Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anemia

a. Pengertian anemia

Kata anemia berasal dari bahasa Yunani yaitu anaimia. An

artinya tidak ada, haima artinya darah jadi anaimia adalah kekurangan

darah. Anemia adalah keadaanya rendahnya jumlah sel darah merah dan

kadar Hemoglobin (Hb) atau Hematokrit (Ht) dibawah normal (Bararah,

2013). Anemia adalah berkurangnya sel-sel darah merah di dalam tubuh

(Mitayani. and Sartika, 2010).

Anemia adalah rendahnya konsentrasi Hemoglobin (Hb) atau

hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh

rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hemoglobin,

meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah

yang berlebihan (Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat, 2011).

Anemia merupakan indikator malnutrisi dan kesehatan yang buruk

(Umaroh et al., 2017). Anemia adalah penyebab kematian Ibu kedua

terbesar di ASIA karena anemia memiliki pengaruh besar pada

kesehatan manusia (Sholihah and Hanafi, 2017). Anemia bukan suatu

diagnosa melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang

mendasar yang diuraikan melalui anamnesa yang seksama,

15
16

pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium (Price and Anderson,

2006)

b. Jenis-Jenis Anemia Berdasarkan Ukuran Sel Darah Merah

Secara umum jenis anemia ada tiga diklasifikasikan berdasarkan ukuran

sel darah merah yaitu:

1) Anemia Mikrositik

Anemia miksrositik adalah sel darah merah lebih kecil dari biasanya,

yang disebabkan oleh defisiensi besi dan thalassemia.

2) Anemia Normasitik

Anemia normasitik adalah sel darah merah normal dalam ukuran

tetapi rendah dalam jumlah yang disebabkan oleh penyakit kronis

atau anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal.

3) Anemia Makrositik

Anemia Maxrositik adalah sel darah merah lebih besar dari normal,

yang disebabkan oleh anemia pernisasi dan anemia yang

berhubungan dengan alkoholisme (Proverawati, 2011a).

c. Jenis-Jenis Anemia Berdasarkan Penyebabnya

1) Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena

kekurangan vitamin B12 dan defisiensi asam folik.

a) Diagnosis

Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan

megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum


17

tulang . Sifat khas sebagai anemia Maktositer dan hiperkrom

tidak selalu dijumpai, kecuali bila anemia berat. Perubahan-

perubahan dalam leukopoesis seperti metamielosit datie dan sel

batang datia yang kadang-kadang disertai vakuolisasi, dan

hipersegmentasi granulosit, terjadi lebih dini pada defisiensi

asam folik dan vitamin B12 bahkan belum terdapat

megaloblastosis.

b) Terapi

Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan

sebaiknya besama-sama dengan asam folik diberikan pula tablet

besi dan jika anemia berat transfusi kadang-kadang diperluhkan.

c) Pencegahan

Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali

di daerah-daerah dengan frekuensi megaloblastik yang tinggi

(Wiknjosastro, 2010).

2) Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh karena

pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan.

Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia

hamil, Maka anemianya biasanya menjadi berat.

Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan

yaitu:

a) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler


18

Seperti pada sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik

herediter, thalassemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C,

D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria

b) Golongan yang disebabkan oleh ekstrakorpuskuler

Seperti pada infeksi (malaria, sepsis), keracunan arsenikum,

neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin, paraquin,

nitrofurantoin (furadatin), racun ular, penyakit hati dan lain-lain.

Gejala anemia hemolitik yang lazim dijumpai ialah anemia,

hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubunemia,

hiperurobilinuria, sterkobilin lebih banyak pada feses, tanda

regenarasi darah seperti retikulositosis dan normoblastemia,

hiperplasia erithropoesis dalam sumsum tulang.

Terapi dengan pemberian tablet penambah darah bila

tidak berhasil lakukan transfusi darah. Pada anemia hemolitik

harus dicari tahu penyebabnya terlebih dahulu, sebab-sebab itu

harus disingkirkan, misalnya pemberian obat-obatan yang dapat

menyebabkan kelumpuhan sumsum tulang belakang harus

segera dihentikan (Wiknjosastro, 2010).

3) Anemia Aplastik / Hipoplastik

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena

sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel baru.

(1) Etiologi anemia aplastik/hipoplastik

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti, kecuali yang


19

disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obat.

(2) Terapi anemia aplastik

Terapi anemia aplastik satu-satunya adalah transfusi darah

biasanya sampai berulang-ulang (Wiknjosastro, 2010).

4) Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

karena kekurangan zat besi. Anemai Defisiensi Besi (ADB) adalah

anemia yang banyak terjadi pada remaja putri (Tarwoto, 2010).

Gejala yang sering dijumpai adalah penurunan nafsu makan, warna

kulit pucat, sesak nafas, sakit kepala, cepat lelah, mudah marah,

kelemahan, kuku rapuh, warna biru hingga putih pada mata.

Pengobatan yaitu pemberian tablet Fe dan vit C serta disarankan

untuk banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi.

Penyebab anemia defisiensi besi :

(a) Perdarahan

Jika perdarahan berlebihan atau terjadi selama periode waktu

tertentu (kronis), tubuh tidak akan dapat mencukupi kebutuhan

zat besi atau cukup disimpan untuk menghasilkan Hemoglobin

yang cukup dan atau sel darah merah untuk mengganti apa yang

hilang. Pada wanita, kekurangan zat besi mungkin karena

menstruasi berat, tetapi pada wanita yang lebih tua dan pada pria

perdarahan biasanya dari penyakit usus seperti bisul dan kanker.

(b) Kurangnya Asupan Makanan


20

Kekurangan zat besi mungkin terjadi karena kurangnya

mengkonsumsi zat besi.

(c) Gangguan Penyerapan

Kondisi tertentu mempegaruhi penyerapan zat besi dari

makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu ke

waktu dapat mengakibatkan anemia. Ini termasuk penyakit

Celiac dan penyakit Crohn.

d. Derajat anemia menurut WHO

1) Ringan : 10-11,9 mg/dl

2) Sedang : 7-9,9 mg/dl

3) Berat : <7 mg/dl (Madiba, Mokwena and Mokgatle, 2013)

e. Penyebab Umum Anemia (Proverawati, 2011b)

1) Anemia Dari Perdarahan Aktif.

Kehilangan darah melalui perdarahan menstruasi berat atau luka

dapat menyebabkan anemia.

2) Anemia Defisiensi Zat Besi

Kebutuhan besi pada sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah

merah. Iron memainkan peranan penting dalam struktur yang tepat

dari molekul Hemoglobin.

3) Anemia Penyakit Kronis

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.

Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap

berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti


21

infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.

4) Anemia Yang Berhubungan Dengan Penyakit Ginjal

Ginjal mengeluarkan hormon yang disebut eritropoietin yang

membantu sumsum tulang untuk membuat sel darah merah. Pada

orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang), produk

hormon ini berkurang, dan ini pada gilirannya mengurangi produksi

sel darah merah, menyebabkan anemia. hal ini disebut anemia

berkaitan dengan penyakit ginjal.

5) Anemia Yang Berhubungan Dangan Kehamilan

Peningkatan kadar cairan plasma selama hamil mengencerkan darah

(hemodilusi), yang dapat tercermin sebagai anemia.

6) Anemia Yang Berkaitan Dengan Gizi Buruk

Banyak vitamin dan mineral diperluhkan untuk membuat sel-sel

darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperluhkan

untuk produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan salah satu dari

vitamin diatas dapat menyebabkan anemia karena kurangnya

produksi sel darah merah. Asupan Makanan yang buruk merupakan

penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan vitmain B12. Diet

vegetarian ketat yang tidak mengkonsumsi vitamin yang cukup akan

berisiko untuk berkembangnya defisiensi vitamin B12.

7) Anemia Pernisiosa

Masalah dalam perut atau usus dapat menyebabkan gangguan

penyerapan vitamin B12. Hal ini dapat menyebabkan anemia karena


22

kekurangan vitamin B12 dikenal sebagai anemia pernisiosa.

8) Anemia Sel Sabit

Pada beberapa individu, masalahnya mungkin berhubungan dengan

produksi molekul hemoglobin abnormal dalam kondisi ini masalah

hemoglobin kualitatif atau fungsional. Molekul hemoglobin

abnormal dapat menyebabkan masalah pada integritas struktur sel

darah merah dan mereka mungkin menjadi berbentuk bulan sabit

(sel sabit). Ada berbagai jenis panggilan sabit anemia dengan tingkat

keparahan berbeda. Ini biasanya turun temurun dan lebih umum

pada mereka dari Afrika, Timur Tengah dan keturunan Mediterania.

9) Thalassemia

Thalassemia adalah kelompok lain penyebab hemoglobin yang

berhubungan dengan anemia. Terdapat banyak jenis talasemia yang

bervariasi dari yang ringan (thalasemia Minor) sampai berat

(talasemia mayor). Thalasemia merupakan penyakit yang

diwariskan, tetapi dapat menyebabkan kelainan hemoglobin

kuantitaf, yang berarti jumlah cukup dari tipe molekul hemoglobin

yang benar dibuat. Thalasemia lebih sering terjadi pada orang-orang

dari Afrika, Mediteria dan Asia Tenggara.

10) Alkoholisme

Miskin gizi dan kekurangan vitaMin dan Mineral yang berhubungan

dengan alkoholisme. Alkohol sendiri juga dapat menjadi racun bagi

sumsum tulang dan dapat memperlambat produksi sel darah merah.


23

11) Anemia Terkait Sumsum Tulang

Anemia mungkin berhubungan dengan penyakit yang melibatkan

sumsum tulang. Beberapa kanker darah seperti leukimia atau

limfoma dapat mengubah produksi sel darah merah dan

menyebabkan anemia.

12) Anemia Aplastik

Kadang-kadang beberapa infeksi virus parah dapat mempengaruhi

sumsum tulang dan secara signifikan mengurangi produksi semua

sel-sel darah. Kemoterapi (obat kanker) beberapa obat lain dapat

menimbulkan masalah yang sama.

13) Anemia Hemolitik

Bentuk sel darah merah yang normal penting untuk fungsinya.

Anemia hemolitik adalah jenis anemia dimana sel-sel darah merah

pecah (dikenal sebagai hemolisis ) dan menjadi disfungsional.

14) Anemia Yang Berkaitan Dengan Obat

Mengkonsumsi obat yang banyak umumnya kadang-kadang dapat

menyebabkan anemia sebagai efek samping pada beberapa individu.

Mekanisme dengan obat dapat menyebabkan anemia sangat banyak

(hemolisis, toksisitas, sumsum tulang) dan khusus untuk obat. Obat-

obatan yang paling sering menyebabkan anemia adalah obat

kemoterapi. Obat umum lain yang dapat menyebabkan anemia

termasuk obat kejang beberapa, obat transplantasi, pengobatan HIV,

beberapa malaria, beberapa antibiotik (penisilin, kloramfenikol).


