Anda di halaman 1dari 5

Nama : Deitra Alifia

NIM : PO.71.24.3.20.008

Tingkat : 1A

RESUME

Kehilangan,Berduka, dan Kematian

A. Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.Kehilangan


adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert dan
lambert. 1985,h.35).

 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung :


1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan/spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu
 Bentuk bentuk kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti
2. Kehilangan kesejahteraan
3. Kehilangan milik pribadi
 Sifat kehilangan
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan) kehilangan secara tiba-tiba dan tidak
diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian
karena tidak kekerasaan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulut
diterima.
2. Berangsur-angsur(dapat diramalkan) penyakit yang sangat menyulitkan,
berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan
emosional(rando:1984).
 Tipe kehilangan
1. Actual  Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan.
2. Perceived Loss (psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat dira atau
dinyatakan secara jelas.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum terjadi. Individu  memperhatikan perilaku
kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering
terjadi pada keluarga dengan klien (angota) menderita sakit terminal.
 Lima kategori kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala pemilikan yang telah menjadi
usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencangkup lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu
atau perpindahan secara permanen.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandun,
guru, teman, tentangga, dan rekan kerja.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencangkup bagian tubuh, fungsi fisiologi,
atau psikologis.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal.
 Fase Atau Tahapan Kehilangan
1. Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjdi,
Reaksi fisik yang terjadi padda fase ini adalah letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tahu
harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam bebrapa menit atau beberapa
tahun.
2. Fase Marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
perawat atau doketr yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi antara
lain : muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan mengepal.
3. Fase Tawar-Menawar (bargaining)
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan pada tuhan.
4. Fase Depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sifat menarik diri, kadang sebagai
klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan
tidak berharga, ada keinginan untuk bunuh diri dan sebagainya. Gajala fisik
yang ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.
5. Fase Penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat kepada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya.
B. Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang


dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,cemas sesak nafas, susah tidur, dan
dll.

 Teori engels

Menurut engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Easel (shock dan tidak percaya)

Fase I  (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak  kenyataan atau kehilangan dan menarik diri, duduk malas atau
pergi tanpa tujuan.

Fase II (berkembang kesadaran)

Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami


putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frutasi, depresi, dan kosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.

 Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat dengan perasaan yang hampa karena kehilangan
masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya dimasa lalu
terhadap almrm.

Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus diketahui sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.

 Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi tiga kategori:

1. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya
2. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
3. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
C. Kematian

Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Pemahaman


akan kematian mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang terhadap kematian.
Selain pengalaman, pemahaman konsep kematian juga dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya.

Kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitu koerteks
serebral mengalami kerusakan permanen. Dalam kasus ini, ada aktivitas jantung,
kehilangan fungsi otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan tidak ada
respon terarah terhadap stimulus eksternal, tidak ada refleks sefalik, apnea, dan
elektrogram isoelektrik minimal 30 menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh
depresan sistem saraf pusat (Stedman, 2000)
Sumber :

Budi, Anna keliiat. 2009.  Model praktikum keperawatan profesional


jiwa. Jakarta: EGC

Iyus ,Yosep. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung. Refika Aditan

https://putridewirizkiyah.blogspot.com/2018/03/makalah-konsep-
kehilangan-kematian-dan.html

http://milapurnamasari123.blogspot.com/2017/12/konsep-kehilangan-
berduka-dan-kematian.html

Anda mungkin juga menyukai