Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi anemia

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung


eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak
cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditatapkan penyakit
dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru)

Kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al. 2001)

Kelompok Kriteria anemia (hb)

Laki laki dewasa <13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl

Wanita hamil <11 g/dl

B. Etiologi

Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi


merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1). Gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsum tulang; 2).Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan); 3). Proses
penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Gambaran
lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:
Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis
a) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
-Anemia defisiensi besi
-Anemia defisiensi asam folat
-Anemia defisiensi vitamin B12

2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi


-Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sumsum tulang


-Anemia aplastik
-Anemia mieloptisik
-Anemia pada keganasan hematologi
-Anemia diseritropoietik
-Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik

b) Anemia akibat hemoragi


1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik

c) Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
 Gangguan membran eritrosit (membranospati)
 Gangguan ensim eritrosit (enzimilpati):anemia akibat defisiensi.....
- Thalasemia
- Hemoglobinopati struktual; HbS, HbE, dll
2. Anemia hematolik ekstrakorpuskular
 Anemia hematolik autoimun
 Anemia hematolik mikroangiopatik
 Lain- lain

d) Anemia denga penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis.....


komeplek
Klasifikasi anemia berdasarkan morfolgi dan etioogi
1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
 Anemia defisiensi besi
 Thalassemia major
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
 Anemia paska perdarahan akut
 Anemia aplastik
 Anemia hemolitik didapat
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia pada gagal ginjal kronik
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
 Anemia pada keganasan hematologik
3. Anemia makrositer, bila MCV>95 fl
 Bentuk megaloblastik
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi B 12, termasuk anemia pernisiosa
 Bentuk non-megaloblastik
- Anemia pada penyakit hati kronik
- Anemia pada hipotiroidisme
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
C. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinis yang sering muncul


a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/ pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia:
a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
definisi besi.
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin
buncit pada hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis,bisig sitolik anorganik,
perbesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia:
- Defisiensi besi: spoon nail, glositis
- Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
- Hemolitik: ikterus, splenomegali
- Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
D. Pemeriksaan Penunjang:

1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin,
indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini: Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi
transferin, dan feritin serum.
- Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
- Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb..
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan labolatorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. 4 Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction,
FISH = florescence in situ hybridization)

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah


penatalaksanaan yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya,
yaitu:
1. Anemia aplastik
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

3. Anemia pada penyakit kronis


Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemiapada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5 gr%.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara
IM.
6. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
F. Masalah yang Lazim Muncul

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer


oksigen keparu (hal 307)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang"
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
kurang, anoreksia
4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung"
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
6. Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin"
7. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, proses metabolisme yang terganggu

G. Discharge Planning

1. Menjalani diet dengan gizi seimbang.


2. Asupan zat besi yang terlalu berlebihan bisa membahayakan yang
menyebabkan sirosis, kardiomiopati, diabetes, dan kanker jenis tertentu.
Suplemen zat besi hanya boleh dikonsumsi atas anjuran dokter.
3. Makan-makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B 12, seperti ikan,
produk susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau tua, jeruk, dan
biji-bijian.
4. Batasi minum alcohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi
suplemen asam folat untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi asam folat.
5. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk menghindari resiko
kecacingan
6. .Hindari pemeparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan zat
toksik lainnya karena juga dapat menyebabkan anemia.
7. Konsultasi kembali jika gejala anemia menetap dan untuk mengetahui factor
penyebab.
8. Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara melindungi anak dari infeksi
9. Kenali tanda-tanda komplikasi.
H. Pathway

Pendarrahan saluran cerna, uterus, Defisiensi besi, vit B12, asam Overaktif RES, produksi
hidung, luka folat, depresi sumsum tulang SDM abnormal
ertropoetin

Kehilangan SDM (sel darah


merah) Penghancuran SDM
Produksi SDM

Pertahanan sekunder tidak


Resiko infeksi
adekuat

Resiko penurunan jumlah Penurunan kadar hb Efek Gl


eritrosit

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru
nutrisi& defisiensi folat

Beban kerja dan curah


jantung meningkat Peningkatan frekuensi nafas Glositis berat (lidah
meradanf), diare, kehilangan
nafsu makan
Takikarda, angina(nyeri
dada), iskemia miokardium, Dyspnea(kesulitan bernapas)
beban kerja jantung
Intake nutrisi
turun(anoreksia)

Ketidakefektifan perfusi Penurunan transport O2


jaringan perifer nyeri akut Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Hipoksia
Peningkatan kontrakfilitas
Ketidakefektifan pola napas
Lemah lesu, paretesia,
palpitasi matirasa, ataksia, gangguan
koordinasi, bingung
Penebalan dinding ventrikel
Defisit perawatan diri
kardiomegali intoleran aktivitas

Anda mungkin juga menyukai