24

f. Etiologi Anemia

Ada tiga kategori yang digunakan untuk menjelaskan penyebab

fungsional anemia

1) Gangguan Proliferasi

Gangguan proliferasi meliputi gangguan produksi sel darah

merah (SDM) contoh gangguan proliferasi meliputi anemia akibat

gangguan sumsum tulang, penurunan kadar hormon, seperti

eritopoietin, tiroid atau androgen yang dibutuhkan untuk produksi

SDM (Sel Darah Merah) atau ketidakcukupan kadar nutrien

esensial, seperti zat besi, folat dan Vitamin B12. Gangguan

proliferatif paling sering ditemukan pada wanita (Rousseau and

Hackley, 2013).

2) Gangguan Maturasi

Gangguan maturasi juga dapat memicu anemia. Pada

gangguan maturasi, sumsum tulang berfungsi secara normal dan

memiliki semua komposisi esensial yang dibutuhkan untuk

menghasilkan SDM (Sel Darah Merah) tetapi masalah terjadi pada

alur yang memungkinkan SDM berkembang secara normal. Dua

proses yang berbeda dapat memicu gangguan maturasi, yaitu baik

berkurangnya elemen esensial (seperti vitamin B12 atau folat) yang

diperluhkan untuk maturasi tetapi bukan untuk produksi awal SDM

(Sel Darah Merah) maupun terdapat efek struktural pada Hb itu

sendiri (Rousseau and Hackley, 2013).


25

3) Gangguan Hemolitik

Gangguan hemolitik atau peningkatan penghancuran SDM

(Sel Darah Merah) dapat terjadi karena aktifitas fagositik yang

abnormal atau karena peningkatan fragmentasi, seperti hemolisis

antibodi panas atau dingin. Pada hemolisis antibodi panas (disebut

juga homolisis diperantarai imonuglobulin G⦋ IgG⦌), IgG mengikat

SDM dalam dan makrofag menelan membran yang mengikat IgG.

Jenis hemolisis ini terlihat pada pasien yang mengalami penyakit

seperti limfoma non-Hodgkin, lupus eritematosis sistemik, leukimia

limfositik kronik (Rousseau and Hackley, 2013).

g. Patofisiologi Anemia

Menurut wiwik dan hariwibowo, patofisiologis pada klien anemia

adalah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum

tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.

Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi. Sel

darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis.

Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal yaitu:

1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang

dapat dibawa oleh darah ke jaringan.

2) Mekanisme kompensasi terhadap anemia (Tarwoto, 2008).

h. Gambaran Klinis Anemia

Gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul

pada saat menentukan diagnosis. Biasanya terjadi diare dan berat badan
26

yang berkurang, pireksia ringan ikterus karena hemolisis dan warna

pucat membuat kulit berwarna kuning lemon, lidah halus, atrofi dan

nyeri tekan (Tarwoto, 2008).

i. Tanda Dan Gejala Anemia

1) Tanda dan gejala anemia ringan

Kelelahan, penurunan energi, kelemahan, sesak nafas ringan,

palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur) dan

tampak pucat.

2) Tanda dan gejala anemia berat

Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja

lengket dan berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak

berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran

pencernaan, denjut jantung cepat, tekanan darah rendah, frekuensi

nafas cepat, pucat atau kulit dingin, kulit kuning disebut jaundice

jika anemia karena kerusakan sel darah merah, murmur jantung,

pembesaran limfa dengan penyebab anemia tertentu, nyeri dada,

pusing atau kepala terasa ringan ketika berdiri, kelelahan atau

kekurangan energi, tidak bisa berkonsentrasi, sesak nafas, pingsan.

Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lain seperti,

sembelit, daya konsentrasi rendah, kesemutan, rambut rontok,

malaise, memburuknya masalah jantung.

j. Penatalaksanaan/Pengobatan Anemia
27

Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia dan mungkin

termasuk :

1) Transfusi darah

2) Kortikosteroid atau obat-obatan lain yang menekan sistem

kekebalan tubuh

3) Erythopoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel-

sel darah.

4) Suplemen zat besi, vitaMin B12, asam folat atau vitamin dan

meneral (Tarwoto, 2008).

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja adalah harapan suatu bangsa, sehingga tak berlebihan

jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan

pada keadaan remaja saat ini. Remaja adalah masa peralihan dari masa

anak-anak ke masa dewasa, masa ini sering disebut masa pubertas.

Masa remaja atau masa adolesensi suatu fase perkembangan yang

dinamis dalam kehidupan seorang individu (Cahyaningsih, 2011).

Defenisi remaja menurut undang-undang No.4 tahun 1979

mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum

mencapai usia 21 tahun dan belum menikah (Lestari, 2015). Remaja

memandang masa remaja sebagai suatu kondisi psikologis dimana

individu merasa mampu mengambil tanggung jawab atas tindakan-

tindakan mereka dan mampu berinteraksi dengan orang-orang dewasa


28

lainnya (terutama orang tua ) sebagai sebaya mereka dan mengambil

keputusan-keputusan mandiri (Shulman and Bens-Artzi, 2003) . Adanya

gagasan bahwa masa remaja dapat menjembatani kesenjangan antara

masa kanak-kanan dan masa dewasa tidak berlaku dimasyarakat

modern, dimana waktu dan urutan-urutan waktu dan pengalaman-

pengalaman tradisional yang mempresentasikan proses menjadi dewasa

seperti tidak lagi tinggal bersama orang tua, menyelesaikan sekolah,

mulai bekerja dan menikah serta memiliki anak, lebih fleksibel

ketimbang sebelumnya (Upton, 2013).

b. Tahapan Masa Remaja

Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya

setempat. Berdasarkan penggolongan umur, masa remaja dibagi atas 3

yaitu:

1) Masa remaja awal (10-13 tahun)

2) Masa remaja tengah (14-16 tahun)

3) Masa remaja akhir (17-19 tahun) (E. Setiyaningrum, 2015).

c. Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur

Karakteristik Remaja berdasarkan umur sebagaia berikut:

1) Masa Remaja Awal (10-13)

Pada tahapan ini Remaja mulai berfokus pada pengambilan

keputusan baik di dalam rumah atau di sekolah, sudah mulai

menggunakan istilah-istilah dan mempunyai pandangan seperti

memilih kelompok bergaul, olah raga yang baik untuk bermain serta
29

mengenal cara untuk berpenampilan menarik (Tarwoto, 2010).

2) Masa Remaja Tengah (14-16 tahun)

Pada tahapan ini Remaja meningkatkan interaksi dengan kelompok,

sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi

seksual. Pada tahapan ini Remaja sering mengajukan pertanyaan,

menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berpikir tentang

bagaimana cara mengembangkan indentitas, mempertimbangkan

masa depan, tujuan dan membuat rencana sendiri (Tarwoto, 2010).

3) Masa Remaja Akhir (17-19 tahun)

Pada tahapan ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang

akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja

akhir proses berpikir secara komplek digunakan untuk

memfokuskan diri pada masalah-masalah idealisme, toleransi,

keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran orang dewasa

dalam masyarakat (Tarwoto, 2010).

d. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai

adanya perubahan termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (orga

seksual) sehingga tercapai kematangan pada fungsi reproduksi baik

pada remaja laki-laki maupun pada remaja putri.

Perubahan yang terjadi seperti:

1) Tanda-Tanda Seks Primer

a) Pada Laki-Laki
30

Organ sek pada Laki-Laki terletak di scrotum yaitu gonad atau

testes ukurannya mulai matang 10% pada usia 14 tahun, testes

berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Tanda bahwa

fungsi organ ini sudah matang lazim dikenal dengan mimpi

basah yang mengeluarkan sperma (Tarwoto, 2010).

b) Pada Wanita

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber,

namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan organ yang

lain berbeda-beda. Berat uterus pada usia 11 atau 12 tahun kira-

kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata berat 43 gram.

Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada wanita adalah

datang haid yang pertama kali (menarche) (Tarwoto, 2010).

2) Tanda-Tanda Sek Sekunder

a) Pada Laki-Laki

Rambut pada kemaluan, ketiak, dada, tangan dan kaki sudah

mulai tumbuh. Tulang wajah memanjang dan membesar tidak

tampak seperti anak kecil lagi, tumbuh jakun, suara mulai

membesar, penis dan buah zakar membesar terjadi ereksi dan

ejakulasi. Lengan dan tungkai kaki bertambah besar, bahu

melebar, pundak serta dada membesar, pinggul menyempit

(Bahiyatun, 2010).

b) Pada Wanita

Rambut pada kemaluan dan ketiak sudah mulai tumbuh.


31

penebalan dan pelunakan mukosa vagina, pigmentasi. Payudara

dan puting susu sudah mulai membesar dan menonjol. Suara

lebih penuh dan seMaxin merdu. Pinggul lebar, bulat dan

membesar. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan

dan kaki bertambah besar (Bahiyatun, 2010).

e. Status Gizi Remaja

Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium

maupun secara antropometri. Kekurangan kadar Hb atau anemia dengan

pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi

yang paling mudah dilakukan. Indeks Massa Tubuh (IMT)

direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status

gizi Remaja (Waryana, 2010).

Batas ambang IMT ditentukan dengan menggunakan ketentuan

WHO yang membedakan batas ambang untuk Laki-Laki dan

Perempuan. Batas ambang normal Laki-Laki adalah 20,1-25,0 dan

untuk Perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan

tingkat defisiensi energi maupun tingkat kegemukan, WHO

menyarankan menggunakan satu ambang batas antara Laki-laki dan

Perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang

Laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang

batas pada Perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat (Waryana,

2010).

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT

Kategori Keterangan IMT


32

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0


Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber : (Ariani, 2017)

f. Asupan Gizi Yang Dibutuhkan Pada Remaja

1) Asupan Energi

Asupan energi untuk remaja putri usia 10-12 tahun adalah

2050 kkl, sedangkan usia 13-15 tahun 2350 kkl. Energi dibutuhkan

untuk dapat mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan

melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak,

dan protein yang ada di dalam makanan (Waryana, 2010).

2) Asupan Lemak

Asupan lemak memegang peran penting sebagai komponen

struktural dan fungsional membran sel dan perkusor senyawa yang

meliputi berbagai segi dari metabolisme. Lemak juga sebagai

sumber lemak esensial yang diperluhkan oleh pertumbuhan, sebagai

sumber suplai energi yang berkadar tinggi, dan sebagai pengangkut

vitamin yang larut dalam lemak (Waryana, 2010).

3) Asupan Protein

Protein diperluhkan untuk sebagian besar proses metabolik,

terutama pertumbuhan, perkembangan, dan maintenance merawat

jaringan tubuh. Protein sebagai pemasok energi, dapat diberikan

dalam jumlah sedang, tetapi sebaiknya 20-25% dari jumlah total

kalori. Kebutuhan protien sehari yang direkomendasikan pada


33

remaja berkisar antara 44-59 gram (Waryana, 2010).

4) Aspek Karbohidrat

Sumber terbesar energi tubuh adalah karbohidrat yang

menjadi bagian dari berbagai bermacam-macam struktur komponen

primer diet serat. Karbohidrat disimpan sebagai glikongen atau

diubah menjadi lemak tubuh, tidak ada ketentuan tentang

karbohidrat sehari untuk manusia, namun untuk memelihara

kesehatan komposisi energi dari karbohidrat yang dianjurkan adalah

sebesar 60% (Waryana, 2010).

g. Gangguan gizi pada remaja

1) Obesitas

Obesitas adalah berat badan yang berlebihan sebagai akibat

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Bagi kalangan remaja

obesitas merupakan masalah yang merisaukan, karena dapat

menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan gangguan

psikologis yang serius (Tarwoto, 2010).

2) Kurang Energi Kronis

Pada remaja dengan berat badan kurus atau disebut Kurang

Genergi Kronis (KEK) pada umumnya disebabkan karena makan

terlalu sedikit. Penurunan berat badan pada remaja sering

disebabkan karena faktor emosional seperti takut gemuk atau

dipandang kurus seksi oleh lawan jenis (Marmi, 2013).

3) Anemia
34

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan

menderita anemia. Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar

Hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Remaja putri

sering terkena anemia karena :

a) Mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya

sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani sehingga

kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

b) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga

membatasi asupan makanan.

c) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi,

khususnya melalui feses.

d) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan

zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih

banyak dari pada pria (Tarwoto, 2010).

Upaya untuk mencegah anemia yang dialami oleh remaja putri

adalah :

(1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

hewan (daging ikan ayam, hati dan telur) dan dari bahan nabati

seperti sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan tempe.

(2) Banyak mengkonsumsi sumber vitamin C untuk meningkatkan

penyerapan zat besi contohnya jambu, jeruk, tomat dan nanas.

(3) Minum 1 tablet tambah darah setiap hari khususnya saat

mengalami haid.
35

(4) Bila merasa adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi

ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan

(Tarwoto, 2010).

h. Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja

Perilaku Makan menyimpang adalah masalah emosi dan fisik

yang dihubungkan dengan obsesi terhadap makanan, berat badan dan

bentuk tubuh. Remaja melakukan perilaku menyimpang sebagai koping

terhadap perubahan fisik dan emosinya (Tarwoto, 2010).

Ada tiga tipe perilaku menyimpang yang umum pada remaja yaitu :

1) Anoreksia nervosa

Anoreksia nervoasa adalah memiliki ketakutan yang ekstrim

terhadap pertambahan berat badan dan selalu merasa kurang puas

dengan bentuk dan ukuran tubuhnya sehingga membatasi

pemasukan makanan dengan diet dan olahraga secara berlebihan

(Tarwoto, 2010).

2) Bulmia

Bulmia hampir sama dengan anoreksia, tetapi dengan

episode binge eating dan kemudian mengompensasikan dengan cara

yang ekstrim, seperti memuntahkan makanan dan olah raga

berlebihan (Tarwoto, 2010).

3) Binge eating

Binge eating yaitu melewatkan waktu makan atau makan

dalam porsi kecil ketika bersama-sama dengan teman/keluarga,


36

tetapi makan dalam jumlah yang banyak ketika sendiri (Tarwoto,

2010).

3. Tanaman Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

a. Deskripsi Tanaman Daun Kelakai

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya

alam yang sangat beragam, salah satunya adalah keanekaragaman hayati.

Salah satu Provinsi yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup

tinggi adalah Kalimantan. Kalimanta memiliki lahan basah yang cukup luas.

Salah satu keanekaragaman yang dimiliki oleh Kalimantan adalah

tumbuhan kelakai (Zannah et al., 2015).

Tumbuhan kelakai (Stenochlaena Palustris) merupakan tanaman

endemik dari Kalimantan yang tumbuh dilahan rawa dan paling banyak

ditemui di Kalimantan Tengah. Kelakai termasuk tumbuhan yang gampang

dan cepat beradaptasi dengan alam, sehingga bisa tumbuh dimana saja,

seperti dibatang pohon, kayu-kayu yang sudah lapuk maupun lahan kering,

walaupun demikian sayur lokal ini akan tumbuh subur di lahan bergambut

karena intensitas air yang cukup banyak sehingga memudahkan

perkembangbiakannya.

Kelakai terdiri dari dua jenis ada yang berwarna merah dan ada yang

berwarna hijau, berakar serabut dan tumbuh merambat, batangnya berwarna

hijau, keras dan beruas, disetiap ruas terdapat akar, dari ruas batang inilah

nantinya akan muncul tunas baru, tangkainya panjang dengan daun yang

saling berhadapan, permukaan daunnya licin mengkilap dengan bentuk


37

memanjang dan disisinya bergerigi. Daun kelakai yang sudah tua akan

berwarna hijau segar, sedangkan daun yang masih muda berwarnah merah

dan berlendir pada tangkainya, daun yang masih muda inilah yang

digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah untuk dikonsumsi (Frisilia,

2017)

Gambar 2.1 Daun Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris)

Tumbuhan kelakai pada umumnya dimanfaat oleh masyarakat


38

Kalimantan sebagai tanaman pangan fungsional dan secara turun temurun

dimanfaatkan sebagai obat tradisional, dimana oleh masyarakat Dayak

dipercaya mampu untuk menambah tenaga pasca melahirkan, anti nyeri, anti

radang, pereda demam, mengobati sakit kulit dan mencegah kekurangan

darah.

Bukti empiris yang ada di masyarakat tentunya harus dibuktikan

secara ilmiah. Fakta empiris (Ethnobotany) tersebut sudah didukung oleh

beberapa penelitian sebelumnya yang mengindentifikasi kandungan yang

terdapat pada tumbuhan kelakai antara lain penelitian Haiyinah (Haiyinah.

Haidah, Siti Noor, 2000) dkk tentang potensi kalakai (Stenochlaena palustri)

sebagai pangan fungsional, Penelitian Noor Cayaha, RahMina Aulia dan

Nurlely menganalisa tentang efek daun kelakai (Stenochlaena palustris)

terhadap jumlah eritrosit, bentuk eritrosit dan kadar hemoglobin pada tikus

putih (Rattus norvegitus) anemia, kesimpulan yang didapat bahwa ekstrak

daun kelakai tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah eritrosit namun

dapat memperbaiki bentuk eritrosit tikus putih anemia dan ekstrak daun

kelakai berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin tikus putih yang

anemia (Cahaya, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Yosep A Tarong (2016) tentang efek

ekstrak etanol daun kelakai terhadap berat badan, panjang badan, dan panjang

kalsifikasi tulang femur janin tikus wister kesimpulan yang didapat adalah

ekstrak etanol daun kelakai meningkatkan berat badan, panjang badan dan

panjang kalsifikasi tulang femur janin tikus wister (Yosep, 2016).


39

Penelitian Candra Kesuma Negara tahun 2017 dengan judul pengaruh

ekstrak kelakai (Stenochaena palustris) terhadap kadar hemoglobin pada

tikus putih (Rattus norvegicus) dengan hasil kadar hemoglobin kelompok

perlakuan meningkat dari hemoglobin awal 4,9 g/dl menjadi 22,9 g/dl, 5,6

g/dl menjadi 24,8 g/dl, 8,2 g/dl menjadi 26,6 g/dl, 7,2 g/dl menjadi 25,7g/dl,

5,1 g/dl menjadi 22,8 g/dl dengan nilai sig α 0,001 Ha sig<α 0,005, Ha

diterima ada pengaruh ektrak daun kelakai terhadap kadar hemoglobin tikus

(Negara and Basyid, 2017)

b. Klasifikasi Toksonomi Daun Kelakai

Tumbuhan kelakai adalah jenis pakis atau paku-pakuan (Pteridophyta) yang

termasuk dalam :

1) Kingdom : Plantae,

2) Pylum : Pteridophyta,

3) Clasc : Pteridopsida,

4) Order :Blechnales,

5) Family : Blechnaceae,

6) Genus : Stechnolaena,

7) Species : Stenochlaena Palustris (Zannah et al., 2015).


40

c. Kandungan Tanaman Daun Kelakai sebagai Pangan Fungsional

Tabel 2.2 Kandungan Kalakai Sebagai Pangan Fungsional.

Jenis Analisa Daun Batang


Proksimat :
-Kadar Air 8,56% 7,28%
-Kadar Abu 10,37% 9,19%
-Serat Kasar 1,93% 3,19%
-Kadar Protein 11,48% 1,89%
-Kadar Lemak 2,63% 1,37%
Fotokimia :
-Flavonoid 3,010%
-Alkaloid 3,817%
-Steroid 2,583%
Senyawa bioaktif yang paling
doMinan adalah Alkaloid
Uji Vitamin:
-Vitamin C 219,7 mg/100 g 264 mg/100 g
-Vitamin A 26976,29 ppm 10425.65 ppm
Uji Mineral
-Fe 291,32 mg/100 g 221,443 mg/100g
-Ca 182,07 mg/100 g 168,775mg/100g
Sumber : (Haiyinah. Haidah, Siti Noor, 2005)

d. Mekanisme kerja zat besi dan vitamin C dalam sayur kelakai sehingga bisa

menaikkan kadar hemoglobin.

Kandungan Fe dalam daun kelakai merupakan mineral mikro, yaitu mineral

mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hewan yaitu sebanyak

3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Kandungan Zat besi dalam sayur kelakai

diserap dalam duodenum dan jejenum bagian atas melalui proses yang komplek.

Proses ini meliputi:

1) Besi yang ada dalam sayur kelakai, baik dalam ferri (Fe3+) atau ferro (Fe 2+
)

mula-mula mengalami proses pencernaan.

2) Di dalam lambung ferri (Fe3+) larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh

gastroferin dan direduksi menjadi ferro (Fe 2+)


41

2+
3) Di dalam usus ferro (Fe ) dioksidasi menjadi ferri (Fe3+), ferri (Fe3+)

selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi


2+
feritin dan disimpan dalam bentuk feritin. Sebagian lagi, ferro (Fe )

dibebaskan ke dalam plasma darah.


2+
4) Di dalam plasma darah, ferro (Fe ) dioksidasi menjadi ferri (Fe3+) dan
2+
berikatan dengan trasferin. Transferin mengangkut ferro (Fe ) ke dalam

sumsum ferro (Fe 2+) tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin (Trip,

Jared and Tikhon.., 2012).

Zat besi (Fe) dalam kandungan daun kelakai mempunyai fungsi esensial

di dalam tubuh untuk mengangkut oksigen didalam darah dan dialirkan ke sel-sel

yang membutuhkan metabolisme glukosa, leMax, dan protein menjadi energi

amegakariositik trombositopoenik purpura (ATP) dan vitamin C berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan tubuh dalam penyerapan zat besi (Banudi, 2013).

4. Suplemen Zat Besi

a. Pengertian

Zat besi adalah sebuah nutrien esensial yang diperluhkan oleh setiap sel

manusia. Besi dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembawa oksigen dan

elektron, serta sebagai katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi, dan proses

metabolik lain melalui kemampuannya berubah bentuk antara fero (Fe+++) dan

fase oksidasi (Fe+++) (Ani, 2013).

b. Metabolisme Zat Besi Dalam Tubuh

Tubuh manusia mengandung sekitar 2 sampai 4 gram besi. Lebih dari

65% zat besi ditemukan didalam hemoglobin dalam darah atau lebih dari 10%
42

ditemukan di mioglobin, sekitar 1% sampai 5% ditemukan sebagai bagian

enzim dan sisa zat besi ditemukan di dalam darah atau ditempat penyimpanan

(Nadia, 2016).

Jumlah total besi ditemukan dalam tubuh manusia tidak hanya terkait

berat badan tetapi juga pengaruh dari berbagai kondisi psikologi termasuk

umur, jenis kelaMin kehamilan dan status tingkat pertumbuhan. Besi

merupakan Mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia

yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Di dalam tubuh

sebagian besar Fe terkonjugasi dengan protein dan terdapat dalam bentuk ferro

atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro, sedangkan

bentuk in aktif adalah sebagai ferri (misalnya dalam bentuk storage) (Nadia,

2016).

Besi mempunyai beberapa tingkat oksidasi yang bervariasi dari Fe6+

menjadi Fe2-, tergantung pada suasana kimianya. Hal yang stabil dalam cairan

tubuh manusia dan dalam makanan adalah bentuk ferri (Fe3+) dan ferro (Fe2+ )

(Nadia, 2016).

c. fungsi zat besi di dalam tubuh yaitu :

1) Metabolisme energi

Di dalam sel zat besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut

elektron yang berperan dalam langkah akhir metobolisme energi. Protein

ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi

penghasil energi ke oksigen sehingga membentuk air dihasilkan

amegakariositik trombositopoenik purpura (ATP) (Ariani, 2017).


43

2) Kemampuan Belajar

Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama

pada fungsi sistem neutrotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya

kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang sehingga kemampuan belajar

terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan

kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Ariani, 2017).

3) Sistem Kekebalan

Besi memengang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon

kekebalan sel oleh limfosit terganggu karena berkurangnya pembentukan

sel-sel yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sistesis DNA

karena gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi

untuk dapat berfungsi (Ariani, 2017).

4) Pelarut Obat-Obatan

Obat yang tidak larut air oleh enzim yang mengandung besi dapat

dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Ariani, 2017).

d. Angka Kecukupan Besi (AKB) yang dianjurkan buat Remaja.

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Besi (AKB) yang dianjurkan buat Remaja.

Golongan Umur AKB (mg)


Laki-laki remaja:
-usia 10-12 tahun 13 mg
-usia 13-15 tahun 19 mg
-usia 16-18 tahun 15 mg
-usia 19-29 tahun 13 mg
Wanita remaja :
-usia 10-12 tahun 20 mg
-usia 13-15 tahun 26 mg
-usia 16-18 tahun 26 mg
Usia 19-29 tahun 26 mg
Sumber : (Almatsier, 2009a) (Citra, 2012).
44

e. Absorpsi, Transportasi dan Penyimpanan Besi

Sebelum di absorpsi di dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan

organik, seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri di reduksi

menjadi bentuk fero, hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung

dengan adanya HCL dan vitamin C yang terdapat didalam Makanan. Absorpsi

terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein

khusus yaitu transferin dan feritin. Transferin mukosa mengangkut besi dari

saluran cerna ke dalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor

yang ada di dalam mukosa. Transferin mukosa kemudian kembali ke rongga

saluran cerna untuk mengikat besi lain melalui darah ke jaringan tubuh

(Almatsier, 2010).

Besi dalam Makanan terdapat dalam bentuk besi-heme seperti terdapat

dalam hemoglobin dan mioglobin Makanan hewani, dan besi-non-heme dalam

Makanan nabati. Besi-heme di absorpsi ke dalam sel mukosa sebagai komplek

porfirin utuh. Agar dapat di absorpsi besi non-heme didalam usus berada dalam

bentuk terlarut. Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang

ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat

apoferitin dan membentuk feritin sebagai simpanan besi sementara dalam sel.

Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat

daripada penerimaan dari saluran cerna, tergantung pada simpanan besi dalam

tubuh (Almatsier, 2009).

f. Kebutuhan Suplemen Zat Besi Pada Remaja

Menurut peraturan Kementrian Kesehatan RI Nomor


45

HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian tablet tambah darah pada remaja

putri dan wanita subur, pelaksanaan pemberiaan TTD adalah 1 (satu) tablet

perminggu dan pada masa haid diberikan 1 (satu) tablet per hari selama 10

(sepuluh ) hari (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Menurut penelitian sebelumnya Dodik Briawan dkk (2011) status

anemia pada remaja ditentukan berdasarkan kadar hemoglobin, yaitu dengan

kategori anemia (Hb <12gr/dl) dan tidak anemia (Hb >12gr/dl), status

antropometri, sudah mentruasi, frekuensi mentruasi, banyaknya menstruasi,

lama mentruasi, riwayat penyakit dan aktifitas fisik (Briawan, Arumsari and

Pusporini, 2011).

5. Hemoglobin

a. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel

darah merah (eritrosit) (Mahode, 2011).

b. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru dan

dalam peredaran darah untuk ke semua jaringan. Hemoglobin mengandung kira-

kira 95% besi dan berfungsi membawah oksigen dengan cara mengikat oksigen

(oksihemoglobin) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.

Komponen Hemoglobin yaitu:

1) Heme

Heme merupakan gabungan protoporfirin dengan besi.

2) Globin (Protein Globulin)


46

Globin adalah bagian protein yang terdiri atas dua rantai alfa dan 2 rantai beta.

Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam satu sel darah merah.

Tugas akhir dari hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion

hidrogen serta membawahnya ke paru-paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan

dari hemoglobin (Tarwoto, 2008).

Setiap molekul hemoglobin memiliki empat tempat pengikatan untuk

oksigen. Oksigen yang terikat dengan hemoglobin oksihemoglobin. Keempat

cabang hemoglobin dalam sel darah merah dapat mengikat oksigen sebagian

atau seluruhnya. Hemoglobin yang jenuh mengikat oksigen secara

penuh/total, sedangkan hemoglobin yang jenuh parsial atau mengalami

deoksigenasi memiliki saturasi kurang dari 100%. Hemoglobin melepaskan

oksigen ke sel sehingga saturasi hemoglobin dalam darah vena adalah sekitar

60% (Corwin, 2009).

c. Pembentukan Hemoglobin

Sintesis hemoglobin dimulai di dalam eritroblas kemudian dilanjutkan

sedikit dalam stadium retikulosit, apabila retikulosit meninggalkan sum-sum

tulang belakang dan masuk ke dalam aliran darah, retikulosit akan tetap

melanjutkan diri untuk membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari

atau setelahnya (Guyton, Arthur C, 2008).

Dari beberapa penyelidikan dengan menggunakan isotop telah

diketahui bahwa bagian hem dari molekul hemoglobin itu disintesis terutama

dari asam asetat dan glisin, sintesis tersebut kebanyakan terjadi di dalam

mitokondria. Dimana asetat mengalami perubahan di dalam siklus Krebs


47

menjadi suksinil Koa, dan selanjutnya kedua molekul ini akan bergabung

dengan dua molekul glisin untuk membentuk senyawa pirol. Empat senyawa

ini akan berikatan untuk membentuk molekul hem dan akhirnya saling

berikatan dengan ikatan polipeptida yang panjang dan disintesis oleh

ribosom, membentuk suatu sub unit dari hemoglobin yang disebut rantai

hemoglobin (Guyton, Arthur C, 2008).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

1) Kandungan zat besi dalam Maxanan yang dikonsumsi tidak mencukupi

kebutuhan dalam tubuh.

2) Meningkatnya kebutuhan zat besi dalam tubuh.

3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dalam tubuh.

4) Penyerapan zat besi dalam Maxanan yang sangat rendah.

5) Adanya zat-zat yang menghambat dalam penyerapan zat besi.

6) Adanya parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita.

7) Kehilangan banyak darah akibat operasi, kecelakaan atau perdarahan

persalinan (Biesalsk, HK, 2007)

6. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk melaksanakan

program kesehatan, karena selain jumlah yang besar , mereka juga merupakan

sasaran yang mudah dijangkau karena sudah terorganisir dengan baik. Mulai

masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak

masalah kesehatan terjadi pada pada anak usia sekolah, misalnya Pelaksanaan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik
48

dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kekacingan,

kelainan refraksi / ketajaman penglihatan dan masalah gizi (Kemenkes RI,

2016).

Pemeriksaan Upaya kesehatan pada kelompok anak sekolah melalui

penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1, VII dan X merupakan serangkaian

kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap peserta didik untuk

memilih siswa yang mempunya masalah kesehatan agar segera mendapatkan

penanganan sedini mungkin. Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari

pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan

kuku) pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri, pemeriksaan

indera (penglihatan dan pendengaran) pemeriksaan gigi dan mulut, pemeriksaan

laboratorium untuk anemia dan kecacingan, pengukuran kebugaran jasmani dan

deteksi dini masalah mental emosional (Kemenkes RI, 2016)


49

B. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

fisiologi absorpsi, ferro (Fe2+) Masuk ke


transportasi, dioksidasi plasma darah
penyimpanan zat besi :
berikatan terjadi
zat besi dibebaskan dari
dengan pengikatan
ikatan protein di dalam
duodenum apoferritin transferin
menjadi ferritin diangkut ke
besi bebas berbentuk Ferri (Fe3+) sumsung tulang
ferri dan ferro belakang

Faktor pencetus remaja putri terkena


anemia karena :
1. Mengkonsumsi Makanan nabati
yang kandugnan zat besinya sedikit
2. Remaja putri biasanya ingin tampil
langsing sehingga membatasi HEMOGLOBIN
asupan Makanan
3. Setiap hari manusia kehilangan zat
besi 0,6 mg yang diekskresi
khususnya melalui feses Meningkat
4. Remaja putri mengalami haid setiap
bulan

Upaya untuk mencegah anemia pada


remaja :
ljjjjjjMakanan yang mengandung
1. Makan Kandungan Fe dan
zat besi dari bahan hewan dan bahan Vit C dalam sayur
: kk seperti sayur hijau
nabati daun Kelakai
2. Banyak mengkonsumsi sumber vit C
k
3. Minum tablet Fe setiap hari
khususnya saat haid Suplemen zat besi
4. Bila merasa adanya tanda dan gejala
anemia segera konsultasi ke dokter.

Sumber : (Almatsier, 2009b), (Tarwoto, 2010)

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

:
50

Anda mungkin juga menyukai