penjelasan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
Respons Maladaptif
Sehat jiwa
masalah psikososial
gangguan jiwa
Pikiran logis
waham
Persepsi akurat
ilusi
halusinasi
Emosi konsisten
reaksi emosiaonal
ketidakmampuan
mengendalikan
Emosi
Prilaku sesuai
perilaku kacau
Hubungan sosial
menarik diri
isolasi sosial
MemuaskaN
2. Proses Kehilangan
a. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna positif melakukan kompensasi dengan kegiatan positif
perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
b. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresif
diekspresikan ke dalam diri muncul gejala sakit fisik
c. Stressor internal dan eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresi
diekspresikan keluar dari individu kompensasi dengan perilaku
konstruktif perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
d. Stressor internal dan eksternal gangguan dan kehilangan individu
memberi makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresi
diekspresikan keluar dari individu kompensasi dengan perilaku
destruktif merasa bersalah ketidakberdayaan
3.
4. Pohon Masalah
MK 1 :
MK 2 : Isolasi Sosial
Defisit Aktifitas
Kehilangan Disfungsional
&
Koping Individu tak efektif Pengingkaran Kehilangan
MK 3 : Ansietas
5. Sifat Kehilangan
a. Tiba - tiba (Tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan
tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat.
Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau
pelalaian diri akan sulit diterima.
b. Berangsur - angsur (Dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat
menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
6. Tipe Kehilangan
a. Actual Loss Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain, sama dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh:
kehilangan anggota badan,uang, pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss ( Psikologis ) Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh
individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang
lain. Contoh : Kehilangan masa remaja, lingkungan yang berharga.
c. Anticipatory Loss Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.
Individu memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yangakan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan
klien (anggota) menderitasakit terminal.
7. Lima Kategori Kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal. Kehilangan benda eksternal mencakup segala
kepemilikan yang telah menjadi usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orang
tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal Kehilangan yang berkaitan
dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mencakup
proses
berduka
ini
dialami
oleh
keluarga
maka
c) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang,
kadang klien ingin ditemani keluarga/ perawat.
d) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata- kata seperti
saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru
saya
manis Juga, atau Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tena
ng setelah saya tahu semuanya baik.
b. Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka menurut Lambert and Lambert
(1985), 3 fase :
1) Repudiation ( Penolakan )
2) Recognition ( Pengenalan )
3) Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )
c. Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka menurut Stuart and Sunden
( 1991 ), 3 fase:
1) Closed AwarenessKlien
dan
keluarga
tidak
menyadari
akan
Jenis Stressor
Gempa dan Tsunami di
Jenis Kehilangan
Rumah, orang yang berarti, pekerjaan,
2.
3.
Aceh
Lumpur Lapindo
Gempa di Yogjakarta
bagiantubuh.
Rumah, tetangga yang baik
makna rumah yang lama, orang yangberarti,
4.
5.
Rumah
Jatuhnya pesawat Adam Air
Tenggelamnya Kapal
6.
7.
Levina
Sampah longsor
Banjir bandang
8.
9.
PHK di IPTN
Banjir Jakarta
tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
d) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (StuartSundeen, 1991).
e) Struktur KepribadianIndividu dengan konsep yang negatif, perasaan
rendah diri akanmenyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak
objektif terhadapstress yang dihadapi.
2) Faktor presipitasi ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan
kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu
seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan fungsi seksualitas
c) Kehilangan peran dalam keluarga
d) Kehilangan posisi di masyarakat
e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f) Kehilangan kewarganegaraan
3) Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antaralain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat.
4) Respon Spiritual
a) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
5) Respon Fisiologis
a) Sakit kepala, insomnia
b) Gangguan nafsu makan
c) Berat badan turun
d) Tidak bertenaga
e) Palpitasi, gangguan pencernaan
f) Perubahan sistem imune dan endokrin
6) Respon Emosional
a) Merasa sedih, cemas
b) Kebencian
c) Merasa bersalah
d) Perasaan mati rasa
e) Emosi yang berubah-ubah
f) Penderitaan dan kesepian yang berat
g) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
h) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
i) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
7) Respon Kognitif
a) Gangguan asumsi dan keyakinan
b) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing
8) Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
a) Menangis tidak terkontrol
b) Sangat gelisah; perilaku mencari
dan
menghindari
tempat
dan
aktivitas
yang
dilakukan
11.2Analisa Data
1) Data subjektif:
a)
b)
c)
d)
Merasa sedih
Merasa putus asa dan kesepian
Kesulitan mengekspresikan perasaan
Konsentrasi menurun
2) Data objektif:
a)
b)
c)
d)
e)
Menangis
Mengingkari kehilangan
Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
11.3Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan
Lynda
Carpenito
to Clinicsl
Pratice,
(1995),
dalam
menjelaskan
tiga
11.4Intervensi Keperawatan
a) Intervensi untuk klien yang berduka
1
Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa
lalu saat ini.
pasien
untuk
berbagi
rasa,
menunjukkan
sikap
dukungan
pada
pasien
untuk
mengungkapkan
rasa
pasien
untuk
mengidentifikasi
rasa
bersalah
dan
perasaantakutnya.
Fase depresi
b. Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
c. Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
Fase penerimaan
a. Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
c) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1
Proses keperawatan
1.
Kondisi klien
Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di
suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang
lalu, suami Ny. M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut,
Ny. M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ny. M juga tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2.
Diagnosa keperawatan
Kehilangan
Disfungsional
&
Pengingkaran
kehilangan
Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat.
b) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
c) Klien merasa lebih tenang
4.
Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien.
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
c. Dengarkan setiap perkataan klien.
d. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi.
e. Ajarkan klien teknik relaksasi
II.
Strategi pelaksanaan
a. Tahap orientasi
1.
Salam terapeutik:
Assalamualaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Rensita, Ibu bisa memanggil
saya suster Rini. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai
14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya
dipanggil apa?
2. Evaluasi / validasi:
Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?
3. Kontrak:
a) Topik :
Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang
keadaan ibu?
b) Waktu :
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?
c) Tempat :
Ibu mau kita berbincang- bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.
4. Tahap kerja
1) Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu
M saat ini?.
2) Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu.
3) Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir,
jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami
Ibu karenabeliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi
kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.
4) Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun Ibu sendiri.
5) Ibu sudah bisa memahaminya?
6) Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya
percaya Ibumempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak
akan hidup sendiri.Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan
orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.
7) Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi
yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan
sebentar, kemudian hembuskan perlahan-lahan.
8) Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.
5. Tahap terminasi
a. Evaluasi
(subjektif):
Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulaimemahami
kondisi yang sebenarnya terjadi?
(objektif) :
Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasiyang telah kita
lakukan.
b. Tindak Lanjut :
Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataanini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita
hari ini.
c. Kontrak yang akan datang:
Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup.
Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan
tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman
depan ya Bu.
Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi
dulu ya Bu. Assalamualaikum.