Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak– anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, bisa karena
perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12. Anemia dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak
pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadarhemoglobin (Hb) dalam
darah dari kadarnormal.

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematocrit atau hitung eritrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan
massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu
dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat
ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut .

Defisiensi sel darah merah dapat disebabkan oleh kehilangan sel darah merah terlalu
banyak atau pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat.

Anemia adalah sebagai kosentrasi hemoglobin yang sangat rendah dalam darah.
Berbagai metode klasifikasi, tetapi sebagian besar didasarkan pada ukuran dan bentuk sel
darah merah. Pada orang normal, eritrosit memiliki ukuran dan bentuk seragam, dan hitung
darah automatis memperlihatkan volume rerata sel (mean corpuscular volume, MCV) yang
mendekati 90 fL, yaitu perkiraan volume sebuah sel. System atomatis biasanya melaporkan
kelainan sel darah merah, dan MVC. Sel kecil ( dengan MVC rendah) disebut mikrositik.
Dan sel yang lebih besar dari normal dinamai makrositik. Krtidak seragaman relative bentuk
(poikilositosis) atau ukuran (anisositosis) sel dapat membantu klasifikasi lebih lanjut
kelainan eritrosit.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Anemia ?
2. Apa Eteologi dari Anemia ?
3. Apa Implemen Klasifikasi Anemia ?
4. Bagaimana Patofisiologi Anemia ?
5. Bagaimana Implementasi Klinis Anemia ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Anemia ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Umum dari Anemia ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Anemia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Mengetahui Definisi Anemia ?
2. Dapat Mengetahui Eteologi dari Anemia ?
3. Dapat Mengetahui Implemen Klasifikasi Anemia ?
4. Dapat Mengetahui Patofisiologi Anemia ?
5. Dapat Mengetahui Implementasi Klinis Anemia ?
6. Dapat Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia ?
7. Dapat Mengetahui Penatalaksanaan Umum dari Anemia ?
8. Dapat Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien Anemia ?
D. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan kesehatan

Sebagai bahan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anemia
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit

2. Untuk pendidikan

Sebagai pengetahuan atau sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam


memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit anemia

3. Untuk pasien/masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi populasi yang beresiko ataupun carrier anemia agar
dapat melakukan pencegahan

4. Untuk penulis

Sebagai sarana bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai anemia

2
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Anatomi

B. Fisiologi
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui
darah.Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratoryprotein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam
pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru
untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen
melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena
pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh

3
darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran
halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung
melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga
mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke
hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
Komposisi Darah Manusia Terdiri dari dua komponen:
1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah 4 Eritrosit, Lekosit,
Trombosit.
a. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa
sekitar 5juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.
Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin
(Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar Hb inilah yang
dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia.Eritrosit berusia
sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa. Hemoglobin
dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).
b. Lekosit(Sel Darah Putih)
Leukosit memiliki nucleus namun tak memiliki hemoglobin. Rentang
hidup lekosit adalah beberapa jam hingga beberapa hari. Leukosit bersifat
amuboid atau tidak memililik bentuk yang tetep. Orang yang kerlebihan
leukosit menderita penyakit leukemia. Sedangkan orang yang kekurangan
leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah lekosit adalah 4000-11000.
Leukosit digolongkan menjadi 2 yaitu granulosit dan agranulosit. Ciri dari
granulosit atau leukosit granuler adalah memiliki granula pada sitoplasma.
c. Trombosit (keping darah)
Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar
200.000 – 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor
pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic
Factor) Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor
tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili.

4
C. Difinisi

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematocrit atau hitung


eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,
dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai
kepada label anemia tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut. (Nurarif.2015).

Anemia adalah defisiensi sel darah merah dapat disebabkan oleh kehilangan
sel darah merah terlalu banyak atau pembentukan sel darah merah yang terlalu
lambat. (Mcphee.2010)

Anemia merupakan istilah untukpenurunan jumlah eritosit atau disfungsi


eritosit (sel darah merah). Anemia dapat bersifat akut atau kronik.(Syaifuddin.2011).

Anemia adalah sebagai kosentrasi hemoglobin yang sangat rendah dalam


darah. Berbagai metode klasifikasi, tetapi sebagian besar didasarkan pada ukuran dan
bentuk sel darah merah. Pada orang normal, eritrosit memiliki ukuran dan bentuk
seragam, dan hitung darah automatis memperlihatkan volume rerata sel (mean
corpuscular volume, MCV) yang mendekati 90 fL, yaitu perkiraan volume sebuah sel.
System atomatis biasanya melaporkan kelainan sel darah merah, dan MVC. Sel kecil (
dengan MVC rendah) disebut mikrositik. Dan sel yang lebih besar dari normal
dinamai makrositik. Krtidak seragaman relative bentuk (poikilositosis) atau ukuran
(anisositosis) sel dapat membantu klasifikasi lebih lanjut kelainan
eritrosit.(Chang.2009).

Penyak anemia terjadi karnah darah tidak dapat membawa zat


asam,sebagaimana harusnya. Ketidak mampuan darah dalam membawah zat asam ini
disebabkan sel sel darah merah berkurang atau berkurangnya jumlah hemoglobin
dalam sel sel tersbut. Darah yang normal mengandung 40-45% sel-sel darah merah
55-60% plasma. Biasanya, ada 12,5 sampai 14 gram dalam 100cc darah. bilangan sel
darah merah yang norma ialah 4,5 sampai 5,5juta dalam mm kubik. Dalam wanita
angka ini turun 10%. Anemia dapat di bedakan dalam beberapa kelompok,
berdasarkan pada faktor penyebab berkurangnya sel darah merah dalam tubuh.

5
Pertama, Anemia produksi, yaitu anemia yang disebabkan darah kekurangan vitamin
B12, zat besi dan gizi. kekurangan zat zat tersebut mengakibat kan terjadinya
pembentukan sel-sel darah merah yang tidak sempurna oleh tulang sumsum. Kedua ,
anemia hemolytica, yaitu anemia yang terjadi apabila sel-sel darah merah yang terlalu
dini. Ketiga, anemia sekunder , yaitu anemia yang disebabkan hilangnya sel darah
merah dari dalam tubuh akibat terjadinya pendarahan. Keempat,anemia
aplastica,yaitu anemia yang disebabkan adanya kerusakan sumsum.
(Prasetyono.2016).

D. Etiologi
Anemia bukankah suatu kesatuan peyakit tersedri ( disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya
anemia disebabkan oleh karena:
1) Gangguan pembentukan eritosit oleh sumsum tulang
2) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3) Proses penghancurkan eritosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolilis).
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:
Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritosit
 Anemia defisiensi besi
 Anemia defisiensi asam folat
 Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi ) besi
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsung tulang
 Anemia aplastic
 Anemia mieloptisik
 Anemia pada keganasan hematologi
 Anemia diseritropoietik
 Anemia pada sindrom mielodisplastik

6
Anemia akibat kekurangan eritropoietin, anemia pada gagal
ginjal kronik
b. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitk
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
 Gangguan membrane eritosit (membranopati)
 Gangguan ansim eritosit (enzimipati) anemia akibat
defisinsi G6PD
 Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
 Thalassemia
 Hemoglobinopati structural: Hbs, HbE, dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
 Anemia hemolitik autoimun
 Anemia hemolitik mikroangiopatik
 Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis
yang komplek

E. klasifikasi
Klasifikasi anemia bedasarkan morfologi dan etiologi
1. Anemia hipokromik mikrosister, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
 Anemia defisiensi besi
 Thalassemia major
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
 Anemia paska perdarahan akut
 Anemia aplastic
 Anemia hemolitik didapat
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia pada gagal ginjal kronik

7
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
 Anemia pada keganasan hematologic
3. Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl
 Bentuk megaloblastik
 Anemia defisinsi asam folat
 Anemia defisinsi B12, termasuk anemia pernisiosa
 Bentuk non-megaloblastik
 Anemia pada penyakit hati kronik
 Anemia pada hipotirodisme
 Anemia pada sindrom mielodisplastik

F. Menifestasi klinis
1. Menifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik / pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia
a. Perdarahan berulang / kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi.
b. Icterus, urin berwarna kuning tua / coklat, perut mrongkol / makin buncit pada
anemia hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsus celer, suara pembuluh
darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, perbesaran jantung.
b. Menifestasi khusus pada anemia
 Defisiensi besi: spoon nail, glositis
 Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai

8
 Hemolitik: ikterus, splenomegali
 Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

G. Patofisiologi
mekanisme hemiostasis biasanya menjamin bahwa curah jantung
memproduksi cukup darah yang mengandung oksigen ke jaringan untuk
mempertahankan fungsi normal jaringan. Proses ventilasi, respirasi, dan curah jantung
dibahas lebih dalam. Pada saat istirahat, tubuh memerlukan 250 mL oksigen per menit
untuk memepertahankan fungsi normal. Dalam kondisi normal curah jantung sebesar
5 L/menit akan mempertahankan kadar oksigen sebesar 250 mL per menit, yang lebih
dari cukup ( pada pria dewasa muda, yang merupakan nilai standar untuk pembahasan
fisiologi manusia) suplai oksigen yang kurang akan menyebabkan hipoksi dan
hipoksemia (berkurangnya saturasi oksigen) jaringan. Ginjal berperan penting dalam
mendeteksi hipoksemia. Sel interstisial peritubular ginjal sangat sensitif terhadap
kadar oksigen darah dan sebagai respons terhadap hipoksemia, sel tersebut
memproduksi eritropeletin (EPO). Bersama factor lainya, eritropoitin meningkatkan
produksi eritrosit dengan merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel pra-
eritrosit (retikulosit). Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling sering
ditemukan secara global. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, zat besi merupakan
komponen hemoglobin dan sangat penting bagi sel darah merah agar mampu
membawa oksigen secara optimal. Hitung darah lengkap (DPL) akan menunjukkan
eritrosit yang berukuran kecil (mikrositi) dan pucat (hipokromik) dengan penurunan
rerata volume sel (mean cell volume, MCV). Defisiensi vitamin B12 atau asam folat
menyebabkan anemia megaloblastik (sel berukuran besar). Bentuk anemia kronis ini
akan memperlihatkan sel darah merah yang besar, kadar hemoglobin yang sangat
rendah, kendati mungkin dengan nilai hemaktokrit normal karena ukuran eritrosit
yang besar.

9
H. Phatway

10
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV, MCV, dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoiesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk menginformasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini:
 Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, dan
ferritin serum.
 Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertroait, vitamin B12.
 Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
 Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan [emeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situs hybridization)

11
J. Askep teori
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal, jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
II. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keperawatan dan diet
1) Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan
2) Apakah ada diet yang di lakukan secara khusus?
3) Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan
beberapa lama priode waktunya?
4) Apakah ada toleransi makanan atau minuman tersebut?
b. Keluhan utama
1) Tidak nafsumakan, mual atau muntah
2) Makannya sedikit atau kurang dari porsi yang di tentukan
3) Kelemahan fisik
4) Penurunan beratbadan
III. Pola kesehatan fungsional
a. Pola presepsi terhadap kesehatan
1) Tingkat pengetahuan, perilaku untuk mengatasi masalah,
sebelum sakit dan setelah sakit
2) Factor – factor resiko berhubungan dengan kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pasien meliputi makan, mandi, berpakaian, eliminasi,
mobilisasi di tempat tidur, berpindah abulansi, naik tangga, serta
keterangan sekala 0 – 4
0 = mandiri
1 = dibantu sebagai
2 = di bantu orang lain
3 = di bantu orang dan peralatan
4 = ketergantungan atau tidak mampu
c. Pola istirahat tidur

12
Kaji:
1) Jam berapa pasien bias mulai tidur dan bangun tidur
2) Kualitas dan kuantitas jam tidur
d. Pola nutrisi metabolic
Kaji :
1) Berapakali makan sehari
2) Makanan masukan
3) Berat badan sebelum dan saat sakit
4) Frekuensi dan kualitas minum sehari
e. Pola eliminasi
1) Frejuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri
3) Kualitas
f. Pola kognitif
Adakah gangguan penglihatan, adakah gangguan pendengaran
g. Pola konsep diri
Gambaran diri, kualitas diri, peran diri, ideal diri, harga diri.
h. Pola koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i. Pola seksual produksi
Adanya gangguan pola alat kemih
j. Pola peran hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga, dukungan keluarga atau
hubungan dengan masyarakat
k. Pola spiritual
Presepsi keyakinan, tindakan berdasarkan keyakinan
IV. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum : apatis lesu
b. berat badan : obesitas, kurus (under weight)
c. rambut : kusam, kering, pudar , kemerahan, tipis, pecah / patah - patah
d. mata : selaput merah mata mata terlihat lebih pucat, mata cekung,
e. lidah : bengkak , nyeri lidah, meradang
f. gigi : karies, myeri, kotor
g. kulit : pucat, kering
13
h. bibir : pucat, tidak terlihat kemerahan, pecah – pecah
i. gusi : meradang
j. kuku : mudah patah CRT < 3 detik
V. pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan darah lengkap
2) pemeriksaan laboratorium
 Hb
 Penentuan indeks eritrosit
 Pemeriksaan hapusan darah perifer
 Luas distribusi sel darah merah (RDW)

B. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut
2) Intoleransi aktivitas
3) Ketidak efektifan pola nafas
4) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

14
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut 1. Respon psikologis Menejemen nyeri
Batasan karakteristik: tambahan  pastikan
1. Perubahan pada parameter 2. Tingkat kecemasan perawatan
fisiologis (mis., tekanan 3. tidur analgesic bagi
darah, frekuensi jantung, pasien
frekuensi pernapasan, dilakukan
saturasi oksigen, dan end dengan
tidal karbon dioksida [CO2]) pemantapan
2. Putus asa yang kuat
3. Perubahan selera makan  Bantu keluarga
dalam mencari
dan
menyediakan
dukungan
 Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
membantu
penurunan nyeri

2. Intoleran aktivitas 1. perilaku patuh; Terapi akitivitas


Batas karateristik aktivitas yang  Pertimbangkan
1. keletihan disarankan kemampuan
2. respon frekuensi jantung 2. perilaku patuh; klien dalam
abnormal terhadap aktivitas pengobatan berpartisipasi
3. respon tekanan darah yang di melalui
terhadap aktivitas sarankan aktivitas
spesifik
 Dorong
aktivitas kreatif

15
yang tepat
 Bantu klien dan
keluarga untuk
mengindentifika
si kelemahan
dalam level
aktivitas
tertentu

3. Ketidak efektifan pola nafas 1. status pernafasan Menejemen


Batas karakteristik 2. kepatenan jalan jalan nafas
1. Peningkatan nafas  buka jalan nafas
diameter anterior- dengan teknik
posterior chin lift atau
2. Penggunaan otot jaw thrust,
pernapasan sebagai mana
3. Penurunan tekanan mestinya
ekspirasi  posisikan
4. Trakipnea pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
 motivasi pasien
untuk bernafas
pelan, dalam,
berputar dan
batuk

16
4. Ketidak seimbangan nutrisi 1. tingkat ketidak monitor nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh nyamanan  timbang berat
Batasan karakteristik 2. pengetahuan diet badan pasien
1. Gangguan sensasi rasa sehat  monitor
2. Kesalahan presepsi 3. massa tubuh pertumbuhan dan
3. Kesalahan informasi 4. asupan makanan perkembangan
4. Penurunan berat badan & cairan  indetfikasi
dengan asupan makanan peubahan berat
adekuat badan terakhir

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan kata lain anemia merupakan penyakit dimana terjadi kerusakan sel darah merah di
dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari)
penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan
dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.

B. Saran

1. Pelayanan kesehatan
Sebagai bahan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anemia
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit
2. Untuk pendidikan
Sebagai pengetahuan atau sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit anemia
3. Untuk pasien/masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi populasi yang beresiko ataupun carrier anemia agar dapat
melakukan pencegahan
4. Untuk penulis
Sebagai sarana bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai anemia

18
Daftar pustaka

Bulechek M.Gloria.dkk.2013.Nursing Intervention Classification (NIC).Ed.6.Jakarta.


Chang esther.2009. Patofisiologi:Aplikasi pada Praktik Keperawatan.Penerbit buku
Kedokteran EGC.Jakarta.
Hertman T. Heather.dkk.2017.Diagnosis Keperawatan definisi & klasifikasi.Ed.10.Penerbit
buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Mcphee.J.Stephen.dkk.2010.Patofisiologi Prnyakit pengantar menuju Kedokteran
klinis.Ed.5.Penerbit buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Moorhead Sue.dkk.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Ed.5.Jakarta.
Nurarif Huda Amin.dkk.2015.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose mrdis & NANDA
(NIC – NOC). jilid 1.Yogjakarta.
Prasetyono Dwi Sunar.2016.Tanda Bahaya dari Tubuh.Yogyakarta.
Syaifuddin.H.2011.Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kopetensi untuk Keperawatan &
Kebidanan. Ed.4. Penerbit buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Smeltzer Suzanne C.dkk.2001.Buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Brunner &
Suddarth.Vol.2.Ed.8.Penerbit buku Kedokteran EGC.Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai