Anda di halaman 1dari 38

Studi Kasus Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Tn.

K
Dengan Gangguan Citra Tubuh Di Gang Musara

Ira Agustyne Damanik

Iradamanik2323@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio"
adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan
permulaan program inisiatif global untuk pemberantasan polio. Sebagian polio
positif yang diakibatkan oleh enterovirus RNA ini dikenal dengan
kemampuannya untuk mempengaruhi sebuah bagian dari sumsum tulang
belakang, dan mengakibatkan terjadinya Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau
dapat menyebabkan kematian jika otot pernapasan atau tenggorokan mendapat
lumpuh tetapi untungnya tidak banyak kasus yang terjadi.

Definisi Polio ( poliomyelitis ) Poliomyelitis atau yang sering disebut polio


adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Polio ditularkan
melalui air atau makanan yang terkontaminasi , atau melalui kontak dengan
penderita polio. World Health Organization (WHO) 27 tahun yang lalu telah
mencapai keberhasilan luar biasa dalam mengurangi jumlah polio di negara-
negara endemik, dari 125 negara di penjuru dunia hanya ada 3 negara
termasuk Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria, dimana Wild Polio Virus (WPV)
transmisinya belum terputus walaupun angka kasus terjadinya polio telah
turun dibawah angka 99% dibandingkan dengan 350.000 kasus baru per tahun
kemudian (Ghafoor & Sheikh, 2016). Pada bulan Mei 2012, World Health
Assembly (WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu
isu kedaruratan kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju
eradikasi polio. Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio
bersama dengan negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR)
pada bulan Maret 2014, sementara itu dunia masih menunggu negara lain yang
belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Untuk
mempertahankan keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan strategi
menuju eradikasi polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa rangkaian
kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin
trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine(bOPV)
dan introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020
diharapkan penyakit polio telah berhasil dihapus dari seluruh dunia
(KESMAS, 2016).

Dampak psikologis perubahan fisik berdampak pada citra tubuh hal ini akan
menyebabkan pasien merasa sulit untuk menerima keadaanya, merasa rendah
diri, merasa malu karena menganggap dirinya tidak sempurna lagi, dan merasa
tidak percaya diri untuk bertemu orang lain sehingga butuh waktu untuk
menyesuaikan dirinya agar bisa menerima keadaan . Perubahan bentuk dan
struktur yang terjadi pada tubuh dapat menimbulkan perasaan yang berbeda
sehingga mereka menunjukkan sikap penolakan terhadap penampilan fisik
mereka yang baru. Seseorang yang mengalami perubahan pada penampilan
dan fungsi tubuhnya, sebagian besar akan mengalami citra tubuh yang negatif
(Puspita, 2019).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani resiko gangguan citra tubuh
adalah melakukan upaya meningkatkan pandangan pada dirinya berbentuk
penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar dan tidak sadar,
persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh. Pandangan atau penilaian terhadap
diri meliputi: ketertarikan talenta dan keterampilan, kemampuan yang
dimiliki, kepribadian-pembawaan, dan persepsi terhadap moral yang dimiliki
(Meryana, 2017).

Survei awal yang dilakukan Di Gg. Musara Kec. Medan Helvetia maka
ditemukan pasien dengan gangguan citra tubuh akibat polio yang bernama
Tn.K dengan dengan gangguan citra tubuh Di Gg. Musara Kec. Medan
Helvetia.

1.2 Rumusan masalah


Berdasakan uraian latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut: Asuhan Keperawatan Pada TN.K dengan gangguan citra
tubuh di gg musara.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran gangguan citra tubuh Tn.K pada polio di gg musara
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.K dengan masalah
gangguan citra tubuh.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada Tn.K dengan masalah
gangguan citra tubuh.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi pada Tn.K dengan masalah
gangguan citra tubuh.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada Tn.K dengan masalah
kecemasan.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi pada Tn.K dengan masalah
kecemasan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Citra Tubuh
2.1.1 Definisi Citra Tubuh
Citra tubuh adalah cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan, dan
fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif
dan afektif. Kognitif adalah pengetahuan materi tubuh dan kelekatannya,
afektif mencakup sensasi tubuh, seperti nyeri, kesenangan, keletihan,
gerakan fisik. Citra tubuh adalah gabungan dari sikap, kesadaran ,dan
tidak kesadaran, yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter &
Perry, 2017). Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan
dengan tubuh, termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa
terhadap citra tubuh termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas,
feminitas dan maskulinitas, berpenampilan muda, kesehatan dan kekuatan
(Potter & Perry, 2017). Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap
tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance,
potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran
tubuh dan bentuk tubuh. Citra tubuh dapat mempengaruhi bagaimana cara
individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar
yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut
bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap
individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap
dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap
aspek psikologis individu tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon
orang lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi
individu terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian
tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan
meningkatkan harga diri.
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya
dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit &
Chayatin, 2008).

2.1.2 Faktor Yang Memperngaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan


fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh
dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan
nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik
terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila
dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2017).

2.1.3 Klasifikasi Citra Tubuh


Menurut Riyadi (2015), citra tubuh normal adalah persepsi individu yang
dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan
harga dirinya meningkat. Gangguan citra tubuh adalah persepsi negatif
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang sering berhubungan dengan
tubuh (Riyadi, 2015). Stressor pada tiap perubahan, yaitu :
a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit .
b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infuse.
c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai
dengan pemasanagan alat di dalam tubuh.
d. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system
tubuh.
e. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
f. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).

2.1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Dalami tahun 2018, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara
lain:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negative pada tubuh.
d. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
e. Mengungkapkan keputusasaan.
f. Mengungkapkan ketakutan

2.1.5 Stressor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh


a. Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi, histerektomi).
b. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang
belakang, penyakit neuromuskular, artritis, penurunan kemampuan
mental dan sensori).
c. Disfigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di wajah,
kolostomi, trakeostomi). Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi
muskular yang tidak dapat dicapai).

2.1.6 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara lain:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi.
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh dan persepsi negative pada
tubuh.
4. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
5. Mengungkapkan keputusasaan.
6. Mengungkapkan ketakutan

2.1.7 Stressor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh


a. Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi, histerektomi).
b. Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cidera sumsum tulang
belakang, penyakit neuromuskular, artritis, penurunan kemampuan
mental dan sensori).
c. Disfigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di
wajah, kolostomi, trakeostomi).

2.1.8 Terapi Keluarga


Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana
seseorang menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk
komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat
melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif (Pardede, 2020)

2.1.9 Terapi Hipnotis 5 Jari


Pemberian terapi hipnotis lima jari ialah membantu pasien menurunkan
stres tanpa adanya bantuan pharmakologi, memberikan dan
meningkatkan pengalaman subjektif bahwa ketegangan fisiologis bisa
direlaksasikan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan berespon pada
keadaan-keadaan tertentu ketika otot tegang, menurunkan stres pada
individu, mencegah manifestasi psikologis maupun fisiologis yang
diakibatkan stress (Marbun, Pardede & Perkasa, 2019).

2.1.10 Gangguan Citra Tubuh pada Pasien Polio


Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental fisik diri
individu (NANDA, 2015). Masalah psikososial yang dapat dialami
penyandang diabetes mellitus diantaranya meliputi gangguan konsep diri
dan kecemasan. Gangguan konsep diri yang mungkin muncul
diantaranya adalah gangguan citra tubuh. Citra tubuh membentuk
persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.
Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik
dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter & Perry, 2015). Individu yang mengalami gangguan citra tubuh
mungkin menyembunyikan atau tidak melihat atau menyentuh bagian
tubuh yang strukturnya telah berubah akibat penyakit atau trauma.
Beberapa individu dapat juga mengekspresikan perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mamp u megendalikan situasi, dan kerapuhan. Pasien
yang dirawat di rumah sakit sangat mungkin mengalami perubahan citra
tubuh, perubahan ukuran tubuh, berat badan yang turun akibat penyakit,
perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi dan suntikan
daerah pemasangan infus merupakan stresor yang bisa mengakibatkan
ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh yang memicu terjadinya gangguan
citra tubuh. Makna objek sering kontak, penampilan berubah
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, respiratori, suntik, pemeriksaan
tanda vital dan lain- lain) (Tjokroprawiro, 2011). Luka atau peradangan
pada ekstremitas bawah atau kaki yang terjadi pada klien diabetes
mellitus harus segera diobati, dirawat, bila terlambat mudah timbul
ganggre diabetik (luka kehitaman karena sebagian jarinya mati dan
membusuk, berbau tidak sedap atau busuk) pada akhirnya harus
dipotong (amputasi), ganggren diabetik penderita mendapatkan insulin,
antibiotik dosis tinggi, dan perawatan secara intensif (Hidayat,
Musrifaul, Ullyah 2015).
Peran perawat dalam hal ini adalah menciptakan hubungan saling
percaya dengan mendorong klien untuk membicarakan perasaan tentang
dirinya, meningkatkan interaksi sosisal dngan cara membantu klien
untuk menerima pertolongan dari orang lain, mendorong klien untuk
melakukan aktivitas sosial, menerima keadaan dan lainnya (Hidayat,
Musrifatul, Ullyah 2015).
2.2 Konsep Polio

2.2.1 Pengertian Polio


Definisi Polio ( poliomyelitis ) Poliomyelitis atau yang sering disebut
polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Polio
ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi , atau melalui
kontak dengan penderita polio. Virus polio menyerang otak dan saraf
tulang belakang penderitanya dan bisa menyebabkan kelmpuhan,
masalah pernafasan hingga kematian .Polio atau poliomyelitis
merupakan istilah yang berasal dari Yunani berarti abu-abu , mylos
mengacu ke “ sumsum tulang belakang “ dan itis yang berarti inflamasi.

2.2.1 Klasifikasi Polio


Polio simtomatik (dengan gejala) 4-8 % kasus menunjukkan gejala .
polio simtomatik dapat dibagi lebih lanjut ke dalam bentuk ringan ( non
paralitik ) poloi yang gagaldan bentuk yang parah disebut polio paralitk (
terjadi pada 0,1% -2 % dari kasus) 15 2. Polio asimtomatik (tanpa
gejala) Sekittar 95% dari semua kasus tidak menunjukkan gejala. Polio
paralitik juga dapat diklasifikan sebagai : a. Polio spinal ,serangan
neuron motor (saraf yang membawa impuls motorik /penggerak ) di
sumsum tulang belakang ini menyebabkan kelumpuhan dilengan dan
kaki serta menimbulkan masalah pernafasan. b. Polio bulbar ,
mempengaruhi neuron yang bertangung jawab untuk penglihatan ,
sensasi sentuhan , menelan, dan bernafas. c. Polio bulbaspinal ,
campuran antara polio spinal dan polio bulbar Banyak orang dengan poli
non –paralitik mampu pulih sepenuhnya, sementara pasien dengan poli
paralitik umumnya berakhir dengan kelumpuhan permanen.Seperti
banyak penyakit menular lainnya ,korban polio cenderung merupakan
orang yang paling rentan dari populasi seperti orang yang sangat muda,
wanita hamil, dan orang –orang yang dengan system kekebalan tubuh
yang melemah secara subtansial oleh kondisi medis lainnya. Selain itu
bagi orang yang belum di imunisasi polio sangat rentan untuk tertular
infeksi.
2.2.2 Etiologi
Etiologi Penyakit polio yang disebabkan oleh virus polio, virus yang
sangat menular khusus untuk manusia .virus ini biasanya dilepaskna dari
seseornag yang terinfeksi. Di daerah dengan sanitasi yang buruk , virus
mudah meyebar melalui rute fekal-oral, melalui udara atau makanan
yang terkontaminasi . Selain itu, kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi virus juga dapat menyebabkan polio. Polio yang terdiri tiga
strain yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig) dan strain 3 (leon).
Virus polio termasuk genus enteroviorus, family picornavirus.

2.2.3 Gejala Polio


Gejala Polio Penyakit polio dalam bentuk yang paling sempurna ,
menampilkan gejala seperti kelumpuhan. Namun , kebanyakan orang
dengan gejala polio tidak benar-benar menampilkan gejala atau menjadi
sakit . Ketika gejala muncul ,ada perbedaaan tergantung pada jenis
penyakit polio.Gejala polio nonparalitik (poliomyelitis gagal) dapat
dikenali dari flu yang berlangsung selama beberapa hari atau
minggu,demam, sakit, dan leher kekakuan, kejang kaki,nyer iotot dan
menangis. Sementara gejala paralitik akan sering terjadi dengan gejala
yang mirip dengan polio nonparalitik, tetapi akan berkembang ke gejala
yang lebih serius seperti reflex pikiran, nyeri yang parah dan kejang,
hingga anggota yang sulit atau tidak mau digerakkan-buruk lebih salah
satu sisi tubuh.

3.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.3 Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Terjadinya gangguan konsep citra tubuh juga dipengaruhi beberapa
faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan
kultural:

a. Kajian Biologis
kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmiter di otak contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
gangguan citra tubuh kecendrungan berdampak pada harga diri
rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-
pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Kajian Psikologis
Berdasarkan faktor psikologis, gangguan citra tubuh sangat
berhubungan dengan harga diri rendah dan kemampuan individu
menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah meliputi
penolakkan orang, harapan yang tidak realistis, tekanan teman
sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran
dalam pekerjaan.
c. Kajian Sosial
Sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya
gangguan citra tubuh yang menuju harga diri rendah kronis,
antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan
rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan
individu.
d. Kajian Kultural
Tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan
kejadian terhadap penolakan pada klien dengan gangguan citra
tubuh antara lain: wanita sudah harus memiliki tubuh yang
sempurna, menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan
kultur kearah gaya hidup individualisme.

2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan
masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual secara verbal dan
psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi
seseorang.

3. Perilaku
Gangguan citra tubuh dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan
rasa malu. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat citra tubuh.
a. Respon Fisiologis Terhadap gangguan cutra tubuh

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskuler  Palpitasi.
 Jantung berdebar.
 Tekanan darah rendah dan denyut nadi menurun.
 Rasa mau pingsan .

Pernafasan  Napas cepat.


 Pernapasan dangkal.
 Rasa tertekan pada dada.
 Pembengkakan pada tenggorokan.
 Rasa tercekik.
 Terengah-engah.

Neuromuskular  Peningkatan reflek.


 Reaksi kejutan.
 Insomnia.
 Ketakutan.
 Gelisah.
 Wajah tegang.
 Malu
 Kelemahan secara umum.
 Gerakan lambat.
 Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal  Kehilangan nafsu makan.


 Menolak makan.
 Perasaan dangkal.
 Rasa tidak nyaman pada abdominal.
 Rasa terbakar pada jantung.
 Nausea.
 Diare.

Perkemihan  Tidak dapat menahan kencing.


 Sering kencing.

Kulit  Rasa terbakar pada mukosa.


 Berkeringat banyak pada telapak tangan.
 Perasaan panas atau dingin pada kulit.
 Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

b. Respon Perilaku Kognitif

Sistem Respons
Perilaku  Gelisah.
 Ketegangan fisik.
 Tremor.
 Gugup.
 Bicara cepat.
 Tidak ada koordinasi.
 Kecenderungan untuk celaka.
 Menarik diri.
 Menghindar.
 Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif  Gangguan perhatian.
 Konsentrasi hilang.
 Pelupa.
 Salah tafsir.
 Adanya bloking pada pikiran.
 Menurunnya lahan persepsi.
 Kreatif dan produktif menurun.
 Bingung.
 Khawatir yang berlebihan.
 Hilang menilai objektifitas.
 Takut akan kehilangan kendali.
 Takut yang berlebihan.

Afektif  Mudah terganggu.


 Tidak sabar.
 Gelisah.
 Tegang.
 Nerveus.
 Ketakutan.
 Alarm.
 Tremor.
 Gugup.
 Gelisah.

4. Sumber Koping
Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping
Ketika mengalami gangguan citra tubuh individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan
mengatasi citra tubuh secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa yang biasanya muncul adalah :
1. Gangguan Citra Tubuh
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Harga Diri Rendah
4. Ketidakberdayaan
5. Perubahan Proses Berfikir
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh
Tujuan :
 Klien mampu mengenal bagian tubuh yang sehat dan yang
terganggu atau sakit
 Klien mampu mengetahui cara mengatasi gangguan citra tubuh
 Klien mampu mengafirmasi bagian tubuh yang sehat
 Klien mampu melatih dan menggunakan bagian tubuh yang sehat
 Klien mampu merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu
 Klien mampu mengevaluasi manfaat yang telah dirasakan dari
bagian tubuh yang terganggu
 Klien mampu mengevaluasi manfaat bagian tubuh yang masih
sehat
 Klien mampu merasakan manfaat latihan pada bagian tubuh yang
terganggu
Tindakan :
a. Kaji tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemampuan klien
mengatasinya.
b. Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat gangguan citra
tubuh
c. Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien terhadap citra
tubuhnya
d. Menjelaskan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu
hamil
e. Motivasi klien untuk merawat dan meningkatkan citra tubuh
seperti : menggunakan make up dan skincare untuk wajah yang
berjerawat.
f. Motivasi klien untuk melakukan latihan meningkatkan citra tubuh
sesuai jadwal dan beri pujian.
2. Koping tidak efektif
Tujuan :
 Klien mampu mengetahui perubahan kondisi kesehatan dan
kemampuannya mengatasi perubahan
 Klien mampu mengetahui pengertian tanda dan gejala penyebab
serta akibat dari ketidakefektifan koping
 Klien mampu mengetahui cara mengatasi ketidakefektifan koping
 Klien mampu mengatasi masalah secara bertahap
 Klien mampu menggunakan sumber/daya sistem pendukung
dalam mengatasi masalah
 Klien mampu merasakan manfaat latihan yang dilakukan
 Klien mampu mengembangkan koping yang efektif klien mampu
merasakan manfaat sistem pendukung
Tindakan :
a. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan koping
b. Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
c. Diskusikan koping (upaya atau cara) mengatasi masalah pada
masa lalu
d. Koping (upaya) yang berhasil dan tidak berhasil. Berikan pujian
e. Pemanfaatan sumber daya atau sistem pendukung dalam
mengatasi masalah
f. Latihan menggunakan upaya menyelesaikan masalah saat ini
dengan menggunakan cara lama yang berhasil atau cara baru.
 Buat daftar masalah yang dihadapi
 Buat daftar cara (lama dan baru) yang akan digunakan
 Pilih, latih, dan jadwalkan cara yang akan digunakan untuk
masalah yang dihadapi
 Evaluasi hasil jika berhasil dibudidayakan jika kurang berhasil
dipilih cara lain pada daftar cara nomor kedua
g. Latih menggunakan sistem pendukung yang teratur
h. Beri motivasi dan pujian atas keberhasilan klien mengatasi
masalah
3. Harga Diri Rendah
Tujuan :
 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi
yang terapeutik
 Klien mampu mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan
yang di miliki klien, keluarga dan lingkungan
 Klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan
 Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan
 Melatih klien kegiatan yang dipilih sesuai rencana yang dibuat
sesuai kemampuan klien
2.2.4 Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Stuart, Keliat & Pasaribu,
2016)

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai


berikut :
Tahap 1: persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2: intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalahkegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan: independen, dependen, dan
interdependen.
Tahap 3: dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan
proses dan Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang


telah disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal
ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya
harus di dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan (Stuart, Keliat & Pasaribu, 2016).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn.K Kondisi saat ini :
Usia : 48 tahun TnTn.K mengeluh pada keterlambatan pertumbuhan pada salah satu
Tahun no reg : - kakinya
Ruangan : -
Tgl masuk rs: -
Tgl pengkajian : 03 oktober 2021
Alamat : Gg. Musara

1. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

FAKTOR PREDISPOSISI FAKTOR PRESIPITASI STRESSOR


Nature Origin Number – Timing
Biologi Polio
Badan lemas, nyeri pada Internal Sejak 10 hari yang
1. Polio lalu
bagian salah satu
2. Tn.K menderita Polio sejak umur 2 tahun
kakinya, teraba kasar
pada kulit
FAKTOR PREDISPOSISI FAKTOR PRESIPITASI STRESSOR
Nature Origin Number – Timing
Psikologi  Takut, , Malu, Internal Sejak 10 hari yang Gangguan citra
1. Tn.K memiliki kepribadian yang terbuka setiap ada Khawatir lalu tubuh
masalah akan dibicarakan dengan keluarganya
 Sering
2. Ny. M merasa malu dengan kondisi tubuh yang tidak
kepikiran
sempurna lagi ,luka lama sembuh
penyakitnya

Sosiocultural

1. Tn.K seorang laki-laki yang berusia 48 Tahun


2. Tn.K sudah menikah
3. Tn.K seorang tulang punggung keluarga
4. Tn.K bersosialisasi dengan masyarakat sekitar
Genogram Keterangan Genogram :

Klien tinggal bersama anak-anaknya

Keterangan: : perempuan
: laki-laki
: klien
: cerai
: garis keturunan
: garis perkawinan
: tinggal serumah dengan klien
: meninggal
2. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR

STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL DIAGNOSA


KEPERAWATAN
BIOLOGIS
 Polio  Tn.K sangat  Turgor  Pasien Gangguan Citra
 Tn.K
merasa kulit  Ekspresi Tubuh
menggunakan
Menganggap malu teraba muka
kasar malu fasilitas
penyakit yang dengan
 Tn.K
dirinya kesehatan untuk
diderita sangat tampak  Ny.M tampak
sendiri saat lemas lemas dan pengobatannya.
serius. ini  Pemeriksa takut
an TTV
TD: 110/80
 Tidak tahu apa
mmhg
yang harus N : 88 x /
menit
dilakukan untuk
P : 22 x /
penyakitnya menit
S: 37 0C

PSIKOLOGIS
 Sedih, takut,  Tn.K memikirkan  Klien  Nyeri  Merasa takut  Hubungan  Gangguan
menolak, bagaimana jika Merasa  Turgor dan tidak Tn.K citra tubuh
gelisa, malu, masyakat sekitar malu kulit berharga dengan
dan bingung tidak menerimanya dengan teraba  Tn.K tampak keluarga  Harga diri
kasar gelisah baik
dengan tubuhnya
kondisinya saat ini  tampak  Tn.K rendah
lemas menunduk  Tn.K kurang
 Klien  Pemeriksa dan malu saat bersosialisasi  Ketidakberda
merasa an TTV bercerita dengan yaan
takut TD: 110/80 masyarakat
dibicarai mmhg
N : 88 x /
oleh
menit
orang P : 22 x /
sekitar menit
S: 37 0C

SOSIAL  nyeri  Kontak mata  Hubungan  Gangguan


BUDAYA  merasa malu dan  Merasa  Sulit tidur ada tapi tidak Tn.K citra tubuh
 Klien jarang mempunyai khawatir  Turgor bertahan lama dengan
melakukan hambatan dalam dan sedih . kulit  Volume suara keluarga  Harga diri
kegiatan teraba kecil baik rendah
bersosialisasi
yang kasar  Tn.K tampak  Tn.K tetap
dilakukan  Ny.M gelisah,takut, mengikuti  Ketidakberda
tampak dan malu program yaan
oleh pengobatan
lemas
masyarakat

 Tidak dapat
bersosialisas
i dengan
masyarakkat

Pohon Masalah :
Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ketidakberdayaan
3. SUMBER KOPING

DIAGNOSA SOSIAL MATERIAL


PERSONAL ABILITY BELIEF TERAPI
KEPERAWATAN SUPPORT ASSET
Gangguan citra Klien mengakui masih susah  Tn.K Klien yakin  Behavior
tubuh menerima keadaan nya sampai Keluarga sangat Menggunakan dengan therapy
saat ini. memberikan support dana pribadi diajarkan Psikoedukasi
pada klien terapi bisa keluarga
saat berobat
mengurangi
ketika sakit rasa takut
dan malu
yang
dirasakan

Harga diri rendah Klien mengatakan merasa tidak Keluarga memberi  Tn.K tinggal Klien yakin
berharga dan merasa malu dukungan penuh di rumah dengan
bahkan menolak dan menarik diri dengan anak- bantuan
dari lingkungan anaknya dan
dukungan
 Sarana
dari orang
dan sekitar dia
prasarana mampu
tersedia melewati
setiap
masalah
yang
dihadapi

4. MEKANISME KOPING

ANALISA/KESAN
UPAYA YANG DILAKUKAN
KONSTRUKTIF DESTRUKTIF

 Klien bercerita pada keluarganya ketika mengalami keadaan yang sulit
 Tn.K taat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya
5. STATUS MENTAL
1. Penampilan Rapi dan bersih
2. Pembicaraan Menceritakan semua yang dialaminya dengan ekspresi wajah malu dan gelisa
3. Aktivitas motorik Mampu berinteraksi
4. Interaksi selama Ada kontak mata saat wewancara
wawancara
5. Alam perasaan Klien merasa malu dan takut dibicarakan oleh orang lain
6. Afek Sesuai dengan emosi
7. Persepsi Tidak ada gangguan
8. Isi pikir Tidak ada gangguan isi piker
9. Proses pikir Tidak ada gangguan proses pikir
10. Tingkat kesadaran Normal
11. Daya ingat Normal
12. Kemampuan berhitung Tidak ada gangguan dalam berhitung
13. Penilaian Klien mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri
14. Daya tilik diri Klien menyadari memang tidak dapat menerima kaadaan dirinya dengan
perubahan pada tubuhnya
6. DIAGNOSA DAN TERAPI

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TERAPI DIAGNOSA MEDISDAN TERAPI MEDIS


KEPERAWATAN
Polio
1. Gangguan citra tubuh
1. Mengkaji dan gejala gangguan citra tubuh dan
kemampuan klien mengatasinya.
2. Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat gangguan
citra tubuh
3. Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien
terhadap citra tubuhnya
4. Motivasi klien untuk merawat dan meningkatkan citra
tubuh dan Motivasi klien untuk melakukan latihan
meningkatkan citra tubuh sesuai jadwal dan beri pujian.
2.Harga Diri Rendah
Terapi Hipnotis 5 jari
3. Penampilan peran tidak efektif
Terapi perilaku
3.1 IMPLEMENTASI TINDAKAN KPERAWATAN DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP


Tanggal: 03 oktober 2021 S: klien mampu mengungkapkan presepsi tentang
Jam:11.00 WIB penyakitnya dulu dan saat ini.
1. Memahami keadaan pasien
2. Mendiskusikan proses terjadinya polio, tanda, gejala, dan akibat O: pasien tampak tenang dan mampu
3. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuh klien mengungkapkan perasaan yang di alami saat ini
4. Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien
5. Mencoba berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu A:Gangguan Citra Tubuh (-)

P Klien: pasien melakukan terapi yang diajarkan


Pperwat : evaluasi terapi ke sesi 1 sudah selesai dan
menyiapkan terapi selanjutnya

Tanggal : 04 Oktober 2021 S: klien mampu mengungkapkan penyebab


Jam : 14.00 wib terjadinya polio yang di alami dahulu sampai saat
a. Motivasi klien untuk merawat dan meningkatkan citra tubuh seperti : ini
- Teknik relaksasi napas dalam
O:pasien tampak tenang dan mampu menerima
- Distraksi : bercakap-cakap hal positif perasaan tentang citra tubuhnya
- Hipnotis 5 jari fokus padahal-hal yang positif
A:Gangguan Citra Tubuh (-)
P Klien: pasien melakukan terapi yang diajarkan
Pperwat : evaluasi terapi ke sesi 2 sudah selesai dan
b. Bantu klien melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan yang
menyiapkan terapi selanjutnya
sudah di rencanakan

TTD
Perawat
:
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP

Tanggal : 05 Oktober 2021 S:


Jam : 10.00 wib  Klien mengatakan ia mampu
mengindentifikasi situasi yang mencetus
a. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan koping harga diri rendah
b. Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping  Klien mengatakan sudah bisa melakukan
teknik tarik napas dalam
c. Diskusikan koping (upaya atau cara) dan mengatasi masalah pada masa
 Klien mengatakan sudah bisa melakukan
lalu teknik hipnotis 5 jari
d. Koping (upaya) yang berhasil dan tidak berhasil. Tetap berikan pujian
O:
pada klien  Klien tampak rileks dan tidak gelisah lagi
 Klien mampu melakukan distraksi
 Klien mampu melakukan hipnotis 5 jari

A : Harga Diri Rendah (-)

P:
 Bantu klien melakukan latihan sesuai dengan
jadwal kegiatan
 Terapi Perilaku
Tanggal : 06 Oktober 2021
Jam : 13.00 wib

a. Mengkaji klien untuk mengenali dan mendiskusikan pemikiran untuk S: Klien mengatakan : merasa lebih tenang dan tidak
sadar akan hal negative tentang diri. merasa malu lagi.
b. Membantu klien untuk mengidentifikasi sumber motivasi
c. Bantu klien melakukan terapi kognitif perilaku
d. Bantu klien melakukan latihan sesuai jadwal kegiatan O: Klen mampu menjelaskan kembali penjelasan
yang sudah diberikan .

A:Harga Diri Rendah (-)

P Klien: pasien melakukan terapi yang diajarkan


: Pperwat : evaluasi terapi ke sesi 4 sudah selesai dan
menyiapkan terapi selanjutnya

TTD
Perawat
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP
07 Oktober 2021
S: Klien mengatakan : dapat menyebutkan
JAM 10.00 WIB
penyebab penampilan peran tidak efektif
1. Membantu klien mengetahui bahwa situasi saat ini hanya sementara
2. Ajarkan bersosialisasi
3. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan O: Klen mampu menjelaskan kembali penjelasan
4. ajarkan klien melakukan terapi sesuai jadwal kegiatan yang sudah di yang sudah diberikan
tentukan
A:Penampilan Peran Tidak Efektif (-)

P Klien: pasien melakukan terapi yang diajarkan


Pperwat : evaluasi terapi ke sesi 5 sudah selesai dan
menyiapkan terapi selanjutnya
08 Oktober 2021 S: Klien mengatakan : dapat menghadapi kondisi
12.00 WIB saat ini dengan mengembangkan kemampuan yang
ada
1. Membantu Menenangkan Klien
2. Memahami keadaan pasien
O: Klen mampu menjelaskan kembali penjelasan
3. Mendiskusikan penyebab,terjadinya proses terjadi, tanda gejala,akibat
yang sudah diberikan kepada klien
4. ajarkan klien melakukan terapi sesuai jadwal kegiatan

A:Penampilan Peran Tidak Efektif (-)

P Klien: pasien melakukan terapi yang diajarkan


Pperwat : evaluasi terapi ke sesi 6 sudah selesai

TTD
Perawat
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Tahap Pengkajian


Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis. penulis menapatkan
hasil yaitu seorang Laki-Laki bernama Tn.K Saat dilakukan pengkajian
dirumahnya mengatakan sudah menderita Polio sejak berusia 2 tahun. Tn.K
merasa malu dengan teman-temannya sejak dia masih muda, merasa iri
dengan teman-temannya yang bisa lari dan bermain sepak bola seperti remaja
pada umumnya, dan disaat dia berusia 48 tahun klien merasa khawatir tidak
bisa menjadi tulang punggung yang baik bagi keluarganya.

Pasien memiliki 2 orang anak perempuan yang tinggal dirumah dengan


keluarganya.saat Tn.M merasakan suasana hati yang buruk Tn.K sharing
dengan anak-anaknya dan Tn.K sangat mendapatkan dukungan penuh dari
keluarganya.. dan penampilan pasien rapi dan bersih, ramah dan mau
menceritakan semua hal yang dialaminya, Tn.K seseorang yang terbuka. Saat
dilakukan pemberian terapi pasien bisa mengikuti instruksi yang diberikan.
evaluasi yang saya lakukan terapi 1 berhasil dan dilanjutkan dengan
pemberian terapi ke 2.
.

Pada tahap evaluasi penulis hanya dapat melaksanakan diagnosa


keperawatan yang pertama saja. Pada evaluasi yang diharapkan adalah :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Mampu mengenal gangguan citra tubuh
d. Mampu mengatasi gangguan citra tubuh melalui teknik releksasi
e. Mampu mengatasi gangguan citra tubuh melalui kegiatan spritual
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang telah disusun dan dilaksanakan
kepada Ny. M dimiliki dari pengkajian, rumusan masalah, perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi didapat hasil bahwa Ny. M dengan keluhan
utama merasa malu dengan kondisi payudaranya, masih merasakan nyeri pada
bagian bekas operasi. pasien menarik diri dari lingkungannya. Data objektif
yaitu klien tampak lemas, bingung, sering khawatir dan cemas. Dari masalah
masalah diatas maka diperoleh prioritas masalah yang diangkat adalah tentang
gangguan citra tubuh. Kemudian diberikan intervensi secara konsep yaitu
terapi kognitif perilaku, terapi distraksi, hipnotis lima jari dan pendidikan
kesehatan. Dari hasil implementasi ada beberapa intervensi yang berhasil
teratasi seperti klien mengatakan sudah lebih tenang dan rasa malu dengan
keadaannya sedikit berkurang dan mampu mengenali gejala, tanda, penyebab
dan akibat dari kehilangan anggotatubuh. Sedangkan klien masih bingung
dalam melakukan terapi hipnotis lima jari maka intervensi dilanjutkan.

5.2 Saran
Diharapkan bagi perawat selalu berkoordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal
terkhusus pada klien dengan gangguan citra tubuh pada penyakit yang
mengancam nyawa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guntari & Suariyani, 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


Singapore : Elsevier.
https://www.elsevier.com/books/nursing-interventions-classification-
nic/bulechek/978-0-323-10011-3

2. Situmorang, E Teori Polio


http://repository.helvetia.ac.id/id/eprint/591/3/BAB%20I-III.pdf

3. Stuart. Gail. W, Keliat. Budi. Anna,& Pasaribu. Jesika.(2016). Keperawatan


keseha111tan jiwa : Indonesia : Elsever.

4. Pardede, J. A., Hutajulu, J., & Pasaribu, P. E. (2020). Harga Diri dengan
Depresi Pasien Hiv/aids. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan
Makassar, 11(01).
https://core.ac.uk/download/pdf/328166934.pdf

5. Hamud, Waliyo & Mustikasari, 2017. Peran Pasien san Suami Tentang
pengaruh Mastektomi Terhadap Citra Tubuh. Jurnal Keperawatan 1 (2)

6. Pardede, J. A. (2020). Terapi Keluarga.


https://osf.io/preprints/a7m2d/

7. Hamdani, Laura Sri. 2017. Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.
Universitas Sumatera Utara.

8. Marbun, A., Pardede, J. A., & Perkasa, S. I. (2019). Efektivitas Terapi


Hipnotis Lima Jari terhadap Kecemasan Ibu Pre Partum di Klinik Chelsea
Husada Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan
Priority, 2(2), 92-99.

9. Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemenkes RI.

10. Herdman, T. Heather. 2016. Diangnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015- 2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

11. Zaini, M. (2019). Asuhan keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di


Pelayanan Klinis dan Komunitas. Deepublish : Yogyakarta.

12. Irman,Violina, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa 1. Padang :
UNP Press.

Anda mungkin juga menyukai