Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Disusun oleh:

Daru Frengki Ardiani

(20. 03.0007)

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES SERULINGMAS CILACAP

TAHUN AJARAN 2022-2023


LAPORAN PENDAHULUAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kehilangan adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan atau terjadi perubahan
dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Setiap Individu akan bereaksi terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter, Perry, 2012).

Berduka (grieving) merupakan reaksi terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam
berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi.
(Alimul, Azis, 2012). Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan.Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita.Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita.

Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika
hubungan klienkelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau
kematian.Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1) Faktor prediposisi

a. Faktor genetic Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis suatu permasalahan, termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.

b. Kesehatan fisik dan mental Individu dengan fisik, mental serta pola hidup yang teratur
cenderung mempunyai kemampuan dlam mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik dan gangguan mental

c. Pengalaman kehilangan di masa lalu Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
dicintai pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengetahui
perasan kehilangan pada masa dewasa.

d. Struktur kepribadian Individu dengan konsep diri yang negative dan perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.

e. Adanya stressor perasaan kehilangan Stressor ini dapat berupa stressor yang nyata maupun
imajinasi individu itu sendiri.

2) Faktor presipitasi

Stress yang dapat menimpaklkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata atau imajinasi
individu seperti kehilangan biopsikososial antara lain kehilangan kesehatan (sakit) kehilangan
fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran keluarga,
kehilangan posisi masyarakat. (Hidayat, A. Azis, 2012).

C. Jenis-Jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu
yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung
oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan
suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental,
peran dalam kehidupan, dan dampaknya.Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan
pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang
atau pekerjaan.Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung
pada arti dan kegunaan benda tersebut.

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen.
Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang
disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian.

D. Rentang Respon Kehilangan Denial Anger Bergaining Depresi Acceptance

1. Fase Denial

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.

2. Fase Anger / marah


a. Mulai sadar akan kenyataan

b. Marah diproyeksikan pada orang lain

c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

d. Perilaku agresif.

3. Fase Bergaining / tawar- menawar.

Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya
hati-hati “.

4. Fase Depresi

a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase Acceptance

a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
operasi “.

E. Fase-Fase Kehilangan dan berduka

Fase berduka menurut kubler rose :

1. Fase penyangkalan(Denial) Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan
atau individu tidak percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Pernyataan
yang sering diucapkan adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya tidak percaya” . Seseorang
yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya,tetap merasa bahwa
orang tersebut masih hidup.dia mungkin mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal
tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik:
letih, pucat, mual ,diare ,gangguan pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis,
gelisah.
2. Fase marah (anger) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang
berada dilingkungan nya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi
cepat,susah tidur,tangan mengepal,mau memukul,agresif. Fase tawar menawar (bergaining).
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya, maka orang
tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemurahan TUHAN, individu
ingin menunda kehilangan dengan berkata”seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja
kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa”.
3. Fase depresi Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan
keadaan yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau
putus asa dan mungkin sering menangis.
4. Fase penerimaan (acceptance) Pada fase ini individu menerima kenyataan
kehilangan,misalnya : ya,akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar
saya cepat sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih
optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru,dan pikiran yang selalu
terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.jadi, individu
yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

Fase berduka menurut Rando :

1. Penghindaran Pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

2. Konfrontasi Pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang
melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.

3. Akomodasi Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan
kehidupan mereka.
II. TEORI ASKEP PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Pengkajian

Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan,
dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.

Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian gar mengetahui apa yang mereka pikir dan
rasakan adalah :

1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan

2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan

3. Perilaku koping yang adekuat selama proses.

1. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:

a. Faktor Genetic :Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan
termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.

b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik

c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang
suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.

d. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada
masa kana-kanak akan

5. Respon Fisiologis

a. Sakit kepala, insomnia

b. Gangguan nafsu makan

c. Berat badan turun

d. Tidak bertenaga

e. Palpitasi, gangguan pencernaan

f. Perubahan sistem imune dan endokrin

6. Respon Emosional

a. Merasa sedih, cemas

b. Kebencian
c. Merasa bersalah

d. Perasaan mati rasa

e. Emosi yang berubah-ubah

f. Penderitaan dan kesepian yang berat

g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang

h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan

i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

7. Respon Kognitif

a. Gangguan asumsi dan keyakinan

b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan

c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal

d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.

8. Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :

a. Menangis tidak terkontrol

b. Sangat gelisah; perilaku mencari

c. Iritabilitas dan sikap bermusuhan

d. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.

e. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya

f. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol

g. Kemungkinanmelakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan

h. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

B. Analisa Data
1. Data subjektif:
a. Merasa sedih
b. Merasa putus asa dan kesepian
c. Kesulitan mengekspresikan perasaan
d. Konsentrasi menurun
2. Data objektif:
a) Menangis
b) Mengingkari kehilangan
c) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
d) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
e) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.
C. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice, menjelaskan
tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan.
D. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
1. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
2. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
3. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
4. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
5. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
6. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
7. Gunakan komunikasi yang efektif.
a. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
b. Dorong penjelasan
c. Ungkapkan hasil observasi
d. Gunakan refleksi
e. Cari validasi persepsi
f. Berikan informasi
g. Nyatakan keraguan
h. Gunakan teknik menfokuskan
i. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat

8. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :

a. Kehadiran yang penuh perhatian


b. Menghormati proses berduka klien yang unik
c. Menghormati keyakinan personal klien
d. Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
e. Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan

Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan

1. Bina dan jalin hubungan saling percaya

2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan
pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya

3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka

4. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka

5. Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien

6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga

7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy

8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :


a. Fase Pengingkaran

1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

2) Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan jawaban
yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.

b. Fase marah Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.

c. Fase tawar menawar Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.

d. Fase depresi

1) Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.

2) Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.

e. Fase penerimaan Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.

Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan

1. Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa
berduka.

2. Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.

3. Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh
orang lain.

4. Ikut sertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian Anak)

1. Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.

2. Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.

3. Menyiapkan perangkat kenangan.

4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.

5. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat mereka minta
bantuan bila diperlukan.

E. Evaluasi
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. (2007). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,.proses, dan
praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. (2012). Buku ajar kebutuhandasar manusia (kd ),
pendekatan kurikulum berbasiskompetensi. Surabaya: Health Books Publishing.
Budi, Anna Keliat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Alih bahasa tim penerjemah
PSIK UNPAD. Editor Monica Ester, Edisi8.Jakarta: EGC.
Iyus, Yosep. (2007). Keperawatan Jiwa. RefikaAditama: Bandung. NANDA. (2011). Diagnosis
Keperawatan : Defenisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik.edisi 4.volume 1. Alih bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC. Potter & Perry. (2005).
Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. (2004). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Stuart and Sundeen. (1998). Buku saku
keperawatan jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
Townsend, Mary C. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai