Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENJELANG

AJAL

“KEMATIAN MERUPAKAN BAGIAN YANG ALAMI DARI


KEHIDUPAN”

Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secara individual. Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat
menyebabkan banyak reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai, kesepian,
pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan suatu pengalaman yang luar
biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang menjelang ajal dan keluarga, teman serta pemberi
asuhan mereka. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam
konteks kultur mereka sehingga kehidupan klien dapat berlanjut.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita.

TUJUAN :
Membantu pasien meninggal dengan tenang, terhormat, bebas dari rasa cemas
dan nyeri

SAKRATUL MAUT
 Bagian dari hidup
 Proses dari kelahiran sampai meninggal

BEBERAPA REAKSI TERHADAP PENYAKIT TERMINAL


 Beberapa pasien mungkin masih punya waktu untuk kematian psikologis,
mereka mungkin akan menyerah pada keadaan
 Beberapa orang mencari cara untuk mengurangi nyeri dan gangguan
emosional dari penyakit yang lama serta menunggu kematian dengan
tenang
 Sebagian lagi menjadi takut atau marah dan menunjukkan suasana hati
yang bergeser dari menolak sampai depresi
 Sebagian yang lain mencoba mencapainya, mencoba mengungkapkan
perasaannya dan pikirannya tentang masa depan yang tidak pasti
 Yang lain putus asa dan cemas atau periode mencari, pertanyaan yang
masih kabur
PERAWAT HARUS MENERIMA PERILAKU
PASIEN DENGAN PENGERTIAN DAN
INTERPRETASIKAN KEBUTUHAN YANG
SEBENARNYA

KEHILANGAN, BERDUKA, dan KEMATIAN

KEHILANGAN
Kehilangan tidakselalu oleh kematian tetapi semua kehilangan disertai putus hubungan
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

TIPE KEHILANGAN :
1. Kehilangan cinta seseorang / orang yang dicintai
2. Kehilangan diri sendiri ( bodi, kepribadian yang dimiliki seseorang, gambaran mental,
dll)
3. Kehilangan obyek ( mobil, rumah, dll)

Kehilangan Obyek Eksternal


Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri atau
rusak karena bencana alam. Bagi anak-anak kehilangan boneka, selimut, dll. Sedangkan orang
dewasa mungkin kehilangan perhiasan, motor, hap, dll. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang tergantung pada nilai dan kegunaan yang dimiliki benda tersebut.

Kehilangan Lingkungan yang telah dikenal


Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan, yang mencakup meninggalkan lingkungan
tersebut atau kepindahan permanen. Misalnya pindah ke kota baru, mendapatkan pekerjaan baru,
atau perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dengan lingkungan yang telah
dikenal dapat melalui situasi :
 Maturasional ( seorang lansia pindah ke panti werda, rumah perawatan)

• Situasional ( mengalami cedera / penyakit, kehilangan rumah karena bencana alam )


Perawatan mengakibatkan seseorang merasa di isolasi dari kejadian rutin. Peraturan rumah sakit
membuat suatu lingkungan yang impersonal dan demoralisasi. Kesepian akibat lingkungan yang
tidak dikenal mengancam harga diri dan membuat berduka menjadi lebih sulit.

Kehilangan orang terdekat


Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara kandung, guru,
pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja, bahkan mungkin hewan peliharaan, dan mungkin juga
artis atau atlet idolanya. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah, melarikan diri,
promosi di tempat kerja, dan kematian.
Kehilangan Aspek Diri :
Dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Kehilangan bagian
tubuh seperti anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fisiologis mencakup
kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi sensoris.
Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri,
kekuatan respeks, atau cinta. Kehilangan ini dapat terjadi akibat penyakit, cedera, atau perubahan
perkembangan atau situasi. Kehilangan ini dapat menurunkan kesejahteraan individu. Orang
tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan harga diri.

Kehilangan Hidup :
Perhatian utama sering bukan pada kematian tetapi mengenai nyeri dan kehilangan
kontrol. Sebagian besar orang takut akan kematian dan gelisah mengenai kematian. Setiap orang
berespons berbeda terhadap kematian :
• Orang yang menderita penyakit kronis lama dapat mengalami kematian sebagai peredaan
• Sebagian menganggap kematian jalan menuju bersatu di surga dg orang yang dicintai
• Sedangkan orang lain takut perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau cedera. Ketakutan akan
kematian sering menyebabkan individu menjadi ketergantungan.

Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh :


 Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
 Tahap perkembangan

 Kekuatan/koping mekanisme
 Support system

RESPONS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHILANGAN :

1. Sakit kepala
2. Nafsu makan menurun atau meningkat
3. Perubahan kebiasaan BAB dan BAK
4. Perubahan pola tidur dan mimpi
5. Sesak nafas dan mulut kering
6. Tercekik pada tenggorokan dan / dada
7. Kelemahan otot
8. Tidak enak badan
9. Marah dan permusuhan
10. Kesalahan dan menyalahkan diri sendiri
PERAWAT
1. Menganjurkan pasien bicara tentang perasaan dan kehilangannya : ijinkan
Expresi feeling (menangis, marah )
2. Dengarkan pasien
3. Memberi bantuan dan informasi yang diperluksn
4. Menenangkan pasien bahwa berduka adalah proses normal
5. Menghormati agama, kultur. dan sosial pasien

BERDUKA, BERKABUNG dan KEHILANGAN KARENA KEMATIAN


Istilah berduka, berkabung dan kehilangan karena kematian sering digunakan
tumpang tindih. Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan pikiran, perasaan dan
aktivitas yang mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup berduka dan berkabung. Berduka
merupakan reaksi bio- psiko- sosial terhadap persepsi dari kehilangan. Berduka adalah proses
mengalami reaksi psikologis, sosial dan fisik terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respons
tersebut yang diekspresikan terhadap kehilangan dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, keputusasaan, kesepian ketidakberdayaan, rasa bersalah,
marah, dan lain-lain. Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan mencakup
berupaya untuk melewati berduka/dukacita. Proses berduka/dukacita dan berkabung bersifat
mendalam, internal, menyedihkan , dan berkepanjangan.

A. Teori Engel (1964)


Proses berduka mempunyai 3 fase yang dapat diterapkan pada seseorang yang berduka
dan menjelang kematian, yaitu :
 Fase pertama, individu menyangkal realitas kehidupan dan mungkin menarik diri, duduk
tidak bergerak, atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat seperti pingsan,
berkeringat, mual, diare, frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, dan keletihan.
 Fase kedua, individu mulai merasa kehilangan tiba-tiba dan mungkin mengalami
keputusasaan. Secara mendadak menjadi marah, rasa bersalah, frustrasi, depresi, dan
kehampaan. Menangis adalah khas individu menerima kehilangan.
 Fase ketiga, Marah dan deoresi tidak lagi terjadi. Kehilangan telah jelas bagi individu
yang mulai mengenali hidup. Dengan mengalami fase ini seseorang telah berkembang
kesadaran dirinya [fungsi emosi dan intelektual menjadi lebih tinggi].

B. Teori Kubler Ross (1969)


Tahapan menjelang ajal ( Dr. E. Kubler Ross )

1. DENIAL ( Mengingkari /menyangkal )Z


Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih, dan
pucat. Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal. Ia mungkin tidak menerima
informasi ini sebagai kebenaran, dan bahkan mungkin mengingkarinya.
“ Saya? Tidak, tak mungkin”
“ Hal ini tidak terjadi pada saya
“ Saya terlalu muda untuk mati”
Perawat :
Cobalah untuk tidak mempertegas atau mengingkari kenyataan bahwa pasien menjelang
kematian
Contoh :
“Hasil lab ini tidak benar, saya tidak menderita ca”
“ Pasti sulit bagi anda untuk memahami hasil pemeriksaan tersebut”
2. ANGER ( marah )
Individu melawan kehilangan dan dapat bertindak pada seseorang dan segala sesuatu di
lingkungan sekitarnya. Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai
dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku agresif.
Terjadi ketika pasien tidak lagi dapat mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Pasien
mungkin menyalahkan orang disekelilingnya termasuk perawat
“ Mengapa saya?”
: Semua ini adalah kesalahanmu. Saya seharusnya tidak datang ke RS ini”
Perawat:
Pahami penyebab marah pasien. Berikan pengertian dan dukungan. Dengarkan.
Cobalah memenuhi dengan cepat kebutuhan dan tututannya yang masuk akal.
Contoh :
“Makanan ini tidak enak, tidak cocok untuk dimakan”
“ Coba saya cari dulu, apakah ada makanan lain yang dapat meningkatkan selera anda “
3. BARGAINING ( Tawar-menawar )
Terdapat penundaan realitas kehilangan. Individu mampu mengungkapkan rasa marah atau
kehilangan, ia akan mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa. Pada tahapan ini
pasien seringkali mencari pendapat orang lain. Kemarahan biasanya mereda dan pasien
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Pasien
mencoba menawar waktu untuk hidup. Ia seringkali akan berjanji kepada Tuhan.
“ Jika Engkau mengijinkan saya hidup 2 bulan lagi, saya berjanji akan menjadi orang baik “
“ Saya tahu, saya akan mati dan saya siap untuk mati tetapi tidak sekarang “
Perawat :
Sebanyak mungkin permohonan pasien dapat dipenuhi. Dengarkan penuh perhatian.
Contoh :
“ Jika Tuhan dapat menundanya, saya akan ke gereja setiap minggu “
“ Apa anda ingin dikunjungi rohaniawan “
4. DEPRESSION ( Depresi )
Terjadi ketika ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, dan putus asa. Perilaku
yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun, serta merasa
terlalu kesepian. Pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.
“ Ya, benar aku “
“ Saya selalu berjanji pada suami saya bahwa kita akan ke Eropa dan sekarang kita tidak akan
pernah pergi lagi “
Ini biasanya merupakan satu waktu yang sedih. Pasien cenderung tidak banyak bicara dan
mungkin sering menangis.
Perawat :
Perawat duduk dengan tenang di samping pasien. Hindari kata klise yang memperberat depresi
pasien. Bersikaplah mengasihi dan mendukung. Biarkan pasien tahu bahwa ia boleh depresi.
Contoh :
“ Semua yang terjadi benar-benar tidak masuk akal “
“ Saya mengerti anda sangat tertekan “
5. ACCEPTANCE (Menerima )
Reaksi fisiologis menurun dan interaksi sosial berlanjut. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi
perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada obyek kehilangan mulai berkurang. K-R
mendefinisikan ”penerimaan” lebih sebagai menghadapi situasi ketimbang menyerah untuk
pasrah atau putus asa. Pada tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Pasien berusaha
menyelesaikan urusan-urusan /tugasnya yang belum selesai dan mungkin tak ingin bicara lagi.
K-R menyatakan : mencapai tahap ini tidak selalu berarti maut sudah dekat. Tahap ini bukanlah
tahap pasrah berarti kekalahan.
“ Biarlah maut cepat-cepat mengambil aku, karena aku sudah siap”
Perawat :
Jangan menganggap bahwa hanya karena pasien telah menerima kenyataannya, bukan berarti ia
tidak merasa takut atau tidakmemerlukan dukungan emosional. Dengarkan dengan penuh
perhatian, dukung dan rawatlah.
Contoh :
“ Saya sangat kesepian “
“ Saya disini menemani anda. Apa anda ingin membicarakan sesuatu “

C. Fase Berduka menurut Rando [1993]


Respons berduka dibagi menjadi 3 katagori, yaitu :
 Penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayaan.
 Konfrontasi, terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan
kehilangan dan kedukaan mereka yang dirakan paling dalam dan dirasakan paling akut.
 Akomodasi, secara bertahap terjadi penurunan kedukaan akut. Klien belajar menjalani hidup
dengan kehilangan mereka.

PERAN PERAWAT adalah


Mengamati perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku, dan
memberikan dukungan yang empatik.

MATI / MENINGGAL
Berhentinya fungsi vital yang permanen, akhir penghidupan manusia

KEMATIAN BISA DATANG :


 Tiba-tiba
 Tanpa peringatan
 Mengikuti periode panyakit yang panjang
 Menyerang usia muda
 Tetapi selalu menunggu usia tua

PERAWAT
 Perawatan menjelang ajal
 Perawatan posmorten

MEMPERSIAPKAN KEMATIAN :
1. Setiap pasien bereaksi dengan cara yang unik
2. Kepada siapa pasien ingin mengungkapkan perasaannya keputusan yang sangat pribadi
3. Perawat harus bersedia mendengarkan, tetapi jangan memperbesar masalah

PERAN PERAWAT :
1. Respons harus konsisten
2. Harus terbuka dan bersikap menerima perasaan pasien dapat berubah-ubah
3. Eksplorasikan perasaan dengan jujur
4. Berikan asuhan keperawatan khususnya perawatan mulut dan masukan cairan
5. Empati dalam melaksanakan tugas dengan cara tenang dan efisien
6. Jika pasien dalam kondisi kritis persiapkansesuai dengan agamanya

INGAT
Peristiwa menjelang ajal adalah urusan yang bersifat pribadi, perjalanan yang harus
diselesaikan seorang diri.

PRIVASI dan PENDAMPINGAN HARUS DIBERIKAN PENUH

PENGKAJIAN
Kadangkala pasien dapat menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya tidak mau atau
sebenarnya tidak mau menghadapi kenyataan. Pasien mungkin mengakui tidak takut dan
berusaha kelihatan berani.

PERAWAT HARUS SABAR,


MENGAMATI DENGAN CERMAT
DAN MENDENGARKAN UNTUK MENGETAHUI PERASAAN-
PERASAAN MEREKA YANG SESUNGGUHNYA

ASSESSMENT

1. Lost of muscle tone


 Relaxation of facial muscle (eg. the jaw may sag)
 Difficulty speaking
 Difficulty swallowing and gradual of the gag reflex
 Decreased activity of the GI Tract, with subsequent nausea, accumulation
of flatus, abdominal distention and retention of faeces, especially if narcotics or transquilizer are
being administered
 Possible urinary and rectal incontinence due decrease sphincter control
 Diminished body movement
2. Slowing of the circulation
 Diminished sensation
 Mottling and cyanosis of the extremitas
 Cold skin, first in the feet and later in the hands, ear, nose (the client, however, may feel warm
because of elevated temperature)
3. Changes in vital signs
 Decelerated and weaker pulse
 Decreased blood pressure
 Rapid, shallow, irregular or abnormally slow respiration, noisy breathing, refered to as the death
rattle, due to collecting of mucus in the throat, mouth breathing, which leads dry oral mucous
membranes
4. Sensory impairment
 Blurred vision
 Impaired sense of taste and smell

PERUBAHAN FISIK SAAT KEMATIAN MENDEKAT

1. Pasien kurang responsive


2. Fungsi tubuh melambat
3. Pasien kehilangan control otot volunteer dan involunter
4. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur (dari kaki – ujung kaki, pasien
tampak menggembung)
5. Pasien berkemih dan defekasi tidak sengaja ( pengosongan kandung kemih dan anus
sfingter relaksasi
6. Rahang cenderung jatuh, otot-otot rahang dan muka mengendor dan wajah tampak damai
7. Pernafasan tidak teratur (irregular) dan dangkal serta mungkin berbunyi keras (ngorok/ death
rattle), nafas CHEYNE-STOKES
8. Sirkulasi melambat : suhu biasanyan tinggi tapi pasien terasa dingan dan lembab (ekstremitas
dingin, ujung hidung dingin dan kuping )
9. Kulit tampak kebiru-biruan terutama tangan dan kaki, lemah dan pucat
10. Denyut nadi mulai tidak teratur dan cepat serta melemah secara progresif
11. Mata membelalak dan tidak berespons terhadap cahaya,setengah terbuka,dilatasi pupil
12. Tekanan darah menurun, peredaran darah perifer terhenti
13. Rasa nyeri hilang
14. Kesulitan menelan
15. Nausea dan pelan-pelan menolak makanan dan minuman
16. Tidur bertambah lama dalam satu periode
17. Pasien mungkin tidak sadar atau tetap sadar sesuai tingkat kekuatan ingatan
18. Pendengaran adalah indera terakhir yang hilang

PERAWATAN SAMA DENGAN PASIEN YANG PUNYA


HARAPAN UNTUK SEMBUH KEBUTUHAN
FISIK DAN EMOSI

TANDA-TANDA KEMATIAN :
1. Nafas -, nadi -, selama beberapa menit
2. Bola mata membesar dan tidak berubah-ubah
3. Ketiadaan segala refleks dan ketiadaan kegiatan otak EEG flat dalam waktu 24 jam

TANDA-TANDA SETELAH KEMATIAN ;

1. Pupil dilatasi permanent


2. Panas tubuh hilang bertahap
3. Pasien urinasi, defekasi/flatus
4. Darah mengumpul pada area di bawah diskolorasi ungu pada daerah tersebut
5. Tubuh kaku (6 – 8 jam) disebut rigor mortis

Perubahan tubuh setelah meninggal disebut MORIBUND

NURSING DIAGNOSIS

1. Hopelesness related to abandonment, prolonged activity restriction creating,


Isolation, long term stress and loss of spiritual belief

Characteristic
Mayor :
 Passivity,decreased verbalization
 Decreased affect
 Verbal cues indicating despondency ( “ I can’t ,” sighing)
Minor :
 Lack of initiative
 Decreased respons to stimuli
 Turning away from speaker
 Closing eyes
 Shruging in respons to speaker
 Decreased appetite
 Altered sleep pattern
 Lack of involvement in or passively allowing

2. Powerlessness related to healthcare invironment, chronic or terminal illness,


Interpersonal interaction, treatment regimen, life style characterized by helplessness
Characteristic
Severe :
 Verbal expressions of having no control or influence over the situation
or outcome self-care
 Depression over physical deterioration that occurs despite patient
compliance with regimens
 Apathy

Moderate :
 Non participation in care or decision making when opportunities are
provided
 Expressions of dissatisfaction and frustration over inability to perform
previous task and/or activitis
 Does not monitor progrerss
 Expression of doubt regarding role performance
 Reluctance to express true feeling, fearing alienation from caregivers
 Inability to seek information regarding care
 Dependence of others inirritability, resentment, anger and guitt
 Does not defend self-care practices when challenged
Low
 Passivety
 Expressions of ancertainty abaut fluctuating energi laavels

Diagnosa Keperawatan :

1. Keputusasaan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang memburuk

3. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit terminal dan ketidak


mampuan hidup.

PERENCANAAN
KEBUTUHAN FISIK PASIEN MENJELANG AJAL

1. Jalan nafas tidak efektif


* Posisi fowler
* Suction
* Posisi lateral tidak sadar
* O2 k/p
2. Menurunnya perawatan diri : mandi/ kebersihan
* Mandi
* Ganti alat tenun
* Anjurkan ganti pakaian
* Perawatan mata dengan NaCl
* Perawatan mulut
3. Gangguan mobilitas fisik
* Bantu pasien tidur selang seling teratur
* Tempat tidur diberi talang gelisah
* Beri posisi tidur miring cegah aspirasi dari saliva
* Tinggikan kaki bila duduk cegah edema

4. Nutrisi
* Antiemetik
* IV / NGT kalori tinggi dan vitamin
5. Kekurangan cairan
* Anjurkan minum
* Kaji refleks menelan
6. Perubahan eliminasi BAK/BAB ( konstipasi, inkontinensia)
* Diet serat sesuai toleransi
* Laksansia bila diperlukan
* Perawatan kulit inkontinensia
* Ganti alat tenun
* Kateterisasi / indwelling catheter
7. Perubahan persepsi / sensori : visual
* Ruangan yang terang
* Bicara dengan jelas, jangan berbisik
* Hati-hati memilih pokok pembicaraan

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
1. Membina hubungan saling percaya
2. Komunikasi / mendengarkan apa yang dikatakan pasien
3. Sentuhan tangan

DUKUNGAN SPIRITUAL
1. Agama
2. Kebudayaan

MEMBERI INFORMASI YANG AKURAT PADA PASIEN DAN KELUARGA

MEMBANTU PASIEN MENGATASI KETAKUTAN DARI :


1. Ketidaktahuan
2. Kehilangan keluarga dan teman-temannya
3. Penderitaan dan nyeri
4. Kehilangan control dan ketergantungan

PERAWAT MENGANJURKAN KELUARGA UNTUK :

1. Mengajak bercakap-cakap
2. Membelai / sentuhan
3. Putarkan lagu / musik kesukaannya atau siaran TV
4. Membagi perasaan kehilangan dengan pasien

PERAWATAN LINGKUNGAN
Di rumah sakit, klien menjelang ajal sering ditempatkan pada ruangan tersendiri. Klien
menjelang ajal dapat mengalami kesepian yang mendalam. Untuk mencegah kesepian dan
penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna dengan menenangkan klien. Ruangan
harus diberikan pencahayaan yang baik dan diatur menarik dan harus memberikan pandangan
yang menstimulasi.

MEMBUAT PASIEN TETAP MERASA NYAMAN


Bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan disstres psikobiologis.
Perawat memberikan berbagai tindakan penenangan bagi klien. Kontrol nyeri terutama penting
karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.
Higiene personal adalah bagian rutin untuk mempertahankan kenyamanan klien dengan
penyakit terminal.Klien dan keluarga bergantung kepada perawat untuk pemenuhan kebutuhan
dasarnya.

PERAWATAN POSTMORTEN / MERAWAT JENAZAH

1. Perlakukan tubuh sama dengan orang masih hidup


2. Persiapkan jenazah secara keagamaan
3. Tutup mata pasien
4. Tempatkan pasien tidur berbaring pada tempat tidur dan beri bantal di bawah kepala

PERAWATAN JENAZAH

A. PENGERTIAN
Perawatan tubuh setelah kematian, disebut juga perawatan postmortem.

B. TUJUAN

Tubuh atau jenazah terawat dengan baik.

C. PERALATAN

1. Celemek / Skort
2. Kain segitiga atau verban
3. Bengkok
4. Pinset anatomis
5. Sarung tangan sekali pakai 1 pasang
6. Baskom berisi air, waslap, sabun, dan handuk (alat-alat memandikan)
7. Kapas
8. Kain kafan atau kain bersih / laken
9. Tempat pakaian kotor
10. Kartu pengenal

D. PROSEDUR

1. Menjelaskan kepada keluarga prosedur yang akan dilaksanakan


2. Meenyiapkan lingkungan
3. Bawa alat – alat ke dekat jenazah
4. Perawat mencuci tangan, memakai sarung tangan dan memakai celemek
5. Singkirkan semua peralatan, tube dan alat-alat lain yang dipakai pasien serta gigi
palsu dan perhiasan pasien. Serahkan kepada keluarga dengan membuat bukti
penyerahan nya
6. Membuka pakaian jenazah
7. Memandikan jenazah ( sama dengan pasien yang masih hidup) dan pakaikan
pakaian sesuai dengan kepercayaan pasien
8. Semua lubang di badan ditutup dengan kapas lembab dengan menggunakan
pinset
9. Pasang kembali gigi palsu di muluty pasien dan mata buatan (kalau ada)
10. Rahang dirapatkan dengan mengikat menggunakan kain segitiga atau verban
dan dagu diganjal dengan handuk atau bantal kecil
11. Tutup mata dengan memegang bulu mata . Letakkan bola kapas basah di setiap
kelopak mata, jika mata tidak menutuo.
12. Atur posisi tangan pasien sesuai dengan kepercayaannya.
13. Tutup jenazah dengan kain kafan
14. Isi kartu pengenal dan ikatkan , satu ikatkan pada ibu jari kaki kanan , satu di
baju dan satu di laci kamar jenazah
15. Bawa jenazah ke kamar jenazah setelah 2 jam.

