Anda di halaman 1dari 9

TINDAKAN PADA PROSES KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Definisi Kehilangan dan Berduka

Kehilangan dan berduka dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupan
mereka. Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial yang di dalamnya sesuatu yang
dinilai berharga berubah, tidak lagi ada, atau menghilang.
Kehilangan adalah suatu situasi maupun potensial yang dapat dialami individu ketika
terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian ataupun keseluruhan. Rasa kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu selama hidupnya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
Istilah kehilangan mencangkup dua hal yaitu berduka (grieving) dan berkabung
(mourning). Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini terwujud
dengan berbagai cara yang unik pada masing-masing individu berdasarkan pengalaman
pribadi, ekspetasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Berduka adalah respon total terhadap pengalaman emosional akibat kehilangan. Berduka
dimanifestasikan dalam pikiran, perasaan dan perilaku yang berhubungan dengan distres atau
kesedihan yang mendalam.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.

1
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

B. Jenis-Jenis Kehilangan
1. Kehilangan Obyek Eksterna
Kehilangan obyek/kehilangan milik sendiri/bersama-sama misalnya kecurian
(perhiasan, uang, perabot rumah) atau kehancuran akibat bencana alam.
2. Kehilangan Lingkungan Yang Dikenal
Bisa diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat di kenal termasuk
dari latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen, misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah sakit atau berpindah
pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti Kehilangan yang sangat
bermakna/orang yang sangat berarti adalah salah satu kehilangan yang sangat
membuat stress, misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat,
orang yang dipercaya atau binatang peliharaan, perceraian.
4. Kehilangan suatu aspek diri
Kehilangan diri atau anggapan mental seseorang, misalnya anggota tubuh dan
fungsi psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup
Dimana seseorang mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya sampai pada kematian yang sesungguhnya, misalnya
kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri atau orang yang hidup
sendirian dan sudah menderita penyakit terminal sekian lama dan kematian
merupakan pembebasan dari penderitaan.

2
C. Jenis-Jenis Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis kesepian dan menarik diri dari
aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif yaitu proses melapaskan diri yang muncul sebelum kehilangan
atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis
terminal, individu akan memulai proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai
urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ketahap berikutnya,
yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir
sehingga daapt mengancam hubungan individu yang bersangkutan dengan individu
lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak daapt diakui secara
terbuka. Misalnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian
orang, dan ibu yang kehilangan anaknya di kandunga atau ketika bersalin.

D. Tanda Dan Gejala Kehilangan


1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Sulit berkonsentrasi
6. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
a. Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
b. Sedih berkepanjangan
c. Adanya gejala fisik yang berat
d. Keinginan untuk bunuh diri

E. Tanda Dan Gejala Berduka


1. Efek fisik
Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah, berat badan menurun, sakit
kepala, pandangan kabur, susah bernapas, palpitasi dan kenaikan berat badan.

3
2. Efek emosi
Mengingkari, bersalah , marah, kebencian, depresi, kesedihan, perasaan gagal,
sulit untuk berkonsentrasi, gagal dan menerima kenyataan , iritabilita, perhatian
terhadap orang yang meninggal.
3. Efek social
4. Menarik diri dari lingkungan
5. Isolasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.

F. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan:


1. Arti dari kehilangan
2. Sosial dan budaya
3. Kepercayaan spiritual
4. Peran seks
5. Status sosial ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu

G. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian
orang yang sangat berarti/di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.

H. Fase-Fase Kehilangan Dan Berduka


1. Fase Berduka Menurut Kubler Rose
a. Fase penyangkalan(Denial)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu
tidak percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi.pernyataan
yang sering diucapkan adalah itu tidak mungkin atau saya tidak percaya
.seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti
baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia mungkin mengalami

4
halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa
digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual ,diare
,gangguan pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis, gelisah .
b. Fase marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada
orang yang berada dilingkungan nya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara
lain,muka merah,nadi cepat,susah tidur,tangan mengepal,mau memukul,agresif.
Fase tawar menawar (bergaining) Individu yang telah mampu mengekspresikan
rasa marah akan kehilangan nya ,maka orang tersebut akan maju ketahap tawar
menawar dengan memohon kemuraha TUHAN,individu ingin menunda
kehilangan dengan berkataseandainya saya hati-hati atau kalau saja kejadian
ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa.
c. Fase depresi
Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan
keadaan yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau
berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.
d. Fase penerimaan (acceptance)
Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya : ya,akhirnya
saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat
sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih
optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru,dan pikiran
yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat
mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

2. Fase Kehilangan Menurut Engel


a. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa
pingsan, diare, keringat berlebih.
b. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan
mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah,
frustasi dan depresi.

5
c. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan
depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke
berkembangnya keasadaran.

I. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,
selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan.
4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang
yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5. Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress
yang dihadapi.

J. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan
kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-
sosial antara lain meliputi;
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6. Kehilangan kewarganegaraan

6
K. Dampak Kehilangan
1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang-kadang akan timbul regresi serta merasa takut untuk ditinggalkan atau
dibiarkan kesepian.
2. Pada masa remaja, kehilangan dapat terjadi disintegrasi dalam keluarga.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan.

L. Tindakan Pada Pasien yang Kehilangan dan Berduka


1. Tindakan Pada Pasien dengan Tahap Pengingkaran.
2. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya, dengan
cara :
a. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukuanya.
b. Meningkatkan kesabaran pasien, secara bertahap, tentang kenyataan dan
kehilangan apabila sudah siap secara emosional.
3. Menunjukkkan sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien untuk
berbagi rasa dengan cara :
a. Mendengarkan dengan penuh perhatiaan dan minat mengenai apa yang
dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul pada siapapun yang
mengalami kehilang.
4. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan, dan kematia dengan cara :
a. Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti, jelas dan
tidak berbelit-belti.
b. Mengamati dengan cermat respon pasien selama berbicara.
c. Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

M. Tindakan Pada Pasien Dengan Tahap Kemarahan


Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara
verbal tanapa melawannya kembali dengan kemarahan. Hal itu dapat dilakukan dengan
cara :

7
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa sebenarnya kemarahan pasien tidak
ditunjukkan kepada mereka.
2. Mengizinkan pasien untuk menangis.
3. Mendorong pasien untuk membicaraakn rasa marahnya.
4. Membantu pasien dalam menguatkan sistem pendukungnya dan orang lain.
1. Tindakan Pada Pasien dengan Tahap Tawar Menawar
Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara :
1. Memdengarkan ungkapan yang dinyatakan pasien dengan penuh perhatian.
2. Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya.
3. Bila pasien selalu mengungkapkan kata kalau atau seandainya beritahu
pasien bahwa petugas kesehatan hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.
4. Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa takutnya.
Tindakan pada Pasien dengan Tahap Depresi
1. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara :
2. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya.
3. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai dengan derajat resikonya.
4. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara:
5. Menghargai perasaan pasien.
6. Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap
kenyataan.
7. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menangis dan mengungkapkan
perasaannya.
8. Bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul.

N. Tindakan Pada Pasien Dengan Tahap Penerimaan


Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan dengan cara :
1. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
2. Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak berada pada
tahap yang sama disaat yang bersamaan.

3. Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.


4. Memberikan informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://bidanfriskasari.wordpress.com/2014/10/17/konsep-kehilangan-dan-berduka/

http://anatasiachacha.blogspot.co.id/2014/05/askep-kehilangan-dan-berduka.html

https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/

Anda mungkin juga menyukai