Anda di halaman 1dari 25

Askep Klien Kehilangn

dan Berduka
Pengertian
 Kehilangan : suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan
 Kehilanagn merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalm bentuk yang berbeda
Jenis-jenis Kehilangan
1. ACTUAL LOSS. Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan
bahwa hal tsb merupakan suatu bentuk kehilangan.misal :
kehilangan anggota badan , kehilngan suami/ istri ,
kehilangan pekerjaan.
2. PERCEIVED LOSS. Dirasakan seseorang, tetapi tidak sama
dirasakan orang lain. Misal : kehilangan masa muda,
keuangan, lingkungan yang berharga .
3. PHICHICAL LOSS. Kehilangan secara fisik. misal : seseorang
mengalami kecelakaan dan akibat luka yang parah tangan
atau kaki harus diamputasi.
4. PSYKHOLOGIS LOSS. Kehilangan secara
psykologis. Misal : orang yang cacat akibat
kecelakaan membuatnya merasa tidak percaya
diri.gambaran dirinya terganggu.
5. ANTICIPATORY LOSS. Kehilangan yang bisa
dicegah. Misal : orang yang menderita penyakit
‘ terminal’. Respon emosi yang normal
terhadap suatu yang hilang / akan hilang
setelah beberapa saat disebut berduka / grief.
Tahapan berduka menurut PARKES
1. Mati Rasa Dan Mengingkari.
• Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak
nyata,penghentian waktu,segera setelah kematian orang yang
penting dalam kehidupan mereka.
• Perasaan ini digambarkan sebagai ‘mati rasa ‘.Ada kecenderungan
untuk mengingkari kejadian dan keyakinan bahwa semuanya
hanyalah mimpi buruk .
• Hal ini berlangsung beberapa hari sampai berminggu-minggu.
2. Kerinduan atau Pining.
• Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan
kembali orang yang sudah meninggal
• Hal ini dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan,dan orang
seringkali mengatakan melihat orang yang sudah meninggal dalam
keramaian.
3. Putus Asa dan Depresi.
• Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan
tentang kematian ,ada perasaan putus asa yangbhebat dan
kadang terjadi depresi.
• Periode ini adalah saat individu mengalami disorganisasi dalam
batas tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu
melakukan tugas yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit
kesulitan.
4. Penyembuhan dan Reorganiosasi.
• Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehlangan
menyadari bahwa hidup mereka harus berlanjut dan mereka
harus mencari makna baru dari keberadaan mereka.
• Tingkat penyembuhan dan jangka waktu bervariasi antara
orang yang satu dengan orang yang lain.
Tahapan berduka KUBLER ROSS ( 1969)

1.DENIAL ( PENOLAKAN ).
• Klien mencoba untuk melupakan atau menutupi kenyataan.
• Pengalaman yang diterima berdampak shock dan tidakpercaya.
• Scr intelektual sso dpt menerima hal-hal yang berkaitan dengan
kematian, tetapi berbeda dengan tingkat emosi.
• Denial mrpkn defense mekanisme pertahanan diri thd rasa cemas.
2.ANGER ( BERONTAK DAN MARAH ).
• Berontak ,merasa Tuhan ‘ tidak adil ‘ atau tidak berperasaan
terhadap kenyataan harus dihadapi.
• Marah kepada Sang Pencipta.
• Merupakan tahap tersulit yang dilalui keluarga.
• Kadang- kadang pasien rewel,mengkritik orangyang berhubungan
• Timbul brbg pertanyaan : “ mengapa harus saya ? apa dosa saya ?
“.
2.BERGAINING ( TAWAR MENAWAR ).
• Menuju tahap menerima. Pasien tawar menawar untuk
berbuat baik jika diperpanjang hidupnya.
• Pasien menangis dan menyesal
• perawat perawat : diam,mendengarkan dan memberikan
sentuhan terapeutik
3.DEPRESI
• Pasien sadar bahwa kematian tidak dapat ditolak.
• Bila depresi meningkat, pasien menjadi semakin lemah,
kurus atau terjadi gangguan tanda-tanda vital.
• Pasien merasa sepi ,merasa bahwa semua orang
meninggalkannya.
• Merasa tidak berguna.
• Tidak menolak faktor yang harus dihadapi.
• Fokus pikiran pada orang yang dicintai.”Apa yang akan terjadi
dengan istri dan anak saya., bila saya sudah tiada…?
• Peran Perawat :
* Pasien jangan ditinggal sendiri.
* Pintu kamar dibiarkan terbuka.
5.ACCEPTANCE ( MENERIMA)
• Masa depresi sudah berlalu.
• Takut ditinggal sendiri.
• Kadang ingin ditemani.
• Peran Perawat :
* menemani pasien
* bila mungkin bicara dengan pasien.
* Tanyakan apa yang dibutuhkan.
* Apakah butuh pertolongan perawat.
* Pintu kamar jangan ditutup
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan.
1. Perkembangan .
• Anak- anak.
 Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
 Belum menghambat perkembangan.
 Bisa mengalami regresi
• Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang
hidup,tujuan hidup,
• Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa
dihindari.
2. Keluarga.
• Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak
terbesar biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap
sedih secara terbuka.
3.Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan penanggung
jawab ekonomi keluarga, beraati kehilangan orang
yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan
hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.
4. Pengaruh Kultural.
• Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi.
Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan adalah sesuatu
yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain.
Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan
kesedihan harus dengan berteriak dan menangis
keras-keras.
5. Agama.
• Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan
rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian sudah
ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang
menyalahkan Tuhan akan kematian.
6. Penyebab Kematian .
• Seseorang yang ditinggal anggota keluarga
dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan
tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan
diasosiasikan dengan kesialan.
Berduka
Definisi berduka
• Berduka adalah respon emosi yang
diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
• Berduka merupakan respon normal pada
semua kejadian kehilangan.
Tipe dari berduka NANDA:
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih
dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Teori dari Proses Berduka
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa
fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang
berduka maupun menjelang ajal.
• Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi
secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
• Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
• Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak
dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
• Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
• Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi
dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri.
Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan
berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
3. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
• Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
• Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
• Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL
Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat
aktivitas
• Diagnosa keperawatan: Berduka disfungsional
Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang
nyata maupun yang dirasakan dimana individu
tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka
untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau
gejala berduka yang normal menjadi berlebih-
lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu
fungsi kehidupan.
Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”)
• Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individu
• Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple
yang belum terselesaikan)
• Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
• Tidak adanya antisipasi proses berduka
• Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan konsep
kehilangan.
Batasan Karakteristik (“dibuktikan dengan”)
• Idealisasi kehilangan (konsep)
• Mengingkari kehilangan
ü Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
ü Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
ü Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-basarkan tidak sesuai
dengan ukuran situasi.
• Regresi perkembangan
• Gangguan dalam konsentrasi
• Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan
• Afek yang labil
• Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas, libido.
Sasaran/Tujuan
 Sasaran jangka pendek
Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap
konsep kehilangan dalam 1 minggu.
 Sasaran jangka panjang
Pasien akan mampu menyatakan secara verbal
perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap-
tahap berduka yang normal. Pasien akan mampu
mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka
sehingga ia mampu dengan langkahnya sendiri
terhadap pemecahan masalah.
• Intervensi
1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi
perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.
2. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan
empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji
3. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara terbuka
4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi
defensif jika permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada
perawat atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasikan
perasaan marah sehingga pasien dapat mengungkapkan secara
langsung kepada objek atau orang/pribadi yang dimaksud.
5. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpen
6. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan
perilaku yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien
untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa bersalah dan
marah terhadap konsep kehilangan adalah perasaan yang
wajar dan dapat diterima selama proses berduka
7. Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep
kehilangan. Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan
realita situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi
diekspresikan.
8. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan
hal yang dapat diterima. Menggunakan sentuhan merupakan
hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan pasien.
9. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan
spiritual selama waktu ini dalam bentuk apapun
yang diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-
kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai
kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan itu.
10.Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya
sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda
koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman
kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk
identifikasi strategi dan membuat keputusan.
Kebutuhan Keluarga yang Berduka
1. Harapan
* Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
* Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi.
* Memberi perawatan
* Sharing dengan staf perawatan.
3. Support
* Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial.
* Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang
terjadi.
4. Kebutuhan spiritual.
* Berdoa sesuai kepercayaan.
* Mendapatkan kekuatan dari Tuhan

Anda mungkin juga menyukai