16.Bersihkan alat – alat


17.Buka sarung tangan dan cuci tangan
18. Dokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan jenazah, misal : Nama,
Jam kematian, alamat, penyerahan perhiasan pasien, dan lain -lain

MENJELANG AJAL
Pengertian
Menjelang ajal ( dying ) secara etimologi berasal dari kata “dien” yang berarti mendekati
kematian.
Dengan kata lain ,dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya atau
disebut proses kematian.
Tahapan menjelang ajal
1. Penyangkalan dan isolasi
Karakteristiknya antara lain :
Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal,”Tidak,bukan saya.itu tidak mungkin”.
Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
Mengisolasi diri dari kenyataan
Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya
Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya
Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya
Gelisah dan cemas
Tugas perawat :
Membina hubungan saling percaya
Memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya
Melakukan dialog disaat klien siap,dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi
kenyataan.
Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk bermimpi
tentang hal-hal yang menyenangkan

2.Marah
Karakteristiknya antara lain :
Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan
Menunjukan kemarahan,kebencian,perasaan gusar dan cemburu
Emosi tidak terkendali
Mengungkapkan kemarahan secara verbal “ mengapa harus aku ?”
Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu
Menyalahkan takdir
Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.

Tugas perawat :
Menerima kondisi klien
Berhati-hati dalam memberikan penilaian,mengenali kemarahan,dan emosi yang tidak terkendali
Membiarkan klien mengungkapkan perasaannya
Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga
Berusaha menghormati dan memahami klien,memberikan kesempatan memperlunak suara dan
mengurangi permintaan yang penuh kemarahan

3.Tawar menawar
Karakteristiknya antara lain:
Kemarahan mulai mereda
Respon verbal”ya benar aku,tapi..”
Melakukan tawar menawar/barter,misalnya untuk menunda kematian
Mempunyai harapan dan keinginan
Terkesan sudah menerima kenyataan
Berjanji pada Tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
Cenderung membereskan segala urusan

Tugas perawat :
Sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi

4. Depresi
Karakteristiknya antara lain:
Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangn nyawa
sendiri
Cenderung tidak banyak bicara,sering menangis
Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai
Tugas perawat :
Duduk tenang disamping klien
Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Tidak terus-menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan
Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Memberi dukungan dan perhatian pada klien
( misalnya sentuhan tangan,usapan pada rambut dll)

5.Penerimaan
Karakteristiknya antara lain :
Mampu menerima kenyataan
Merasakan kedamaian dan ketenangan
Respon verbal “biarlah maut cepat mengambilku,karena aku sudah siap “
Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu
Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak
Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,namun lebih mirip perasaan yang hampa

Tugas perawat :
Mendampingi klien
Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa anda akan mendampinginya sampai akhir
Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.
Dampak sakit
A. Klien
Menderita sampai saat kematian tiba,memerlukan bantuan dan dukungan dalam melewati masa-
masa tersebut
Memutuskan perawatan yang akan dijalani
Mendapat dukungan untuk setiap keputusan yang diambilnya.Dengan kata lain ada
kecenderungan keluarga untuk memenuhi semua keinginannya

B. keluarga
Berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk penyembuhan klien
Memperoleh dukungan dan perhatian selama proses berduka

KEMATIAN
Pengertian
Kematian ( death ) secara etimologi berasal dari kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati
atau kematian.
Secara definitive kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap,atau
terhentinya kerja otak secara permanent.
Pandangan tentang kematian
A. Dahulu
Tragis dan memilukan
Tabu untuk dibicarakan
Menimbulkan sindrom kesedihan dan ketakutan
Selamamya tidak disukai
Anak-anak tidak perlu mengetahui
Timbul karena perilaku buruk,pertengkaran,pembalasan,dan hukuman

B.Sekarang
Menjadi hal yang patut dibicarakan
Merupakan proses alami kehidupan
Tidak menakutkan
Lebih rasional dan bijak dalam menghadapinya
Merupakan proses yang progresif
Sesuatu yang harus dihadapi

Tanda-tanda kematian
1.Mendekati kematian
a.Penurunan tonus otot
Gerakan ekstremitas berangsung angsur menghilang,khususnya pada kaki dan ujung kaki
Sulit bicara
Tubuh semakin lemah
Aktifitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
Otot rahang dan muka mengendur
Rahang bawah cenderung turun
Sulit menelan,refleks gerakan menurun
Mata sedikit terbuka

b.Sirkulasi melemah
Suhu tubuh pasien tinggi,tetapi kaki,tangan dan ujung hidung pasien terasa dingin dan lembab
Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan,kelabu atau pucat
Nadi mulai tidak teratur,lemah dan cepat
Tekanan darah menurun
Peredaran darah perifer terhenti

c.Kegagalan fungsi sensorik


Sensasi nyeri menurun atau hilang
Pandangan mata kabur/ berkabut
Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
Sensasi panas,lapar,dingin dan tajam menurun

d.Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan


Mengorok (death rattle ) /bunyi nafas terdengar kasar
Pernafasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
Pernafasan cheyne stokes

2.Saat kematian
Terhentinya pernafasan,nadi,tekanan darah,dan fungsi otak ( tidak berfungsinya paru,jantung dan
otak )
Hilangnya respon terhadap stimulasi eksternal
Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan rectum(inkontinensia ) akibat peredaran
darah yang terhambat,kaki dan ujung hidung menjadi dingin
Hilangnya kemampuan panca indera,hanya indera pendengaran yang paling lama dapat berfungsi
Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas listrik
otak untuk penilaian pasti suatu kematian

3. Setelah kematian
Rigor mortis ( kaku ).Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian
Algor mortis ( dingin .suhu tubuh perlahan-lahan turun )
Livor mortis ( post mortem decomposition).perubahan warna kulit pada daerah yang
tertekan,jaringan melunak dan bakteri sangat banyak.

Respon Psikologis
Respon Psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalah
Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat
Ketidakberdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian
Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan / mental apabila meninggal
Kepedihan yang diantisipasi yang berhubungan dengan kematian
Kesedihan yang mendalam
Perasaan takut dalam menjalani proses menjelang ajal
Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit terminal dan ketidakmampuan
diri.
Kekhawatiran tentang pertemuan dengan Sang Pencipta atau perasaan ragu tentang keberadaan
Tuhan atau Sang Penguasa

Kehilangan kontrol total terhadap aspek kematian seseorang atau dirinya


Gambaran negative tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan tentang kejadian yang
berhubungan dengan kematian atau proses menjelang ajal
Ketakutan terhadap kematian yang di tunda
Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya pencapaian tujuan hidup yang
penting.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN


Pengkajian
1. Fisik
a. Mendekati Kematian
b. Saat kematian
c. Setelah Kematian

2. Psikologis
Diagnosa Keperawatan
1.Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian ( Proses sekarat )
2. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal
Perencanaan dan Tindakan Keperawatan
Tujuan keperawatannya adalah
membantu mengurangi depresi dan ketakutan pasien,mempertahankan harapan,membantu pasien
menerima kenyataan serta memberikan rasa nyaman.

Intervensinya antara lain


Beri dukungan dan kembalikan control diri pasien dengan cara mengatur tempat
perawatan,mengatur kunjungan,jadwal aktivitas dan penggunaan sumber pelayanan kesehatan
Bantu pasien mengatasi kesepian,depresi dan rasa takut
Bantu pasien mempertahankan rasa nyaman,percaya diri dan harga diri
Bantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
Bantu pasien menerima kenyataan
Penuhi kebutuhan fisiologis
Beri dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual pasien

Intervensi terhadap keluarga


Dengarkan ekspresi keluarga
Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah selama beberapa saat
Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada jenazah
Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka
Evaluasi keperawatan
Dapat dilihat dari kemampuan untuk menghadapi atau menerima makna kematian,reaksi
terhadap kematian,perubahan perilaku yaitu menerima arti kematian
|

Anda mungkin juga menyukai