ANEMIA
Disusun Oleh :
B. Klasifikasi
Menurut Mansjoer klasifikasi anemia yaitu :
1. Anemia Mikrositik Hipokrom antara lain :
a. Anemia Defisiensi Besi : Anemia ini umumnya disebabkan oleh
perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi
cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada
seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia.
Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia.
b. Anemia Penyakit Kronik: Penyakit ini banyak dihubungkan dengan
berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses,
empiema dll), inflamasi kronik (artritis reumatoid) dan neoplasma.
2. Anemia Makrositik antara lain:
a. Defisiensi Vitamin B12: Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik
terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit
herediter autoimun, namun di Indonesia penyebab anemia ini adalah
karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang
tidak berat.
b. Defisiensi Asam Folat: Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan
karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu
perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan
gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut: Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran
darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi
beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik: Biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak diketahui
pasien. Penyebab yang sering adalah ulkus peptikum dan perdarahan
saluran cerna karena pemakian analgesik.
4. Anemia Hemolitik: Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah
merah ( normal 120 hari). Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah
tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek.
2
5. Anemia Aplastik: Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang
terjadi.
C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic, acid,
piridoksin, vitamin C dan copper.
Menurut Badan POM (2011), penyebab anemia yaitu :
a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung dzat besi, vitamin B
12, asam folat, vitamin C, dan unsur unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan dzat besi bila darah menstruasi
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan dzat besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap dzat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti implamasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan dzat besi dan vitamin (antacid,
pil KB, antiarthritis, dll).
f. Oprasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap dzat besi dan
vitamin B 12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid. Beberapa jenis kanker dan penyakit
lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.
h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. Tanda Gejala
1. Lemas
2. Pusing
3. Cepat lelah
4. Sesak nafas
5. Mudah mengantuk
6. Tampak pucat
7. Konjungtiva anemis
3
8. Susah konsentrasi
9. Aktivitas kurang
E. Pathofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
4
F. Pathway
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Anemia berat, gagal jantung
kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek
dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnya pengurangan oksigen (Price & Wilson, 2006)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
5
pada komponen – komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV,MCV,Dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoiesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengkonfrimasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini:
1) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, dan
ferritin serum.
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12.
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan laboraturium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologis molekuler (PCR= polymerase chain raction, FISH=
flurescence in situ hybridization)
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalakasaan anemia berdasarkan penyebab
yaitu :
1. Anemia aplastic: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi
immunosupresif dengan antithicyte globulin (ATG) yang diperlukan
melalui jalur sentar selama 7-10 hari. Progresis buruk jika transplantasi
sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfuse
RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal: Pada pasien dialysis harus ditangani dengan
pemberian besi dan asam folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropetin
rekombian
3. Anemia pada penyakit kronik: Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala
dan tidak memerlukan penanganan untuk penanganan untuk anemia akan
terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat: Dengan pemberian makanan
yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari.
Transfusi darah diberikan bila kadar HB kurang dari 5 gr%
5. Anemia megaloblastik
6
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedia factor
intrisik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisisosa atau
melabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi
c. Pada anemia difisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
d. Anemia difisiensi asam folat pada pada pasien dengan gangguan absorbs
penanganan dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara
IM.
6. Anemia pasca pendarahan: Dengan memberikan transfusi darah dan
plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan IV dengan cairan infus apa
saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik: Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah
yang hemolisis.
J. Fokus Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang: Klien dengan anemia biasanya datang ke RS,
biasanya dengan keluhan berupa adanya keletihan, kelemahan, malaise
umum, membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak, sakit kepala,
nyeri mulut, dan lidah, anoreksia, berat badan menurun, serta sulit untuk
berkonsentrasi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu: Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan
yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat, adanya
riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat, angina, CHF. Selain itu terdapat juga riwayat penyakit
antara lain endocarditis, pielonetritis, gagal ginjal, riwayat TB, abses paru,
kanker. Riwayat penyakit hati, masalah hematologi, pembedahan dan
penggunaan anti konvulsan masa lalu atau sekarang juga akan
mempengaruhi anemia.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga: Kesehatan keluarga yang berhubungan
dengan anemia seperti kecenderungan keluarga untuk anemia, adanya
anggota keluarga yang menderita anemia.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d Keletihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Kurang asupan
makanan
7
3. Intoleran aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
L. Intervensi Keperawatan
2. Pasien tampak
pucat, lemah,
konjungtiva
anemis.
8
penyakit
2. Pasien dan
keluarga 560
tampak kurang Keluarga mampu memutuskan :
1006 Berpartisipasi dalam memutuskan
memperhatika
perawatan kesehatan
n dan mampu 661
merawat Indikator IR ER
lingkungan 1.
rumah dengan 2.
baik. Rumah 3.
791
pasien tampak 4.
berantakan,
sampah
berserakan di
dalam dan
diluar rumah,
penataan 1601
barang – Keluarga mampu merawat anggota
barang rumah keluarga yang mengalami anemia :
Perilaku kepatuhan
tangga tampak
kurang tertata Indikator IR ER
dengan rapih. 1. Menerima diagnosis 3 5
Pasien dan 2. Mencari pengobatan 2 5
keluarga yang dapat
tampak kurang dipercaya tentang
tercukupi diagnosis
1910 3. Melakukan rejimen 2 5
sumberdaya
pengobatan seperti
terutama yang diresepkan
dalam 4. Melakukan aktivitas 2 5
keuangan sehari-hari seperti
maupun sarana yang ditentukan
prasarana
Indikator IR ER
3005 1.
2.
3.
4.
9
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan :
Kepuasan klien : bantuan fungsional
Indikator IR ER
1. Dilibatkan dalam 3 5
perencanaan untuk
mobilitas yang
optimal dan
perawatan diri
2. Keamanan diajarkan 2 5
dalam semua
aktivitas
3. Memberikan 2 5
kesempatan untuk
melakukan
perawatan diri
kecuali bantuan
diperlukan
4. Memberikan 3 5
informasi untuk
mengelola obat-
obatan
2011
00169 Hambatan
Status Kenyamanan : Psikospiritual 523
Religiositas
1. Pasien
Indikator IR ER
mengatakan
1. Konsep diri 2 5
sudah 2. Gambaran internal 3 5
menjalankan dri
ibadah yang di 3. Hubungan dengan 2 5
wajibkan. batin
Namun masih 4. Keyakinan 3 5
jarang
dilaksanakan/
bolong-bolong
karena sering
lalai dan lupa
ketika sudah
10
beraktivitas.
2. Pasien tampak
kurang
memperhatika
n ibadahnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/51096675/LP-anemia
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, L.M., Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC), 5th Indonesian editions. Singapore : Elseiver, Indonesia : Mocomedia
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2015. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
11