Anda di halaman 1dari 31

Ns. Mariyati,M.Kep.,Sp.Kep.

J
 KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang
mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi,
dinilai terjadi perubahan, tidak lagi
memungkinkan ada atau pergi/hilang.
 Dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi
dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada
(Wilkinson, 2005)
BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang
terpola spesifik pada individu yang mengalami
kehilangan. Respon/reaksi normal, karena
melalui proses berduka individu mampu memutus
ikatan dengan benda/orang yang terpisah dan
berikatan dengan benda/orang baru.

Berduka bisa mencakup aspek fisik/psikologis,


kognitif dan perilaku
 Berduka : reaksi terhadap kehilangan yang
merupakan respon emosional yang normal.

 Berduka Proses memecahkan masalah

 Normal terkait kematian.

 Menentukan kesehatan jiwa individu, karena


memberi kesempatan individu untuk melakukan
koping terhadap kehilangan secara bertahap
sehingga dapat menerima kehilangan
 Berduka antisipasi adalah respon intelektual
dan emosional serta perilaku oleh individu,
keluarga dan komunitas yang merupakan
proses modifikasi dari konsep diri yang
didasari oleh persepsi potensial kehilangan.
 Berduka kompleks adalah gangguan yang
terjadi setelah kematian orang terdekat,
ketika pengalaman distres yang menyertai
kehilangan gagal memenuhi harapan
normatif dan bermanifestasi gangguan
fungsional (NANDA Internasional, 2011)
1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan
ketidakyakinan.
2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih
dan hampa bila teringat tentang kehilangan
orang yang disayangi.
3. Berduka yang menunjukkan perasaan tidak
nyaman dan sering disertai dengan menangis,
serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa
tercekik, nafas pendek.
4. Mengenang almarhum terus menerus
5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.
6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan
marah.
1. Syok
2. Tidak yakin
3. Mengembangkan kesadaran diri
4. Restitusi
5. Mengatasi kehilangan
6. Idealisasi dan hasil
• Fase awal
Dimulai dengan adanya kehilangan spt kematian.
Berlangsung beberapa minggu
Reaksi : syok, tidak yakin atau tidak percaya
perasan dingin, perasaan kebal (mati
rasa) dan bingung

Berakhir setelah beberapa hari

Kembali berduka berlebihan

Menangis dan ketakutan


 Fase Pertengahan
Dimulai : kira-kira 3 minggu sesudah kematian
Berakhir : kurang lebih 1 tahun
Pola tingkah laku yang ditunjukan:
a. Perilaku obsesi, meliputi : pengulangan
pikiran tentang peristiwa kematian.
b. Suatu pencarian arti dari kematian
 Fase Pemulihan
Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun.
Individu memutuskan untuk tdk
mengenang masa lalu.

Meningkat partisipasi pada kegiatan sosial


 Kehilangan : suatu keadaan ketika individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada atau dimiliki,
baik sebagian atau keseluruhan.

 Dapat terjadi : tiba-tiba atau bertahap

 Proses berduka yang disebabkan oleh kehilangan :


1. Penyangkalan (denial)
2. Marah (anger)
3. Tawar menawar (bargaining)
4. Depresi
5. Penerimaan (acceptance)
Tahap Penyangkalan

Reaksi: Terkejut, tidak percaya, merasa terpukul,


menyangkal pernyataan kehilangan.

Kadang berhalusinasi (seolah-olah masih melihat


atau mendengar suara orang tsb)

Reaksi fisik : keletihan, kelemahan, wajah pucat, mual,


diare,sesak nafas, detak jantung cepat,
menangis, gelisah
Tahap Marah
 Individu mulai sadar dengan kenyataan
kehilangan.
 Menunjukkan perasaan marah meningkat yang
diproyeksikan pada orang tertentu atau yang ada
dilingkungannya.
 Reaksi fisik : wajah merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal.
Tahap Tawar Menawar

Reaksi: Menyatakan kata-kata ”seandainya saya


hati-hati”, “kenapa harus terjadi pada
keluarga saya”.
Tahap Depresi

 Reaksi : menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.


 Reaksi fisik: menolak makan, susah tidur, letih, libido
menurun.

