Anda di halaman 1dari 6

PROSES DAN TAHAPAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:


a. persepsi seseorang terhadap rasa kehilangan
b. Sosial budaya
c. kepercayaan / spiritual
d. Peran seks / jenis kelamin
e. kondisi fisik dan psikologi individu.

Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau
diidentifikasi oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebahagian,
amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh seseorang dan
sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 jenis kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang yang
berarti merupakan salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu dari tipe-
tipe kehilangan. Kematian akan berdampak menimbulkan kehilangan bagi orang
yang dicintai. Karena hilangnya keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya
membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan
adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Kehilangan ini
meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kehilangan
kemampuan fisik dan mental, sersta kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan benda milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal. Kehilangan diartikan dengan
terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian
secara menetap. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang
baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian.

Proses Kehilangan dan Berduka

Proses kehilangan berduka bisa dimulai saat pasien menerima prognosis buruk.
Kehilangan / berduka biasanya berlangsung beberapa hari, seminggu maupun
tiba-tiba muncul. Gejala perilaku termasuk menangis dan susah tidur. Pada hal ini,
seorang ahli onkologi mencatat bahwa mereka mengalami menangis, depresi,
tidak ada motivasi untuk melakukan sesuatu yang kurang energi, insomnia,
kegugupan, dan lain-lain. Gejala fisik kesedihan meliputi nyeri dada, kelelahan,
dan ketidaknyamanan fisik secara umum.

Daftar pustaka: Leeat, Granek., Merav, Ben-David., Shahar Shapira., Gil Bar-
Sela., Samuel, Ariad. (2016). Grief symptoms and difficult patient loss for
oncologists in response to patient death. Psycho-Oncology, 10.1002/pon.4118.
URL: https://sci-hub.ac/http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/pon.4118/pdf

Tahapan Proses Kehilangan


Proses kehilangan terdiri atas lima tahapan, yaitu penyangkalan (denial),
marah (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan
(acceptance) atau sering disebut dengan DABDA. Setiap individu akan melalui
setiap tahapan tersebut, tetapi cepat atau lamanya sesorang melalui bergantung
pada koping individu dan sistem dukungan sosial yang tersedia.
1. Tahap Penyangkalan (Denial)
Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah rasa tidak
percaya, syok, diam, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan. Pada tahap ini
individu akan beranggapan bahwa orang yang dicintainya masih hidup, sehingga
sering berhalusinasi melihat atau mendengar suara seperti biasanya. Secara fisik
akan tampak letih, lemah, pucat, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat,
menangis, dan gelisah. Tahap ini membutuhkan waktu yang panjang, beberapa
menit sampai beberapa tahun setelah kehilangan.
2. Tahap Marah (Anger)
Tahap kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan.
Perasaan marah yang timbul terus meningkat. Reaksi fisik menunjukkan wajah
memerah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal. Tahap marah
sangat sulit dihadapi pasien dan sangat sulit diatasi dari sisi pandang keluarga dan
staf rumah sakit. Perlu diingat bahwa wajar bila pasien marah untuk
mengutarakan perasaan yang akan mengurangi tekanan emosi dan menurunkan
stres.
3. Tahap Penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki tahap tawar-
menawar.
4. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar akan
penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri, tidak
mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu
menolak makan, susah tidur, letih, dan penurunan libido. Fokus pikiran ditujukan
pada orang-orang yang dicintai. Depresi adalah tahap menuju orientasi realitas
yang merupakan tahap yang penting dan bermanfaat agar pasien dapat meninggal
dalam tahap penerimaan dan damai. Tahap penerimaan terjadi hanya pada pasien
yang dapat mengatasi kesedihan dan kegelisahannya.
5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
Tahap akhir dari perasaan kehilangan. Fokus pemikiran terhadap sesuatu yang
hilang mulai berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai
dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap
dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Seorang individu yang telah mencapai
tahap penerimaan akan mengakhiri proses berdukanya dengan baik. Jika individu
tetap berada di satu tahap dalam waktu yang sangat lama dan tidak mencapai
tahap penerimaan, disitulah awal terjadinya gangguan jiwa. Suatu saat apabila
terjadi kehilangan kembali, maka akan sulit bagi individu untuk mencapai tahap
penerimaan dan kemungkinan akan menjadi sebuah proses yang disfungsional.

Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:
a. Isolasi sosial atau menarik diri
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan
KONSEP BERDUKA
Pengertian
Berduka merupakan respon emosi terhadap kehilangan yangdimanifestasikan
dengan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain. Berduka merupakan respon normal yang terjadi pada semua kejadian
kehilangan. NANDA membagi menjadi dua tipe berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi merupakan suatu
status pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang
dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Sedangkan
berduka disfungsional adalah suatu status individu dalam merespon suatu
kehilangan dimana respon kehilangan dibesar-besarkan padaa saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Teori dan Proses Berduka


Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi yang bertujuan untuk membantu individu dalam memahami kesedihan
mereka dan mengatasinya. Peran perawat pada proses ini adalah mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap
perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Proses berduka menurut Engel (1964) mempunyai beberapa fase yang dapat
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Individu yang berada pada fase ini seringkali menolak menerima kenyataan akan
kehilangan yang dialami. Individu mungkin menarik diri dari lingkungan sekitar,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi fisik yang timbul pada fase ini
adalah pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat,
insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Individu mulai merasakan adanya kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa, mudah marah, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa terjadi secara tiba-tiba.
c. Fase III (restitusi)
Individu berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, pada fase ini individu kehilangan masih tetap tidak dapat
menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang.
d. Fase IV
individu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada fase ini individu harus mulai
menyadari arti kehilangan. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah
dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

Anda mungkin juga menyukai