Anda di halaman 1dari 32

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Ns. Sri Burhani Putri, M.Kep


DEFINISI
• Kehilangan adalah suatu keadaan individu
yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Arti dari kehilangan


2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit
untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
JENIS KEHILANGAN
• Kehilangan seseorang seseorang yang
dicintai
• Kehilangan yang ada pada diri sendiri
(loss of self)
• Kehilangan objek eksternal
• Kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal
• Kehilangan kehidupan/ meninggal
RENTANG RESPON KEHILANGAN

DENIAL ANGER BARGAINING DEPRESI ACCEPTANCE


1. Fase denial (penolakan)
- Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
- Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya
itu terjadi ”.’
- Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah


- Mulai sadar akan kenyataan
- Marah diproyeksikan pada orang lain
- Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal.
- Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
-Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “
kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya
saya hati-hati “.

4. Fase depresi
- Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau
bicara atau putus asa.
- Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance
- Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
- Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar
saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
BERDUKA
DEFINISI
• Berduka adalah respon emosi yang
diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain.
• Berduka diantisipasi adalah suatu
status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan
yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal.
• Berduka disfungsional adalah suatu
status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
TEORI PROSES BERDUKA
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa
fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang
berduka maupun menjelang ajal.
• Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi
secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
• Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut
dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan
bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
• Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak
dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

• Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.

• Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969)
adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap,
yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan
dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi
kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti
itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan
klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan
lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah.
Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa
kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan
cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak
nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi
ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.
Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada
bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari
pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau
berputus asa.
3. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3
katagori:
• Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak
percaya.
• Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi
ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan
dirasakan paling akut.
• Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan
kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara
emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
• Faktor Genetik: riwayat depresi dalam
keluarga
• Kesehatan Fisik
• Kesehatan mental
• Pengalaman kehilangan di masa lalu
• Struktur kepribadian
• Stresor perasaan kehilangan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• Berduka berhubungan dengan kehilangan
aktual atau kehilangan yang dirasakan
• Berduka antisipatif berhubungan dengan
perpisahan atau kehilangan
• Berduka disfungsional berhubungan
dengan kehilangan orang/benda yang
dicintai atau memiliki arti besar
PERENCANAAN DAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Membina dan meningkatkan hubungan
saling percaya dengan cara:
- Mendengarkan pasien bicara
- Memberi dorongan agar pasien mau
mengungkapkan perasaannya
- Menjawab pertanyaan pasien secara
langsung, menunjukkan sikap menerima
dan empati
2. Mengenali faktor-faktor yang mungkin
menghambat dengan cara:
- Bersama pasien mendiskusikan hubungan
pasien dengan orang atau objek yang
pergi atau hilang
- Menggali pola hubungan pasien dengan
orang yang berarti
3. Mengurangi atau menghilangkan faktor
penghambat dengan cara:
- Bersama pasien mengingat kembali cara
mengatasi perasaan berduka di masa lalu
- Memperkuat dukungan serta kekuatan yang
dimiliki pasien dan keluarga
- Mengenali dan menghargai sosial budaya,
agama serta kepercayaan yang dianut oleh
pasien dan keluarga dalam mengatasi
perasaan kehilangan
4. Memberi dukungan terhadap repsons
kehilangan pasien dengan cara:
- Menjelaskan kepada pasien atau keluarga
bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
menawar, depresi dan menerima adalah wajar
dalam menghadapi kehilangan
- Memberi gambaran tentang tata cara
mengungkapkan perasaan yang bisa diterima
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang
yang berarti
5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota
keluarga dengan cara:
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang
berarti
- Mendorong pasien untuk menggali perasaannya
bersama anggota keluarga lainnya
- Menjelaskan manfaat hubungan dengan orang
lain
- Mendorong keluarga untuk mengevaluasi
perasaan dan sling mendukung satu sama lain.
6. Menentukan tahap keberadaan pasien
dengan cara:
- Mengamati perilaku pasien
- Menggali pikiran dan perasaan pasien
yang selalu timbul dalam dirinya
INTERVENSI KHUSUS PER TAHAP
RESPON KEHILANGAN
1. Tahap pengingkaran
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
b. Menunjukkan sikap menerima dengan
ikhlas dan mendorong pasien untuk
berbagi rasa
c. Memberi jawaban yang jujur terhadap
pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian
2. Tahap marah
Mengizinkan dan mendorong pasien
mengungkapkan rasa marah secara verbal
tanpa melawan kemarahan tersebut,
dengan cara:
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa
kemarahan pasien sebenarnya tidak
ditujukan kepada mereka
- Membiarkan pasien menangis
- Mendorong pasien untuk membicarakan
kemarahannya
3. Tahap tawar menawar
Membantu pasien menungkapkan rasa
bersalah dan takut dengan cara:
- Mendengarkan ungkapan dengan penuh
perhatian
- Mendorong pasien untuk membicarakan
rasa takut atau rasa bersalahnya
- Membahas bersama pasien mengenai
penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya
4. Tahap depresi
a. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah
dan takut dengan perasaannya
- Mengamati perilaku pasien dan bersama
dengannya membahas perasaannya
- Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri
b. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah
- Menghargai perasaan pasien
- Membantu pasien menemukan dukungan yang
positif
- Memberi kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya
- Bersama pasien membahas pikiran negatif yang
selalu timbul
5. Tahap penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak
bisa dielakkan dengan cara:
- Membantu keluarga mengunjungi pasien secara
teratur
- Membantu keluarga berbagi rasa
- Membahas rencana setelah masa berkabung
terlewati
- Memberi informasi akurat tentang kebutuhan
pasien dan keluarga
EVALUASI
• Kemampuan untuk menghadapi atau
memaknai arti kehilangan
• Reaksi terhadap kehilangan
• Perubahan perilaku yang menerima arti
kehilangan

Anda mungkin juga menyukai