Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KEHILANGAN DAN BERDUKA

Kelompok 4
Disusun Oleh :
Anggi Dhewanti
Bacthiar Rizal Nuralim
Cardisa
Ida Siti Patimah
Ligar Munggaran
Pengertian
• Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Kehilangan merupakan pengalaman
yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu
sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda (Yosep, 2011 : 173).
• Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2012).
Jenis – Jenis Kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran akibat
bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya pekerjaan,
anggota keluarga, dan teman dekat.
4. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah dan
diri sendiri.
Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh :
kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss (Psikologis)
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan/dilihat oleh orang lain. Contoh :
Kehilangan masa remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
Sifat – sifat Kehilangan

1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)


Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat.
Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur (dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami
keletihan emosional.
Pengertian Berduka
Dalam Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan
terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian. Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan
selama individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning).
Jenis-jenis berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan,
kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses „melepaskan diri‟ yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal.
Masa berkabung seolah- olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan
orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya, kehilangan
pasangan karena AIDS, anak yang mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan
atau ketika bersalin.
Tahapan Proses Kehilangan dan
Berduka
Bergainin
Denial Anger g (Tawar-
(Menging (Marah) Menawar
kari) )

Depression
Acceptance
(bersedih yang
mendalam) (Menerima)
1. Denial (Mengingkari)
• Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa
kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
• Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
• Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
2. Anger (Marah)
• Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan.
• Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya,
orang tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
• Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat
yang tidak becus.
• Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
mengepal.
3. Bergaining (Tawar-Menawar)
• Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
• Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering
berdoa”.
• Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang
sakit bukan anak saya”.
• Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat warisan, mengunjungi keluarga dan
sebagainya.
4. Depression (Bersedih yang mendalam)
• Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bisa di tolak.
• Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang
bersikap sebagai klien yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga.
• Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
• Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
• Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan
tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
• Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang, kadang klien
ingin ditemani keluarga/perawat.
• Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-betul
menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau “Sekarang
saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya baik”.
Tanda Dan Gejala

1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Sulit berkonsentrasi
Faktor Predisposisi
Faktor genetik. Individu yang dilahirkandan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk dalam menghadapu perasaan
kehilangan.
Faktor fisik. Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung mempunyai kemampuan dalam
mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
Faktor mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai
dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, selalu dibayangi masa depan peka dalam mengahadapi situasi
kehilangan.
Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-
kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri negatif dan perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri rendah dan tidak objektif terhadap stres yang dihadapi.
Faktor Presipitasi
• Kehilangan kesehatan
• Kehilangan fungsi seksualitas
• Kehilangan peran dalam keluarga
• Kehilangan posisi dalam masyarakat
• Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
• Kehilangan kewarganegaraan
Sumber Koping
1. kemampuan dan bakat mengatasi kedukaan
2. Teknik pertahanan
3. Dukungan sosial, dan motivasi
4. Dukungan spiritual
5. keyakinan positif
6. Pemecahan masalah
7. kemampuan sosial
8. kesehatan fisik
9. Sumber materi dan sosial
10. Keluarga, kerabat dekat, dan perawat.
Mekanisme Koping
1. Pengingkaran
2. Regresi
3. Intelektualisasi
4. Disosiasi
5. Supresi
6. Proyeksi
Konsep Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka
Pengkajian
Hal-hal yang perlu di kaji :
Pengkajian klinis
Faktor Predisposisi
Respon klien terhadap kehilangan
- Respon Spiritual
- Respon Fisiolgis
- Respon Emosional
- Respon Kognitif
 Keadaan Fisik
Keadaan Psikososial
Status Mental
Kebutuhan Persiapan Pulang
Mekanisme Koping
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pengetahuan
Aspek Medik
Data Fokus yang perlu dikaji (Data bjektif dan Data Subjektif)
Masalah Keperawatan

1. Berduka (disfungsional, antisipatif)


2. Kehilangan
3. Gangguan konsep diri
Diagnosa
1. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang
dirasakan.
2. Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau kehilangan.
3. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan orang/benda yang
dicintai atau memiliki arti besar (Nanda 2015)
Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat.
Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara umum dapat


dinilai dari kemampuan untuk menghadapi atau memaknai arti
kehilangan, reaksi terhadap kehilangan, dan perubahan perilaku yang
menerima arti kehilangan.

Anda mungkin juga menyukai