Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA EC


MELENA DI RUANG CEMPAKA RSUD KABUPATEN
TANGERANG

Disusun Oleh :

NAMA : SRI YUSPITA

NIM : 23030063

JURUSAN : PROFESI NERS NON REGULER

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS YATSI MADANI

TAHUN 2023/2024
A. Definisi
Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin
dalam tubuh. Hemoglobin yaitu metalprotein di dalam sel darah merah
yang mengandung zat besi fungsinya sebagai pengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh (Yustisia et al, 2020).
Anemia adalah suatu gangguan kekurangan sel darah merah,
sedangkan sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh
organ tubuh. Dan apabila sel darah merah dalam tubuh rendah, maka
jumlah oksigen dalam tubuh juga rendah. Gejala anemia disebabkan oleh
kurangnya kadar oksigen yang mengalir ke jaringan dan organ tubuh. Sel
darah merah diukur berdasarkan jumlah hemoglobin dalam tubuh. Sebab,
hemoglobin sendiri suatu protein kaya zat besi dalam sel darah merah
yang membawa oksigen dari paru- paru keseluruh tubuh, selain itu,
hemoglobin juga membawa sel darah merah yang jenuh dengan
karbondioksida kembali ke paru-paru yang dikeluarkan (Yamada et al.,
2019).

B. Klasifikasi
1. Anemia defisiensi zat besi
Jenis anemia ini yang paling umum terjadi yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh.Untuk memproduksi hemoglobin,
sumsum tulang belakang membutuhkan zat besi yang cukup. Tanpa
zat besi yang memadai, tubuh tidak dapat menghasilkan cukup
hemoglobin untuk memproduksi sel darah merah.Anemia difiensi zat
besi ini juga sering dialami oleh ibu hamil, menstruasi yang tak
mengeluarkan darah, kanker, penggunaan rutin obat pereda nyeri
yang dijual bebas, seperti aspirin.
2. Anemia defisiensi vitamin
Selain zat besi, tubuh juga memerlukan vitamin B12 dan asam folat,
yang berfungsi untuk menghasilkan sel darah merah yang cukup.
Pada orang yang menjalani diet yang dapat menyebabkan kedua
nutrisi ini mengalami penurunan produksi sel darah merah. Sebab
tubuh mereka ternyata terap tidak dapat memproses vitamin tersebut.
Kondisi ini dikenal sebagi anemia pernisiosa.
3. Anemia penyakit kronis
Beberapa penyakit tertentu seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit
ginjal, rheumatoid arthtritis, dan beberapa penyakit peradangan
lainnya yang dapat mengganggu produksi sel darah merah.
4. Anemia aplastik
Anemia jenis ini jarang terjadi, penyebab anemia aplastik ini seperti
infeksi, pemakaian obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, dan
paparan erhadap bahan kimia yang beracun.Anemia yang
berhubungan dengan penyakit pada sumsum tulang belakang.
Beberapa jenis penyakit seperti leukemia dan myelofibrosis, yang
dapat menyebabkan anemia yang dapat mempengaruhi produksi sel
darah merah pada sumsum tulang belakang.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila hancurnya sel darah merah, lebih
cepat daripada regenerasinya oleh sumsum tulang belakang. Kondisi
ini bisa diturunkan secara genetic, maupun dialami dikemudian hari.
6. Anemia sel sabit
Anemia jenis ini diturunkan secara genetik yang disebabkan oleh
kecacatan atau kerusakan hemoglobin yang mengakibatkan sel darah
merah berubah menjadi sabit (sickle). Bentuk seperti ini suatu bentuk
yang abnormal. Sel- sel abnormal ini akan mati sebelum waktunya
yang dapat menyebabkan tubuh kronis dari sel darah merah.
7. Anemia Lainnya
Anemia jenis lainnya seperti thallasemia (Malikulsaleh, 2019).

C. Etiologi
Menurut Hasdianah & Suprapto,2019 Penyebab umum dari anemia
antara lain kekurangan zat besi, pendarahan usus,pendarahan, genetik,
kekurangan vitamin B12, kekurangan asalm folat, gangguan sumsum
tulang.Anemia dapat terjadi apabila tubuh kita tidak membuat sel darah
merah secukupnya. Anemia juga disebabkan kehilangan atau kerusakan
pada sel tersebut.
1. Penurunan produksi sel darah merah (SDM)
a. Sintesis DNA defektif : defisiensi kobalamin/vitamin B12,
defisiensi asam folat
b. Penurunan sintesis hemoglobin : defisiensi zat besi, thallasemia
dan anemia skeroblastik.
c. Penurunan jumlah eritrosit prekursor : Anemia aplastik, anemia
dari leukimia, dan penyakit kronis.
2. Peningkatan destruksi sel darah merah (SDM)
a. Intrinsik : sickle cell anemia, defisiensi enzim, membran
abnormal
b. Ekstrintik : trauma fisik, antibody (autoimun dan isoimun)
c. Agen infeksi
d. Toksin
3. Kehilangan darah
a. Akut : trauma, rupture pembuluh darah
b. Kronis : gastritis, hemoroid

D. Manifestasi Klinis
Menurut Hasdinah & Suprapto, 2019 manifestasi klinis anemia
sebagai berikut :
1. Terlihat pucat wajah, kelopak mata, bibir, kulit dan telapak tangan
2. Lesu, lemah, letih, lelah
3. Pusing dan mata berkunang-kunang
4. Nafsu makan menurun
5. Sesak nafas
6. Menurunnya kekebalan tubuh
7. Aktivitas kurang
8. Riwayat terjadinya perdarahan
E. Patofisiologi
Anemia merupakan suatu penyakit yang ditandai penurunan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) dibawah normal. Pria
dikatakan anemia apabila kadar Hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41%. Begitupun dengan wanita, apabila kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%. Anemia
bukan merupakan suatu penyakit, melainkan dari suatu bentuk
pencerminan keadaan penyakit akibat adanya gangguan fungsi tubuh yang
mana hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen mengalami
penurunan. Banyak tipe anemia dengan beragam penyebabny sehingga
mengalami penurunan pada kapasitas sel darah merah dalam mengangkut
oksigen (Yustisia et al, 2020).
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sum-sum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah (Yustisia et
al, 2020).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik
atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normal nya 1mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL
(Yustisia et al, 2020).
F. Phatway

Defisiensi B12, Asam folat Kegagalan Produksi SDM Perdarahan/


Zat besi Oleh Sum-Sum Tulang Belakang Hemofilia

Penurunan SDM

Hb Berkurang

Anemia

Suplay O2 dan Nutrisi Ke jaringan Menurun

Gastroinestinal Hipoksia SSP

Keja Lambung Menurun Lemah, Lesu, Letih Perfusi Perifer


Tidak Efektif
Asam Lambung Meningkat Intoleransi Aktivitas

Anoreksia

Defisit Nutrisi Defisit Perawatan Diri


G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes penyaringan
Tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk marfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini:
1) Kadar hemoglobin
2) Indeks eritrosit, (MCV, dan MCHV)
3) Apusan darah tepi
b. Pemeriksaan darah seri anemia
Hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED) dan dihitung
retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan
sistem hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus
Pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi dengan diagnosis awal
yang memiliki komponen berikut ini :
1) Anemia defisiensi besi : serum ion, TIBC, saturasi,
transferin, dan feritin serum
2) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin
B12
3) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb
4) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia
2. Pemeriksaan Laboratorium Non Hematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faal hati
e. Biakan kuman.
3. Pemeriksaan Sitologenik
4. Radiologi
a. Thorax
b. bonne survey
c. USG
d. Linfangiografi.
5. Pemeriksaan Biologi Mokekuler PCR

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaa Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang.
1. Anemia aplastik
a. Tranplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit
(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan
asam folat
b. Ketersediaan eritropeotin rekombinan
3. Anemia defisiensi besi
a. Menggunakan preparat besi oral
4. Anemia Megalobalistik
a. Difisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang
dapat diberikan dengan injeksi B12
b. Terapi Vitamin B12 mencegah kekambuhan anemia
5. Anemia defisiensi asam folat
a. Diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada
pasien dengan gangguan absorsi
6. Anemia pasca perdarahan
a. Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan infus intravena (Safira, 2019).
7. Anemia Hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah mengantikan darah hemolisis.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Defisit Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai