Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHILANGAN DAN BERDUKA


1. Pengertian Kehilangan dan berduka
Pengertian Kehilangan (Loss) menurut Iyus Yosep dalam buku
keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu keadaan Individu
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Berdasarkan

penjelasan

diatas,

dapat

disimpulkan

bahwa

kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi


pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari
keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
Pengertian Berduka Cita (Grieving) Grieving adalah reaksi
emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik
karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Bereavement adalah
keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi.
Keadaan jiwa berada pada rentang sehat sakit.
Respons Adaptif

Respons Maladaptif

Sehat jiwa

masalah psikososial

gangguan jiwa

Pikiran logis

pekiran kadang menyimpang

waham

Persepsi akurat

ilusi

halusinasi

Emosi konsisten

reaksi emosiaonal

ketidakmampuan
mengendalikan
Emosi

Prilaku sesuai

prilaku kadang tidak sesuai

perilaku kacau

Hubungan sosial

menarik diri

isolasi sosial

MemuaskaN
2. Proses Kehilangan
a. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna positif melakukan kompensasi dengan kegiatan positif
perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
b. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresif
diekspresikan ke dalam diri muncul gejala sakit fisik
c. Stressor internal dan eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresi
diekspresikan keluar dari individu kompensasi dengan perilaku
konstruktif perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
d. Stressor internal dan eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresi
diekspresikan keluar dari individu kompensasi dengan perilaku
destruktif merasa bersalah ketidakberdayaan
3.

Bentuk- bentuk Kehilangan


Bentuk-Bentuk Kehilangan antara lain, yaitu;
a. Kehilangan orang yang berarti.
b. Kehilangan kesejahteraan.
c. Kehilangan milik pribadi.

4. Pohon Masalah
MK 1 :
MK 2 : Isolasi Sosial
Defisit Aktifitas
Kehilangan Disfungsional
&
Koping Individu tak efektif Pengingkaran Kehilangan
MK 3 : Ansietas

Kehilangan dan duka Cita

5. Sifat Kehilangan
a. Tiba - tiba (Tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan
tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat.
Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau
pelalaian diri akan sulit diterima.
b. Berangsur - angsur (Dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat
menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

6. Tipe Kehilangan
a. Actual Loss Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain, sama dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh:
kehilangan anggota badan,uang, pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss ( Psikologis ) Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh
individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang
lain. Contoh : Kehilangan masa remaja, lingkungan yang berharga.
c. Anticipatory Loss Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.
Individu memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yangakan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan
klien (anggota) menderitasakit terminal.
7. Lima Kategori Kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal. Kehilangan benda eksternal mencakup segala
kepemilikan yang telah menjadi usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orang
tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal Kehilangan yang berkaitan
dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mencakup

lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau kepindahan


secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatandiruma
sakit.
c. Kehilangan orang terdekat orang terdekat mencakup orangtua, pasangan,
anak-anak, saudara sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Artis atau atlet terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi orang muda.
Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan
sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan
atau kematian.
d. Kehilangan aspek diri Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup
bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya
mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e. Kehilangan hidup Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi
detik-detik dimana orang tersebut akan meninggal.
8. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
a. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka Menurut Kubler Ross ( 1969 )
terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1) Denial ( Mengingkari )
a) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi,
dengan
b) Mengatakan Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi, itu
tidak mungkin.
c) Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan
terus menerus mencari informasi tambahan.
d) Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
2) Anger ( Marah )
a) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan.

b) Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering


diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang
tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
c) Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar,
menolak pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak
becus.
d) Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka
merah, nadicepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3) Bergaining ( Tawar Menawar )
a) Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon
kemurahanTuhan.
b) Respon ini sering dinyatakan dengan kata- kata kalau saja kejadian
itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa.
c) Apabila

proses

berduka

ini

dialami

oleh

keluarga

maka

pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai kalau yang sakit


bukan anak saya.
d) Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat
suratwarisan, mengunjungi keluarga dsb.
4) Depression ( Bersedih yang mendalam)
a) Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu
tidak biasdi tolak.
b) Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik
diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien
yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang
menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga.
c) Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan,
susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5) Acceptance (menerima)
a) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
b) Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa
damaidan tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.

c) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang,
kadang klien ingin ditemani keluarga/ perawat.
d) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata- kata seperti
saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru
saya
manis Juga, atau Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tena
ng setelah saya tahu semuanya baik.
b. Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka menurut Lambert and Lambert
(1985), 3 fase :
1) Repudiation ( Penolakan )
2) Recognition ( Pengenalan )
3) Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )
c. Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka menurut Stuart and Sunden
( 1991 ), 3 fase:
1) Closed AwarenessKlien

dan

keluarga

tidak

menyadari

akan

kemunkinan dan tidak mengertimengapa klien sakit dan mereka


merasa seolah-olah klien bias sembuh.
2) Mutual PretenceKlien dan keluarga mengetahui bahwa prognosa
penyakit klien adalahpenyakit terminal, namun berupaya untuk tidak
menyinggung atau membicarakanhal tersebut secara terbuka.
3) Open AwarenesKlien dan keluarga menyadari dan mengetahui akan
adanya kematian danmerasa perlu untuk mendiskusikannya.
9. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan
Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu
untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri,
menerima dan mengembalikannya pada Allah SWT.
10. Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia
No.
1.

Jenis Stressor
Gempa dan Tsunami di

Jenis Kehilangan
Rumah, orang yang berarti, pekerjaan,

2.
3.

Aceh
Lumpur Lapindo
Gempa di Yogjakarta

bagiantubuh.
Rumah, tetangga yang baik
makna rumah yang lama, orang yangberarti,

4.
5.

Rumah
Jatuhnya pesawat Adam Air
Tenggelamnya Kapal

bagian tubuh, pekerjaan


Orang yang berarti, bagian tubuh
Orang yang berarti

6.
7.

Levina
Sampah longsor
Banjir bandang

Orang yang berarti


Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan

8.
9.

PHK di IPTN
Banjir Jakarta

Pekerjaan, status, harga diri


Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.

11. Teori Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka


11.1Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita
klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui
perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah:
a. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
b. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
c. Perilaku koping yang adekuat selama proses
1) Faktor predisposisi faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon
kehilangan adalah:
a) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.
b) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
c) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan

tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
d) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (StuartSundeen, 1991).
e) Struktur KepribadianIndividu dengan konsep yang negatif, perasaan
rendah diri akanmenyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak
objektif terhadapstress yang dihadapi.
2) Faktor presipitasi ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan
kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu
seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan fungsi seksualitas
c) Kehilangan peran dalam keluarga
d) Kehilangan posisi di masyarakat
e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f) Kehilangan kewarganegaraan
3) Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antaralain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat.
4) Respon Spiritual
a) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c) Tidak memilki harapan; kehilangan makna

5) Respon Fisiologis
a) Sakit kepala, insomnia
b) Gangguan nafsu makan
c) Berat badan turun
d) Tidak bertenaga
e) Palpitasi, gangguan pencernaan
f) Perubahan sistem imune dan endokrin

6) Respon Emosional
a) Merasa sedih, cemas
b) Kebencian
c) Merasa bersalah
d) Perasaan mati rasa
e) Emosi yang berubah-ubah
f) Penderitaan dan kesepian yang berat
g) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
h) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
i) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
7) Respon Kognitif
a) Gangguan asumsi dan keyakinan
b) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing
8) Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
a) Menangis tidak terkontrol
b) Sangat gelisah; perilaku mencari

c) Iritabilitas dan sikap bermusuhan


d) Mencari

dan

menghindari

tempat

dan

aktivitas

yang

dilakukan

bersamaorang yang telah meninggal.


e) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal
inginmembuangnya
f) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
g) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
h) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

11.2Analisa Data
1) Data subjektif:
a)
b)
c)
d)

Merasa sedih
Merasa putus asa dan kesepian
Kesulitan mengekspresikan perasaan
Konsentrasi menurun

2) Data objektif:
a)
b)
c)
d)
e)

Menangis
Mengingkari kehilangan
Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

11.3Diagnosa Keperawatan
Diagnosa

keperawatan

Nursing Diagnostic Application

Lynda

Carpenito

to Clinicsl

Pratice,

(1995),

dalam

menjelaskan

tiga

diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada pada


tipe kehilangan, seperti :
a. Potensial proses berduka yang tidak terselesaikan sehubungan dengan
kematian ibu.
b. Fiksasi berduka pada fase depresi sehubungan dengan kematian ibu.
c. Potensial respon berduka yang berkepanjangan sehubungan dengan
proses berduka sebelumnya yang tidak tuntas

11.4Intervensi Keperawatan
a) Intervensi untuk klien yang berduka
1

Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan


yang adaptif.

Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.

Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa
lalu saat ini.

Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.

Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.

Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.

Gunakan komunikasi yang efektif.


a. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
b. Dorong penjelasan
c. Ungkapkan hasil observasi
d. Gunakan refleksi
e. Cari validasi persepsi
f. Berikan informasi
g. Nyatakan keraguan
h. Gunakan teknik menfokuskan
i. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan
hal yang tersirat

Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti:


a. Kehadiran yang penuh perhatian
b. Menghormati proses berduka klien yang unik
c. Menghormati keyakinan personal klien
d. Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan,
konsisten
e. Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang
berhubungan dengan kehilangan

b) Intervensi untuk klien Kehilangan

Bina dan jalin hubungan saling percaya

Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian


yangmenyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya

Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka

Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka

Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien

Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga

Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy

Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut:


Fase Pengingkaran
a. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkanperasaannya.
b. Dorong

pasien

untuk

berbagi

rasa,

menunjukkan

sikap

menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap


pertanyaanpasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
Fase marah
a. Beri

dukungan

pada

pasien

untuk

mengungkapkan

rasa

marahnyasecara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.


Fase tawar menawar
a. Bantu

pasien

untuk

mengidentifikasi

rasa

bersalah

dan

perasaantakutnya.
Fase depresi
b. Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
c. Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
Fase penerimaan
a. Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
c) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1

Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta


menjagaanak selama masa berduka.

Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya


yangsalah.

Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan


perilakuyang diperhatikan oleh orang lain.

Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

d) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan


(Kematian Anak)
a. Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
b. Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
c. Menyiapkan perangkat kenangan.
d. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila
diperlukan.
e. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis
serta tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
11.5Evaluasi
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan
e. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

Strategi Pelaksanaan Keperawatan


Klien Kehilangan Dan Berduka (Sp 1)
I.

Proses keperawatan
1.

Kondisi klien
Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di
suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang
lalu, suami Ny. M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut,
Ny. M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum

meninggal. Selain itu, Ny. M juga tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2.

Diagnosa keperawatan
Kehilangan

Disfungsional

&

Pengingkaran

kehilangan

berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon


kehilangan pasangan.
3.

Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat.
b) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
c) Klien merasa lebih tenang

4.

Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien.
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
c. Dengarkan setiap perkataan klien.
d. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi.
e. Ajarkan klien teknik relaksasi

II.

Strategi pelaksanaan
a. Tahap orientasi
1.

Salam terapeutik:
Assalamualaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Rensita, Ibu bisa memanggil
saya suster Rini. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai
14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya
dipanggil apa?

2. Evaluasi / validasi:
Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?
3. Kontrak:

a) Topik :
Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang
keadaan ibu?
b) Waktu :
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?
c) Tempat :
Ibu mau kita berbincang- bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.
4. Tahap kerja
1) Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu
M saat ini?.
2) Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu.
3) Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir,
jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami
Ibu karenabeliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi
kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.
4) Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun Ibu sendiri.
5) Ibu sudah bisa memahaminya?
6) Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya
percaya Ibumempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak
akan hidup sendiri.Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan
orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.
7) Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi
yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan
sebentar, kemudian hembuskan perlahan-lahan.
8) Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.
5. Tahap terminasi
a. Evaluasi

(subjektif):
Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulaimemahami
kondisi yang sebenarnya terjadi?
(objektif) :
Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasiyang telah kita
lakukan.
b. Tindak Lanjut :
Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataanini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita
hari ini.
c. Kontrak yang akan datang:
Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup.
Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan
tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman
depan ya Bu.
Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi
dulu ya Bu. Assalamualaikum.

Anda mungkin juga menyukai