Anda di halaman 1dari 54

GANGGUAN

HEMATOLOGI
 Darah tersusun dari 2 bagian, yaitu plasma
darah (55%) dan sel darah (45%).
 Perbandingan bagian yang padat dan cair ini
disebut nilai hematokrit

DARAH  Nilai hematokrit bervariasi, normalnya


adalah 40-50% pada pria dewasa, 35-45%
pada wanita dewasa, 35% pada anak-anak di
atas 10 tahun, dan 40-60% pada anak-anak.
 Nilai hematokrit dapat mencerminkan
volume total eritrosit
FUNGSI DARAH
1. Sebagai Alat Pengangkut
a. Eritrosit berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke jantung dan ke seluruh
sel-sel tubuh;
b. plasma darah mengangkut:
i. sari makanan dari usus ke hati kemudian ke seluruh tubuh;
ii. karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru;
iii. urea dari hati ke ginjal untuk dikeluarkan;
iv. hormon dari kelenjar hormon keseluruh tubuh;
2. Leukosit berfungsi untuk membunuh bibit-bibit penyakit.
3. Trombosit berfungsi untuk pembekuan darah.
4. Menjaga kestabilan suhu tubuh. Suhu tubuh manusia berkisar 37,0 C, walaupun suhu
lingkungan meningkat atau menurun. Hal ini dikarenakan penyebaran energi panas yang
secara merata dilakukan oleh darah.
Darah arteri maupun vena

WHOLE Memiliki karakteristik yang sama

BLOOD
2. Viskositas lima
1. Temperatur rata2 3. PH alkali, 7.35 –
kali lebih besar dari
380 C 7.45
viskositas air.

Volume : 5-6 L (pria)., 4-5 (wanita)


Sel darah ada 3 macam, yaitu :
1. sel darah merah (eritrosit),
2. sel darah putih (leukosit),
3. keping darah / platelets
(trombosit).
ANEMIA
 Anemia merupakan keadaan dimana eritrosit dan atau hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh
 Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit dibawah nilai normal
EPIDEMIOLOGI
 Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia
menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara negara
sedang berkembang.
 Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar
32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi
oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.
 Pada lansia penderita anemia,berbagai penyakit lebih mudah timbul dan
penyembuhan penyakit akan semakin lama (WHO, 2015).
ETIOLOGI
 Anemia merupakan suatu keadaan kronis yang dikarakterisasi dengan penurunan hemoglobin atau sel
darah merah yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Selain
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, anemia juga dikarakterisasi dengan penurunan hematokrit
atau hitung eritrosit (red cell count).
 Anemia bisa terjadi karena:
a) Defisiensi Fe: diakibatkan oleh kegagalan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi fisiologis.
b) Defisiensi vitamin B12: akibat asupan makanan yang tidak mencukupi, gejala malabsorpsi atau absorpsi
yang menurun dan pemanfaatan yang tidak mencukupi juga dapat menimbulkan anemia.
c) Defisiensi asam folat: ketika produksi asam folat terbatas (Hyperutilization ).
d) Anemia cronic disease (ACD): merupakan respon terhadap rangsangan dari sistem kekebalan
tubuh selular oleh berbagai proses penyakit yang mendasarinya. Hal ini bisa terjadi akibat gangguan
fungsi sumsum tulang.
e) Anemia akibat gangguan periferal (hemolitik): akibat berkurangnya masa hidup dari RBC (Dipiro et
al., 2008)
PATOFISIOLOGI
Anemia dapat terjadi karena :
 Kehilangan darah berlebih  Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena
penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid.
 Pendarahan kronis : Pendarahan vagina , Peptic ulcer , Parasit intestinal , Aspirin dan
OAINS lain
 Destruksi berlebihan sel darah merah : Antibodi sel darah merah , Obat-obatan ,
Sequestrasi berlebihan pada limpa
 Produksi eritrosit kurang
 Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein)
 Kondisi infiltrasi sumsum tulang : Limfoma, Leukemia , Mielofibrosis , Karsinoma
 Abnormalitas endokrin :Hipotiroid, Insufisiensi adrenal, Insufisiensi Pituitary
 Penyakit ginjal kronis
 Penyakit inflamasi kronis : Granulomatous disease, Collagen vascular disease
 Penyakit hati
KRITERIA ANEMIA
 Kriteria Anemia menurut WHO
 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL
 Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL
 Wanita hamil Hb < 11 gr/dL
 Menurut WHO, dikatakan anemia bila kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dL selama
kehamilan dan di bawah 10 gr/dL pasca melahirkan.
 GEJALA KLINIS DAN DATA KLINIK
Gejala klinis tergantung penyebab anemia, dan individu
1. Anemia akut: Gejala kardiorespiratori seperti takikardi, kepala terasa ringan, dan
sesak napas.
2.  Anemia kronis : Rasa lelah, letih, vertigo, pusing, sensitif terhadap dingin, pucat.
3. Anemia hipokromik Rasa tak enak di lidah, penurunan aliran saliva, pagophagia
(compulsive eating of ice).
4. Anemia megaloblastik  : Kulit pucat, ikterus, atropi mukosa gastrik.
 (Dipiro, et al., 2008).
KLASIFIKASI ANEMIA
Makrositik
Morfologi Mikrositik/Hipokromik
Normokromik/Normokrom
Megaloblastik
Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Anemia
Inflamasi
Hemolitik

Usia
Lainnya
Perdarahan
ANEMIA BERDASARKAN MORFOLOGI
 Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan
ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya.
 Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
 Anemia Mikrositik Hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah kecil
mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV
maupun MCHC rendah ).
 Anemia Makrositik normokrom adalah ukuran sel-sel darah merah lebih
besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV
Meningkat, MCHC normal)
 Anemia Normositik Normokrom adalah ukuran dan bentuk sel-sel darah
merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal
( MCV dan MCHC normal atau rendah ) .
ALGORITMA DIAGNOSIS ANEMIA
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK
 Anemia mikrositik hipokrom
adalah suatu keadaan kekurangan
besi (Fe) dalam tubuh yang
mengakibatkan pembentukan
eritrosit atau sel darah merah
mengalami ketidakmatangan
(imatur).
 Sel darah merah yang terbentuk
ukurannya lebih kecil dari normal
dan hemoglobin dalam sel darah
merah berjumlah sangat sedikit.
 Penyebab Defisiensi zat besi,
akibat penyakit kronis,
thalassemia, anemia sideroblastik
ANEMIA MAKROSITIK

 Makrositik berarti ukuran eritrositnya


besar. Biasanya karena proses
pematangan eritrositnya tidak
sempurna di sumsum tulang. Bila
eritrosit matang, ukurannya semakin
kecil, tapi karena tidak matang,
ukurannya lebih besar.
 Penyebab: defisiensi asam folat dan
vitamin B12, gangguan hepar,
hormonal atau gangguan sumsum
tulang dalam hematopoesis.
 Akibat gangguan ini eritrosit menjadi
besar /makrositik (MCV > 100 fl)
yang mudah pecah.
 Contoh: anemia megaloblastik .
ANEMIA NORMOSITIK
NORMOKROM
 Anemia Normositik Normokrom
merupakan jenis anemia dimana ukuran dan
bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam  jumlah
yang normal tetapi individu menderita
anemia.
 Penyebab anemia normokrom normositer
(MCV' didalam batasan normal, 80-100),
antara lain:
 Pasca perdarahan akut
 Anemia aplastic-hipoplastik
 Anemia hemolitik yang didapat
 Akibat penyakit kronis
 Anemia mieloplastik 
 Gagal ginjal kronis
 Mielofibrosis
 Sindroma mielodisplastik 
 Leukemia akut
PENGUJIAN LABORATORIUM DIAGNOSIS ANEMIA :

  Hitung darah lengkap atau Complete blood count (CBC) dengan


menghitung jumlah sel darah merah (hemoglobin, hematokrit, jumlah
retikulosit), 
 Hitung indeks sel darah merah (MCV, MHC, MCHC, RDW).
 Hitung sel darah putih dan jumlah besi dalam tubuh (RBC, Retikulosit,
hapusan darah periferal, serum feritinin) (Harrison, 2008).
Nilai Normal Indeks Darah
INDEKS ERITROSIT
 Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah
yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu
dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai normal HMT:
 Anak                                      : 33-38%
 Laki-laki Dewasa               : 40-50%
 Perempuan Dewasa       : 36-44%

 Kapasitas ikatan besi total (TIBC), besi serum (serum iron/SI)


dan Ferritin digunakan untuk menentukan cadangan besi dalam
tubuh
INDEKS ERITROSIT
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV  = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)  Normal 80-96 fL (femtoliter)

2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) Normal 27-33 pg (pikogram)

3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit


rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)  Normal 33-36 g/dL

4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)


RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan
terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan
nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia
hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel
mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100  Nilai normal rujukan 11-15%
• Hemoglobin, protein yang membawa oksigen dalam sel darah merah.

• Hematokrit, yaitu persentase jumlah sel darah merah dalam volume darah. Kadar hematokrit yang rendah

dapat menunjukkan kurangnya zat besi dalam tubuh yang sebenarnya dibutuhkan untuk memproduksi sel
darah merah. Sedangkan kadar hematokrit tinggi dapat menandakan bahwa tubuh mengalami dehidrasi atau
kondisi lain.

• MCV (mean corpuscular volume), yaitu perhitungan ukuran rata-rata sel darah merah. Nilai MCV yang

terlalu tinggi dapat mengindikasikan kekurangan vitamin B12 atau folat dalam darah. Sebaliknya, jika
terlalu rendah, dapat mengindikasikan bahwa pasien mengidap salah satu jenis anemia.

• MCH (mean corpuscular hemoglobin), yaitu perhitungan jumlah rata-rata hemoglobin di dalam sel darah

merah.

• MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration) adalah perhitungan seberapa padatnya molekul

hemoglobin dalam sel darah merah.

• RDW (red cell distribution width) merupakan perhitungan untuk melihat variasi ukuran sel darah merah.
Hitung Retikulosit

Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA, organela, dan
mitokondria) yang berbentuk seperti jala  untuk mengevaluasi sumsum tulang, retikulosit
meningkat menandakan eritropoiesis yang aktif
TERAPI ANEMIA

Tujuan Terapi Anemia :


 Mengurangi gejala yang dialami pasien dan meningkatkan produktivitas
serta kualitas hidup
 Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia
(mengembalikan substrat yang dibutuhkan dalam produksi eritrosit)
 Mencegah kekambuhan anemia
 Mencegah kematian (pada pendarahan hebat)
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Terapi non farmakologi untuk membantu penyembuhan,


yaitu dengan cara sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
seperti sayuran, daging, ikan dan unggas.
b)  Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang
mengandung vitamin B12 dan asam folat sebagai terapi
profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin
B12 ataupun asam folat.
c) Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan
transfusi sel darah merah (Wells et al., 2006).
Sumber Makanan yang mengandung
Vitamin B12
TERAPI
FARMAKOLOGIS
VITAMIN B12
Terapi Farmakologi defisiensi Vitamin B12
 Vitamin B12 (1-2 mg)
 Injeksi Cyanocobalamin 1000 mcg tiap hari
selama 1 minggu, kemudian seminggu sekali
selama satu bulan, dilanjutkan sebulan sekali (IM
1000 mcg/hari)
 Nasal spay 1 kali seminggu
TERAPI FARMAKOLOGIS
ASAM FOLAT
Makanan sumber asam
folat :
TERAPI
FARMAKOLOGIS
BESI (FE)
Suplemen zat besi
 Dalam bentuk Fe (2+) Sulfat, laktat, fumarat,
Suksinat, Glisin, glutamat dan glukonat  lebih
mudah diabsorpsi di duodenum
 Kombinasi dengan vitamin C  >> absorpsi
 Dosis : 200 mg terbagi 2-3x sehari
 Digunakan satu jam sebelum makan  hindari
interaksi dengan makanan
ANEMIA INFLAMASI
 Anemia inflamasi atau anemia chronic disease adalah anemia hipoproliferatif yang
berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi, kerusakan jaringan dan kondisi
yang terkait dengan pelepasan sitokinin pro inflamasi
TERAPI FARMAKOLOGIS
Terapi farmakologis untuk anemia inflamasi :
 Transfusi darah
 Erythropoesis-stimulating agents (ESAa)
 Epoetin alfa : 50-100 units/ kg (3 x 1 minggu)
 Darbepoetin alfa : 0,45 mcd/kg (1 x 1 minggu)
ANEMIA HEMOLITIK
 Anemia yang terjadi karena proses haemolisis ,

 Terjadi pemecahan eritrosit sebelum waktunya (normal 100-120 hari)

 Etiologi : Defisiensi enzim Glukosa -6 -phosphat dehidogenase (G6PD) yang bekerja pada jalur
fosfat pentosa metabolisme karbohidrat
 Tanda klinis :
 Palor
 Urine berwarna gelap
 Demam
 Kelemahan
 Kebingungan
 Intoleransi aktifitas fisik
TERAPI ANEMIA HEMOLITIK

 Hindari paparan zat oksidan yang


mencetuskan hemolisis  ditanyakan pada
pasien pada anamnesis
 Pada haemolisis berat diperlukan transfusi
darah
ANEMIA BERHUBUNGAN DENGAN USIA

Etiologi

Geriatri Pediatri

 Fungsi fisiologis menurun  Kekurangan Hb saat lahir

 Penyakit kronis  Darah abnormal


 Penurunan produksi EPO
 Defisiensi faktor instrinsik
 Kelahiran premature
 Disregulasi sitokin proinflamasi (IL-6)
 Kehilangan darah
-> inhibisi produksi EPO dan interaksi
dengan reseptor  Hemolisis
TERAPI FARMAKOLOGI PADA PEDIATRI

 Transfusi darah pada bayi prematur


 Ferous sulfat (umur 9-12 bulan)  Dosis : 3mg/kg (2x 1 hari)
selama 4 minggu
 Asam folat  Dosis : 1-3 mg (setiap hari)
LEUKEMIA
 Leukemia adalah kondisi kesehatan ketika tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih
atau disebut juga leukosit yang abnormal.
 Leukemia dikenal dengan kanker darah adalah salah satu klasifikasi dalam penyakit kanker
pada darah atau sumsum tulang, ditandai dengan pertumbuhan secara tak terkendali dari sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Hal ini umumnya terjadi di leukosit
atau sel darah putih.
ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi terdapat factor predisposisi yg menyebabkan
terjadinya leukemia
1. Faktor genetik : Virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Human T-
Cell Lymphomatic/Leukimia Virus (HTLV))
2. Radiasi
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik
4. Faktor herediter
5. Kelainan kromosom misalnya pada Down Syndrom
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
1. Leukimia mieloblastik

- Leukimia mieloblastik Akut/Acute Mieloid leukemia (LMA/AML)


Angka kejadian 80% leukimia akut pada orang dewasa, berifat mendadak atau progresif dalam masa 1-
6 bulan, jika tidak diobati kematian kira-kira 3-6 bulan. Insidensi pada pria dan Wanita 3:2

- Leukimia Mieloblastik Kronik/Chronic Mieloid Leukemia (LMK/CML)


Paling sering terjadi pada usia 20-60 tahun, puncak kejadian pada umur 40 tahun, dapat juga terjadi
pada anak-anak

Leukimia mieloblastik dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker disumsum
tulang dan kemudian menyebar keseluruh tubuh. Sehingga sel darah putih diproduksi diberbagai organ
ekstramedular terutama di nodus limfe, limpa dan hati
2. Leukimia limfoblastik
Leukimia Limfoblastik Akut/ Acute Lymphocytic leukemia (LIA/ALL)

Merupakan kanker darah yang paling sering menyerang anak-anak berumur dibawah 15 tahun,
dengan puncak insidensi antara umur 3-4 tahun, insidensi pria dan Wanita 5:4

Leukimia Limfoblastik Kronik/ Chronic Lymphocytic Leukemia (LLK/CLL)

Sering ditemukan pada kelompok umur tua (sekitar 60 tahun), insidensi pria dan Wanita 2:1

Leukimia limfogenosa disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, biasanya
dimulai dalam nodus limfe atau jaringan limfogenosa yang lain dan selanjutnya menyebar ke
area tubuh
LEUKIMIA MIELOBLASTIK AKUT/ACUTE
MIELOID LEUKEMIA (LMA/AML)

Demam dan infeksi terjadi akibat neutropenia


Kelemahan dan keletihan akibat anemia
Perdarahan akibat trombositopenia
Nyeri akibat pembesaran hati atau limpa
Hyperplasia gusi dan nyeri tulang akibat perluasan sumsum tulang
Darah perifer menunjukkan penurunan jumlah eritrosit dan jumlah trombosit
LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT/ ACUTE
LYMPHOCYTIC LEUKEMIA (LIA/ALL)

Limfosit imatur mengalami proliferasi di dalam sumsum tulang dan menghambat perkembangan
sel myeloid normal.
Penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit
Nyeri akibat pembesaran hati satu limpa dan nyeri tulang
Sakit kepala dan muntah karena gangguan pada meningens
LEUKIMIA MIELOBLASTIK KRONIK/CHRONIC
MIELOID LEUKEMIA (LMK/CML)

Jumlah leukosit sangat tinggi menyebabkan sesak napas dan disorientasi karena leukositosis
Pembesaran limpa disertai nyeri
Anoreksia dan malaise
Nyeri tulang
Demam
Penurunan berat badan
Anemia dan trombositopenia
LEUKIMIA LIMFOBLASTIK KRONIK/ CHRONIC
LYMPHOCYTIC LEUKEMIA (LLK/CLL)

Limfositosis
Jumlah eritrosit dan trombosit normal atau menurun
Limfadenopati
Demam, berkeringat (Terutama di malam hari),
Penurunan berat badan
Penurunan atau tidak adanya reaksi terhadap uji sensitivitas kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Fisik : memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening, limpa dan hati
 Tes Darah : Sel darah putih, sel darah merah, Hemoglobin, trombosit dll
 Biopsi : Bone marrow aspiration (penyedotan sumsum tulang), Bone marrow biopsy (biopsy
sumsum tulang)
 Cytogenetics : Melihat kromosom-kromosom sel dari sumsum tulang atau kelenjar getah
bening
 Chest X-Ray
 Spinal tap : mengankat beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang-ruang di
sekitar otak dan sumsum tulang belakang)
TATALAKSANA
KEMOTERAPI
Adalah salah satu metode pengobatan kanker dengan menggunakan zat kimia atau obat-obatan
yang dimasukkan kedalam tubuh dengan media infus, atau diminum dalam bentuk tablet dengan
tujuan :
Meringakan gejala : kemoterapi dapat memperkecil tumor yang mengakibatkan rasa sakit
Mengendalikan : kemoterapi dapat mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan,
sekaligus menghacurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh yang lain
Menyembuhkan : kemoterapi dapat menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna dan
mencegah berkembangnya kanker di dalam tubuh lagi
Efek samping kemoterapi
Lemas
Rambut rontok
Hilang nafsu makan
Mual & muntah
Kulit kering
Gampang memar
Gusi berdarah
Sulit tidur
Konstipasi/diare
1. Alkilator
Obat-obat ini merusak DNA
sehingga mengganggu replikasi
sel tumor.
2. Antimetabolit
Suatu zat yang dapat mengganggu
sintesis biologi DNA dan RNA dengan
menghambat enzim-enzim
pertumbuhan yang dibutuhkan
3. Produk alam, Alkaliod tumbuh-
tumbuhan
Berasal dari tumbuhan periwinkle,
yang berfungsi untuk mengganggu
pembentukan pilihan mitosis dan
menghentikan pembelahan sel pada
stadium metfase
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai