Anda di halaman 1dari 27

Konsep Kematian, Kehilangan &

Berduka
Konsep kematian, kehilangan dan berduka
Pertemuan 3.1
YAYAH KARYANAH S.Sos, MM
NAMA PRODI & FAKULAS
Konsep kematian
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh
manusia.Pemahaman akan kematian mempengaruhi sikap
dan tingkah laku seseorang terhadap kematian. Selain
pengalaman, pemahaman konsep kematian juga
dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan lingkungan
sosial budaya
konsep tentang mati

a. Mati sebagai berhentinya darah mengalir


b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh
c.  Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen
d.  Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar
dan melakukan interaksi social
a. Mati sebagai berhentinya darah mengalir
Dalam PP No. 18 tahun 1981 dinyatakan bahwa mati adalah
berhentinya fungsi jantung dan paru-paru. Namun criteria
ini sudah ketinggalan zaman. Dalam pengalaman
kedokteran, teknologi resusitasi telah memungkinkan jatung
dan paru-paru yang semula terhenti dapat dipulihkan
kembali
b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh
Konsep ini menimbulkan keraguan karena, misalnya, pada
tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian
menimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik
kembali
c.  Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen
• Konsep inipun dipertanyakan karena organ-organ berfungsi
sendiri-sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati.
Untuk kepentingan transplantasi, konsep ini
menguntungkan. Namun, secara moral tidak dapat diterima
karena kenyataannya organ-organ masih berfungsi
meskipun tidak terpadu lagi
d.  Hilangnya manusia secara permanen untuk
kembali sadar dan melakukan interaksi social

• Bila fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik


atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa
menit, dan otak merupakan organ besar pertama yang
menderita kehilangan fungsi yang ireversibel, karena alasan
yang belum jelas. Organ-organ lain akan mati kemudian
Kematian menurut Budaya yang berbeda
• Kastenbaum (2009): setiap budaya memiliki sistem kematian
yang melibatkan komponen orang, tempat, waktu, objek dan
simbol.
• Sebagian besar budaya memandang kematian bukan akhir
dari keberadaan seseorang, kehidupan spiritual terus
berlangsung.
• Sebagian masyarakat memiliki keyakinan filosofis/religius
tentang kematian dan memiliki ritual menghadapi kematian
Isu-isu dalam mementukan kematian
Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga fase:
1.Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut
jantung teratur
2.Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi masih
mungkinnya dilakukan penyelamatan
3.Kematian (mortality), atau kematian permanen
lanjutan
• Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui
sebagai penentu kematian, tapi tidak selalu bisa
memecahkan dilema kapan pengobatan harus dihentikan
untuk pasien tidak terobati yang tetap dalam keadaan
vegetatif tetap (presistent vegetative state)
• Mati otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di
mana seseorang dikatakan mati otak ketika semua aktivitas
elektris otak telah berhenti selama beberapa waktu tertentu
Keputusan hidup, mati dan
perawatan kesehatan
• Advance directives prosedur yang dapat mempertahankan
hidup boleh dilepas apabila kematian akan terjadi tidak
lama lagi (imminent)
• Euthanasia(“kematian yang mudah” atau “membunuh
karena kasih”) tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit
atas seseorang penderita penyakit yang tidak bisa
disembuhkan atau cacat yang parah.
1.Euthanasia pasif menghentikan penanganan-penanganan
yang dulunya diberikan
2.Euthanasia aktif kematian disebabkan dengan sengaja,
seperti menginjeksi obat dengan dosis mematikan
lanjutan
• Meninggal dengan indah kenyamanan fisik, dukungan dari
orang dicintai, perawatan kesehatan yang memadai,
menerima datangnya kematian dan tidak menjadi beban
bagi orang lain.
• Hospiceprogram yang berkomitmen untuk mengusahakan
berakhirnya hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi
yangmenekankan pada perawatan untuk meredakan
(palliative care) bukan untuk memperpanjang hidup.
• Palliative care  usaha mengurangi rasa sakit dan
penderitaan, serta membantu individu meninggal secara
bermartabat
Penyebab kematian
Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang kehidupan
manusia
• Kanak-kanak kecelakaan,penyakit
• Remaja  kecelakaan, bunuh diri, dibunuh
• Orang-orang muda kecelakaan
• Orang dewasa kanker, disusul penyakit jantung
• Usia 75-85 tahun keatas  penyakit jantung
Sikap terhadap kematian
pada beberapa fase pada masa hidup
• Bayi belum memiliki konsep mengenai kematian.
• Anak-anak prasekolah  belum memiliki konsep yang baik
mengenai kematian, kadang-kadang menyalahkan diri
sendiri atas kematian seseorang.
• Di awal masa sekolah  mulai mengembangkan orientasi
yang realistis mengenai kematian.
• Remaja  memiliki pandangan yang lebih abstrak dan
filosofis mengenai kematian dibandingkan anak-anak dan
dapat mengabaikan kematian
lanjutan
Sikap kematian dapat bervariasi di antara orang-orang dewasa
di segala usia.
• Dewasa awal belum ada bukti seseorang mengembangkan
orientasi yang khusus mengenai kematian
• Dewasa menengah  lebih sadar mengenai kematian dan
kecemasan karena kematian
• Lanjut usia  memperlihatkan kecemasan kematian yang
lebih rendah dibandingkan dewasa menengah, lebih sering
mengalami dan bercakap-cakap mengenai kematian.
• Kematian anak-anak dan orang-orang muda sering dipandang
sebagai suatu peristiwa yang lebih tragis dibandingkan
kematian orang-orang yang sudah sangat tua, yang telah
memiliki kesempatan untuk hidup lama.
Tahap2 menjelang kematian
menurut kubler-roos
PENOLAKAN DAN ISOLASI
Menyangkal akan meninggal, merupakan mekanisme
pertahanan diri dan bersifat sementara
MARAH
Penyangkalan memunculkan kemarahan, kebencian, kegusaran
dan iri hati. Sasaran kemarahan, yaitu dokter, perawat,
anggota keluarga, Tuhan
MENAWAR
Berharap kematiannya ditunda, berjanji mendedikasikan
hidupnya pada Tuhan atau melayani orang lain
DEPRESI
Mulai menerima kepastian atas kematiannya, menjadi
pendiam, menolak dikunjungi, menangis dan berduka

MENERIMA
Akhir perjuangan menjelang kematian, mengembangkan
rasa damai, menerima nasibnya, perasaan dan rasa sakit
pada fisik mulai hilang
KEHILANGAN DAN BERDUKA

Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun


potensial yang dapat dialami individu ketika
terpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan
dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Bentuk – bentuk kehilangan
1. Kehilangan yang nyata (actual loss)
– kehilangan orang atau objek yang tidak lagi
dirasakan, dilihat, diraba
Ex. Kehilangan anggota tubuh, anak, peran,
hubungan.

2. Kehilangan yang dirasakan (Perceived loss)


– kehilangan yang sifatnya unuk menurut orang
yang mengalami kedukaan.
Ex. Kehilangan harga diri, percaya diri
Jenis kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang
berarti
4. Kehilangan suatu aspek diri
5. Kehilangan hidup
Dampak kehilangan
1. Anak – anak
kehilangan dapat mengancam untuk berkembang 
regresi  takut ditinggal dan sepi
2. Remaja atau dewasa muda
kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi dalam
keluarga
3. Dewasa tua
kehilangan khususnya kematian pasangan hidup 
pukulan berat dan menghilangkan semangat
BERDUKA

• BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang


terpola spesifik pada individu yang mengalami
kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui
proses berduka individu mampu memutus ikatan
dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan
dengan benda/orang baru. Berduka bisa mencakup
aspek fisik/psikologis, kognitif dan perilaku
BERDUKA
• Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan.
• Berduka diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada
masing-masing orang dan didasarkan pengalaman pribadi,
ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.
• Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan
dan berduka.
• Berkabung terjadi dalam masa kehilangan dan sering
dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan .
Jenis berduka
1. Berduka normal
Perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
2. Berduka antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan sesungguhnya terjadi.
3. Berduka yang rumit
Seseorang sulit maju ke tahap berikutnya.
Berkabung tidak kunjung berakhir.
4.Berduka tertutup
Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka
6 (Enam) tingkatan Berduka
1. Syok
2. Tidak yakin
3. Mengembangkan kesadaran diri
4. Restitusi
5. Mengatasi kehilangan
6. Idealisasi dan hasil
• Proses berduka: Fase awal
Dimulai dengan adanya kehilangan spt kematian. Berlangsung
beberapa minggu Reaksi : syok, tidak yakin atau tidak percaya
perasan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung
Berakhir setelah beberapa hari Kembali berduka berlebihan
Menangis dan ketakutan

• Fase Pertengahan
Dimulai : kira-kira 3 minggu sesudah kematian berakhir :
kurang lebih 1 tahun Pola tingkah laku yang ditunjukan: a.
Perilaku obsesi, meliputi : pengulangan pikiran tentang
peristiwa kematian. b. Suatu pencarian arti dari kematian
lanjutan
Fase Pemulihan Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun.
Individu memutuskan untuk tdk mengenang masa lalu.
Meningkat partisipasi pada kegiatan sosial

Anda mungkin juga menyukai