Anda di halaman 1dari 28

BERDUKA DAN KEHILANGAN

DEFENISI
 KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin
terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi
perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

 Dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana


seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada
sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2005).
DEFENISI
BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang terpola
spesifik pada individu yang mengalami kehilangan.
Respon/reaksi normal, karena melalui proses berduka
individu mampu memutus ikatan dengan benda/orang yang
terpisah dan berikatan dengan benda/orang baru.

Berduka bisa mencakup aspek fisik/psikologis, kognitif dan


perilaku
DEFENISI
 Berduka : reaksi terhadap kehilangan yang merupakan
respon emosional yang normal.

 Berduka Proses memecahkan masalah

 Menentukan kesehatan jiwa individu, karena memberi


kesempatan individu untuk melakukan koping terhadap
kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima
kehilangan
Karakteristik Berduka menurut Burgers dan
Lazare (1976)
1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan
ketidakyakinan.
2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa
bila teringat tentang kehilangan orang yang disayangi.
3. Berduka yang menunjukkan perasaan tidak nyaman dan
sering disertai dengan menangis, serta keluhan-keluhan
sesak pada dada, rasa tercekik, nafas pendek.
4. Mengenang almarhum terus menerus
5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.
6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.
6 (Enam) tingkatan Berduka
1. Syok
2. Tidak yakin
3. Mengembangkan kesadaran diri
4. Restitusi
5. Mengatasi kehilangan
6. Idealisasi dan hasil
Proses Berduka:
• Fase awal
Dimulai dengan adanya kehilangan spt kematian.
Berlangsung beberapa minggu
Reaksi : syok, tidak yakin atau tidak percaya, perasan dingin,
perasaan kebal (mati rasa) dan bingung

Berakhir setelah beberapa hari

Kembali berduka berlebihan

Menangis dan ketakutan


Fase Pertengahan
Dimulai : kira-kira 3 minggu sesudah kematian
Berakhir : kurang lebih 1 tahun
Pola tingkah laku yang ditunjukan:
a. Perilaku obsesi, meliputi : pengulangan
pikiran tentang peristiwa kematian.
b. Suatu pencarian arti dari kematian
Fase Pemulihan
Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun.
Individu memutuskan untuk tdk mengenang masa
lalu.

Meningkat partisipasi
pada kegiatan sosial
Kehilangan
 Kehilangan : suatu keadaan ketika individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau
keseluruhan.

 Dapat terjadi : tiba-tiba atau bertahap

 Proses berduka yang disebabkan oleh kehilangan :


1. Penyangkalan (denial)
2. Marah (anger)
3. Tawar menawar (bargaining)
4. Depresi
5. Penerimaan (acceptance)
Lanjutan……
Tahap Penyangkalan

Reaksi: Terkejut, tidak percaya, merasa terpukul,


menyangkal pernyataan kehilangan.

Kadang berhalusinasi (seolah-olah masih melihat


atau mendengar suara orang tsb)

Reaksi fisik : keletihan, kelemahan, wajah pucat, mual,


diare,sesak nafas, detak jantung cepat,
menangis, gelisah
Lanjutan…..
Tahap Marah
Individu mulai sadar dengan kenyataan kehilangan.

Menunjukkan perasaan marah meningkat yang


diproyeksikan pada orang tertentu atau yang ada
dilingkungannya.

Reaksi fisik : wajah merah, nadi cepat, gelisah,


susah tidur, tangan mengepal.
Tahap Tawar Menawar:
Reaksi: Menyatakan kata-kata ”seandainya saya
hati-hati”, “kenapa harus terjadi pada
keluarga saya”.
Tahap Depresi:
Reaksi : menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Reaksi fisik: menolak makan, susah tidur, letih,
libido menurun.

Tahap Penerimaan :
Reorganisasi perasaan kehilangan

Gambaran objek atau orang yang hilang mulai dilepas


perlahan, perhatian dialihkan pada objek baru
SUMBER GANGGUAN ATAU
KEHILANGAN
Eksternal:
Pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan nilai
individu,keyakinan atau moral dan konflik
interpersonal yang mengancam konsistensi individu,
harga diri,rasa aman
Internal :
Kematian orang yang disayangi, penghentian kerja
(PHK), penyakit atau kehilangan tubuh tertentu
Jenis Kehilangan
Kehilangan orang bermakna, mis: akibat kematian
atau dipenjara
Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, mis:
menderita penyakit, amputasi, kehilangan pendapat,
kehilangan perasaan tt diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan kedudukan, kehilangan kemampuan
seksual
Kehilangan milik pribadi
(mis: uang,perhiasan)
Faktor Predisposisi
 Genetik
Riwayat kelg depresi sulit mengembangkan sikap optimistik
dalam menghadapi permasalahan.
 Kesehatan fisik
Keadaan fisik sehat cenderung mampu mengatasi stress
 Kesehatan mental
Indiv gg jiwa dg riwayat depresi merasa masa depan suram
peka dg situasi kehilangan
 Pengalaman kehilangan masa lalu
Kehilangan masa kanak-kanak mempengaruhi kemampuan
menghadapi kehilangan dimasa dewasa.
Faktor Presipitasi

Stres dari perasaan kehilangan:


Stres nyata atau Imajinasi

Kehilangan bersifat bio-psiko-sosial

Kehilangan kesehatan, kehilangan harga diri,


kehilangan pekerjaan,kehilangan peran dalam
keluarga, kehilangan posisi di masyarakat.
Implikasi Keperawatan
 Pengkajian
1. Mengkaji pasien dan angg kelg berduka
menentukan tingkat berduka
2. Mengkaji gejala klinis berduka: sesak di dada,
nafas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh
diperut, kehilangan kekuatan otot, distres
perasaan yg hebat.
3. Kaji karakteristik berduka, kaji respon fisiologis,
respon tubuh terhadap kehilangan (reaksi stress)
4. Faktor yg mempengaruhi reaksi stress : umur, culture,
keyakinan spiritual, peran seks, status sosek.
5. Faktor predisposisi
6. Faktor presipitasi dan mekanisme koping.
Lanjutan
Diagnosa Keperawatan
a. berduka kompleks
b. berduka antisipasi
Intervensi Keperawatan
Tujuan: Pasien dapat melalui proses berduka secara normal dan
sehat

Prinsip :
a. Tahap Penyangkalan: (memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan)
1) Dorong pasien mengungkapkan perasaan duka
2) Tingkatkan kesadaran pasien scr bertahap, siap mental 3)
Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan
menghukum atau menghakimi
4) Jelaskan bahwa sikap pasien wajar terjadi
Intervensi Keperawatan
5) Beri dukungan nonverbal : memegang tangan,
menepuk bahu
6) Jawab pertanyaan pasien dgn bahasa sederhana,
jelas dan singkat.
7) Amati respon pasien selama bicara
8) Tingkatkan kesadaran pasien scr bertahap
Lanjutan

b. Tahap marah
1) Beri dorongan dan kesempatan pasien
mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal
2) Dengarkan dgn empaty, jangan
memberi respon yang mencela
3) Bantu klien memanfaatkan sumber-
sumber pendukung
Lanjutan

c. Tahap Tawar menawar


Bantu pasien mengidentifikasi rasa
bersalah dan rasa takutnya
1) Amati perilaku klien
2) Diskusikan bersama pasien ttg
perasaan
3) Tingkatkan HD pasien
4) Cegah tindakan merusak diri
Lanjutan
d. Tahap Depresi (mengidentifikasi tk depresi, resiko merusak diri dan membantu
pasien mengurangi rasa bersalah)
1) Amati perilaku pasien
2) Diskusikan bersama pasien mengenai perasaan
3) Cegah tindakan merusak diri
4) Hargai perasaan pasien
5) Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif
yang terkait dengan kenyataan
6) Beri kesempatan pasien menungkapkan
perasaannya bila perlu biarkan ia menangis sambil
tetap didampingi
7) Bahas pikiran yang selalu timbul bersama pasien
Lanjutan
e. Tahap Penerimaan
(membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa
dielakkan)
1) Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien scr
teratur
2) Bantu pasien/kelg berbagi rasa, karena
biasanya setiap anggota kelg tdk berada pada
tahap yg sama pada saat bersamaan
TINDAKAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Tujuan tindakan keperawatan: Keluarga dapat merawat
pasien yang berduka

Tindakan keperawatan:
1. Mengenal masalah berduka pada pasien
2. Menjelaskan pada keluarga tentang cara merawat pasien
dengan berduka berkepanjangan
3. Mempraktekkan pada keluarga cara merawat pasien
dengan berduka berkepanjangan
4. Mengevaluasi kemampuan pasien yang berduka
5. Melakukan rujukan

Anda mungkin juga menyukai