KELOMPOK 2
A. PENGERTIAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (lambert dan lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman
yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang
sebelumya ada menjadi tidak ada).
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon
terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan
kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Bereavement
adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi.
Elizabeth kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase,
yaitu :pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
1. RENTANG RESPON KEHILANGAN
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).
1) Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar
terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “
itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa
dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi
fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak
tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit
atau beberapa tahun.
2) Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri.
Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak
pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang
sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal.
3) Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan
pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja
kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses
ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja
yang sakit, bukan anak saya”.
4) Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido manurun.
5) Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai
dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek
yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh”. Apabila individu dapat memulai
fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri
proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas.
Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
B. Bentuk-Bentuk Kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti.
2. Kehilangan kesejahteraan.
3. Kehilangan milik pribadi.
C. Sifat Kehilangan
1. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan,
bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan
yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
D. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan
anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun
tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa
remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien
(anggota) menderita sakit terminal.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap
dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah:
1. Identitas Klien, yang berisikan inisial, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian,
no. rekam medik.
2. Alasan Masuk
3. Faktor Presdiposisi
4. Keadaan Fisik
5. Keadaan Psikososial
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
8. Mekanisme Koping
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek Medik
B. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan
disusun menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah penilaian
klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
2. motivasi
TUK 2 : Klien 1.Kaji akan
dapat pengetahuan membuat
menyebutkan klien tentang klien lebih
penyebab menarik perilaku terbuka
diri menarik diri mengenai
dan tanda- pikiran dan
tandanya perasaannya
2.Berikan
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapk
an perasaan,
penyebab
menarik diri
atau tidak
mau bergaul.
3.Diskusikan
bersama klien
tentang
perilaku
menarik diri,
tanda-tanda
dan penyebab
muncul.
4.Berikan
pujian
terhadap
kemampuan
klien dalam
mengungkapk
an
perasaannya.
3. hal ini
TUK 3 : Klien 1.Kaji menunjukkan
dapat pengetahuan rasa peduli
menyebutkan klien tentang terhadap
keuntungan menfaat dan perawatan
berhubungan keuntungan klien, tetapi
dengan orang lain berhubungan tidak terlibat
dan kerugian tidak dengan orang secara emosi.
berhubungan lain Klien akan
dengan orang lain. 2.Beri merasa aman
kesempatan dan nyaman
kepada klien saat bercerita
untuk kepada
mengungkapk perawat
an perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.
3.Diskusikan
bersama klien
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
4.Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapk
an perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
5.Kaji
pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
6.Beri
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapk
an perasaan
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
7.Diskusikan
bersama klien
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain
8.Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapk
an perasaan
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain
4.Aktivitas
fisik
TUK 4 : Klien 1.Kaji
memberikan
dapat kemampuan
suatu metode
melaksanakan klien
yang aman
hubungan social membina
dan efektif
secara bertahap hubungan
untuk
dengan orang
mengeluarkan
lain
2.Dorong dan emosi dan
bantu klien kemarahan
untuk yang
berhubungan terpendam.
dengan orang
lain melalui
tahap :
Klien – Perawat
Klien –
Perawat –
Klien lain
Klien –
Perawat –
Keluarga
Klien –
Perawat –
Kelompok/
masyarakat
3.Beri
reinforcement
terhadap
keberhasilan
yang telah
dicapai
4.Bantu klien
untuk
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
5.Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan
bersama klien
dalam
mengisi
waktu
6.Motivasi
klien untuk
mengikuti
kegiatan
ruangan
D. Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan rencana
tindakan yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Setelah melakukan implementasi keperawatan kepada klien, dilakukan evaluasi
pada pasien. Evaluasi keperawatan adalah merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan ada dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan setelah melakukan tindakan saat itu juga, dan
evaluasi sumatif dilakukan setelah semua tindakan dalam satu diagnosa tersebut
telah selesai dilakukan.
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka
(SP 1)
Pertemuan : 1/TUK 1
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal.
Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa
gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang
terapiutik, kontrak yang jelas
b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaanya
A. Orientasi
1. Salam terapiutik
“Selamat pagi Ibu.”
“Perkenalkan saya perawat yang bertugas hari ini, nama saya Luhtu Eka, saya
biasa di panggil Eka, nama ibu siapa?”
“Ibu senang di panggil siapa?
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?
3. Kontrak
“Ibu, saya bertugas di sini untuk merawat ibu dari hari Kamis sampai Minggu
mulai dari jam 07.00 sampai dengan 14.00 WITA saya harap selama saya
merawat bapak saya dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi bapak.
Ibu sekarang saya ingin berbincang-bincang dengan Ibu untuk mengetahui
keadaan Ibu saat ini, apakah bapak bersedia? Bapak ingin kita bicara di mana?
Hmm,, bagaimana kalau di taman ? baiklah Buk. Berapa lama ingin bincang-
bincangnya Buk? Bagaimana kalau kita berbincang selama 15 menit?
B. Kerja
1. Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu berapa umur
Ibu sekarang?
2. Ibu sudah berapa lama di rawat di sini?
3. Boleh saya tahu Ibu berasal dari mana?
4. Bapak masih ingat, kapan Ibu di bawa kesini?
5. Siapa yang membawa Ibu kesini?
6. Bagaimana perasaan Ibu saat di bawa kesini?
7. Menurut Ibu, Ibu di bawa kesini karena apa?
8. Selama di rawat di sini hal apa saja yang sudah Ibu dapatkan?
9. Bagaimana perasaan Ibu saat melakukan kegiatan tersebut?
10. Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana kalau sekarang Ibu bercerita
tentang hobi Ibu?
11. Wah….ternyata bagus sekali hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu
sebelum disini? Bisa Ibu ceritakan tentang pekerjaan Ibu?
12. Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.
C. Terminasi
1. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?
(obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat.
2. Tindak lanjut
Nah pak, ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu perbincangan kita.
Sekarang Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang ingin Ibu ceritakan atau
tanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat pertemuan kita berikutnya.
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Pada pertemuan kedua, Ibu M belum menunjukkan rasa penerimaan terhadap
kehilangan. Ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya.
Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien
dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien
Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan
setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi
Ajarkan klien teknik relaksasi
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya,
betul sekali. Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”
- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin? Bagus kalau begitu”
- Evaluasi validasi: “Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
- Kontrak: “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar?
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?”
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
2. Tahap kerja
- “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M
saat ini?”
- “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
- “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika
Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena
beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu.
Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
- “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
- “Ibu sudah bisa memahaminya?”
- “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu
mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri.
Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan
peduli sama Ibu.”
- “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang
saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar,
kemudian hembuskan perlahan-lahan.”
- “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah
mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
(objektif): “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan
dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita
lakukan.”
- RTL: “Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan
kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini.
- Kontrak yang akan datang: ”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan
kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali
untuk membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-
bincang di taman depan ya Bu.”
“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi
dulu ya Bu.”
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka
(SP 3)
A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga
tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina hubungan baik kembali
dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
4. Tindakan keperawatan
Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia
sukai
Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya,
betul sekali. Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”
- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin? Bagus kalau begitu”
- Kontrak: “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30 menit
seperti kemarin cukup ya, Bu.”
2. Tahap kerja
- “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
- “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli
lho, Bu.”
- “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
- “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
- “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup
bagus.”
- “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu
biasanya bermain voli dalam seminggu?”
- “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah
terlatih.”
- “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya
dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli
antarwarga di daerah rumah Ibu.”
- “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain
untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin
bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang
lain.”
- “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-
sama. Ibu M ini jago bermain voli, lho.”
- “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain
bola voli?”
- “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”
- “Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya,
Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang
lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.”
3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih
baik dibandingkan kemarin?”
(objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu
dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
- RTL: “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang
merasa emosi. Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali
dalam seminggu.”
- Kontrak yang akan datang: “Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu.
Besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk
mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan benar. Kita ketemu di
ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau
tidak, saya permisi dulu ya, Bu.”
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka
(SP 4)
A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan keempat, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan
mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau
membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang
menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih
terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat Ibu M
merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
4. Tindakan keperawatan
Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
Awasi klien saat minum obat
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M.”
- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa
tidur dengan nyenyak?”
- Kontrak: “Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan
janji kita yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu
minum untuk mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan
nyenyak. Saya rasa 15 menit saja cukup ya Bu, di kamar ini saja.”
2. Tahap kerja
- “Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan
yang harus Ibu minum.”
- “Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ.
Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau
pikiran Ibu tenang, Ibu bisa tidur dengan nyenyak.”
- “Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum
agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang
berlebihan.”
- “Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan
ini juga harus diminum setelah Ibu makan.”
- “Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”
- “Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah
Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat
berkurang.”
- “Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu
bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”
- “Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing,
atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
- “Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai
atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut
dapat diminum tepat waktu.”
3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus
Ibu minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”
(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja
obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.”
- RTL: “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat
mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau
Ibu merasa gatal-gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat
menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
- Kontrak yang akan datang: “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan
siang, saya akan datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita
bertemu di ruangan ini saja ya Bu.”
“Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau
tidak ada, saya permisi dulu.”
DAFTAR PUSTAKA
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.