Anda di halaman 1dari 33

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam

sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau

keduanya. Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel

darah merah atau peningkatan kehilangan sel darah merah melalui

perdarahan kronis, perdarahan mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah

merah yang berlebihan. Semua anemia mengakibatkan penurunan

hematokrit dan hemoglobin tetapi nilai MCV, MCHC, dan RDW dapat

bervariasi. Sebagai contoh pengguna MCV sebagai indeks, anemia

mikrositik memiliki MCV antara < 82 fL/sel darah ; anemia normositik

memiliki MCV antara 82-98 fL/sel darah; dan anemia makrositik

memiliki MCV 98 fL/sel darah. Gejala terkait anemia tergantung pada

durasi, tingkat keparahan, dan usia penderita serta status kesehatan

sebelumnya. Semua gejala pada akhirnya berhubungan dengan reduksi

dalam pengangkutan oksigen ke sel darah dan organ penderita, sehingga

mengganggu fungsi dan status kesehatan. (Elizabeth, 2009)

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang timbul akibat

kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk


9

eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin

berkurang. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering di

jumpai, terutama di negara tropis (Handayani, 2008).

2. Patofisiologi

Zat besi masuk melalui tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh

besi berupa : senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin, dan

enzim-enzim, senyawa besi trasnportasi yaitu dalam bentuk transferin dan

senyawa besi cadangan seperti feritin dan hemosiderin. Besi feritin dari

makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam bersifat mereduksi

sehingga mudah untuk diasorbsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi

tidak terdapat bebas, akan tetapi berikat dengan melokul protein

membentuk ferritin, komponen proteinnya disebut aportransferin. Zat besi

yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telur, sayur hijau, dan

buah-buahan diabsorbsi di dalam usus halus. Rata-rata dari makanan yang

masuk mengandung 10-15 mg zat besi, tetapi hanya 5-10 yang bisa

diabsorbsi. Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh faktor adanya protein

hewani dan vitamin C sedangkan yang menghambat adalah kopi, teh,

garam kalsium, dan magnesium, karena bersifat mengikat besi.

Menurunnya asupan zat besi yang merupakan unsur utama pembentukan

hemoglobin menyebabkan kadar produksi hemoglobin juga akan menurun

(Tarwoto, dkk, 2003).


10

3. Etiologi

Kehilangan darah oleh sebab perdarahan saluran cerna, neoplasma,

gastritis, hemoroid. Pada wanita kekurangan zat besi dapat di akibatkan

karena menstruasi. Untuk menjaga simpanan besi yang adekuat, wanita

yang menstruasi sangat banyak harus menyerap 3-4 mg besi dari diet

setiap hari. Salah satu penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah akibat

ketidakseimbangan pola makan yang mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi dengan penyerapan atau kebutuhan dalam tubuh

yang berasal dari makanan yang belum tentu menjamin ketersediaan zat

besi yang memadai karena jumlah zat besi yang diabsorpsi sangat di

pengaruhi oleh jenis makanan, sumber zat besi dan ada atau tidaknya zat

penghambat maupun yang meningkat absorsi besi dalam tubuh (Tarwoto,

dkk, 2008).

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anemia timbul akibat respon tubuh terhadap

hipoksia (kekurangan oksigen dalam darah) manifestasi klinis tergantung

dari kecepatan kehilangan darah, akut atau kronik anemia, umur dan ada

atau tidaknya penyakit misalnya penyakit jantung. Kadar Hb biasanya

berhubungan dengan manifestasi klinis. Bila Hb 10 - 12 g/dl biasanya


11

tidak ada gejala. Manifestasi klinis biasanya terjadi apabila Hb 6 – 10 g/dl

di antaranya dyspnea (kesulitan bernafas, nafas pendek), palpasi, keringat

banyak, keletihan (Tarwoto, dkk, 2008).

5. Klasifikasi

Tarwoto, (2008) Membagi klasifikasi anemia kedalam beberapa

macam yaitu :

a. Anemia Karena Penurunan Produksi Sel Eritrosit

Normalnya untuk keseimbangan fungsi tubuh adalah keseimbangan

antara produksi dan kebutuhan, jika menurunnya produksi dapat

disebabkan menurunnya sintesis hemoglobin, seperti : Anemia

defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik

(konsentrasi hemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan oleh

suplai zat besi yang kurang dalam tubuh.

b. Anemia Megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang

mengakibatkan tidak sempurnanya sel darah merah ( SDM ), keadaan

ini disebabkan oleh defisitnya vitamin B¹² ( Colabamin ) dan asam

folat

c. Anemia Defesiensi Vitamin B¹² ( Pernicious Anemia )


12

Merupakan gangguan autuimun karena tidak adanya intrinsik faktor

(IF) yang diproduksi di sel parietal lambung, sehingga terjadi

gangguan absorpsi vitamin B¹².

d. Anemia Defesiensi Asam Folat

Kebutuhan asam folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang

kurang makan sayur dan buah, gangguan pada pencernaan, wanita

hamil dan masa pertumbuhan, juga dapat menyebabkan sindrom

malabsorpsi.

e. Anemia aplastik

Terjadi akibat ketidaksanggupan tulang membentuk sel-sel darah.

Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel

mengakibatkan anemia, leukoponia, trombositopenia, zat yang dapat

merusak sumsum tulang disebut Mielotoksin.

6. Komplikasi

Akibat lanjut dari anemia menurut Elizabeth (2009) adalah :

a. Gagal jantung dan kematian akibat beban jantung yang berlebihan.

b. Kematian akibat dari infeksi dan perdarahan jika sel darah putih juga

terlibat.

c. Hipoglikemia, gawat nafas, syok, dan koma

d. Krisis aplastik, dapat terjadi selama sumsum tulang menghentikan

sementara proses eritropoiesis.


13

e. Stroke yang menyebabkan kelemahan, kejang, akibat penyumbatan

pembuluh darah otak.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Tarwoto (2009), untuk menentukan adanya kelainan darah

perlu dilakukan test diagnostik dan pemeriksaan darah. Beberapa istilah

yang lazim dipakai dalam pemeriksaan darah diantaranya :

a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah dalam

volume darah tertentu, dinyatakan dalam jumlah sel milimeter kubik

(mm³)

b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah

maupun jumlah sel darah

c. Pengukuran hematokrit (Hct), pengukuran ini menunjukkan presentasi

sel darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm³ / 100ml

d. Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin

rata-rata adalah mengukur banyaknya hemoglobin ditentukan dengan

membagi jumlah Hb dalam 100ml darah dengan jumlah sel darah per

mm³. Nilai normalnya kira-kira 27-31 pikogram / sel darah

e. Mean Cospular Volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata-rata

merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam mm³

dengan batas normal 81-96 μm³ , apabila kurangnya dari 81 μm maka


14

menunjukkan sel-sel mikrositik, apabila lebih besar dari 96

menunjukkan sel-sel makrositik.

f. Mean Cospular Hemoglobin Consertation ( MCHC ) atau konsentrasi

hemoglobin eritrosit rata-rata, mengukur banyaknya hemoglobin

dalam 100 ml SDM padat, normalnya 30-36 g/100 ml darah.

g. Hitung leukosit dalam 1 mm³ darah

h. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm³ darah.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan anemia menurut Handayani (2008) adalah :

a. Prednison dan testosteron: Prednison, dosis 2-5 mg/kg BB/hari/oral.

Testosteron, dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral. Akhir-akhir

ini testosteron diganti dengan oksimetolon yang mempunyai daya

anabolik dan merangsang sistem hemopoietik lebih kuat, dosis di

berikan 1-2 mg/ kg BB/hari/oral. Hendaknya memperhatikan fungsi

hati. Pengobatan dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-

tahun. Jika terdapat remisi dosis di kurangi separuhnya dan sel darah

di awasi setiap minggu. Bila kemudian terjadi relaps, obat harus di

berikan penuh lagi.

b. Transfusi darah: di berikan jika perlu saja, karena pemberian transpusi

darah terlampau sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau


15

akan menimbulkan reaksi hemolitik sebagai akibat di bentuknya anti

bodi terhadap sel-sel darah tersebut.

c. Pengobatan terhadap infeksi sekunder : untuk mencegah infeksi,

sebagai anak di isolasi dalam ruangan suci hama. Pemberian obat

antibiotik dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang,

kloramfenikol tidak beleh di berikan.

d. Makanan : makanan pada umumnya di berikan dalam bentuk lunak.

Bila terpaksa di berikan melalui pipa lambung harus hati-hati karena

dapat menimbulkan luka/perdarahan pada waktu memasukkan

pipanya.

9. Diagnosis keperawatan

Menurut Handayani, 2008 Berdasarkan pada data pengkajian,

diangnosis keperawatan yang muncul pada klien dengan anemia adalah

sebagai berikut :

a. Penurunan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi

ke sel

b. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen dengan kebutuhan

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan kegagalan untuk mencerna


16

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan

dengan perubahan sirkulasi dan neurologis.

e. Kontipasi/diare yang berhubungan dengan penurunan masukan diet

sebagai efek samping terapi obat.

f. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan sekunder.

B. Konsep Dasar keluarga

1. Keluarga

Menurut departemen kesehatan (1988) dalam Sudiharto (2007)

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu atap

dalam saling ketergantungan.

Keluarga sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang

terdiri atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan

dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan ekternalnya.

Bahkan reproduksi yang yang merupakan fungsi paling dasar dari

keluarga pun dipandang terpisah dari keluarga, dengan pilihan menjadi

konteks utama dilingkup keluarga paska modern ( Dunphy, 2001 dalam

Marilyn, dkk, 2010 )

Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga menurut Stuart

(ICN, 2001) dalam Suprajitno (2008) :


17

a. Keluarga adalah suatu sistem atau unit.

b. Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi

kewajiban dimasa yang akan datang.

c. Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan,

pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.

d. Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal

bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal berpisah.

e. Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

2. Stuktur Keluarga

Menurut Suprajitno, (2004) struktur keluarga dapat

menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

dimasyarakat sekitarnya.

Suprajitno (2004) mengatakan ada empat elemen struktur keluarga,

yaitu :

a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing – masing

anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan

masyarakat atau peran formal dan informal.


18

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai atau norma yang

dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan

dengan kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan

anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga

inti.

d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

Menurut Suprajitno, (2008) ciri-ciri struktur keluarga dibagi atas:

a. Terorganisasi

Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota

keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan

keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya

hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling

ketergantungan dalam mencapai tujuan.

b. Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan

tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap


19

anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang

dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

c. Perbedaan dan kekhususan

Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-

masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda

dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama,

peran ibu yang merawat anak-anak.

4. Tipe / Bentuk keluarga

Menurut Sudiharto (2007) beberapa bentuk keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Keluarga inti ( nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena

ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan

anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi

b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat

asal seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar (Extended family), keluarga inti ditambah keluarga

yang lain (karena hubungan darah) misalnya kakek, nenek, bibik,

paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,

keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian

families)
20

d. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga

inti.

e. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian

dan/atau kematian pasangan yag dicintai

f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama.

g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga

tanpa pernikahan, biasa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk

keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur,

namun lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.

h. Keluarga inses (incest family) seiring dengan masuknya nilai-nilai

global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk

keluarga yang tidak lazim misalnya anak perempuan menikah dengan

ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman

menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik satu ayah

dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.

Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah

keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita

cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan


21

non tradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga

tradisional adalah ayah-ibu dari hasil perkawinan atau adopsi. Contoh

keluarga nontradisional adalah kelompok orang tinggal disebuah

asrama.

5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsikuensi dari struktur

keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga terdapat

beberapa fungsi keluarga ( Setiadi, 2008 ) yaitu:

a. Fungsi Afektif

Fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan

kepribadian dari anggota keluarga

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi

pada anak, membentuk norma dan nilai yang diyakini anak,

memberikan batasan perilaku yang boleh atau yang tidak boleh pada

anak, meneruskan nilai-nilai keluarga

c. Fungsi perawatan keluarga

Fungsi keluarga yang berfungsi dalam melindungi keamanan dan

kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan

kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara


22

memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenal kondisi

sakit tiap angota keluarga

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana

keluarga.

e. Fungsi biologis

Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan

untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi

selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

sayang dan rasa aman, memberikan perhatian antara anggota keluarga,

membina pendewasaan kepribadian keluarga dan memberi identitas

keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan keterampilan, membentuk perilaku anak untuk hidup

dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangan.


23

6. Peran Keluarga

Menurut Setiadi ( 2008 ) peran keluarga yaitu:

a. Peran Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial

tertentu.

b. Peran Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial

tertentu.

c. Peran Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

7. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga

Menurut Suprajitno (2004) yaitu:

a. Pasangan Pemula atau Baru Menikah

Tahapan ini mulai saat dua insan dewasa mengikat janji

melalui pernikahan dengan landasan cinta kasih sayang. Tugas pada

tahapan perkembangan pemula antara lain saling memuaskan antara


24

pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing

pihak, merencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelas

masing-masing pasangan.

b. Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama

Tahapan ini di mulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran

anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama usia 30

bulan. Tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : mempersiapkan

biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan

mempersiapkan berbagai kebutuhan anak.

Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain :

memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan),

memberikan kasih sayang melalui mensosialisasikan dengan

lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan

kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga

termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam

rangka memuaskan pasangan.

d. Keluarga dengan Anak Prasekolah

Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 bulan dan berakhir saat

anak berusia 5 tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak

prasekolah diantaranya : menanamkan nilai-nilai dan norma

kehidupan, mulai menanamkan keyakinan agama, mengenalkan kultur

keluarga, memenuhi kebutuhan kebutuhan bermain anak, membantu


25

dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan

tanggung jawab dalam lingkungan sekitar, menanamkan tanggung

jawab dalam lingkungan kecil, memperhatikan dan memberikan

stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.

e. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat

anak berusia 12 tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia

sekolah antara lain : memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat

sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar teratur

memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya,

memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting

untuk masa depan anak, membantu dalam bersosialisasi lebih luas

dengan lingkungan sekitar.

f. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat

anak berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam

posisi dilemitis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya

terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada

tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua

dan anak remaja, apabila hal ini tidak di selesaikan akan berdampak

pada hubungan selanjutnya. Tugas keluarga dalam tahapan ini antara

lain : memberikan perhatian lebih pada remaja, bersama-sama


26

mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan di luar

sekolah, memberikan kebebasan dalam batas tanggung jawab,

mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

g. Keluarga dengan melepaskan anak ke masyarakat

Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap

meninggalkan kedua orang tuanya untuk mulai hidup baru, berkerja

dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahapan ini antara lain :

mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri,

mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara

orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga

setelah ditingalkan anak-anak.

h. Keluarga dengan tahapan berdua kembali

Tugas bagi keluarga setelah di tinggal pergi anak-anaknya

untuk memulai kehidupan baru antara lain : menjaga keintiman

pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga

komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan

masing-masing pasangan.

i. Keluarga dengan tahapan masa tua

Masa tua biasa dihinggapi perasasaan kesepian, tidak berdaya,

sehingga tugas keluarga pada tahapan ini adalah : saling

memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan

kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti olahraga, berkebun,


27

mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan

adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.

8. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Suprajitno (2004) yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis. Orang mengenal keadaan kesehatan dan perlu

perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya

perubahan keluarga perlu dicatatkan terjadinya, dan berapa besar

perubahannya.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga

dengan pertimbangan siapa saja diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

Tindakan kesehatan yang di lakukan oleh keluarga di harapkan tepat

agar masalah kesehatan dapat di kurangi atau bahkan dapat diatasi.


28

Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada

orang lain di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sering kali keluarga yang telah mengalami tindakan yang tepat

dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan telah di ketahui oleh

keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah lebih parah tidak terjadi perawatan data di

lakukan diinstitusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila

keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

memperoleh pertama.

d. Memodifikasikan lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar bagi keluarga.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Suprajitno (2004), proses keperawatan adalah metode ilmiah

yang di gunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga. Merencanakan asuhan keperawatan dan

melaksanakan intervensi keperawatan terhadap anggota keluarga sesuai

dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil Asuhan

Keperawatan yang telah di laksanakan terhadap keluarga.


29

1. Tahap Pengkajian

Menurut Suprajitno, (2004) pengkajian adalah tahapan dimana seorang

perawat mengambil informasi secara terus - menerus terhadap anggota

keluarga yang di binanya . Hal- hal yang dikaji dalam keluarga adalah:

a. Data Umum:

1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, dan

pendiddikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari

nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan

status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga serta

genogram.

2) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

3) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.

4) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan

5) Status Sosial Ekonomi Keluarga


30

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapat baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status

sosial ekonomi keluarga ditentukan pula kebutuhan - kebutuhan

yang di keluarkan oleh keluarga serta barang - barang yang

dimiliki oleh keluarga.

6) Aktifitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Dimana ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga.


31

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah, diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga, menjelaskan mengenai karakteristik

tetangga dan komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan

fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga, mobilitas geografis keluarga yang di

tentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga berinteraksi dengan masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul dengan keluarga

5) Sistem pendukung keluarga yang termasuk sistem pendukung

adalah jumlah anggota keluarga yang sehat fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,

psikologis, atau dukungan keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan masyarakat setempat.

f. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antara anggota keluarga


32

2) Struktur kekuatan keluarga kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah

perilaku.

3) Struktur peran menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga

baik cara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga menjelaskan mengenai nilai norma yang

dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

g. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Marilyn, dkk. (2010) fungsi keluarga

yaitu:

1) Fungsi afektif, mengkaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya kehangatan pada keluarga dan keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi, bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma

atau budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan, merupakan pertimbangan vital dalam

pengkajian keluarga selain keluarga mampu melaksanakan fungsi

dengan baik, keluarga juga harus mampu melakukan tugas

kesehatan keluarga.
33

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

a) Mengenal masalah kesehatan : Kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak beleh diabaikan, karena tanpa

kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua pelu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami oleh keluarganya.

b) Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan

pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan.

c) Memberi perawatan keluarga yang sakit : sering kali keluarga

telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga

masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih

parah tidak terjadi.

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat : rumah

merupakan tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi

anggota keluarga. Oleh karena itu ,kondisi rumah haruslah

dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan,


34

ketentraman, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi

anggota keluarga.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat :

Apabila mengalami gangguan kesehatan yang berkaitan

dengan masalah kesehatan keluarga atau anggota keluarga

harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di

sekitarnya.

4) Fungsi Reproduksi, Mengkaji berapa jumlah anak merencanakan

jumlah angota keluarga metode apa yang di gunakan keluarga

dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi Ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti :

pakaian dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber

keuangan.

f. Stres dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ±6 bulan dan jangka

panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga merespon terhadap situasi atau stressor,

mengkaji sejauh mana keluarga merespon terhadap situasi atau

stressor.

3) Strategi koping yang di gunakan, strategi koping apa yang di

gunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.


35

4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai adaptasi

disfungsional yang di gunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga,

metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berada dengan

pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

D. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Menurut (Sudiharto, 2007) Diagnosa keperawatan keluarga yang

dikembangkan adalah diagnosis tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis

keperawatan dirumah sakit. Diagnosis keperawatan keluarga terdiri dari tiga

komponen, yaitu masalah, etiologi, serta tanda dan gejala. Etiologi untuk

diagnosis keperawatan keluarga adalah salah satu dari lima tugas keluarga

yang paling dominan menyebabkan masalah keperawatan tersebut.

Dignosa keperawatan pada keluarga di susun berdasarkan jenis diagnosa

seperti:

a. Diagnosa sehat/welnes, digunakan bila keluarga mempunyai potensi

untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif.


36

b. Diagnosa ancaman ( resiko ) di gunakan bila belum terdapat paparan

masalah kesehatan namun sudah di temukan beberapa data maladaptif

yang mungkin timbulnya gangguan kesehatan.

c. Diagnosa nyata/gangguan digunakan bila sudah timbul gangguan /masalah

kesehatan keluarga di dukung dengan adanya beberapa data mal adaptive.

Tabel 2.1: Skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan

Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004)


37

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah : 1
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala : Mudah
Sebagian 2
Tidak dapat 1
0
3 Potensi masalah untuk dicegah : 1
Skala : Tinggi
Cukup 3
Rendah 2
1
4 Menonjol masalah :
Skala :
Masalah berat dan harus ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Perhitungan nilai adalah skor yang diperoleh sesuai dengan

kriteria dibagi angka tertinggi dalam skor dikalikan bobot.

Skor yang diperoleh


X Bobot
Angka tertinggi

Jumlah skor semua kriteria, skor tertinggi 5 (bobot total)

E. Perencanaan keperawatan keluarga


38

Menurut Suprajitno (2004) Perencanaan tujuan umum dan khusus yang

didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang

mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan

yang berorientasi pada kriteria dan standar rencana tindakan keperawatan

keluarga mencakup seperti di bawah ini:

a. Menstimulasikan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan mendorong sikap

emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasikan keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

mengidentifikasi tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberi kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemontrasikan cara perawatan menggunakan alat fasilitas

yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menentukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara menentukan cara-cara yang dapat

di gunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungkin.

e. Memotifikasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.
39

F. Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga ( Implementasi )

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan

keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui

pemamfaatan sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga. Implementasi

diperioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki

oleh keluarga (Sudiharto, 2007)

Menurut Suprajitno, (2004) pada tahap ini perawat yang mengasuh

keluarga sebaiknya tidak berkerja sendiri, tetapi perlu dilibatkan secara

integrisi semua propesi kesehatan yang menjadi tim perawatan di rumah.

Peran perawat yang di laksanakan adalah koordinator, namun perawat juga

dapat mengambil peran sebagai pelaksanaan asuhan keperawatan pada

kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya saat

mensosialisasikan diagnosis keperawatan, untuk pelaksanaan yang meliputi

kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang di butuhkan, materi/topik yang

didiskusikan.

G. Tahap Evaluasi Keperawatan Keluarga

Menurut (Sudiharto, 2007) Evaluasi keperawatan keluarga adalah

proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam

mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam


40

proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan

yang telah ditetapkan dalam perencanaan sudah tercapai. Bentuk rumusan

tujuan yang ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam

melaksanakan evaluasi.

Evaluasi di susun dengan menggunakan SOAP yang operasional

dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan

secara subjektif oleh keluarga yang sudah diberikan implementasi. O adalah

keadaan objektif yang dapat diidentivikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjek

dan objek dari keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat

melakukan analisa.

Anda mungkin juga menyukai