Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EKG PADA SINDROM CORONER

Dosen Pengampu : Dr. Rachmat S., Ns., M. Kep., Sp. Kep.MB

Disusun Oleh :
Daru Frengki Ardiani (20.03.0007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP

PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT II

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat,kita taufiknya,serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah memenuhi
tugas ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu
berpegang teguh pada sunnahnya. Penyusunan makalah ini tentunya hambatan
selalu mengiringi namun atas bantuan,dorongan dan bimbingan dari orang tua,
dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu,
tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
mungkin masih terdapat banyak kesalahan, baik dari segi materi maupun Teknik
penulisan dan penyusunan, Untuk itu masukan,saran,serta kritik sangat diharapkan
guna kesempurnaan makalah ini.

Cilacap , 10 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
A. Defenisi.....................................................................................................................................6
B. Patofisiologi...............................................................................................................................6
C. Klasifikasi sindrom koroner akut...............................................................................................7
D. Pemeriksaan fisik.......................................................................................................................7
E. Pemeriksaan EKG......................................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau Sindrom koroner akut mengacu pada konstelasi tanda
dan gejala klinis yang disebabkan oleh iskemia miokard yang memburuk. Tidak adanya
kerusakan miokard, dinilai dengan mengukur kadar biomarker jantung sehingga pasien dapat
diklasifikasikan sebagai mengalami angina tidak stabil (Griffin & Menon, 2018).
Sindroma koroner akut (SKA) merupakan kumpulan gejala klinis yang menggambarkan
kondisi iskemik miokard akut (Daga et al, 2011; Anderson et al, 2014). Nyeri dada adalah gejala
utama yang dijumpai serta dijadikan dasar diagnostik dan terapeutik awal, namun klasifikasi
selanjutnya didasarkan pada gambaran elektrokardiografi (EKG) (Hamm et al, 2011). Terdapat
dua klasifikasi pasien SKA berdasarkan gambaran EKG yaitu infark miokard dengan elevasi
segmen ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) (Anderson et al,
2014; Hamm et al, 2011).
Nyeri dada adalah gejala utama yang dijumpai serta dijadikan dasar diagnostik dan terapeutik
awal, namun klasifikasi selanjutnya didasarkan pada gambaran elektrokardiografi (EKG) (Hamm
et al, 2011). Terdapat dua klasifikasi pasien SKA berdasarkan gambaran EKG yaitu infark
miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI) (Anderson et al, 2014; Hamm et al, 2011).
Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasarkan hasil EKG menjadi Infark Miokard Akut
ST-elevasi (STEMI) dan Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI). Pada Infark Miokard Akut
ST-elevasi (STEMI) terjadi oklusi total arteri koroner sehingga menyebabkan daerah infark yang
lebih luas meliputi seluruh miokardium, yang pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya elevasi
segmen ST, sedangkan pada Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI) terjadi oklusi yang tidak
menyeluruh dan tidak melibatkan seluruh miokardium, sehingga pada pemeriksaaan EKG tidak
ditemukan adanya elevasi segmen ST (Alwi, 2009).
Menurut WHO tahun 2008, penyakit jantung iskemik merupakan penyebab utama kematian
di dunia (12,8%) sedangkan di Indonesia menempati urutan ke tiga. Berdasarkan fenomena di atas
penulis tertarik untuk menyusun makalah ini.

B. Rumusan Masalah
a) Apakah definisi sindrom coroner?
b) Bagaimana patofisiologi sindrom coroner?
c) Bagaimana klasifikasi sindrom coroner?
d) Bagaimana pemeriksaan fisik pada sindrom coroner?
e) Bagaimana pemeriksaan EKG pada sindrom coroner?
C. Tujuan
a) Mengetahui definisi sindrom coroner
b) Mengetahui gambaran sindrom coroner dalam EKG
c) Mengetahui klasifikasi sindrom coroner
d) Mengetahui pemeriksaan fisik pada sindrom coroner
e) Mengetahui pemeriksaan EKG pada sindrom coroner

4
D. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan bagi penulis dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam bidang
keperawatan tentang sindrom coroner dalam EKG.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau Sindrom koroner akut mengacu pada konstelasi
tanda dan gejala klinis yang disebabkan oleh iskemia miokard yang memburuk. Tidak adanya
kerusakan miokard, dinilai dengan mengukur kadar biomarker jantung sehingga pasien dapat
diklasifikasikan sebagai mengalami angina tidak stabil (Griffin & Menon, 2018).
Sindroma koroner akut (SKA) merupakan kumpulan gejala klinis yang menggambarkan
kondisi iskemik miokard akut (Daga et al, 2011; Anderson et al, 2014). Nyeri dada adalah
gejala utama yang dijumpai serta dijadikan dasar diagnostik dan terapeutik awal, namun
klasifikasi selanjutnya didasarkan pada gambaran elektrokardiografi (EKG) (Hamm et al,
2011). Terdapat dua klasifikasi pasien SKA berdasarkan gambaran EKG yaitu infark miokard
dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI)
(Anderson et al, 2014; Hamm et al, 2011).
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang terjadi
akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada, perubahan segmen ST pada
Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon, 2009).
Keadaan iskemia yang akut dapat menyebabkan nekrosis miokardial yang dapat berlanjut
menjadi Infark Miokard Akut. Nekrosis atau kematian sel otot jantung disebabkan karena
adanya gangguan aliran darah ke jantung. Daerah otot yang tidak mendapat aliran darah dan
tidak dapat mempertahankan fungsinya, dikatakan mengalami infark (Guyton, 2007).
Jadi disimpulkan bahwa sindrom coroner akut adalah konstelasi tanda dan gejala klinis
iskemia miokard akibat kurangnya aliran darah ke miokardium yang gejala utamanya adalah
nyeri dada, perubahan segmen ST pada EKG dan perubahan biomarker jantung.
B. Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner
yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan
tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white
thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total
maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih
distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner.
Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen
yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis
(infark miokard). Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena
proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel
(perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami
koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi dinamis
akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan arteri
koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau

6
restenosis setelah intervensi koroner perkutan (ikp). beberapa faktor ekstrinsik, seperti
demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA
pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.
C. Klasifikasi sindrom koroner akut
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan
pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial
infarction)
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation
myocardial infarction)
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator kejadian oklusi
total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk
mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara medikamentosa
menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi koroner perkutan primer.
Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi
segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana
revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan marka jantung.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus iskemia, komplikasi
iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan diagnosis banding. Regurgitasi katup mitral
akut, suara jantung tiga (S3), ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa
untuk mengidentifikasi komplikasi iskemia. Ditemukannya tanda-tanda regurgitasi katup
mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi basah halus atau edema paru meningkatkan
kecurigaan terhadap SKA. Pericardial friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak
seimbang dan regurgitasi katup aorta akibat diseksi aorta, pneumotoraks, nyeri pleuritik
disertai suara napas yang tidak seimbang perlu dipertimbangkan dalam memikirkan diagnosis
banding SKA.
E. Pemeriksaan EKG
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada iskemia
harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat
darurat. Sebagai tambahan, sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada
semua pasien dengan perubahan EKG yang mengarah kepada iskemia dinding inferior.
Sementara itu, sadapan V7-V9 juga harus direkam pada semua pasien angina yang
mempunyai EKG awal nondiagnostik. Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10
menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya diulang
setiap keluhan angina timbul kembali. Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan
keluhan angina cukup bervariasi, yaitu: normal, nondiagnostik, LBBB (Left Bundle Branch
Block) baru/ persangkaan baru, elevasi segmen ST yang persisten (≥20 menit) maupun tidak
persisten, atau depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T. (Irmalita, 2015)

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom coroner akut adalah konstelasi tanda dan gejala klinis iskemia miokard akibat
kurangnya aliran darah ke miokardium yang gejala utamanya adalah nyeri dada, perubahan segmen
ST pada EKG dan perubahan biomarker jantung.
B. Saran
Kejadian sindrom koroner akut merupakan penyebab mortalitas yang tinggi pada penderita PJK,
karena itu upaya pencegahan sangat penting dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup.

8
DAFTAR PUSTAKA

Irmalita. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi 3. Diakses


https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Pedoman_tatalaksana_Sindrom_Koroner_Akut_201
5.pdf pada 10 Januari pukul 13.40.
Satoto Hari Hendriarto. 2014. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. Diakses pada
file:///C:/Users/ACER/Downloads/9127-20446-1-SM.pdf pada 10 Januari pukul 13.41
Toh Aje. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sindrom Koroner.
Diakses pada http://repository.poltekeskupang.ac.id/1557/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.pdf
pada 10 Januari 2022 pukul 13.45.

Anda mungkin juga menyukai