Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun
komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di antaranya adalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai
organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Dengan
demikian menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare,
dampak negative yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan
komplikasinya.
Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, sebenarnya
masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada kasus ini
difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak diarahkan
pada rehidrasi pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud diare ?
2. Apa sajakah etiologi diare ?
3. Apa sajakah klasifikasi diare ?
4. Bagaimana patofisiologi diare ?
5. Bagaimana pathway diare ?
6. Apa sajakah tanda dan gejala diare ?
7. Apa sajakah pemeriksaan penunjang diare ?
8. Apa sajakah penatalaksanaan diare ?
9. Apa sajakah komplikasi diare ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan teori diare ?
C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut :

1
2

1. Tujuaan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas KeperawatanAnak I
2. Tujuaan khusus
1. Untuk mengetahui difenisi Diare
2. Untuk mengetahui etiologi Diare
3. Untuk mengetahui klasifikasi Diare
4. Untuk mengetahui patofisiologi Diare
5. Untuk mengetahui pathway Diare
6. Untuk mengetahui manifestasi Diare
7. Untuk mengetahui komplikasi Diare
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Diare
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Diare
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Diare

D. Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan Asuhan Keperawatan Diare pada anak
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penuli
c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di dapat tentang
Asuhan Keperawatan Diare pada anak
2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian
materi tentang Asuhan Keperawatan Diare pada anak
3. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang
Asuhan Keperawatan Diare pada anak

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair atau
setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare
adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula
dan lamanya, yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong,
2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman,
1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air
besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan
konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir
saja.
B. Etiologi

1. Faktor Infeksi :
a. Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio Kholera)
b. Virus (Enterovirus)
c. Parasit (Cacing)
d. Kandida (Candida Albicans)
2. Faktor Parentral :
Infeksi di bagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).

3
4

3. Faktor Malabsorbsi :
Karbohidrat, lemak, protein.

4. Faktor Makanan :
Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang
matang.

5. Faktor Psikologis :
Rasa takut, cemas.
C. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14
hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai
lendir dan darah. Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan
frekuensi dan kualitas defekasi.
2. Diare Kronis
Daire kronis adalah diare hilang-timbul atau berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun. Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu.
D. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh
gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam

4
5

jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).
E. Phatway

5
6

F. Tanda dan Gejala


1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mule
2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang
pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa


renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah

6
7

menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai


timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses
Berat feses > 300 gram/24 jam mengkonfirmasi adanya diare. Perhatikan bentuk
tinja, apakah setengah cair, cair, berlemak atau bercampur darah. Diare seperti air
dapat terjadi akibat kelainan pada semua tingkat system pencernaan, terutama
usus halus. Adanya makanan yang tidak tercerna merupakan manifestasi dari
kontak yang terlalu cepat antara tinja dan dinding usus yang disebabkan cepatnya
waktu transit usus. Diare yang bervolume banyak dan berbau busuk menunjukkan
adanya infeksi dan dapat dilakukan pewarnaan gram ataupun kultur.
Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adaya leukosit, eritrosit, parasit.
Apabila dalam feses terdapat >14 gram lemak/24 jam menunjukkan adanya
steatorea. Adanya gelembung lemak mengarah ke penyakit pankreas, dll. Adanya
amilum dalam tinja menunjukkan adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit dalam
tinja menunjukkan ada luka, colitis ulserativa, infeksi, polip atau keganasan.
Leukosit dalam tinja menunjukkan kemungkinan infeksi atau inflamasi usus. pH
tinja < 5,3 (asam) dan tes reduksi (+) menunjukkan intoleransi glukosa, pH 6,0-
7,5 dijumpai pada sindrom malabsorpsi asam amino dan asam lemak.
2. Pemeriksaan darah
Dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap (Hb, Ht, Leukosit, diftel), kadar
elektrolit serum, analisa gas darah (apabila terdapat tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa), fungsi kelenjar tiroid. Diare yang disebabkan virus
memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis. Apabila diare
disebabkan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa memiliki leukositosis.
Eosinofil meningkat pada alergi makanan atau infeksi parasit. Kadar asam folat

