangguan dengak aktifitas perubahan citra tubuh dan
1. menarik nafsu makan
sehari-hari ditingkatkan dari perubahan gaya hidup.
klien
skala 2 (cukup berat) ke Bantuan Perawatan Diri:
2. untuk kenyamanan
skala 5 (tidak ada) Pemberian Makan (1803)
klien dalam makan
2. Gangguan pada rutinitas 1. Atur meja dan nampan 3. untuk kenyamanan
ditingkatkan dari skala 2 makanan agar terlihat dalam makan
(cukup berat) ke skala 5 menarik
Manajemen Nutrisi
(tidak ada) 2. Berikan kebersihan mulut
(1100)
3. Nafsu makan menurun sebelum makan
1. menghindari
ditingkatkan dari skala 2 3. Posisikan pasien dalam
terjadinya alergi
(cukup berat) ke skala 5 posisi makan yang nyaman
makanan pada klien
(tidak ada) Manajemen Nutrisi (1100)
2. untuk memberikan
4. Gangguan aktivitas
fisik 1. Identifikasi adanya alergi
makanan yang
ditingkatkan dari skala 2 atau intoleransi makanan
disukai pasien sesuai
(cukup berat) ke skala 5 yang dimiliki pasien
dengan kebutuhan
(tidak ada) 2. Tentukan apa yang menjadi
3. untuk memenuhu
Status Nutrisi: Energi (1007) prefensi makanan bagi
1. Stamina ditingkatkan dari pasien gizi klien
skala 2 (banyak menyimpang 3. Tentukan jumlak kalori dan 4. untuk menarik nafsu
dari rentan normal) ke skala jenis nutrisi yang makan klien yang
5 (tidak menyimpang dari dibutuhkan untuk mengandung gizi
rentang normal) memenuhi persyaratan gizi
Manajemen Energi
2. Daya tahan ditingkatkan dari 4. Tawarkan makanan ringan
(0108)
skala 2 (banyak menyimpang yang padat gizi
1. untuk mengengetahui
dari rentan normal) ke skala Manajemen Energi (0108)
penyebab kelelahan
5 (tidak menyimpang dari 1. Kaji status fisisologi pasien
klien
rentang normal) yang menyebabkan 2. untuk mengontrol
3. Resisten infeksi ditingkatkan kelelahan sesuai dengan aktivitas yang
dari skala 2 (banyak konteks usia dan menyebabkan
menyimpang dari rentan perkembangan kelelahan
normal) ke skala 5 (tidak 2. Tentukan persepsi 3. untuk menangani
menyimpang dari rentang pasien/orang terdekat kelelahan yang
normal) dengan pasien mengenai terjadi pada klien
penyebab kelelahan 4. untuk menjaga
3. Pilih intervensi untuk kekebalan tubuh
mengurangi kelelahan baik klien
secara farmakologi atau
non farmakologi dengan
tepat
4. monitor intake/asupan
nutrisis untuk menentukan
sumber enrgi yang adekuat
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Lingkungan Manajemen HS
keperawatan selama 2x24 jam (6480) Lingkungan (6480)
diharapkan: 1. Ciptakan lingkungan yang 1. untuk kenyamanan
Kriteria Hasil aman bagi pasien klien
Tingkat Kelelahan (0007) 2. Berikan kamar terpisah 2. untuk meningkatkan
1. Kelelahan ditingkatkan dari seperti yang diindikasikan ketenangan klien
skala 2 (cukup berat) ke 3. sediakan tempat tidur dan 3. digunkan sebagai
skala 5 (tidak ada) lingkungan yang bersih dan pendukung
2. Kelesuhan ditingkatkan dari nyaman ketenangan klien
skala 2 (cukup berat) ke 4. Sediakan kasur yang kokoh 4. dugunakan untuk
skala 5 (tidak ada) Terapi Aktifitas (4310) kenyamama klien
3. Kehilangn selera makan 1. Pertimbangkan
Terapi Aktifitas (4310)
ditingkatkan dari skala 2 kemampuan klien dalam
1. untuk mengontrol
(cukup berat) ke skala 5 berpartisipasi melalui
aktivitas klien
(tidak ada) aktivitas spesifik
2. untuk mengantisipasi
4. Kegiatan sehari-hari 2. Pertimbangkan komitmen
terjadinya keletihan
ditigkatkan dari skala 2 klien untuk meningkatkan
(banyak terganggu) ke skala frekuensi dan jarak pada klien
5 (tidak terganggu) aktivitas 3. membantu klien
3. Bantu kilen untuk dalam melakuan
Perawatan Diri: Aktifitas
mengeksplorasi tujuan aktivitas kerja supaya
Sehari-hari (0300)
personal dari aktivitas yang tidak terjadi
1. Makan ditingkatkan dari
dilakukan (misal, bikerja) keletihan
skala 2 (banyak terganggu)
Pengurangan Kecemasan Pengurangan
ke skala 5 (tidak terganggu)
(5820) Kecemasan (5820)
2. Kebersihan mulut
ditingkatkan dari skala 2 1. Gunakan pendekatan yang 1. memberikan
(banyak terganggu) ke skala tenang dan meyakinkan dukungan pada klien
5 (tidak terganggu) 2. Berikan informasi faktual untuk
3. Berjalan ditingkatkan dari terkait diagnosa, perawatan kenyamanannya
skala 2 (banyak terganggu) dan pronosis 2. agar klien dapat
ke skala 5 (tidak terganggu) 3. Berada disisi pasien untuk memahami
meningkatkan rasa aman kondisinya
Tidur (0004)
dan mengurangi ketakutan 3. digunakan untuk
1. Jam tidur ditingkatkan dari
4. Bantu pasein
kenyamanan klien
skala 3 (cukup terganggu) ke
mengidentifikasi
situasi 4. untuk menghindari
skala 5 (tidak terganggu)
yang memicu kecemasan terjadinya kecemasak
2. Pola tidur ditingkatkan dari
Peningkatan Latihan: pada klien
skala 3 (cukup terganggu) ke
Latihan Kekuatan (0201)
skala 5 (tidak terganggu) Peningkatan Latihan:
3. Kualitas tidur ditingkatkan 1. Lakukan skrining Latihan Kekuatan
dari skala 3 (cukup kesehatan sebelum (0201)
terganggu) ke skala 5 (tidak memulai latihan untuk 1. untuk meminimalkan
terganggu) mengidentifikasi risiko terjadinya keletihan
4. Tidur rutin ditingkatkan dari dengan mengguankan skala pada saat latihan
skala 3 (cukup terganggu) ke kesiapan latian fisik 2. untuk mengetahui
skala 5 (tidak terganggu) terstandar atau melengkapi latihan yang harus
5. Merokok ditingkatkan dari pemeriksaan riwayat dilakukan oleh klien
skala 2 (cukup berat) ke kesehatan dan fisisk untuk meninhkatkan
skala 5 (tidak ada) 2. Dapatkan persetujuan kekuatan
medis untuk memulai 3. untuk mengontrol
program latian kekuatan, latihan klien
jika diperlukan
3. Spesifikkan tipe dan durasi
dari aktivitas pemanasan
dan pendinginan (misal,
berjalan)
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perlindungan Infeksi (6550) Perlindungan Infeksi HS
keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor adanya (6550)
diharapkan: tanda dan gejala 1. untuk
Kriteria Hasil infeksi sistemik dan mengidentifikasi
Status Nutrisi (1004) local terjadinya infeksi
1. Asupan Gizi ditingkatkan 2. Monitor kerentanan 2. untuk menghindari
dari skala 2 (banyak terhadap infeksi terjadinya infeksi
menyimpang rentan 3. Tingkatkan asupan
dari 3. untuk meningkatkan
normal) ke skala 5 (tidak nutrisi yang cukup daya tahan tubuh
meyimpang dari rentan 4. Pantau adanya klien
normal) perubahan tingkat 4. untuk menghindari
2. Asupan makan ditingkatkan energi dan malaise terjadinya kelemahan
dari skala (banyak 5. Anjurkan
2 klien
menyimpang dari rentan peningkatan 5. sebagai latihan otot
normal) ke skala 5 (tidak mobilitas dan klien agar tidak
meyimpang dari rentan latihan, dengan lemas
normal) tepat 6. untuk mengetahui
3. Energi ditingkatkandari 6. Ajarkan pasien dan tindakan yang harus
skala 2 (banyak menyimpang keluarga mengenai diberikan kepada
dari rentan normal) ke skala tanda dan gejala klien pada saat
5 (tidak meyimpang dari infeksi dan kapan terkena infeksi
rentan normal) harus 7. untum menjaga

Kontrol Risiko: Proses Infeksi melaporkannya kesehatan

(1924) kepada pemberi


Monitor Nutrisi (1160)
1. Mencari informasi terkait layanan kesehatan
1. untuk memantau
7. Ajarkan pasien dan
konrol infeksi ditingkatkan keluarga bagaimana nutrisi klien
dari skala 2 (jarang cara menghindari 2. untuk memnuhi
menunjukkan) ke skala 5 infeksi bebutuhan gizi klien
(secara konsisten 3. mengontrol aktivitas
menunjukkan) Monitor Nutrisi (1160) dan status nutrisi
2. mengidentifikasi faktor 1. Monitor adanya mual klien
risiko infeksi ditingkatkan muntah 4. untuk melatih
dari skala 2 (jarang 2. Monitor diet dan asupan kemampuan aktivitas
menunjukkan) ke skala 5 kalori klien
(secara konsisten 3. Identifikasi perubahan 5. untuk mengontrol
menunjukkan) nafsu makan dan aktivitas gizi klien
3. Mengenali faktor risiko akhir-akhir ini
individu terkait infeksi 4. Monitor tipe dan
ditingkatkan dari skala 2 banyaknya latian yang bisa
(jarang menunjukkan) ke dilakukan
skala 5 (secara konsisten 5. Tentukan Pola makan
menunjukkan) (misal, makana yang
4. Mengetahui perilaku yang disukai dan tidak disukai,
berhubungan dengan infeksi konsumsi yang berlebihan
ditingkatkan dari skala 2 terhadap makanan siap saji,
(jarang menunjukkan) ke makan yang terlewati)
skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
5. Mengidenfitikasi resiko
infeksi dalam aktifitas
sehari-hari ditingkatkan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan) ke skala 5
(secara konsisten
menunjukkan)
6. Menggunakan alat pelindung
diri ditingkatkan dari skala 2
(jarang menunjukkan) ke
skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
Perilaku Berhenti Merokok
(1625)
1. Mengekspresikan keinginan
untuk berhenti merokok
ditingkatkan dari skala 2
(jarang menunjukkan) ke
skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
2. Mengidentifikasi manfaat
dari berhenti merokok
ditingkatkan dari skala 2
(jarang menunjukkan) ke
skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
3. Membangun strategi yang
efektif untuk berhenti
merokok ditingkatkan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan) ke skala 5
(secara konsisten
menunjukkan)

Implementasi

Hari Diagnosa Implementasi Paraf


Selasa 5 Ketidakseimbangan nutrisis Manajemen Gangguan Makan (1030) HS
Novembe kurang dari kebutuhan tubuh b.d 1. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan untuk
r 2019 kurang asupan makan dan mengembangkan rencana perawatan dengan melibatkan klien
ketidakmampuan makan d.d dan orang terdekat dengan tepat
kurang minat pada makanan 2. Mendorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai
bersama dengan ahli gizi
3. Mengembangkan hubungan yang mendukung dengan klien
4. Memberikan dukungan (misal, terapi relaksasi, latihan
desentisasi, kesempatan untuk membicaraka perasaan) sembari
klien juga berusaha mengintregasikan perilaku makan yang baru,
perubahan citra tubuh dan perubahan gaya hidup.
Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan (1803)
1. Mengatur meja dan nampan makanan agar terlihat menarik
2. Memberikan kebersihan mulut sebelum makan
3. Memposisikan pasien dalam posisi makan yang nyaman
Manajemen Nutrisi (1100)
1. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
2. Menentukan apa yang menjadi prefensi makanan bagi pasien
3. Menentukan jumlak kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan gizi
4. Menawarkan makanan ringan yang padat gizi
Manajemen Energi (0108)
1. Mengkaji status fisisologi pasien yang menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
2. Menentukan persepsi pasien/orang terdekat dengan pasien
mengenai penyebab kelelahan
3. Memilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
farmakologi atau non farmakologi dengan tepat
4. Memonitor intake/asupan nutrisis untuk menentukan sumber
enrgi yang adekuat

Selasa 5 Keletihan b.d kelesuan Manajemen Lingkungan (6480) HS


Novembe fisiologis dan kelesuan fisik d.d 1. Menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
r 2019 kurang energi 2. Memberikan kamar terpisah seperti yang diindikasikan
3. Menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman
4. Menyediakan kasur yang kokoh

Terapi Aktifitas (4310)


1. Mempertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi
melalui aktivitas spesifik
2. Mempertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan
frekuensi dan jarak aktivitas
3. Membantu kilen untuk mengeksplorasi tujuan personal dari
aktivitas yang dilakukan (misal, bikerja)
Pengurangan Kecemasan (5820)
1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Memberikan informasi faktual terkait diagnosa, perawatan dan
pronosis
3. Berada disisi pasien untuk meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
4. Membantu pasein mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Peningkatan Latihan: Latihan Kekuatan (0201)
1. Melakukan skrining kesehatan sebelum memulai latihan untuk
mengidentifikasi risiko dengan mengguankan skala kesiapan
latian fisik terstandar atau melengkapi pemeriksaan riwayat
kesehatan dan fisik
2. Mendapatkan persetujuan medis untuk memulai program latian
kekuatan, jika diperlukan
3. Menspesifikkan tipe dan durasi dari aktivitas pemanasan dan
pendinginan (misal, berjalan)
Selasa 5 Risiko infeksi b.d imunosupresi Perlindungan Infeksi (6550) HS
Novembe dan prosedur invasif 1. Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan
r 2019 local
2. Memonitor kerentanan terhadap infeksi
3. Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup
4. Memantau adanya perubahan tingkat energi dan malaise
5. Menganjurkan peningkatan mobilitas dan latihan, dengan
tepat
6. Menganjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan
7. Menganjurkan pasien dan keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi
Monitor Nutrisi (1160)
1. Memonitor adanya mual muntah
2. Memonitor diet dan asupan kalori
3. Mengidentifikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas akhir-
akhir ini
4. Memonitor tipe dan banyaknya latian yang bisa dilakukan
5. Menentukan Pola makan (misal, makana yang disukai dan tidak
disukai, konsumsi yang berlebihan terhadap makanan siap saji,
makan yang terlewati)

Evaluasi

No Hari/Tanggal/ Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf


Jam
1. Selasa 5 Ketidakseimbangan S: HS
November 2019 nutrisis kurang dari - Klien mangatakan bahwa asupan makannya mulai
kebutuhan tubuh b.d meningkat
kurang asupan makan dan - Klien mengatakan bahwa rasa pusing dan berkunang-kunang
ketidakmampuan makan yang dirasakan berkurang
d.d kurang minat pada
O:
makanan
Nafsu makan klien terlihat mulai meningkat yang awalnya
setiap 1 porsi makan hanya 2-3 sendok, klien mulai bisa
menghabiskan 1 posi makan
A: Masalah sebagian teratasi
P: Hentikan intervensi
2. Selasa 5 Keletihan b.d kelesuan S: HS
November 2019 fisiologis dan kelesuan - Klien mengatakan bahwa tidak merasa lemas lagi
fisik d.d kurang energi - keluarga mengatakan bahwa aktivitas yang dapat dilakukan
klien bertambah, tetapi untuk beraktivitas masih
memerlukan bantuan keluarga

O: Klien tampak membaik (segar) dan melakukan aktivitas fisik


seperti jalan-jalan
A: Masalah keletihan pada klien masih teratasi sebagian
P: Mengulang interfensi
3. Selasa 5 Risiko infeksi b.d S: Keluarga mengatakan bahwa tanda-tanda terjadinya infeksi HS
November 2019 imunosupresi dan prosedur pada klien tidak ada
invasif O:
- tidak dijumpai adanya tanda-tanda adanya infeksi
- klien dan keluarga mengerti cara mengenali tanda dan gejala
infeksi, tahu kapan melaporkan kepada tenaga kesehatan bila
terjadinya infeksi serta dapat mempraktikkan cara
menghindari infeksi

A: Risiko terjadinya infeksi pada klien dapat terhindari


P: Hentikan intervensi
Daftar Pustaka

Arwin N. M, Suyud. 2016. Pajanan Pestisida dan Kejadian Anemia Pada Petani Holistik Di
Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. BKM Journal Of Community Medicine And
Public Healt Vol 32 No 7

Astutik R.Y, Ertiana D. 2018. Anemia Dalam Kehamilan. Jember: Pustaka Abadi

Black J.M, Hawks J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier

Chandrasoma P, Taylor C. R. 2005. Patologi Anatomi. Jakarta: EGC

Fakhidah, L. N. Putri, K. S. E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status


hemoglobin pada remaja putri. Maternal, Vol 1 No 1

Handayani W, Haribowo A. S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba

Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Priyanto L. D. 2018. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Dan Aktivitas Fisik Santriwati
Husada Dengan Anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol 6 No 2

Soebroto, I. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit

Sudargo T, Kusmayanti N. A, Hidayati N. L. 2018. Defisiensi Yodium, Zat Besi, Dan


Kecerdasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres

Suryani, D., Hafiani, R., & Junita, R. (2015). Analisis pola makan dan anemia gizi besi pada
remaja putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 11– 18.

Syaifuddin. 2010. Anatomi Dan Fisisologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan Dan Bidan, Eb 4. Jakarta: EGC

Silalahio V, Aritonang E, Ashar T. 2016. Potensi Pendidikan Gizi Dalam Meningkatkan


Asupan Gizi Pada Remaja Putri Yang Anemia Di Kota Medan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol 11 No 2

Tarwoto. 2010. Buku Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta :
TIM

Anda mungkin juga menyukai