Tahap Penerimaan
Reorganisasi perasaan kehilangan

Gambaran objek atau orang yang hilang mulai dilepas


perlahan, perhatian dialihkan pada objek baru
 Eksternal:
Pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan
nilai individu,keyakinan atau moral dan konflik
interpersonal yang mengancam konsistensi
individu, harga diri,rasa aman
 Internal :
Kematian orang yang disayangi, penghentian
kerja (PHK), penyakit atau kehilangan tubuh
tertentu
 Kehilangan orang bermakna, contoh: akibat
kematian atau dipenjara
 Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, contoh:
menderita penyakit, amputasi, kehilangan
pendapat, kehilangan pekerjaan, kehilangan
kedudukan, kehilangan kemampuan seksual
 Kehilangan milik pribadi
(contoh: uang,perhiasan)
 Genetik
Riwayat kelg depresi sulit mengembangkan sikap
optimistik dalam menghadapi permasalahan.
 Kesehatan fisik
Keadaan fisik sehat memiliki penyakit yang kronis
atau terminal
 Kesehatan mental
Individu gg jiwa dg riwayat depresi merasa masa depan
suram peka dg situasi kehilangan
 Pengalaman kehilangan masa lalu
Kehilangan masa kanak-kanak mempengaruhi kemampuan
menghadapi kehilangan dimasa dewasa.
 Sosial- budaya
Sifat hubungan dengan orang atau objek yang hilang
Stres dari perasaan kehilangan:
Stres nyata atau Imajinasi

Kehilangan bersifat bio-psiko-sosial

Kehilangan kesehatan, kehilangan harga diri, kehilangan


pekerjaan,kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan
posisi di masyarakat.
Pengkajian
1. Mengkaji pasien dan angg kelg berduka, menentukan
tingkat berduka
2. Mengkaji gejala klinis berduka: sesak di dada, nafas
pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh diperut,
kehilangan kekuatan otot, distres perasaan yg hebat.
3. Kaji karakteristik berduka, kaji respon fisiologis, respon
tubuh terhadap kehilangan (reaksi stress)
4. Faktor yg mempengaruhi reaksi stress : umur, culture,
keyakinan spiritual, peran seks, status sosial ekonomi
5. Faktor predisposisi

6. Faktor presipitasi dan mekanisme koping.


 Diagnosa Keperawatan
1. Berduka kompleks
2. Berduka antisipasi
Tujuan: Pasien dapat melalui proses berduka secara
normal dan sehat

Prinsip
a. Tahap Penyangkalan: memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan
1. Dorong pasien mengungkapkan perasaan duka

2. Tingkatkan kesadaran pasien scr bertahap, siap mental

3. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan


menghukum atau menghakimi
4. Jelaskan bahwa sikap pasien wajar terjadi
5. Beri dukungan nonverbal : memegang
tangan, menepuk bahu
6. Jawab pertanyaan pasien dgn bahasa
sederhana, jelas dan singkat.
7. Amati respon pasien selama bicara
8. Tingkatkan kesadaran pasien scr
bertahap
b. Tahap marah
1. Beri dorongan dan kesempatan pasien
mengungkapkan rasa marahnya secara verbal
2. Dengarkan dgn empaty, jangan memberi respon
yang mencela
3. Bantu klien memanfaatkan sumber- sumber
pendukung
c. Tahap Tawar menawar
Bantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa
takutnya
1. Amati perilaku klien
2. Diskusikan bersama pasien ttg perasaan
3. Tingkatkan HD pasien
4. Cegah tindakan merusak diri
d. Tahap Depresi (mengidentifikasi tk depresi, resiko
merusak diri dan membantu pasien mengurangi rasa
bersalah)
1. Amati perilaku pasien

2. Diskusikan bersama pasien mengenai perasaan

3. Cegah tindakan merusak diri

4. Hargai perasaan pasien

5. Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang


terkait dengan kenyataan
6. Beri kesempatan pasien menungkapkan perasaannya
bila perlu biarkan ia menangis sambil tetap didampingi
7. Bahas pikiran yang selalu timbul bersama pasien
e. Tahap Penerimaan: membantu pasien menerima
kehilangan yang tidak bisa
dielakkan

1. Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien scr


teratur
2. Bantu pasien/kelg berbagi rasa, karena biasanya
setiap anggota kelg tdk berada pada tahap yg sama
pada saat bersamaan
TINDAKAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Tujuan tindakan keperawatan: Keluarga dapat
merawat pasien yang berduka

Tindakan keperawatan:
1. Mengenal masalah berduka pada pasien
2. Menjelaskan pada keluarga tentang cara merawat
pasien dengan berduka berkepanjangan
3. Mempraktekkan pada keluarga cara merawat
pasien dengan berduka berkepanjangan
4. Mengevaluasi kemampuan pasien yang berduka
5. Melakukan rujukan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai