ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
Oleh :
Ahmad Fathoni Aziz, S.Kep
14901.09.22041
B. Berduka
Dalam Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi
emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan
kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.
Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang
ditunjukan selama individu melewati rekasi atau
Fase Menerima
a. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan
adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa
kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan
“Tidak, saya tidak percaya itu terjadi” atau “itu tidak mungkin
terjadi”. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan
penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih,
lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini
dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan
kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan rasa
marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang
lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan
perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan,
menuduh dokter-perawat yang tidak becus. Respon fisik yang
sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal.
c. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya
secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar
dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering
dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa”. Apabila proses ini oleh
keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau
saja yang sakit, bukan anak saya”.
d. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik
diri, kadang sebagai klien sangat penurut, tidak mau bicara,
menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada
keinginan bunuh diri, dan sebagainya. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido manurun.
e. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau
orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu
telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara
bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru.
Fase ini biasanya dinyatakan dengan “saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis” atau “apa
yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima
dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses
berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan
tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan
kehilangan selanjutnya.
D. Sifat Kehilangan
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat
mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian
karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau
pelalaian diri akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur (dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan
menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan
emosional.
E. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain, sama dengan individu yang mengalami kehilangan.
Contoh : kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota
keluarga.
I. Faktor Predisposisi
Dalam Hidayat (2012), faktor predisposisi yang
mempengaruhirentang respon kehilangan adalah sebagai berikut.
a. Faktor genetik. Individu yang dilahirkandan dibesarkan dalam
keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan,
termasuk dalam menghadapu perasaan kehilangan.
b. Faktor fisik. Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang
teratur cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi
stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan jasmani.
c. Faktor mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa,
terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai
dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, selalu dibayangi
masa depan peka dalam mengahadapi situasikehilangan.
d. Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau
perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masadewasa.
e. Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri negatif dan
perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri
rendah dan tidak objektif terhadap stres yang dihadapi.
J. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan
kehilangan. Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun
imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang
meliputi kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi
dalam masyarakat, milik pribadi (harta benda, dan lain-lain).
Berikut beberapa stresor kehilangan tersebut.
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi dalam masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f. Kehilangan kewarganegaraan
K. Sumber Koping
Cara individu mengatasi proses kehilangan amat
bergantung pada sumber yang tersedia. Sumber koping tersebut
dapat berupa kemampuan dan bakat mengatasi kedukaan, teknik
pertahanan, dukungan sosial, dan motivasi. Sumber koping lainnya
adalah dukungan spiritual, keyakinan positif, pemecahan masalah,
kemampuan sosial, kesehatan fisik, sumber materi dan sosial,
keluarga, kerabat dekat, dan perawat.
L. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dipakai individu dengan
respon kehilangan antara lain : pengingkaran, regresi,
intelektualisasi, disosiasi, supresi, dan proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intesitas stres yang dirasakan sangat
menyakitkan. Dalam keadaan patologi, mekanisme koping sering
dipakai secara berlebihan atau tidak memadai.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang
berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Hal-
hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distres somatis seperti
gangguan lambung, rasa sesak, sering mengeluh.
b. Faktor Presdiposisi
c. Respon klien terhadap kehilangan, diantaranya :
a) Respon spiritual
1. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2. Penderitaan karena ditinggalkan
3. Tidak memiliki harapan, kehilangan makna
b) Respon fisiologis
1. Sakit kepala, insomnia
2. Gangguan nafsu makan
3. Berat badan turun
4. Tidak bertenaga
5. Gangguan pencernaan
6. Perubahan sistem imun dan endokrin
c) Respon emosional
1. Merasa sedih dan cemas
2. Kebencian
3. Merasa bersalah
4. Perasaan mati rasa
5. Emosi yang berubah
6. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan
dengan individuatau benda yang hilang
7. Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi
8. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
d) Respon kognitif
1. Gangguan asumsi dan keyakinan
2. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna
kehilangan
3. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang
meninggal
4. Percaya pada kehidupan dan seolah-olah orang yang
meninggalmenjadi pembimbing
d. Keadaan Fisik
e. Keadaan Psikososial
f. Status Mental
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
h. Mekanisme Koping
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek Medik
l. Data fokus yang perlu dikaji :
Data subjektif : Data objektif :
- Merasa sedih - Menangis
- Merasa putus asa dan kesepian - Mengingkari kehilangan
- Kesulitan mengekspresikan - Tidak berminat dalam
perasaan
berinteraksidengan orang lain
- Konsentrasi menurun
- Merenungkan perasaan
bersalah
B. Pohon Masalah
Berduka (yang Depresi (pola
berhubungan dengan koping individu
Berduka
kehilangan tidak efektif)
disfungsional
actual)
Duka cita
maladaptif
Duka cita
Kehilangan
D. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah
keperawatan yang akan disusun menjadi diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Berikut ini disebutkan beberapa diagnosa keperawatan berkaitan
dengan kehilangan dan berdukadalam Nanda (2015) :
1. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau
kehilangan yang dirasakan.
2. Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau
kehilangan.
3. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan
orang/benda yang dicintai atau memiliki arti besar.
Dalam SDKI (2016):
1. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti.
2. Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga
atau orangyang berarti.
3. Berduka berhubungan dengan kehilangan (objek, pekerjaan,
fungsi, status,bagian tubuh atau hubungan sosial).
4. Berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan objek,
pekerjaan,fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan sosial).
Tanda mayor dan tanda minor dalam SDKI (2016):
1. Tanda Mayor :
a. Merasa sedih
b. Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
c. Tidak menerima kehilangan
d. Merasa tidak ada harapan
e. Menangis
f. Pola tidur berubah
g. Tidak mampu berkonsentrasi
2. Tanda Minor :
a. Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
b. Merasa tidak berguna
c. Fobia
d. Marah
e. Tampak panik
f. Fungsi imunitas terganggu
F. Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan
implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yangdilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat.
G. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara
umum dapat dinilai dari kemampuan untuk menghadapi atau
memaknai arti kehilangan, reaksi terhadap kehilangan, dan
perubahan perilaku yang menerima arti kehilangan.
DAFTAR PUSTAKA