7
8

rendah menunjukkan penyakit seliak. Kadar vitamin B12 rendah menunjukkan


pertumbuhan bakteri berliebihan dalam usus halus. Kadar albumin rendah
menunjukkan tanda kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, kolon
dan pada sindrom malabsorpsi. Jika ada kemungkinan kuat penyakit dasar infeksi
HIV pada pasien dengan diare kronik, maka skrining pemeriksaan infeksi HIV
dalam darah penting dilakukan.
3. Pemeriksaan lanjutan
a. Barium enema kontras ganda dan BNO: pemeriksaan barium enema kontras
ganda dilakukan untuk melihat kelainan di kolon dan ileum terminal. BNO
dilakukan untuk melihat adanya kalsifikasi pancreas dan dilatasi kolon.
b. Kolonoskopi dan ileoskopi: membantu dalam menegakkan diagnosis
terutama dalam mendapatkan diagnosis patologi anatomi dengan biopsy
mukosa usus. Dengan kolonoskopi dapat diketahui penyebab diare apakah
keganasan atau inflamasi, dapat ditemukan sudah terjadi displasi atau
keganasan pada colitis yang lama.
c. Barium follow through: pemeriksaan roentgen ini dilakukan bila ada
kecurigaan gangguan pada ileum dan jejunum. Interpretasi gambaran usus
lebih sulit daripada barium enema sehingga gambaran normal belum dapat
menyingkirkan diagnosis.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-
infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.

8
9

4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda
atau lansia.
Menghitung Balance Cairan
Rumus Balance Cairan
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam
makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip,
albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka
hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus
menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan
ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan
sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam
*kalo dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc
24 jam
= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk

Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,


diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak
dengandewasaberbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok
Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M.
Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib
per 24 jam bukan pershift.

9
10

PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA


Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ……cc
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari
kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran
composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T
37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning
kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage
berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1
ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700
cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg
didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input Cairan: Infus = 2000 cc
Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc
Output cairan: Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
- 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL
gunakan rumus :

10
11

IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage =100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc –
3240 cc = -540 cc
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do
(1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat
data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100
x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6
sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah
balance cairan anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-

11
12

2112 cc
Out put cairan: Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan
rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.

IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)


378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc + 34 cc.

TERAPI

1. Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg


klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. Obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Dietetik

a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau
susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
Supportif

12
13

Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

I. Komplikasi

Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yaitu sebagai berikut:


a. Gangguan elektrolit
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat sehingga mengalami gangguan elektrolit
yang sering berupa hipokalemia, hiponatremia.
b. Gangguan keseimbangan asam basa
Pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat yang hilang melalui tinja bisa
menyebabkan asidosis metabolik. Hal ini dapat terjadi dengan cepat pada keadaan
hipovolemi, ginjal gagal melakukan kompensasi kehilangan basa akibat aliran
darah ke ginjal berkurang serta produksi asam laktat yang berlebihan ketika
penderita jatuh pada keadaan syok hipovolemik. Gambaran utama asidosis
metabolik meliputi konsentrasi bikarbonat serum berkurang (<10 mmol/l), pH
arteri menurun (<7,10), nafas cepat dan dalam, adanya muntah.
c. Dehidrasi
Pada diare, pengeluaran cairan melebihi pemasukannya sehingga akan terjadi
defisit cairan tubuh yang dapat menyebabkan dehidrasi. Berdasarkan derajat
dehidrasi maka diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi
ringan sedang dan diare dehidrasi berat. Secara umum dehidrasi bermanifestasi
sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan
warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik.
d. Syok hipovolemik
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat
terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok hipovolemik.
Syok hipovolemik ditandai dengan adanya denyut jantung menjadi cepat, denyut
nadi cepat, tidak kuat angkat, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran
menurun, dan diuresis berkurang.
e. Gagal ginjal akut

13
14

Fungsi ginjal menurun karena terjadi hipoperfusi ginjal yang disebabkan oleh
hipovolemia atau menurunnya volume sirkulasi atau aliran darah ke ginjal.
f. Malnutrisi
Infeksi yang berkepanjangan, terutama pada diare persisten, dapat menyebabkan
penurunan asupan nutrisi, penurunan fungsi absorpsi usus, dan peningkatan
katabolisme sehingga menyebabkan proses tumbuh kembang anak terhambat
yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.
g. Kematian
Tidak sedikit penyakit diare pada anak dapat berujung pada kematian. Hal ini
disebabkan karena keterlambatan dalam penanganan karena sebagian besar kasus
yang dibawa ke pelayanan kesehatan sudah jatuh pada keadaan syok hipovolemi
akibat dehidrasi berat.

J. Askep Teori
1.PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1) Identitas
Pengkajian identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
adalah golongan umur 6-11 bulan..

2) Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x dengan konsistensi encer.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

14
15

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5) Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Kekurangan
gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.

6) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7) Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.

8) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
a Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b Kenaikan lingkar kepala : 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
c Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
b. Perkembangan
a Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :

15
16

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan


kelakuannya, cinta diri sendiri atau egoistik, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan
interpersonal, bermain).

b Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.


Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler


dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya
untuk mandiri (tak tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk
makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan
ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.

c Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepas pakaian sendiri (BM)
9) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun
c. Kepala:
a) Inspeksi : Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema,
perlukaan.
b) Palpasi : nyeri tekan, adanya deformitas, karakter lesi.
d. Rambut:

16
17

a) Inspeksi : warna, kebersihan, tekstur rambut.


b) Palpasi : kekuatan, konsistensi
e. Wajah:
a) Inspeksi : kesimetrisan wajah
b) Palpasi : nyeri tekan, lesi atau perlukaan
f. Mata:
a) Inspeksi : kesimetrisan mata, warna konjungkitva, scelera, pupil,
cekung.
b) Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi.
g. Hidung
a) Inspeksi :adanya perlukaan, kesimetrisan hidung, tanda radang,
pernafasan cuping hidung.
b) Palpasi : nyeri tekan, deformitas
h. Mulut:
a) Inspeksi : kebersihan lidah, tekstur bibir, kelengkapan gigi.
b) Palpasi : perlukaan atau lesi
i. Leher:
a) Inspeksi : adanya pembesaran kelenjar tiroid, kesimetrisan
b) Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi
j. Dada/Thorak
a) Inspeksi :kesimetrisan dada, kedalaman retraksi dada, frekuensi
pernafasan, bentuk dada
b) Palpasi : fremitus kiri dan kanan tidak sama dan terdapat nyeri dada
pada klien
c) Perkusi : terdapat bunyi sonor
d) Auskultasi : suara paru normal dan suara tambahan paru
k. Jantung
a) Inspeksi : amati dan catat bentuk precordial jantung normalnya datar
dan simetris pada kedua sisi
b) Palpasi : rasakan irama dan frekuensi jantung
c) Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi

17
18

d) auskultasi : normalnya s1 dan s2 tunggal


l. Perut/Abdomen
a) Inspeksi : warna,bentuk dan ukuran perut
b) Auskultasi : dengarkan suara bising usus adalah > 30 kali per menit
c) Palpasi :rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati
d) Perkusi : untuk menentukan suara timpani
m. Genetalia
a) Inspeksi : kebersihan, penyebaran mons pubis, lesi atau perlukaan
b) Palpasi : nyeri tekan, tanda radang, perlukaan
n. Kulit dan kuku
a) Inspeksi : kebersihan kulit dan kuku, kelengkapan kuku, warna kulit
dan kuku
b) Palpasi : pada kuku amati CRT dan pada kulit lihat turgor kulit
o. Ekstermitas
a) Inspeksi : amati adanya kelainan tulang, kekuatan otot dan tulang
b) Palpasi : adannya krepitas atau deformitas

10) Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Nyeri akut
c. Integritas kulit
d. Defisit volume cairan dan elektrolit
e. Syok hipovelemik

18
19

f. ansietas
3. Rencana Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Batasan Karakteristik
a. Bising usus hiperaktif
b. Cepat kenyang setelah makan
c. Gangguan sensasi rasa
2) NOC(Status Nutrisi )
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
100401 Asupan Gizi
100402 Asupan Makanan
100408 Asupan Cairan
100403 Energi
100405 Rasio Berat badan / Tinggi Badan
Keterangan:
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menimpang dari rentang normal
3.Cukup menyimpang dari rentang normal
4.Sedikit menyimpang dari rentang normal
5.Tidak menyimpang dari rentang normal
3) NIC
1. Terapi nutrisi
 Monitor intake makanan atau cairan dan hitunglah masukan
kalori perhari sesuai kebutuhan
 Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
 Berikan nutrisi enteral,sesuai kebutuhan
2. Manajemen nutrisi
 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi
 Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi

19
20

 Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien


3. Pengurangan Kecemasan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
 Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
4. Identifikasi resiko
 Pertahankan pencatatan dan statistik yang akurat
 Identifikasi strategi koping yang digunakan
 Pertimbangan fungsi di masa lalu dan saat ini
5. Manajemen berat badan
 Dorong pasienuntuk membuat grafik mingguan berat badannya
 Dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup setiap hari
 Informasikan pasien jika terdapat komunitas manajemen berat
badan
2. Nyeri Akut
1) Batasan Karakteristik
 Ekspresi wajah
 Mengerang dan menangis
 Tidak bisa beristirahat
2) Noc (Tingkat Kecemasan)
Indikator Outcame 1 2 3 4 5
121101 Tidak dapat beristirahat
121105 Perasaan gelisah
121107 Wajah tegang
121111 Masalah Perilaku
121119 Peningkatan tekanan Darah
Keterangan:

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang

20
21

4. Ringan
5. Tidak ada
3) Nic

1. Pemijatan

 Pilih lokasi tubuh yang akan di pijat

 Buka area yang akan di pijat sesuaikebutuhan

 Dorong klien untuk melakukan nafas dalamdan rileks selama


pemijatan

2. pengurangan kecemasan

 gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan

 berikan objek yang menunjukkan perasaan aman

 dengarkan klien

3. pengalihan
 sarankan pasien untuk berlatih tehnik distraksi atau pengalihan
sebelum waktu yang di butuhkan jika menyakinkan
 dorong partisipasi keluarga dan orang terdekat lainnya, serta berikan
pengajaran yang di perlukan
 gunakan satu tehnik pengaliahan atau di gabung dengan tehnik
pengalihan lainnya, yang sesuai
3. Integritas kulit
1) Batasan karakteristik
 benda asing menusuk permukaan kulit
 gangguan volume cairan
 nutrisi tidak adekuat.
2) Noc (Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa)

Indikator Keterangan 1 2 3 4 5

21
22

110101 Suhu kulit

110103 Elastisitas

110104 Hidrasi

110106 Keringat

Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3) NIC

a. Manajemen elekttolit/cairan
1. Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk
atau dehidrasi (misalnya ronchi basah dilapangan paru
terdengar , poliuria atau oliguria, perubahan perilaku, kejang,
saliva berbusa dan kental, mata cekung atau edema, nafas
dangkal dan cepat)
2. Timbang berat badan harian dan pantau gejala
3. Berikan cairan dan sesuai
4. Minimalkan pemberian asupan makanan dan minuman dengan
deuretik atau pencahar (misalnya teh, kopi, plum, supplement
herbal)
5. Jaga infuse intravena yang tepat, tranfusi darah, atau laju aliran
enteral, terutama jika tidak diatur oleh pompa
6. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
7. Monitor tanda tanda vital yang sesuai
b. Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis inteke atau asupan cairan atau serta
kebiasaan eliminasi

22
23

2. Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala


perubahan cairan (misalnya, pusing, sering berubah pikiran,
ngelamun, ketakutan, mudah tersinggung, mual, berkedut)
3. Periksa turgot kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang
seperti tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan
lembut pegang dengan kedua lengan dan lepaskan ( dimana
kulit akan turun kembali dengan cepat jika pasien terhidrasi
dengan baik)
4. Defist volume cairan dan elektrolit
1) Batasan Karakteristik
1. Haus
2. Kelemahan
3. Kulit Kering

2) NOC (Keseimbangan Cairan)

Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
060101 Tekanan darah
060122 Denyut Nadi Radial
060102 Tekanan Vena Sentral
060105 Denyut Perifer

Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3) NIC

23
24

1. Pencegahan pendarahan
 Monitor dengan ketat terjadinyabpendarahan pada pasien
 Pertahankan pasien tetap tirat baring jika terjadi pendarahan
aktif
 Jangan mauk benda apapun sumber pendarahan
2. Pengurangan pendarahan
 Berikan kompres es pada daerah yang terkena dengan tepat
 Beri penekanan secara langsung atau penekana pada balutan jika
sesuai
 Perhatikan kadar hemoglelobin aatau hematorit sebelum dan
sesudah kehilangan darah
3. Perawatan deman
 Monitor warna kulit dan suhu
 Pantau suhu dan tanda- tanda vital lainnya
 Monitor asupan yang keluaran sadari perubahan kehilangan
cairan yang tak dirasakan
4. Manajemen cairan
 Timbang berat badab beri dan monitor setiap hari pasien
 Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
 Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi jika perlu
5. Monitor cairan
 Monitor berat badan
 Monitor asupan dan pengeluaran
 Berikan dialisasi dan catat raeksi pasien
5. Syok hipovelemik
1) Batasan karakteristik
 Hipoksia
 Hipotensi
 Infeksi
2) NOC

24
25

Indikator Outcame 1 2 3 4 5
041916 Pucat
041919 Kehausan
041921 Kebingungan
041922 Lesu
041923 Penurunan tingkat kesadaran
3) NIC
 Kontrol Infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
2. Pakai sarung tangan sterildengan tepat
3. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
 Indifikasi Resiko
1. Indentifikasi strategi koping yang digunakan atau khas
2. Kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian resiko secara rutin
3. Pertahankan pencatatan dan statistic yang akurat
 Pencegahan syok
1. Monitor tekanan oksimetri
2. Monitor suhu dan respirasi
3. Monitor gula darah dan terapi insulin,sesuai kebutuhan
 Pemasangan Infus
1. Ferivikasi instruksi untuk terapi iv
2. Beritahukan pasien mengenai prasedure
3. Pertahankan teknik aspektif dengan sesama
 Monitor Pernafasan
1. monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
2. catat lokasi irakea
3. palpasi kesismetrisan ekspansi paru
6. Ansietas
1) Batasan Karakteristik
a. Gelisah
b. Distress

25
26

c. Gemetar
2) NOC
Indicator Keterangan 1 2 3 4 5
200701 Afek tenang
200720 Lingkungan fisik
200721 Suhu ruangan
200723 Relaksasi otot
200704 Suhu tubuh

3) NIC
1. Teknik menenangkan
 ]Berada di sisi klien
 Pertahankan sikap yang tenang dan berhati hati
 Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
2. Pengurangan stress relokasi
 Dukung penggunaan strategi koping
 Nilai kebutuhan atau ke inginan individu dalam hal dukungan
social
 Eksplorasi jika individu telah berpindah sebelumnya
3. Manajemen prilaku menyakiti diri
 Tentukan motif atau alasan tingkah laku
 Pindahkan barang yang berbahaya dari lingkungan sekitar pasien
 Komunikasikan resiko pada petugas ke sehatan lainnya

26
27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.

Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus besar,
maka muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah
adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan
nausea.

Dari masalah tersebut, dipilih beberapa tindakan penatalaksanaan, diantaranya :

1. Banyak minum (oralit)

27
28

2. Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)


3. Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan metronidazole)
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal
carboadsorben
7. Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
8. Cegah komplikasi

B. Saran
1. Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena diare.
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang penyakit.
3. Masaklah air minum sampai mendidih.
4. Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan.
5. Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil(BAK) di kakus(WC).

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.
Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing


Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina Hany.
Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk.
Jakarta : EGC.

28
29

29

Anda mungkin juga menyukai